Anda di halaman 1dari 17

Karakteristik MBS Dan Peningkatan Mutu

Pendidikan Di Sekolah Dasar

Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa : Melani Etika Siburian 119331113
Theresia Febiola Sitorus 119331119
Tresia Sibagariang 119331123
Winda Utami 119331126
Mustiranda Ginting 119331140
Rahmadani Hasibuan 119331150
Kelas : PGSD J 2019
Dosen Pengampu : Dra. Sorta Simanjuntak, MS
Mata Kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa Nya
mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dra. Sorta Simanjuntak, MS, selaku
dosen pengampu Manajemen Berbasis Sekolah Universitas Negeri Medan atas kesempatan yang
telah diberikan kepada penulis untuk mengerjakan makalah dengan tema ‟Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah” ini, dan kepada semua teman serta orangtua teristimewa yang
telah memberikan dorongan dan doa kepada penulis dan juga memberikan bantuan kepada
penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Tak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi karya yang lebih baik
dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat melengkapi tugas penulis sebagai mahasiswa dan
untuk mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.

Medan, September 2021


Penulis

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
A. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah .................................................................................... 3
B. Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Sekolah .............................................................................. 10
C. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan ............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen sekolah selama Orde Baru telah menempatkan sekolah pada posisi marginal,
kurang diberdayakan tetapi malah diperdayakan, kurang mandiri, pasif menunggu intruksi,
bahkan inisiatif dan kreativitasnya berkembang terpasung. Tetapi sejak diberlakukannya otonomi
daerah 1 Januari 2001, Depdiknas terdorong untuk melakukan reorientasi manjemen sekolah dari
manajemen pendidikan berbasis pusat menjadi Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS yang
disebut juga Site Based Management yang diterapkan menjadi MBS.

Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS merupakan suatu paradigm baru dalam
pendidikan Indonesia. MBS ini memungkinkan adanya pengembangan pendidikan yang mampu
mencetak enerasi-generasi unggulan yang mampu bersaing dalam dunia global. MBS
mendasarkan pada adanya otonomi yaitu adanya kebebasan tiap daerah untuk mengembangkan
dan meningkatkan apa-apa yang dipunyai termasuk dalam hal pendidikan.

MBS dimaksudkan untuk meningkatkan otonomi sekolah, menentukan sendiri apa yang
perlu diajarkan dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi. MBS juga memiliki
potensi yang besar untuk menciptakan kepala sekolah, guru dan administrator yang professional.
Oleh karena itu, sekolah akan bersifat responsif terhadap kebutuhan masing-masing siswa dan
masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan melalui partisipasi langsung
orangtua dan masyarakat.

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa sekolah yang menggunakan MBS


mensyaratkan adanya pembelajaran yang efektif dengan adanya partisipasi dari banyak pihak
yang terkait dengan pendidikan itu. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik MBS yang perlu
diperhatikan dan dipenuhi dalam rangka penggunaan MBS tersebut dengan baik dan sukses.
Karakteristik tersebut juga dapat menjadi pegangan dan arahan dalam rangka tercapainya MBS
dengan memusatkan pada perkembangan anak bukan hanya mengetahui, tetapi juga memahami
nilai dan sadar akan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

1
Hal ini juga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dimana seperti kutipan
pengertian Mutu Pendidikan dari Buku Petunjuk Peningkatan Mutu Sekolah Dasar yang
diterbitkan pada tahun 2016 oleh Departemen Dalam Negeri bekerjasama dengan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa Mutu Pendidikan bukan sesuatu yang statis, namun konsep
yang berkembang seirama dengan tuntunan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan
kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas Dumber Daya
Manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
2. Bagaimana penerapan MBS meningkatkan mutu sekolah?
3. Bagaimana peran MBS sebagai proses pemberdayaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah.
2. Untuk memahami penerapan MBS dalam meningkatkan mutu sekolah.
3. Untuk mengetahui dan memahami MBS sebagai proses pemberdayaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah
yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MBS,
sejumlah karakteristik MBS perlu dimiliki. Karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan
karakteristik sekolah efektif. Jika MBS merupakan wadah/kerangka, sekolah efektif merupakan
isinya. Oleh karena itu, karakteristik MBS memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif
yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.

