Anda di halaman 1dari 3

JAKARTA, KompasProperti - Alat berat berupa crane yang digunakan untuk

pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan,
jatuh pada Selasa (1/8/2017) pukul 02.55 WIB.

Selain crane seberat 70 ton, boom dari crane berbobot 80 ton juga ikut roboh, dan
menghantam rumah warga di sekitar lokasi proyek.

Kepala Proyek LRT Palembang Mas'udi Jauhari mengatakan, sebelumnya penggunaan


crane tersebut telah diperhitungkan dapat mengangkat kotak baja atau steel box dan
mengakomodasi area sempit.

"Crane 70 ton terguling diduga efek penurunan tanah secara tiba-tiba pada alas
landasan crane," ujar Mas'udi.

Dia menjelaskan, terdapat dua crane yang digunakan di lokasi kejadian. Selain
crane seberat 70 ton, ada crane lainnya yang berbobot 80 ton.

Pada 30 Juli 2017, atau dua hari sebelum kejadian, kedua crane ini telah diinspeksi sebelum
masuk atau dimobilisasi ke lokasi steel box.

Kemudian, pada 31 juli 2017, crane 80 ton dan 70 ton tersebut tiba di lokasi LRT Zone 4.
Pukul 22.30 WIB, petugas proyek melakukan penutupan jalan untuk proses penataan
alat crane.

"Berikutnya, pemasangan pelat baja sebagai landasan track untuk area P672 crane 70
ton. Setting pelat baja 4 lembar menggunakan alat berat FOCO," jelas Mas'udi.

Selanjutnya, pada 1 Agustus 2017 pukul 01.30 WIB, petugas melakukan tes beban yang
hasilnya adalah crane aman digunakan sehingga pekerjaan pengangkatan beban dapat
dilaksanakan.

Kemudian, mulai pukul 01.30-02.00 WIB, dilakukan persiapan pada area pengangkatan
steel box dengan pemasangan barrier. Ini diikuti proses pengangkatan segmen steel
box untuk area P672
Lihat Foto

Penulis: Arimbi Ramadhiani
 | 

Editor: Hilda B Alexander

Pada pukul 02.00-02.55 WIB, dilakukan proses pengangkatan steel box. Selama proses
tersebut, tidak ada tanda-tanda kelebihan beban pada indikator lampu crane.

Tiba-tiba di tengah proses tersebut crane 70 ton terguling.

"Ini termasuk force majeure karena kondisi di bawah tanah tidak dapat diketahui secara
visual," kata Mas'udi.

Penanganan saat kejadian


Sekitar pukul 02.00 WIB di tempat terjadinya perkara (TTP) ada 2 operator crane  yang
sedang bekerja, yaitu Andri dan Bachtiar. Masing-masing operator membawa
kendaraan crane crawler dengan mengangkat tempat rel LRT.

Mereka hendak memasang steel box dari bawah ke atas. Ketika steel box sudah di atas,


jalan eksisting amblas dan jalan di sekitar crane retak, sehingga
menyebabkan crane yang dibawa Andri seberat 70 ton terjungkal ke depan.

Penulis: Arimbi Ramadhiani
 | 

Editor: Hilda B Alexander

Pada pukul 02.00-02.55 WIB, dilakukan proses pengangkatan steel box. Selama proses
tersebut, tidak ada tanda-tanda kelebihan beban pada indikator lampu crane.

Tiba-tiba di tengah proses tersebut crane 70 ton terguling.

"Ini termasuk force majeure karena kondisi di bawah tanah tidak dapat diketahui secara
visual," kata Mas'udi.

"Kejadian ini diikuti boom crane seberat 80 ton yang di bawa oleh Bachtiar ikut terjatuh,
kemudian steel box tersebut terjatuh di atas 2 rumah warga milik keluarga H Syaiful,"
terang Mas'udi.

Selanjutnya, imbuh dia, Andri dan Bactiar membantu untuk mengevakuasi warga di
dalam rumah Syaiful.

Seluruh pekerja rental alat berat pun mendatangi Polresta Palembang untuk melapor
dan meminta bantuan.

"Sebelum dilakukan pengangkatan, telah dilakukan sosialisasi kepada warga sekitar


bahwa akan dilaksanakan kegiatan pengangkatan steel box girder," kata Mas'udi

Anda mungkin juga menyukai