Budaya Hofstede
Budaya Hofstede
KAJIAN BUKU
Tulisan ini mereview dan mengevaluasi buku yang ditulis Hofstede berbasis
penelitian yang dilakukannya. Buku yang ditelaah ini secara lengkap berjudul
Cultures and Organizations; software of the mind, intercultural cooperation and its
importance fo Survival. Secara garis besar tulisan ini terdiri atas dua bagian.
Bagian pertama merupakan resume dan perspektif buku ini yang meliputi: (1)
maksud studi dan penulisan buku (2) pendekatan dan prosedur (3) definisi (4) hasil
dan (5) implikasi. Sedangkan bagian kedua merupakan tinjauan atau bahasan secara
kritis dari perspektif reviewer terhadap buku baik pembahasan agreements dan
disagreements berdasarkan pada metodologi penelitian, theoritical framework dan
kontribusi book content pada teori dengan melakukan perbandingan dengan banyak
perspektif dari referensi lain yang dapat digunakan untuk telaah buku ini.
This paper reviews and evaluates Hofstede’s book “Cultures and Organizations;
software of the mind, intercultural cooperation and its importance for Survival” that
was written based on his research. Basically this paper is divided into two parts. The
first part is a resume and the perspective of the book that consist of: (1) the purpose
of the study and why this book was written, (2) the procedures and the approaches,
(3) definition, (4) results, and (5) the implications. The other part is more as critical
discussion about the book from the reviewer’s perspectives including the agreements
and disagreements which based on research methodology, theoretical framework and
book content contribution theory by comparing them with many other perspectives
from other references that can be used to study this book.
1
BAGIAN PERTAMA
I. TUJUAN
Tujuan penulisan buku ini untuk membantu dalam kaitannya dengan perbedaan-
besar, masih terdapat suatu struktur dalam keragaman ini yang dapat menyajikan
Tulisan ilmiah dalam buku ini berbasis pada dua penelitian tentang budaya. Pertama
organisasional pada lebih dari 20 unit organisasi di Denmark dan Belanda yang
dilakukan pada tahun 1985 sampai dengan 1987. Penelitian tersebut cenderung
faktor analisis.
Sistematika buku ini terdiri atas empat bagian. Bagian pertama buku ini memberikan
dasar pemahaman yang baik tentang buku ini dengan menjelaskan apa yang kita
empat dimensi yang secara empiris ditemukan dalam penelitian lintas lebih dari 50
2
negara-negara: power distance, collectivism versus individualism, femininity versus
masculinity, dan uncertainty avoidance. Setiap chapter disusun dengan cara yang
negara, dan perkembangan ide. Secara spekulatif disebutkan tentang keaslian dan
Perbedaan menurut gender, generasi, dan kelas sosial dimunculkan. Chapter 6 melihat
pada konsekuensi dari perbedaan budaya nasional di mana orang dalam suatu negara
empat chapter sebelumnya. Menunjukkan bahwa praktik dan teori organisasi secara
orientasi jangka panjang versus jangka pendek (long term vs short term orientation).
perbedaan yang mendalam antara pemikiran orang Timur dan Barat yang
terdiri dari satu chapter yaitu chapter 8 yang menggambarkan pandangan baru ynag
diperoleh dari proyek penelitian lintas IRIC di lebih dari 20 unit organisasi di
3
Bagian keempat dihadapkan pada implikasi praktik dari perbedaan dan kesamaan
budaya. Chapter 9 melihat pada apa yang terjadi ketika orang dari budaya yang
stereotyping, perbedaan dalam bahasa dan humor. Chapter ini membahas bagaimana
dan mengartikannya menjadi pesan-pesan bagi orangtua, manajer, dan media. Bagian
akhir yang diberi judul Reading Mental Programs pada pokoknya menekankan pada
penelitian kolega bisnis dan ditambahkan sebagai appendix. Bagian ini dihadapkan
budaya selain mengacu pada kontraversi dalam ilmu sosial mengenai budaya, dan
4
III. DEFINISI & HASIL STUDI
Budaya (culture) merupakan keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari
suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Istilah
menyebutkan keseluruhan pola dalam kajian budaya. Mental prorams atau budaya
suatu kelompok terbentuk oleh lingkungan sosial, (seperti negara, daerah, tempat
kerja, sekolah dan rumah tangga) dan kejadian-kejadian yang dialami dalam
terbentuknya pola fikir, perasaan dan perbuatan tersebut dianalogikan dengan proses
Budaya Nasional
avoidance.
