Anda di halaman 1dari 2

URGENSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA ORGANISASI KEMAHASISWAAN

Refleksi 60 Tahun PMII Cabang Kabupaten Indramayu

Oleh : Bahrul Ulum

Ketua Umum PK Persiapan PMII STIDKI NU Indramayu

Maraknya kasus Tindak Pidana korupsi di Indonesia menjadi salah satu tantangan
tersendiri bagi setiap organisasi untuk melawannya. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar
juga turut melawan tindakan korupsi. Sebagai Agen Of Change mesti berada di garda
terdepan untuk melawan korupsi. Sikap kritis dan idealis menjadi ruh pergerakan dalam
diri mahasiswa harus pula diimbangi dengan pendidikan anti korupsi supaya tidak
melahirkan koruptor-koruptor di masa mendatang.

Di indramayu, tindak pidana korupsi sudah menjadi budaya. Dalam kurun waktu
kurang dari 20 tahun terakhir ada 2 kepala daerah yang terjerat tindak pidana korupsi.
Yakni pada tahun 2015, Dr. Irianto Mahfudz Sidiq Syafiuddin yang akrab disapa Yance,
pada saat itu Yance merupakan mantan bupati Indramayu yang terjerat kasus tindak
pidana korupsi PLTU sumuradem. Dan pada tahun 2019 kemarin Drs. Supendi yang juga
terjerat kasus penerimaan suap pengenddalian proyek di wilayah kabupaten Indramayu.
Tentu saja kita ssebagai Agen Of Change berkewajiban untuk memberantas budaya
korupsi khususnya di wilayah indramayu.

Dalam perjalanannya, PMII telah banyak memberikan kontribusi terhadap negeri.


Sebut saja peristiwa reformasi Tahun 1998, PMII turut serta berperan dalam penggulingan
rezim orde lama yang otoriter tersebut. Bukan hanya sampai di situ, PMII juga telah
banyak melahirkan tokoh-tokoh yang mengabdikan dirinya untuk negeri. Khofifah Indar
Parawansa, mantan ketua umum PB KOPRI yang lahir dan besar di PMII sekarang
menjabat sebagai gubernur Jawa Timur, KH. Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq), mubaligh
yang pernah berproses di PMII dan masih banyak alumni PMII yang sukses dalam
berbagai bidang.
Namun, ada juga alumni PMII yang justru malah terjerat Tindakan Pidana Korupsi.
Alih-alih mengabdi pada negara, malah justru merugikan negara. Sebut saja Surya
Dharma Ali yang tak lain adalah mantan ketua umum PB PMII Tahun 1985-1988 yang
terjerat kasus korupsi dana haji pada tahun 2014 lalu. Pada tahun 2019, Imam Nahrawi
alumni PMII yang menjabat sebagai menteri pemuda dan olah raga juga terjerat kasus
korupsi terkait dana hibah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) melalui
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Keduanya merupakan alumni PMII
yang berproses dan belajar di PMII.

Baik alumni maupun kader, keduanya merupakan Brand Ambassador dari sebuah
organisasi. Sudah barang tentu sebagai kader atau alumni berkewajiban menjaga nama
baik organisasi di mata masyarakat. Salah satunya dengan memberikan contoh yang baik.
Tindak pidana korupsi yang melibatkan mantan aktifis menurunkan elektabilitas organisasi
di mata masyarakat luas. Bagaimana tidak, Tindakan (korupsi) yang dulu mereka lawan
sekarang malah justru mereka lakukan.

Mental korupsi memang tidak pernah diajarkan dalam berproses di organisasi


manapun, akan tetapi budaya meminta ketika ada kegiatan menjadikan aktifis
bermentalkan pragmatis dan korup. Oleh karenanya, pendidikan anti korupsi di dalam
organisasi menjadi sangat penting dilakukan sebagai jihad melawan tindak pidana korupsi.
Pendidikan anti korupsi dapat dilakukan dengan kemandirian ekonomi dalam organisasi.
Gerakan kemandirian dalam melakukan berbagai kegiatan di samping sebagai ikhtiar
melawan korupsi juga merupakan wujud cinta dan loyal terhadap organisasi.

Sebagai organisasi yang mewadahi orang-orang terpelajar, sudah sepatutnya


PMII turut andil dalam pencegahan melawan tindak pidana korupsi yang sangat merugikan
negara. Alih-alih berkontribusi dan mengabdi kepada negara malah justru merugikan
negara. Korupsi bukan merupakan tindakan yang sepatutnya dilakukan oleh kaum
terpelajar. Organisasi mestinnya mencetak orang-orang yang terpelajar bukan orang-orang
yang kurang ajar. Oleh karenanya, gerakan kemandirian menjadi upaya pencegahan
menjadikan kader bermental korup. Mari lawan korupsi dengan terbiasa mandiri.

Anda mungkin juga menyukai