Wiring Dan Diagram Phasor

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 59

PENGUKURAN ENERGI

ARUS BOLAK-BALIK

1
I. SEKILAS TENTANG ALAT UKUR ENERGI
Dalam transaksi energi listrik antara perusahaan listrik dengan pelanggannya diperlukan alat ukur yang
berfungsi mengukur Energi listrik sesuai dengan pemakaian.
Alat ukur energi listrik yang paling banyak digunakan adalah meter kWh, meter kVARh, meter kVAh.

Alat ukur energi bila ditinjau dari jumlah/sistem phasa terdiri dari :

Meter 1P2W
meter 3P4W
meter 3P3W

Pengukuran energi bila ditinjau dari besar tegangan dan kuat arus terdiri dari :

1. Pengukuran langsung, yaitu meter disambung langsung antara jaringan dengan bebannya,
pengukuran langsung digunakan untuk pengukuran pada tegangan rendah dan beban kecil
tidak lebih dari 100 amper.
2. Pengukuran tidak langsung, yaitu pengukuran dengan alat ukur bantu ( PT , CT ),
meter disambung pada sisi sekunder, sedangkan sisi primer disambung antara jaringan dan
beban, pengukuran tidak langsung digunakan pada :

a. Tegangan rendah dengan kuat arus besar.


b. Tegangan menengah.
c. Tegangan tingga.
d. Tegangan ekstra tinggi.

Alat ukur energi bila ditinjau dari unjuk kerjanya terdiri dari :

Meter Elektromekanik
Meter Elektronik.
2
II. RANGKAIANN DASAR METER ENERGI

3
1. kWh METER 1P-2W

V
Q
I
I
source Load DIAGRAM PHASOR 1P-2W
V

Rangkaian kWh meter 1p-2w

Daya P = V . I . Cos Q

4
2. kWh METER 3P – 4W
W1 W2 W3

V1

I1
Q1
I3
I1 Q3
In
I2 Q2
V1
V3
V2 I3 load V2
I2
V3

DIGRAM PHASOR 3P 4W
Rangkaian kWh meter 1p-2w

Daya P = w1 + w2 + w3

= v1 . I1 + v2 . I2 + v3 . I3
= v1 . I1. cos Q1 + v2 . I2 . Cos Q2 + v3 . I3 . Cos Q3

5
3. kVArh meter 3p-4w

VAr 1 VAr 2 VAr 3


V12 V1

I1
Q1
I3
Q3 V23
In
I1 Q2

I2 V3
V1 V2
I2
V2 I3 load
V3
V31

DIAGRAM PHASOR kVArh 3P 4W

Daya reaktif Q = var1 + var2 + var3


0 0 0
= V23 . I 1 . cos(90 -Q1 ) + V 31 . I 2 .cos(90 -Q2 ) + V 12 . I 3 . cos(90 -Q3)
Bila cos ( 900 – Q) = sin Q ,
maka : Q = V23 . I1 . Sin Q1 + V31 . I2 . Sin Q2 + V12 . I3 . Sin Q3
V23 ; V31; V12 adalah tegangan fasa-fasa maka untuk mendapatkan
nilai tegangan fasa netral harus dibagi dengan faktor kali 1/ 3

6
4. kWh meter 3P – 3W
W1 W2
V12

V1

30 0

I1
I1 -I2 Q1

V12 V32
v1 I2 I3
Q3
v2 30 0 Q2
V2
v3 I2
V32 I3
V3

DIAGRAM PHASOR 3P-3W

Pengukuran energi dengan meter 3p-3w hanya dapat digunakan pada jaringan
tiga fasa tidak menggunakan saluran netral atau beban tampa saluran netral,
sehingga berlaku
I1 + I2 + I3 = 0

V12 = V1 – V2

V32 = V3 – V2
7
V12
I1 + I2 + I3 = 0 V12 = V1 – V2
V1

30 0
I1 + I3 = - I 2 V32 = V3 – V2
I1
-I2 Q1

V32
I3
Daya P = V1 . I1 + V2 . I2 + V3 . I3
Q3
30 0 Q2
V2
V3
I2 Daya yang terukur oleh meter :
DIAGRAM PHASOR 3P-3W P = W1 + W2 = V12 . I1 + V32 . I3