B. Power distance
Power distance adalah satu dari ‘dimensi’ budaya nasional yang merefleksikan jarak
5
tentang bagaimana mengelola fakta bahwa orang-orang dalam keadaan tidak
seimbang. Skor-skor power distance dari 50 negara dan 3 wilayah kelompok negara
dihitung dari jawaban karyawan IBM pada posisi pekerjaan yang sama dan survey
yang sama. Seluruh pertanyaan terdapat kode tipe jawaban yang diwakili oleh skor
untuk meringkas survei pertanyaan ke dalam kelompok yang disebut faktor atau
klaster. Suatu klaster tersusun dari pertanyaan yang terkait dengan power dan (in)
equality. Dari pertanyaan ini, Hofstede menyeleksi tiga yang paling kuat terkait. Skor
rata-rata standar sampel karyawan-karyawan IBM dalam suatu negara pada tiga
pertanyaan, suatu power distance index (PDI) untuk perhitungan negara. Tujuan
formula PDI adalah: menjamin bahwa tiap-tiap tiga pertanyaan menunjukkan bobot
yang seimbang yang terdapat pada indeks akhir dan nilai indeks berjarak dari 0 untuk
negara dengan power distance yang rendah sampai 100 untuk negara dengan power
Tiga pertanyaan survey yang digunakan untuk menyusun power distance index
adalah:
bawahan.
6
3. Pertanyaan yang menunjukkan dan mengekspresikan preferensi responden
(karyawan).
Perancis dan Spanyol juga negara-negara di Asia dan Afrika memiliki power distance
yang tinggi. Sedangkan sebagian besar negara-negara barat, USA dan Inggris
tergolong memiliki power distance yang rendah. Jika power distance yang dimiliki
interdependensi anatara mereka dan jarak emosional antara mereka relatif rendah, dan
sebaliknya. Perbedaan power distance dalam negara juga ditunjukkan atau ditentukan
pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur perbedaan
keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam negara.
C. Collectivism vs Individualism
Mayoritas orang di dunia yang tinggal dalam suatu komunitas yang memiliki minat
berkembang terdiri dari sejumlah orang yang hidup bersama seperti: kakek-nenek,
paman, bibi, pembantu, atau anggota lainnya. Dalam antropologi budaya ini dikenal
sebagai extended family. Ketika anak tumbuh berkembang mereka belajar untuk
7
Minoritas orang di dunia hidup dalam masyarakat di mana minat-minat individu di
atas minat kelompok, masyarakat itu disebut sebagai individualist. Di sini sebagian
besar anak-anak dilahirkan dalam keluarga yang terdiri dari dua orang tua dan,
terpisah dan jarang bertemu. Keluarga jenis ini dikenal sebagai nuclear family (dari
bahasa Latin yang berarti inti). Anak-anak dari keluarga seperti ini akan tumbuh dan
Untuk individualism:
1. Personal time. Memiliki suatu pekerjaan yang memberikan anda waktu yang
8
Untuk collectivism:
5. Physical conditions. Memiliki kondisi kerja fisik yang baik (ventilasi dan
dalam pekerjaan.
Banyak negara dengan skor tinggi untuk PDI memiliki skor rendah pada IDV dan
sebaliknya. Dengan kata lain hubungan kedua dimensi tersebut cenderung berkorelasi
ditentukan pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur
perbedaan di dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide-ide besar dalam
negara.
Dalam suatu masyarakat terdiri atas laki-laki dan perempuan. Secara biologis mereka
perbedaan sosial dan secara budaya ditentukan oleh peran masculine dan feminine.
9
Dimensi kedua ini secara erat berhubungan dengan item terkait berikut. Untuk
masculine:
lebih tinggi.
