Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN REKAYASA IDE

PROFESI KEPENDIDIKAN

PPB-BK/FIP

NILAI:

PENGARUH KEEFEKTIFAN GURU BK TERHADAP JADWAL LAYANAN DAN


RASIO GURU BK DENGAN SISWA DI SMAN 10 MEDAN

NAMA MAHASISWA

1. M. ICHSAN RINALDI 1193151004


2. DEFRAN TRI CAHYO 1193151005
3. PUTRI AFIYAH SALSABILA 1193151008

BIMBINGAN KONSELING – REG A

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
ABSTRAK

Guru Bimbingan dan Konseling yang ada di SMAN 10 MEDAN hanya memegang atau hanya masuk di
kelas 10 saja. Tidak ada jadwal khusus untuk kelas 11 dan 12, padahal setiap siswa sangat memerlukan
layanan dari guru BK untuk mengatasi permasalahannya baik pribadi maupun akademik. Bukan hanya
hal output atau lulusan guru BK yang menjadi faktor yang menghambat fungsi guru BK, ternyata
kuantitas siswa/siswi juga sangat mempengaruhi tidak efektifnya guru BK di sekolah.
Dari hasil observasi kami di SMAN 10 Medan kami melihat hanya ada 1 guru BK tetapi dari pengakuan
pihak sekolah ada 3 orang guru BK dengan total 819 siswa yang kami rasa tidak seimbang dengan jumlah
guru BK. Guru BK harus membuat jadwal juga untuk kelas 11 dan 12 karena layanan BK sangat pentiing
manfaatnya terutama untuk kelas 12 yang akan memasuki perguruan tinggi. Dengan layanan BK,
Konselor dapat membantu siswa dalam mengembangkan minat dan bakat siswa, serta membantu siswa
memilih jurusan yang tepat untuk dirinya disaat memasuki perguruan tinggi. SMAN 10 harus menambah
personil guru BK nya agar dapat menjalankan program-program layanan bimbingan konseling menjadi
efektif. Dengan total 819 siswa, SMAN 10 medan seharusnya mempunyai 5 orang guru BK. Dengan rasio
yang sesuai dengan jumlah siswa membuat pelaksanaan program bimbingan dan konseling terkoordinir
dengan baik.

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Rasio, Jadwal Khusus, Sekolah, Koordinasi.

ABSTRACT

Guidance and counseling teachers who are in SMAN 10 MEDAN only hold or only enter in Grade 10
only. There are no special schedules for grades 11 and 12, whereas every student is in need of a service
from the BK teachers to address the problems both personal and academic. Not only is the output or
graduate teacher BK which is a factor that inhibits the function of master BK, apparently the quantity of
students also greatly affects the ineffectiveness of BK teachers in school.

From our observations at SMAN 10 Medan we saw only 1 teacher BK but from the school recognition
there are 3 teachers BK with a total of 819 students who we feel are not balanced by the number of
teachers BK. Master BK should make a schedule also for grades 11 and 12 because the BK service is very
important its benefits especially for the 12th grade that will enter the college. With the BK service,
counsellors can assist students in developing students ' interests and talents, and help students choose the
right course for themselves when they enter college. SMAN 10 must add his BK teacher personnel in
order to be able to run counseling services programs effectively. With a total of 819 students, SMAN 10

1
Medan should have 5 teachers of BK. With ratios that correspond to the number of students making the
implementation of the mentoring and counseling programs well coordinated.

Keywords: Counseling guidance, ratios, special schedules, school, coordination

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide Mata Kuliah
Profesi Kependidikan di SMA Negeri 10 Medan dengan tepat waktu.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah yang selaku memberikan
tugas dan sudah berkenan untuk membaca makalah kami.

Makalah kami masih jauh dari sempurna. Sekiranya dapat diberikan kritik dan saran yang
membangun. Serta makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk pihak lain dan kepentingan
umum lainnya.