= (V1 – V2) . I1 + ( V3 – V2 ) . I3

= V1 .I1 – V 2 .I1 + V3 . I3 – V2 . I3

= V1 . I 1 – V 2 . ( I 1 + I 3 ) + V 3 I 3

= V1 . I1 - V2 . ( - I2 ) + V3 . I3

= V 1 . I 1 + V 2 . I 2 + V3 . I 3

8
4. kWh meter 3P – 3W untuk mengukur pada sistem jaringan 3P-4W
W1 W2
V12

V1

30 0

I1
I1 -I2 Q1

V12 V32
v1 I2 I3 IN
Q3
v2 30 0 Q2
V2
v3 I2
V32 I3
V3

IN DIAGRAM PHASOR 3P-3W

Pengukuran energi dengan meter 3p-3w jika untuk pengukuran pada jaringan
tiga fasa dengan saluran netral (3p-4w) sehingga berlaku

I1 + I2 + I3 + IN= 0

V12 = V1 – V2
V32 = V3 – V2
7a
V12
I1 + I2 + I3 + IN= 0 V12 = V1 – V2
V1

30 0
I 1 + I 3 = - I 2 - IN V32 = V3 – V2
I1
-I2 Q1

V32
I3
Daya P = V1 . I1 + V2 . I2 + V3 . I3 (1)
Q3 IN
30 0 Q2
V2
V3
I2 Daya yang terukur oleh meter :
DIAGRAM PHASOR 3P-3W P = W1 + W2 = V12 . I1 + V32 . I3

= (V1 – V2) . I1 + ( V3 – V2 ) . I3

= V1 .I1 – V 2 .I1 + V3 . I3 – V2 . I3

= V1 . I 1 – V 2 . ( I 1 + I 3 ) + V 3 I 3

= V1 . I1 - V2 . ( -I2 -IN) + V3 . I3

= V1 . I1 + V2 . I2 + V2 . IN + V3 . I3 (2)
Persamaan (1) tidak sama dengan persamaan (2) , maka pengukuran energi
dengan meter 3P-3W tidak dapat digunakan untuk mengukur pada sistem
jaringan 3P-4W 8a
III. ALAT BANTU PENGUKURAN ENERGI

9
1. CURREN TRANSFORMER ( CT )
Current Transformer (CT) adalah suatu alat bantu pengukuran arus listrik yang
berfungsi untuk mengubah arus dengan besaran tertentu pada sisi primer ke
besaran arus tertentu yang lebih kecil pada sisi sekunder. (Diktat DIKLAT PANDAAN)
Karena pada umumnya arus maksimum yang diperkenankan alat ukur atau reley
kecil sekitar 5 amper atau 1 amper maka dengan menggunakan CT kita dapat
mengukur arus yang besar pada jaringan.

Ratio CT adalah perbandingan arus primer / arus sekunder.

RCT = IP / IS

Contoh : 10 /5 Amper ; 15 / 5 Amper ; 50 / 5 Amper ; 100 / 5 Amper ;


500 / 1 Amper ; 1000 / 1 Amper .

Kelas CT adalah menunjukan akurasi ratio ct yang dinyatakan dalam prosen


Kelas CT ini terdiri dari :
kelas untuk metering , contoh kelas 0,2 s ; 0,5 s ; 1. 0 ; 2.0.
kelas untuk proteksi , contoh kelas 5p20 ;

10
Burden menunjukkan kemampuan CT untuk menerima sampai batas
impedansi tertentu pada sisi sekunder , contoh burden 1.5 VA (volt ampere), 3
VA, 5 VA dst.

Agar dapat mendapatkan pengukuran arus yang akurat, maka beban/impendansi


pada sisi sekunder CT tidak boleh lebih besar dari burden CT.

IP ( Z1 + ZL). IS < burden CT


Z1 IS

Z1 = impedansi kawat penghubung.


P S ZL ZL = impedansi alat ukur / relay

Bila diketahui burden CT = 2,5 VA


burden terminal arus meter = 0,7 VA
kabel NYAF 4 mm2 dengan 4,6 ohm/km

Berapa meter kabel NYAF yang diperbolehkan ?