5. Manager. Memiliki hubungan kerja yang baik dengan superior di atas anda.
7. Living area. Hidup di lingkungan menarik bagi anda dan keluarga anda.
Skor MAS dihitung dari 50 negara-negara dan 3 wilayah dalam data IBM. Skor 0
menunjukkan paling feminim dan skor 100 menunjukkan paling maskulin. Hasil
juga sejumlah negara di Amerika Latin seperti: Venezuela, Meksiko, dan negara-
10
juga ditunjukkan atau ditentukan pula oleh kelas sosial, tingkat pendidikan dan
E. Uncertainty avoidance
merupakan bagian dan bidang dari setiap manusia di negara manapun. Sebagai
manusia kita harus berhadapan dengan fakta bahwa kita tidak tahu apa yang akan
terjadi esok; masa yang akan datang tidak pasti tetapi kita harus menghadapinya.
tersebut. Cara-cara tersebut dapat berasal dari bidang teknologi, hukum dan agama.
F. Budaya Organisasional
Berbicara mengenai ‘budaya’ suatu perusahaan atau organisasi telah menjadi suatu
mode di antara para manajer, konsultan, dan dengan pehatian yang agak berbeda di
merupakan suatu konstruk, yang merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat
diamati dari banyak dimensi. Sehingga banyak ahli ilmu-ilmu sosial dan manajemen
11
Meskipun demikian banyak para ahli sepakat pada karakteristik konstruk budaya
organisasional.
Parochial vs. Professional, (4) Open System vs. Closed System (5) Loose Control vs.
Menurut Hofstede antara budaya nasional dan budaya organisasional sulit dibedakan
BAGIAN KEDUA
Ada 3 (tiga) bahasan penting dari perspektif penelaah (reviewer) pada bagian kedua
Penyajian yang meliputi sistematika dan isi buku (book content), metoda penelitian,
rerangka teori (theoritical framework) dan kontribusi buku bagi perkembangan teori
organisasi.
12
I. PENYAJIAN DAN ISI BUKU
Penyajian buku yang meliputi isi dan sistematika buku sangat baik dan menjadikan
buku ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang budaya pada berbagai
level budaya dan beragam setting. Beragam terminologi dan rujukan pada penelitian
pengetahuan (science).
Dari sisi penyajian bahasa dan sistematika penulisan cukup baik. Bahasa yang
digunakan dalam buku ini/ disampaikan kepada pembaca relatif dapat dimengerti
dengan baik. Kadang tiap bahasan diawali dengan ilustrasi bahkan humor yang
relevan dalam menggambarkan bahasan dengan cerdas. Di samping itu buku ini
memberikan panduan (A guide through this book, pada hal xiii-xiv) yang sangat baik
bagi pembaca berbagai kalangan/ segmen sehingga memudahkan memahami buku ini
Pesan tentang keragaman budaya sebagai sebuah keniscayaan akan bermanfaat bagi
kalangan ilmiah dan yang terpenting adalah para pembuat kebijakan bisnis untuk
Meskipun demikian “tiada gading yang tak retak”, berbasis pada penelitian tahun
1967-1973 tentang budaya nasional dan penelitian budaya organisasional pada tahun
1985-1987 dengan setting yang terbatas dan adanya kemungkinan bias waktu bagi
kajian budaya dewasa ini yang sangat pesat berubah, maka merupakan kewajaran
13
nasional dan budaya organisasional. Salah satu hal yang tampak mencolok adalah
tentang teknologi informasi. Hal ini dapat menjadi kajian di masa ke depan seperti
buku-buku “best seller” karya Naisbitt ataupun karya Toffler yang di dalamnya
Namun demikan isi buku memberikan telaah ilmiah sekaligus implikasinya sehingga
buku ini sangat menarik tidak hanya bagi kalangan akademis ataupun peneliti, namun
juga dapat digunakan para praktis/ profesional sebagai referensi penting/ guidelines
Buku ini dapat dikategorisasikan sebagai buku referensi ilmiah klasik, yang akan
akademis dan dapat menghindarkan diri dari sekedar mengejar “pasar” atau terjebak
pada “manajemen yang bersifat mode” bahkan apa yang kita kenal sebagai
“pseudoscience”.
