PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
FAKULTAS FARMASI UNAIR 2020
PERCOBAAN ANASTESI UMUM DENGAN ETER PADA KELINCI
Oleh : Ade Dwiki Lusiana / 051711133206 /Kelas C
Melakukan
Anestsi umum dengan eter pada kelinci percobaan
TUJUAN
Menjelaskan
Stadium-stadium anestesi
BAHAN
ETER
Kelinci
1
Tanggal: Selasa, 28 April 2017
Fakultas Farmasi UNAIR
PROSEDUR
DILAKUKAN SEBELUM PERCOBAAN
No. Parameter Kondisi yang diamati
1. Keadaan pernapasan Frekuensi, dalamnya pernapasan, teratur
atau tidak, jenis pernapasan (dada atau
perut)
2. Keadaan mata Lebar pupil (mm), reflek kornea,
konjungtiva, pergerakan mata.
3. Keadaan otot / pernapasan Keadaan gerakan, tonus otot berganis.
4. Keadaan saliva Saliva banyak atau sedikit.
Pilih kelinci yang cukup 5. Rasa nyeri Keadaan rasa nyeri (dengan mencubit
besar dan sehat telinga)
6. Lain-lain Muntah, ronkhi, warna telinga
Bandi
ngkan
Morphine 0,5% -
dan perhatikan eter yang 5mg/kgBB
keadaan tiap stadium digunakan Non 0,5% - Percobaan dapat dimulai
Atropine
premedik
5mg/kgBB
10-15 menit asi
percobaan bisa Memasang corong anestesi
(mouth cap) pada moncong
dimulai kembali kelinci dengan baik
Mencatat waktu:
1. Mulai meteskan eter
2. Ada tanda-tanda tiap stadium
Meneteskan eter dengan kec.
Periksa keadaan kelinci 3. Keadaan dimana binatang coba
Biarkan kelinci sudah berada dalam anestesi yang ±60 tetes / min
sadar kembali seperti awal percobaan tanpa
cukup untuk mulai operasi
penambahan eter lagi
Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Tujuan dari pemberian premedikasi yaitu:
(a) Menenangkan hewan sehingga memudahkan penanganan
(b) Relaksasi otot sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi
(c) Memberikan analgesia (menghilangkan rasa sakit)
(d) Memperoleh induksi anestesi yang perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan pemulihan dari anestesi yang baik
(e) Mengurangi dosis obat anestesi sehingga efek samping dapat dikurangi.
ATROPIN
Atropin merupakan agen antimuskarinik yang menghambat asetilkolin atau stimulan kolinergik lain. Dengan dosis yang tinggi atropin dapat memblokir
reseptor nikotin. Penggunaan dengan dosis rendah atropin akan menghambat produksi saliva, menghambat sekresi bronkus serta keringat. Menghambar
hipersalivasi kelenjar bronkus dapat berpengaruh pada kelancaran pernafasan. Akan tetapi pada dosis medium atropin menyebabkan dilatasi pupil mata dan
meningkatkan denyut jantung sehingga sulit untuk mengamati stadium anastesia karena efeknya sama dengan obat anastesi.
MORPHINE
Merupakan golongan analgesic narkotik yang dapat berfungsi untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan, mengurangi nyeri, dan memiliki efek
anestetik. Kelemahannya mempunyai waktu pulih yang panjang, menyebabakan hipotensi dan depresi napas. Efek tersebut juga sama sepeti atropine yang
dapat mengganggu pengamatan untuk stadium anesthesia dengan tepat.