Medan, 04 April 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

DAFTAR ISI ............................................................................................................................4

BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................................................5

1.1 Rasionalisasi Permasalahan....................................................................................5

1.2 Tujuan ....................................................................................................................5

1.3 Manfaat...................................................................................................................5

BAB II: IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESI KEPENDIDIKAN....................6

2.1 Permasalahan Umum Profesi Kependidikan..........................................................6

2.2 Identifikasi Permasalahan.......................................................................................6

BAB III: SOLUSI DAN PEMBAHASAN ..............................................................................8

3.1 Solusi dan Pembahasan Permasalahan....................................................................8

BAB IV: PENUTUP................................................................................................................11

4.1 Kesimpulan...........................................................................................................11

4.2 Saran.....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................12

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan

Program layanan BK yang diadakan oleh SMA Negeri 10 Medan dirasa masih belum
maksimal. Karena salah satu layanan BK yaitu layanan klasikal hanya dilaksanakan pada siswa
kelas 10. Layanan BK yang lain tidak ditentukan pada saat kapan waktu pelayanannya akan
dilaksanakan.

Serta mengenai rasio dari guru BK yang ada di SMA Negeri 10 Medan. Jumlah guru BK
di sekolah tersebut tidak dapat memberikan layanan yang maksimal kepada jumlah siswa yang
ada pada sekolah tersebut. Walaupun masalah siswa tidak setiap kali ada, tetapi banyak sekali
data yang harus dibuat dan dipersiapkan oleh guru BK.

Maka, dari itu permasalahan pada Rekayasa Ide Mata Kuliah Profesi Kependidikan kali
ini adalah kurangnya jadwal khusus yang diberikan oleh guru BK serta rasio guru BK pada SMA
Negeri 10 Medan.

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengembangkan ide dari suatu
permasalahan yang telah diteliti

1.3 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang Profesi Kependidikan
2. Membuat mahasiswa lebih menganalisis suatu permasalahan
3. Menjadikan mahasiswa terbiasa untuk mencari solusi dari suatu permasalahan.

5
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1 Permasalahan Umum Profesi Kependidikan


Masalah yang sering ditemukan pada profesi kependidikan adalah kurangnya kualitas
dari guru tersebut. Dimana guru yang mengajar belum memiliki kualifikasi yang baik. Ada guru
yang mengajar lebih dari 1 (satu) mata pelajaran yang sebenarnya bukan inti dari pengetahuan
yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan tidak maksimalnya proses belajar-mengajar.
Lalu ada pula permasalahan mengenai jumlah guru yang kurang pada substansi
pendidikan. Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan
jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag
tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas
sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses
belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20
anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.

2.2 Identifikasi Permasalahan

Dari hasil observasi, kami menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru
BK dan siswa di SMAN 10 MEDAN, yaitu:

a. Kurangnya jadwal khusus untuk mata pelajaran Bimbingan dan Konseling. Guru Bimbingan
dan Konseling yang ada di SMAN 10 MEDAN hanya memegang atau hanya masuk di kelas
10 saja. Tidak ada jadwal khusus untuk kelas 11 dan 12, padahal setiap siswa sangat
memerlukan layanan dari guru BK untuk mengatasi permasalahannya baik pribadi maupun
akademik. Kelas 11 dan 12 hanya di berikan layanan yang tidak terjadwal dan tidak tentu
kapan akan dilaksanakan. Guru BK SMAN 10 Mengatakan bahwa hanya layanan klasikal saja
ia terus menerus masuk kelas. Tapi kalau untuk BKP ia hanya sebulan sekali. Kalau masalah
konseling kelompok ia melaksanakannya pada saat ada masalah saja. Ketika ada masalah
yang lagi trend pasti akan ia angkat untuk jadi pembahasan . seperti Covid-19..