11
Arus maksimum sekender CT = 5 amper.

Lossis kabel penghantar = burden CT - burden terminal arus meter


= 2,5 - 0,7 = 1,8 VA
Impedansi kabel penghantar = 1, 8 : 5 2 = 0,072 ohm
Data kabel NYAF = 4,6 ohm/km = 0,0046 ohm /m

Jadi panjang kabel maksimum = 0,072 : 0,0046 = 15,6 meter

Atau panjang kabel maksimum hanya 7,8 meter circuit.

KEJENUHAN CT
Yang dimaksud dengan kejenuhan adalah inti trafo tidak mampu menampung
magnitisasi yang harus dialirkan karena arus primer yang besar, sehingga
arus sekunder tidak lagi sebanding dengan arus primer.

Kurva kejenuhan CT dapat digambarkan sebagai kurva Es terhadap arus


Eksitasi Iexct

12
Es Kurva untuk proteksi

O Knee point

Kurva untuk metering

O Knee point

Iexct

KURVA SATURASI CT DENGAN 2 CORE


CT Metering jenuh pada arus gangguan , pada kondisi ini arus sekunder CT
tidak sebanding dengan arus primer sehingga alat pengukur tidak menjadi rusak.

CT Proteksi diharapkan tidak jenuh pada arus gangguan yang besar sehingga
arus sekunder CT sebanding dengan arus gangguan agar relay dapat bekerja.
13
2. Potential trasformer (PT)

Potential trasformer (PT) adalah alat bantu pengukuran untuk mengukur


tegangan yang lebih tinggi dari tegangan alat ukur.

Ratio PT adalah perbandingan tegangan primer dan tegangan sekunder.

Ratio PT = VP / VS

Seperti halnya pada CT , ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
Merencanakan / memasang PT adalah :
Ratio
Kesalahan Ratio
Burden.

Rangkaian PT adalah dihubungkan parallel terhadap jaringan dan beban.

14
IV. DIAGRAM PENGAWATAN METER ENERGI

15
1. PENGUKURAN ENERGI 1P-2W LANGSUNG TEGANGAN RENDAH

source kWh meter

load 16
2. PENGUKURAN ENERGI LANGSUNG 3P-4W TEGANGAN RENDAH

source kWh meter kVArh meter

load 17
3. PENGUKURAN ENERGI 3P-4W TIDAK LANGSUNG TEGANGAN RENDAH

source kWh meter kVArh meter

K
s1
L s2

K
s1
s2
L

K
s1
L s2

load 18
3a. PENGUKURAN ENERGI 3P-4W TIDAK LANGSUNG TEGANGAN RENDAH

source kWh meter kVArh meter

K
s1
L s2

K
s1
s2
L

K
s1
L s2

load 18a
4. PENGUKURAN ENERGI TIDAK LANGSUNGDENGAN METER 3P-4W
TEGANGAN MENENGAH/TINGGI
kWh meter kVArh meter
source
R S T

K
s1
s2
L
K
s1
s2
L
K
s1
s2
L

PT 20 000 100
load 3
V
3 19
5. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG METER ENERGI 3P-3W
DENGAN 2 CT DAN 3 PT TEGANGAN MENENGAH/TINGGI
METER ENERGI
3P-3W
source
R S T

K
s1
s2
L

K
s1
s2
L

PT 20 000 100
3
V
3

load 20
6. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG METER ENERGI 3P-3W
DENGAN 2 CT DAN 2 PT TEGANGAN MENENGAH/TINGGI
METER ENERGI
3P-3W
source
R S T

K
s1
s2
L

K
s1
s2
L

PT 20 000 100 V

load 21
7. PENGUKURAN TDK LANGSUNG METER 3P-3W DAN METER 3P-4W
DENGAN 2 CT DAN 3 PT TEGANGAN MENENGAH/TINGGI
METER ENERGI METER ENERGI
3P-3W 3P-4W
source
R S T

K
s1
s2
L

K
s1
s2
L

PT 20 000 100
3 3
V
load 22
7a. PENGUKURAN TDK LANGSUNG METER 3P-3W DAN METER 3P-4W
DENGAN 2 CT DAN 3 PT TEGANGAN MENENGAH/TINGGI
METER ENERGI METER ENERGI
3P-4W 3P-3W
source
R S T

