Demam Berdarah
Demam Berdarah
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan pada masyarakat
mengenai penyakit demam berdarah agar tumbuh kesadaran untuk mencegah demam
berdarah atau jika memang salah satu anggota keluarga ada gejala yang menunjukan
bahwa ia terkena demam berdarah, masyarakat memiliki kesadaran untuk segera
membawa ke pusat pelayanan kesehatan. Sehingga mampu mengurangi angka
kematian yang ditimbulkan oleh demam berdarah. Selain itu juga makalah ini
diharapkan akan memberi pengetahuan kepada tenaga medis khususnya perawat
mengenai virus penyebab penyakit itu sendiri, gejala, pencegahan, yang harus
diberikan terhadap penderita demam berdarah. Juga untuk memenuhi tugas mata
pelajaran kimia.
9
BAB II
PEMBAHASAN
2. Patofisologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemidi tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
muncul pada systemretikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairanintravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi,hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
C. Pencegahan
Masyarakat sekarang ini banyak mengandalkan pembrantasan DBD dengan
melalui cara fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut
diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari PE dan kemudian pengajuan surat
penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena fogging tidak baik apabila
diterapkan terlalu sering.
Disamping itu, untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat beberapa cara
sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan keuletan setiap penghuni
rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif untuk mencegah penularan DBD
9
adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular, mengurangi populasi nyamuk
penular, dan mengenali cara hidup nyamuknya. pencegahan bisa dilakukan dengan
sederhana yaitu bisa dengan menggunakan istilah 3M, meguras, mengubur, menutup.
Untuk mencegah penyakit DBD setiap keluarga dianjurkan untuk melaksanakan "3M"
dirumah dan halaman masing-masing dengan melibatkan seluruh keluarga, dengan
cara sebagai berikut :
•Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali
•Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
•Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali
•Mengganti air tempat minum burung
•Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air
Menabur bubuk abate atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit
dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air
hujan. Memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air. Takaran abate : 1 sendok
peres (+ 10 gram) untuk 100 liter air .Takaran altosid : 1/4 sendok peres (+ 2,5 gram)
untuk 100 liter.
Tetapi akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat
ditempuh melalui 3M, cara terefektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang
Jentik dan Nyamuk). PSJN merupakan cara paling ‘mujarab’ untuk menekan angka
kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat Penampungan
Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup nyamuk. Dan upaya dalam
menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara diantaranya adalah melalui
Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik (Siswa
Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang bertugas memantau 10
rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga
memberikan penyuluhan:
Ikanisasi
Abatesasi (temephos) Dilaksanakan di desa / kelurahan endemis terutama
disekolah dan di tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan air dirumah
dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes Aegypti. Ditaburi bubuk abate dengan
dosisi satu sendok maka(10 gr). Abate untuk 100 liter air.
Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar .
9
Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari menurunnya
angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di wilayah mana pun,
termasuk di wilayah elit. ”Hindari gigitan nyamuk dengan turunkan populasi,”. Melalui
kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, maka secara otomatis akan
menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari
upaya-upaya memberantas DBD pun akanterealisasi, dengan begitu tidak akan
memberi kesempatan bagi si nyamuk untuk berkembang
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai
sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan
berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DBD nya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyebab DBD yaitu:
- Perubahan cuaca yang ekstrem
- Ketidak pedulian masyarakat pada lingkungan sekitar makin memicu
nyamuk tersebut berkembang biak pada air jernih, sejuk dan gelap
2. Pencegahan DBD:
- Fogging
- 3M
- Ikanisasi
- Abatesasi (temephos)
B. Saran
Hendaknya masyarakat lebih peka terhadap keadaan lingkungan pada saat
terjadi perubahan cuaca atau pada saat lingkungan dalam keadaan tidak sehat. Selain
itu untuk mencegah terjadinya DBD masyarakat juga bisa melakukan dengan cara 3M
di rumahdan lingkungan sekitar. Dapat juga dilakukan penyuluhan seperti fogging,
ikanisasi dan abatesasi.
9