6
b. Bukan hanya hal output atau lulusan guru BK yang menjadi faktor yang menghambat fungsi
guru BK, ternyata kuantitas siswa/siswi juga sangat mempengaruhi tidak efektifnya guru BK
di sekolah. Coba kita bayangkan disebuah sekolah memliki peserta didik 1500 dan memilki
tenaga pengajar BK 10 orang, jadi 1 guru BK akan menangani 150 siswa. pertanyaannya,
apakah bisa 1 orang akan mengawasi 150 siswa dengan karakter dan keperibbadian yang
berbeda-beda. Sungguh tidak akan mungkin  terkoordinir keseluruhannya (Ahmad
Zaenuddin, 2019). Rasio jumlah guru Bimbingan dan Konseling dengan jumlah siswa di
SMAN 10 MEDAN tidaklah seimbang. Sehingga mengakibatkan kurangnya keefektifan
program layanan BK yang diberikan oleh guru BK. Dari hasil observasi kami di SMAN 10
Medan kami melihat hanya ada 1 guru BK tetapi dari pengakuan pihak sekolah ada 3 orang
guru BK dengan total 819 siswa yang kami rasa tidak seimbang dengan jumlah guru BK.

7
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Kurangnya jadwal khusus untuk mata pelajaran Bimbingan dan Konseling

Dalam Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Kurikulum Bimbingan) perlu adanya
tatap muka dengan peserta didik yang diprogramkan melalui Layanan Bimbingan
Klasikal/Bimbingan Kelas. Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan
kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan
pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa
diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). Ini merupakan isi dari Strategi
Pelaksanaan Pelayanan Dasar. Pelayanan Dasar bertujuan untuk membantu semua konseli
agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Solusinya yaitu guru BK harus membuat jadwal juga untuk kelas 11 dan 12 karena
layanan BK sangat pentiing manfaatnya terutama untuk kelas 12 yang akan memasuki
perguruan tinggi. Dengan layanan BK, Konselor dapat membantu siswa dalam
mengembangkan minat dan bakat siswa, serta membantu siswa memilih jurusan yang tepat
untuk dirinya disaat memasuki perguruuan tinggi. Hal terpenting lainnya yaitu setiap siswa
akan selalu mengalammi masalah dalam pendidikan sehingga tidak memandang tingkatan
sehingga dibutuhkan layanan bimbingan dan konseling.

Semakin berkembangnya zaman, bimbingan konseling pun ikut merasakan dampak dari
kemajuan zaman tersebut. Solusi lainnya yaitu dengan memanfaatkan IT dapat berupa
konseling online atau pengembangan aplikasi sehingga tanpa jadwal khusus pun
pelaksanaan program dapat berjalan., tujuannya yaitu:

1. Untuk mempermudah konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik. Kemudahan akses dan penyimpanan serta pengolahan data yang didapat
melalui penggunaan TI menjadi alasan utama mudahnya konselor dalam memberikan
layanan bagi peserta didik.

8
2. Memberikan alat bantu baik bagi siswa maupun konselor dalam upaya melakukan
investigasi tentang minat, bakat, serta pilihan – pilihan karir, statistik pekerjaan dan
pendidikan yang dibutuhkan untuk memperoleh capaian karir tertentu serta mengintai
kesempatan yang bisa didapat.
3. Membantu siswa dalam mencapai kesadaran diri, melakukan eksplorasi diri, memecahkan
masalah – masalah pribadi serta sosial dan mengembangkan keterampilan dalam mengambil
keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi.
4. Untuk meningkatkan minat atau daya tarik siswa terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakan oleh konselor. Melalui perangkat multimedia yang disajikan
oleh konselor siswa akan tertarik untuk memahami materi layanan yang tentunya penting
bagi perkembangannya dalam menjalani kehidupan secara mandiri.
5. Mempermudah akses siswa dalam memperoleh layanan bimbingan dan konseling serta
berbagai macam sumber informasi yang penting bagi pengenbangan diri siswa