Dalam kaitannya dengan penelitian budaya nasional yang menggunakan data IBM
survey menunjukkan bahwa populasi dan sampel dalam penelitian Hofstede sangat
14
Pada sub bagian metoda penelitian, kita lebih banyak membahas ide tulisan,
pendekatan dan metoda penelitian yang digunakan oleh Hofstede. Pada bagian ini
disagreements. Beberapa hal yang dibahas meliputi jenis penelitian, premis & asumsi,
1. Jenis Penelitian
Buku ini berbasis pada dua penelitian yang dilakukan Hofstede. Pertama penelitian
tentang budaya nasional dengan menggunakan data IBM. Penelitian ini tergolong
kategori jenis penelitian eksploratori dan berdasarkan tujuannya, penelitian ini juga
dapat kita kelompokkan pada jenis penelitian induktif, yaitu penelitian yang memiliki
Di samping itu kedua penelitian ini juga melakukan kombinasi dengan pendekatan
deduktif sehingga kita melihat penelitian ini menggunakan metode double movement
of reflective thought.
Menurut pandangan penelaah, pendekatan pada kedua penelitian ini sangat baik,
namun setting yang relatif terbatas maka hasil penelitian ini seperti halnya penelitian
di bidang organisasi dan manajemen pada umumnya tidak memberikan saran ataupun
tidak pernah menganjurkan “satu cara yang terbaik” (Koontz et.al). Meskipun
15
demikian kedua penelitian yang disarikan dalam buku ini telah memberikan
perspektif dan struktur terhadap komplesitas keragaman budaya pada berbagai level.
Dalam buku ini premis dan asumsi yang dilakukan dalam konteks nasional dan
organisasi. Salah satu kelemahan kajian budaya pada umunya adalah masalah durasi
kesimpulan dari values individu menjadi shared values organisasi memang tidak
masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting
yang holistik, kompleks dan rinci. Dengan demikian asumsi yang dibangun juga
konsisten dengan paradigma ini. Kita melihat pendekatan yang dilakukan cukup baik
3. Metoda Sampel
dengan cara in-depth interviews terhadap karyawan yang dikelola oleh tim ahli ilmu
16
sosial dari dalam dan luar perusahaan sebagai participant observers. Sedangkan
penelitian di Denmark dan Belanda meliputi lebih dari 20 unit dari 10 organisasi yang
berbeda, menggunakan data dengan cara in-depth interviews dari informan terpilih
dan survei kuesioner. Teknik atau metoda sampel yang digunakan adalah stratified
Dalam kaitannya dengan penelitian budaya nasional dengan menggunakan data IBM
survey menunjukkan bahwa populasi dan sampel dalam penelitian Hofstede sangat
and organizations memberikan gambaran yang lebih jelas sekaligus perspektif baru
(culture) dalam pemahaman yang agak berbeda satu sama lain, sehingga “budaya”
telah menjadi “a fad”. Namun demikian kondisi tersebut paling tidak telah
17
meninggalkan jejak bagi pengembangan ilmu khususnya teori organisasi. Budaya
organisasional telah mendapatkan status yang mirip dengan struktur, strategi dan
abstraksi dari fenomena yang dapat diamati dari banyak dimensi. Namun banyak ahli
definisi budaya organisasional. Meskipun demikian banyak para ahli sepakat pada
1. Menyeluruh (holistic)
2. Historically determined
IV. KONTRIBUSI
Dari perspektif ilmu (science) secara umum kita ketahui bahwa penelitian yang
18
kajian Hofstede dijelaskan bahwa perbedaan budaya nasional sebagai salah satu
faktor penentu yang harus diperhitungkan di samping budaya organisasional jika akan
mempunyai dampak yang lebih besar pada karyawan daripada budaya organisasional
(Kent, 1991). Kontribusi penting Hofstede lainnya adalah empat dimensi budaya
collectivism, masculinty/ feminity dan uncertainty avoidance. Dalam buku ini pula,
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Smircich, Linda. 1983. Concept of Culture and Organizational Analysis.
Administrative Science Quarterly. 28. 339-358
21