K
s1
s2
L

K
s1
s2
L

PT 20 000 100
3 3
V
load 22
23
V. PEMASANGAN DAN PENGAMANAN
ALAT UKUR ENERGI DAN
PERLENGKAPANNYA

24
1. PEMASANGAN ALAT PENGUKUR ENERGI.
Alat pengukur harus dipasang pada tempat yang terhindar dari gangguan lingkungan
sekirarnya, meter harus dihindarkan dari :
a. Air hujan.
b. Sinar matahari langsung.
c. Debu, asap yang mengandung gas yang korosif.
d. Suhu sekitarnya tidak melebihi 400 C.
e. Benda atau binatang pengerat yang dapat merusak kabel.
f. Tegak lurus.
g. Pengaruh medan magnet.

2. PENGAMAN ALAT UKUR


Agar kinerja alat ukur akurat perlu dilakukan pengamanan, kecuali dari gangguan
lingkungan sekitarnya juga dari tindakan yang disengaja oleh oknum tertentu untuk
mempengaruhi kinerja alat pengukur energi. Untuk mengurangi hal tersebut semua
peralatan yang dapat dibuka harus disegel atau dikunci, kecuali memang pelanggan
diperkenankan untuk membuka.

25
a. Penyegelan
Yang harus disegel :
1. Tutup meter.
2. Tutup terminal arus dan tegangan meter.
3. Tutup terminal arus pembatas.
4. O A K
5. Tutup kotak APP
6. Tutup terminal CT
7. Tutup terminal PT
8. Pintu gardu/sel pengukuran

b. Kunci/gembok
Pintu gardu/sel pengukuran atau tutup kotak APP khusus yang dikondisikan dapat
dipasang kunci/gembok harus dipasang kunci/gembok khusus yang biasa maupun
yang elektronok.

26
VI. KESALAHAN PENGAWATAN

27
1. Polaritas arus terbalik satu fasa pada kWh meter 3P – 4W
W1 W2 W3

V1

I3
I1 Q3

I2 Q1 Q2
V1
V3 - I1
V2 I3 load V2
I2
V3

Rangkaian kWh meter 1p-2w


Daya P = v1 . - I1 + v2 . I2 + v3 . I3
= v1 . - I1. cos Q1 + v2 . I2 . Cos Q2 + v3 . I3 . Cos Q3
= - w1 + w2 + w3

Bila beban seimbang P = -W + W + W = 1 W


Yang seharusnya P = 3 W, jadi kesalahan penunjukan = - 66 %
28
2. kWh METER 3P – 4W terminal tegangan R tersambung fasa S, terminal
tegangan S tersanbung fasa R
W1 W2 W3

V1

I1
Q1
I3
I1 Q3
In
I2 Q2
V1
V3
V2 I3 load V2
I2
V3

Rangkaian kWh meter 1p-2w


Daya P = w1 + w2 + w3
= v2 . I1 + v1 . I2 + v3 . I3
= v2 . I1. cos (1200 - Q1) + v1 . I2 . Cos ( 1200 + Q2 ) + v3 . I3 . Cos Q3
Misalkan beban seimbang ,maka

Yang seharusnya P = 3 v I , jadi register meter


berhenti
29
3. METER ENERGI 3P-3W , TERMINAL ARUS R
TERHUBUNG TERBALIK V12

V1
METER ENERGI
3P-3W 30 0
source
R S T

180o
V32
I3
K Q3
30 0 Q2
-I1 Q1 V2
s1 I2
V3
s2
L

Misalkan beban dan tegangan seimbang


K
s1
s2
L

PT 20 000 100
3
V
3

30
4. METER ENERGI 3P-3W , TERMINAL TEGANGAN S
TERSAMBUNG DENGAN NETRAL V12

V1
METER ENERGI
3P-3W 30 0
source
I1
R S T Q1

V32
I3
K Q3
30 0 Q2
V2
s1 I2
V3
s2
L

Misalkan beban dan tegangan seimbang

K
s1
s2
L

PT 20 000 100
V
3 3 31
5. BEBAN DIHUBUNGKAN PADA FASA - FASA
METER ENERGI
3P-4W

W1 W2 W3

I1
V1 I2
V2 I3
V3
IN
N IL
V12
Trafo mesin las ( L ) L
380 V , 10 A , cos.Q 0.3
V1
Mesin las dihubungkan pada fasa R
Q1
QL I1 dan S
Maka daya mesin las ( PL )
= V12 . IL . Cos QL
Q2 Daya yang terukur pada kWh meter
I2 V2 P = W1 + W2 + W3
V3
I1 = IL I 2 = - IL I3 = 0
QI = QL – 300 Q2 = QL + 1800 - 1500
Kesimpulan : Daya mesin las PL sama dengan daya yang terukur
pada kWh meter P
PL = P
Burden 10 VA