3.2 Rasio jumlah guru Bimbingan dan Konseling dengan jumlah siswa di SMAN 10
Medan tidaklah seimbang.
Pada tahun 2013 kuantitas guru BK sangat tidak sebanding dengan kuantitas peserta didik
disekolah seluruh indosesia, Jumlah guru bimbingan dan konseling di Indonesia saat itu hanya
sekitar 33.000 orang. Padahal, untuk melayani sekitar 18,8 juta siswa SMP / MTs dan SMA /
SMK / MA dibutuhkan lebih dari 125,572 guru bimbingan dan konseling."Berarti kekurangan
guru bimbingan dan konseling sekitar 92,572 orang",ujar Ketua Umum Pengurus Besar Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) serta Guru Besar Bimbingan dan Konseling di
Universitas Negeri Semarang, Bapak Mungin Eddy Wibowo.

Sejatinya, seorang guru pembimbing, bertanggung jawab terhadap 150 orang siswa. Maka,
ketika satu sekolah mempunyai siswa 700-800 siswa, guru pembimbing yang benar-benar dari
bimbingan konseling harusnya berjumlah lima orang.

Sebagai pelaksana dan penyelenggara kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, guru
pembimbing seharusnya memiliki berbagai pengetahuan, pemahaman serta keahlian di bidang
bimbingan dan konseling itu sendiri, serta perkembangan baik keilmuan ataupun kejadian yang
berhubungan dengan pengayaan metode serta penambahan wawasan terhadap siswa asuh,

9
sehingga layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
sebagaimana yang tercantum dalam SK Menpan No 84/1993 pasal (3) bahwa tugas pokok guru
pembimbing itu adalah menyusun program bimbingan konseling, melaksanakan program,
evaluasi pelaksanaan program, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak
lanjut dalam program bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.

Untuk mewujudkannya SMAN 10 harus menambah personil guru BK nya agar dapat
menjalankan program-program layanan bimbingan konseling menjadi efektif. Dengan total 819
siswa, SMAN 10 medan seharusnya mempunyai 5 orang guru BK. Dengan rasio yang sesuai
dengan jumlah siswa membuat pelaksanaan program bimbingan dan konseling terkoordinir
dengan baik.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sebagai pelaksana dan penyelenggara kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, guru
pembimbing seharusnya memiliki berbagai pengetahuan, pemahaman serta keahlian di bidang
bimbingan dan konseling itu sendiri, serta perkembangan baik keilmuan ataupun kejadian yang
berhubungan dengan pengayaan metode serta penambahan wawasan terhadap siswa asuh,
sehingga layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
sebagaimana yang tercantum dalam SK Menpan No 84/1993 pasal (3) bahwa tugas pokok guru
pembimbing itu adalah menyusun program bimbingan konseling, melaksanakan program,
evaluasi pelaksanaan program, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak
lanjut dalam program bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dengan rasio yang sesuai dengan jumlah siswa membuat pelaksanaan program
bimbingan dan konseling terkoordinir dengan baik.

4.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kepada para pembaca dipersilahkan untuk
memberikan saran dan kritik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fathur Rahman. tt.  Modul Ajar Pengembangan dan Evaluasi Program BK. Pendidikan Profesi
Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor (PPGBK). Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Zaenudin, Ahmad. 1 Guru BK VS 150 Siswa. (2019). Diambil dari:

https://www.kompasiana.com/zeen18190029/5c7c203512ae94658f5dc043/pendidikan-satu-
guru-bk-vs-150-murid. Diakses Pada 15 April 2020.

Zamroni, Edris. (2012). Pemanfaatan Tekonologi Informasi (TI) Dalam Layanan Bimbingan
Dan Konseling Sebagai Representasi Berkembangnya Budaya Profesional Konselor Dalam
Melayani Siswa. Diambil dari: http://konselorindonesia.blogspot.com/2012/12/pemanfaatan-
tekonologi-informasi-ti_12.html. Diakses Pada 15 April 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai