KAJIAN PUSTAKA
yang diterima dari sebuah organisasi dan reaksi perilaku untuk persepsi tersebut,
keadilan organisasi juga dapat didefinisikan sebagai studi kesetaraan ditempat kerja
(Fatimah et al., 2011). Kerangka kerja organisasi mengacu pada keadilan dan prilaku
pribadi atas upah dan tunjangan yang adil (Farahbod, 2013). Keadilan organisasi
menekankan kepada keputusan manajer, persamaan yang dirasakan, efek keadilan dan
individu mengenai keadilan di tempat kerja. Greenberg & Baron (2003) menjelaskan
pembuatan keputusan dan distribusi hasil yang telah diterima oleh individu. Karyawan
menganggap adil organisasi mereka ketika mereka yakin bahwa hasil yang mereka
terima dan cara diterimanya hasil tersebut adalah adil. Satu elemen penting dari
kata lain, keadilan bersifat subyektif, dan terletak dalam persepsi individu
(Sekarwangi, 2014).
1
Teori keadilan menurut Robbins & Judge (2015:144) adalah suatu teori yang
Menurut Colquit (2001), Cropanzano et al. (2007) dan Amiri, et al. (2013)
keadilan dengan imbalan dan hasil yang bernilai lainnya yang didistribusikan
oleh beberapa peneliti dikaitkan dengan konsep alokasi saat beberapa orang
mendapatkan dan orang yang lain tidak (Cropanzano et al., 2007). Prinsip dasar
keadilan distributif terletak pada rasio atau perbandingan antara hasil yang
(seperti gaji dan insentif lainnya) dengan pekerjaan yang telah dilakukan.
Keadilan terjadi apabila karyawan merasa merasa bahwa rasio antara input
2
Ketidakadilan terjadi apabila rasio tersebut tidak sebanding, yaitu rasio
antara usaha dan hasil, lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan rasio
yang lain. Secara lebih rinci keadilan distributif diartikan sebagai pengamatan
mengenai sejauh mana keadilan dari cara pembagian pemberian upah antar
dalam hubungan diri mereka sendiri dengan orang lain dalam hal pembagian
hasil atau upah dan menghindari hubungan yang tidak adil (Greenberg &
dan menganggap hasil yang relavan adalah adil. Tetapi jika para pekerja
kebijakan, dan menganggap hasil yang relavan adalah tidak adil. Keadilan
3
prosedural (procedural justice) adalah keadilan yang dirasakan dari proses
atau dengan mengikuti kriteria proses yang adil. Colquitt (2001) menyatakan
dan waktu. Ketika diterapkan pada semua orang, peraturan yang konsisten
hendaknya dijaga untuk tetap stabil, paling sedikit di atas jangka waktu
pendek.
4
c) Informasi yang akurat, yaitu: prosedur didasarkan pada informasi yang
baik dan teliti. Informasi dan pendapat harus dikumpulkan dan diproses
f) Etis, yaitu: setiap individu menjunjung tinggi standar etika dan moral.
karena adanya proses interaksi dengan pihak lain dalam organisasi baik dari
pimpinan maupun rekan sekerja. Menurut Colquitt et al. (2001) terdapat dua
perhatian, dan rasa hormat oleh pihak-pihak yang ada di dalam organisasi
5
maker) antar personal dalam organisasi (Herman, 2013). Adapun aspek dari
sejauh mana organisasi memberi dukungan kepada karyawan dan sejauh mana
untuk menjalankan pekerjaan dan tugas mereka secara efektif (Rasheed et al., 2013).
yang dibentuk oleh tiap karyawan mengenai penilaian mereka terhadap kebijakan dan
6
Teori dukungan organisasi beranggapan bahwa untuk menentukan kesiapan
harapan karyawan dapat bekerja secara optimal dan memiliki keterikatan kepada
organisasi adalah keyakinan umum yang dimiliki karyawan mengenai sejauh mana
(Kurniasari, 2013).
Dalam penelitian ini dimensi – dimensi yang akan diukur dalam persepsi
dukungan organisasi mengacu pada teori Rhoades & Eisenberger (2002) antara lain :
7
1) Rasa keadilan (fairness)
keputusan yang dibuat oleh organisasi seperti kenaikan gaji dan promosi.
karyawan.