Power Consumptiom
Current 0.25 VA
Voltage 0.4 VA

Burden 100 VA

32
Power Consumptiom
Current 0.25 VA
Voltage 0.4 VA

Power suply OCR


50 VA

Power suply modem


10 VA
Burden 100 VA

34
SEGEL TUTUP METER

SEGEL TUTUP TERMINAL


ARUS DAN TEGANGAN
SEGEL TUTUP
TERMINAL SEKUBDER PT
SEGEL TUTUP TERMINAL SEKUNDER CT
BEBAN PADA ARUS BOLAK-BALIK

Beban pada arus bolak-balik merupakan impedansi (Z) yang terdiri dari resistan
murni ( R ), reaktansi induktif ( XL ) dan reaktansi kapasitif ( XC ).

1. Arus beban pada R sefasa dengan tegangan.


I
V

2. Arus beban pada XL tertinggal (laging) 900

3. Arus beban pada XC mendahului (leading) 900

V
V
VR VX

XL

XC
Z
R XC
Q Z R
XL XC XL
Z
R
VR = R . I . cosQ
VR = R . I . cosQ
VXL = XL . I . SinQ Z = R2 + (XL + XC)2
VXC = XC . I . SinQ

V= VR2 + (VXL)2 V = (VR)2 + (VXC)2

Z = R2 + (XL)2 Z = R2 + (XC)2
PENGERTIAN DAYA LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK
Telah diketahui karakteristik beban pada rangkaian arus bolak-balik, maka
daya akan terdiri dari :
1. Daya semu (S) = V . I satuan VA
2. Daya aktif (P) = V . I . cos Q satuan watt
3. Daya reaktif (Q) = V . I . sin Q satuan VAr

Hubungan dari ketiga daya tersebut dapat digambarkan sebagai segitiga daya

P
q
Q
S
V12
Daya P = W1 + W3
V1

30 0 W1 = V12 . I1 cos (300 + Q1)


I1 W3 = V32 . I3 cos (300 - Q3)
-I2 Q1

V32
I3
Q3
30 0 Q2
V2
I2
V3

DIAGRAM PHASOR 3P-3W

P = V12 . I1 . Cos(300 + Q1) + V32 . I3 cos(300 – Q3)

Bila tegangan V1 = V2 = V3 V12 = V32 = VL


Bila arus beban I1 = I2 = I3 = IL

P = VL . IL. Cos(300 + Q1) + VL . IL . cos(300 – Q3)


= VL . IL {cos (300 + Q) +cos (300 - Q)}
2 Cos a Cos b = Cos (a+b) + Cos (a-b)

P = VL . IL . 2 . Cos 300 . Cos Q


= VL . IL . 2 . 0,866 . Cos Q
= 1,732 . VL . IL . Cos Q
Rumus trigonometri untuk jumlah dan selisih sudut.

Rumus trigonometri untuk sudut rangkap (2a).


Sin 2 a = 2 Sin a . cos a
Sin 3 a = -4 Sin3 a + 3 Sin a
Cos 2 a = Cos2 a – Sin2 a
Cos 2 a = 1 – 2 Sin2 a
Cos 2 a = 2 Cos2 a – 1
Cos 3a = 4 Cos3 a – 3 Cos a

Rumus trigonometri sudut pertengahan (1/2 a).


Rumus trigonometri perkalian sinus dan cosinus.
2 Sin a Cos b = Sin (a+b) + Sin (a-b)
2 Cos a Sin b = Sin (a+b) – Sin (a-b)
2 Cos a Cos b = Cos (a+b) + Cos (a-b)
2 Sin a Sin b = – { Cos (a+b) – Cos (a-b) }
Rumus jumlah dan selisih trigonometri.

Anda mungkin juga menyukai