Peran atasan yang begitu besar menyebabkan karyawan secara tidak langsung
8
organisasi memberi penghargaan atas usaha karyawan mereka, secara otomatis
dan peduli atas kesejahteraannya, persepsi yang dimiliki oleh karyawan inilah
2015).
karyawan, seperti adanya perasaan diterima dan diakui, memperoleh gaji dan promosi,
berkomitmen untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
9
kontrak pekerjaan dan percaya bahwa nantinya akan dibalas dengan komitmen
suatu balasan yang sebanding dan sudah sepantasnya diberikan organisasi pada
kondisi kerja. Dengan terciptanya persepsi yang baik diantara karyawan, akan
menumbuhkan rasa hutang budi karena merasa telah di dukung secara penuh oleh
perussahaan yang akan menumbuhkan sikap balas budi yang ditunjukan dengan
berperilaku lebih dari apa yang telah disebutkan dalam deskripsi pekerjaannya.
hubungan antara perlakuan organisasi, sikap dan prilaku karyawan terhadap pekerjaan
10
2.3 Employee Engagement
individu dan kepuasan serta antusiasmenya dalam melakukan pekerjaan. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Saks (2006) bahwa employee engagement
sebagai sejumlah usaha yang diberikan melebihi apa yang diharapkan oleh organisasi
karyawan merupakan kontributor penting dalam upaya retensi karyawan, retensi dan
kepuasan pelanggan, serta kinerja (Scheimann, 2010). Hal tersebut mengandung arti
terciptanya efektivitas dan kinerja optimal dalam sebuah organisasi. Terdapat beberapa
ahli yang mencoba merumuskan definisi engagement, ada yang mengaitkan dengan
dan keterlibatan kerja yang memiliki kesamaan mengenai hal yang positif dalam
tersebut, karyawan akan memberikan usaha terbaiknya melebihi apa yang diharapkan
11
dalam suatu pekerjaan. Komitmen organisasi berbeda dari engagement yang menunjuk
pada sikap dan mengikat seseorang terhadap organisasi mereka. Engagement bukanlah
sikap, ini merupakan kadar di mana seseorang memberi perhatian dan memiliki
keterikatan terhadap kinerja dalam peran mereka (Welch, 2011). Engagement juga
dan perilaku informal yang dapat membantu rekan kerja dan organisasi, sedangkan
engagement berfokus pada peran kinerja formal seseorang melebihi extra-role dan
perilaku sukarela (Saks, 2006). Rafferty, et.al. dalam Saroyeni (2012) mengungkapkan
komitmen dan citizenship behavior merupakan reaksi searah dari individu karyawan
dua arah antara manajemen dan karyawan Menurut Margaretha et al. (2012)
kerja (job involvement) didefinisikan sebagai suatu kognitif atau keyakinan dari
identifikasi psikologi. Hal ini sedikit berbeda dari engagement oleh karena lebih terkait
yang meliputi aspek emosi dan perilaku. Employee engagement merupakan hasil dari
kebutuhan dari pekerjaan dan terikat pada gambaran diri seseorang (Putri, 2013).
positif yang dimiliki karyawan terhadap organisasi tempatnya bekerja serta nilai- nilai
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Dengan demikian, dalam konsep employee
12
Employee engagement dapat didefinisikan sebagai tingkat kelekatan emosional yang
positif terhadap organisasi, pekerjaan dan rekan kerjanya (Scarlet, 2007). Employee
merasakan tentang organisasi dalam hubungan yang proaktif untuk mencapai tujuan
dan dilakukan individu dengan memperkerjakan diri mereka sendiri untuk mencapai
kinerja dalam pekerjaannya. Lebih lanjut, engagement lebih melibatkan emosi dan
perilaku secara aktif serta melibatkan aspek kognitif (Welch, 2011). Keterikatan dapat
dipikirkan sebagai suatu anteseden dari keterlibatan kerja pada individu dimana
pengalaman keterikatan yang dalam dalam peran mereka seharusnya datang untuk
mengambil inisiatif yang berdampak positif di tempat kerja (Hongwei et al., 2014).
untuk peran mereka, pekerjaan mereka dan organisasi, memastikan mereka selaras
dan terintegrasi dengan baik dengan rekan-rekan mereka dengan budaya organisasi
untuk pengembangan pribadi, manajemen yang efektif atas potensi atau bakat
individu, kejelasan dari nilai inti perusahaan, perlakuan organisasi yang penuh hormat
13
perusahaan, adanya pemberdayaan, image organisasi, serta faktor-faktor lainnya yang
meliputi kesempatan yang sama dan perlakuan yang adil, penilaian kinerja, gaji dan
engagement yaitu :
1) Engaged
kepadanya. Karyawan jenis ini akan bersedia untuk memberikan kekuatan dan
organisasi berkembang.
2) Not Engaged
pencapaian tujuan dari pekerjaan itu. Mereka hanya akan mengerjakan tugas
sesuai dengan porsi mereka dan sesuai apa yang organisasi bayar kepada
mereka. Dalam bekerja, mereka selalu menunggu perintah dari atasan dan
3) Actively Disengaged
Karyawan tipe ini adalah karyawan yang tidak terikat. Mereka akan
14
menunjukkan perlawanan dan hanya melihat sisi negatif pada berbagai
Bowles & Cooper (2009) mengatakan bahwa karyawan yang merasa engaged,
organisasinya sebagai tempat bekerja yang baik atau merekomendasikan barang dan
jasa yang dihasilkan); “going the extra mile” (tidak langsung pulang ketika jam kerja
sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa karyawan yang merasa engaged dengan
organisasinya akan memberikan informasi yang positif pula kepada orang lain.
mata organisasi lain. Tingkat employee engagement pada perusahaan merupakan hal
mengetahui apakah karyawan memiliki rasa bangga dan rasa memiliki terhadap
Dari ciri dan komponen engagement yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
kita tarik kesimpulan bahwa seorang karyawan yang telah engaged dengan
perusahaan akan merasa puas dan adil terhadap pekerjaan, memiliki kebanggaan
15
memberikan waktu dan tenaga ekstra untuk perusahaan, dan bahkan rela untuk
diri mereka sendiri dalam kinerja. Secara lebih rinci, Schaufeli et al. (2002)
1) Vigor (semangat)
seseorang. Sebuah usaha untuk terus enerjik saat bekerja dan kecenderungan
ditandai oleh tingginya tingkat kekuatan dan resiliensi mental dalam bekerja,
2) Dedication (dedikasi)
3) Absorption (keasikan)
pekerjaan, waktu terasa begitu cepat, dan individu sulit melepaskan diri dari
pekerjaan.
16
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi employee engagement
individual dan lingkungan. Faktor lingkungan terkait dengan aspek organisasi dan atau
psikologis, sosial dan fisik pekerjaan, seperti: otonomi, dukungan sosial, coaching
atasan, umpan balik kinerja dan peluang pengembangan keahlian. Sedangkan faktor
individu mengacu pada evaluasi diri yang positif yang berkaitan dengan resiliency dan
sukses
aktivitas pekerjaan yang dihadapi (work) dan orang lain di sekitar pekerjaan (people).
Apabila keenam faktor tersebut terpenuhi maka akan dicapai high level of engagement
dan keenam faktor tersebut merupakan faktor yang saling berhubungan. Bakker dan
1) Job Resources
17
2) Salience of Job Resources
Faktor ini merujuk pada seberapa penting atau bergunanya sumber daya
3) Personal Resources
kepribadian, sifat, usia dan lain-lain. Karyawan yang engaged akan memiliki
skor extraversion dan concientiousness yang lebih tinggi serta memiliki skor
Akbar (2015) mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh
kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja karyawan merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.
yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum
untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut: (a) kuantitas dari hasil,
18
(b) Kualitas dari hasil, (c) ketepatan waktu dan hasil, (d) kehadiran dan (e) kemampuan
bekerja sama.
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya
dipaparkan oleh para ahli, maka dapat dinyatakan bahwa kinerja pegawai merupakan
pencapaian hasil kerja pegawai atas tugas dan wewenang yang telah diberikan
perusahaan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki pegawai tersebut
baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mencapai tujuan, visi dan misi
penilaian kinerja. Terdapat lima pihak yang dapat melakukan penilaian kinerja
pegawai, yaitu: atasan langsung, rekan sekerja, evaluasi diri, bawahan langsung,
kecakapan melaksanakan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atau
yang dipercayakan. Setiap pelaksanaan tugas atau pekerjaan ada suatu kegiatan
memproses atau mengubah input (masukan) menjadi suatu output (keluaran) yang
bernilai tambah sebagai produk atau hasil kerja. Secara umum, kinerja pegawai untuk
kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari
19
hasil, ketepatan waktu dan hasil, kehadiran dan kemampuan bekerja sama. Saleh
kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
c) Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan,
d) Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
organisasi.
pegawai atas tugas dan wewenang yang telah diberikan perusahaan sesuai dengan
kemampuan dan kompetensi yang dimiliki pegawai tersebut baik dari segi kuantitas
maupun kualitas untuk mencapai tujuan, visi dan misi perusahaan. Kinerja erat
20
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pegawai dalam penelitian
ini menggunakan indikator Mathis dan Jackson yang dikembangkan dan digunakan
a. Kualitas kerja
bertahan hidup dalam berbagai bentuk persaingan. Hasil kerja yang ideal juga
tersebut. Indikator ini diukur dari persepsi responden yaitu pekerjaan pegawai
b. Kuantitas kerja
organisasi.
c. Waktu kerja
Menggambarkan waktu kerja yang dianggap paling efisien dan efektif pada
21
d. Kerja sama dengan rekan kerja
dengan perusahaan. Indikator ini diukur dari persepsi responden yaitu mampu
bekerja sama dengan rekan kerja, selalu bersikap positif dalam setiap pekerjaan
kelompok.
22