Secara umum karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah adalah: sekolah tersebut


menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, sekolah merupakan agen perubahan, adanya
komunikasi yang efektif antara warga sekolah, kepemimpinan yang efektif (memiliki
kepribadian, manajerial, kewirausahaan), adanya kolaboratif team work, memiliki tujuan
bersama, adanya learning to discovery, dan adanya stakeholders.

Selain itu, karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah tidak akan lepas dari karakteristik
sekolah yang efektif yaitu: adanya perencanaan yang baik, kegiatan pembelajaran direncanakan
dengan baik, adanya manajemen yang baik antara komponen-komponen sekolah, kegiatan
pembelajaran memungkinkan adanya keaktifan dan partisipasi siswa, adanya partisipasi yang
tinggi dari orang tua dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah, pendidik danpemimpin yang berkompeten.

Dalam menguraikan karakteristik MBS pendekatan sistem, yaitu input, proses, dan output
digunakan untuk memandunya (Rohiyat, 2010). Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah
merupakan sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik MBS (yang juga karakteristik
sekolah efektif didasarkan pada input, proses, dan output). Uraian berikut dimulai dari output dan
diakhiri dengan input karena output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses
memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki tingkat
kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output

1. Output yang Diharapkan

3
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan
output yang berupa prestasi non akademik (nonacademic achievement). Output prestasi
akademik misalnya, NUAN/NUNAS, lomba karya ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris,
Matematika, Fisika), cara berfikir (kritis, kreatif divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan
ilmiah). Output nonakademik, misalnya akhlak/budi pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti
bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama,
solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan
kepramukaan.

2. Proses

Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut:

a. Proses Belajar Mengajar dengan Efektivitas yang Tinggi

Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi.
Hal ini ditunjukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. PBM
bukan sekedar memorisasi dan recall atau penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa
yang diajarkan (logos), tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan
sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos) serta dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (pathos). Belajar yang efektif juga mengacu pada
pilar-pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu:

 Learning to know yaitu belajar untuk mengetahui


 Learning to do yaitu belajar untuk melakukan
 Learning to live together yaitu belajar untuk bermasyarakat
 Learning to be yaitu belajar tentang apa yang bisa dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari, serta ditambah dengan
 Learning to religi yaitu belajar untuk memahami agama.

Dengan demikian maka kegiatan pembelajaran akan dapat memiliki efektivitas yang tinggi.

b. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat

4
Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang
tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
c. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa untuk
meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah yang tangguh memiliki
kemampuan memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia, untuk
mencapai tujuan sekolah.
d. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah dengan MBS memiliki lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah memiliki
lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu, sekolah yang efektif
selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, dan tertib melalui pengupayaan
faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini, kepala sekolah
memegang peranan yang sangat penting.
e. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Sekolah dengan SBM memiliki pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Tenaga
kependidikan, terutama guru merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan
wadah dan sekolah yang menerapkan MBS menyadari tentang hal ini. Oleh karena itu,
pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisa kebutuhan, perencanaan,
pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga imbal jasa merupakan garapan
penting bagi seorang kepala sekolah.
f. Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Sekolah MBS memiliki budaya mutu yang memiliki elemn-elemen sebagai berikut: (a)
informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili/mengontrol
orang; (b) kewenangan harus sebatas pada tanggungjawab; (c) hasil harus diikuti
penghargaan (rewards) atau sanksi (punishment); (d) kolaborasi dan sinergi, bukan
kompetisi, harus menjadi basis untuk kerjasama; (e) warga sekolah merasa aman terhadap

5
pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; (g) imbal jasa harus sepadan
dengan nilai pekerjaannya; dan (h) warga sekolah merasa memiliki sekolah.
g. Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
Sekolah dengan MBS memiliki Team work. Team Work merupakan karakteristik yang
dituntut oleh MBS, karena output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan
hasil individual.
h. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah dengan MBS memiliki ewenangan sekolah yaitu melaksanakan yang terbaik bagi
sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang baik.
Untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan
tuganya.
i. Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin
tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin besar pula rasa tanggung jawab,
makin besar pula tingkat dedikasinya.
j. Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang
menerapkan MBS. Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya yang selalu
melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
k. Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologi dan Fisik)
Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah.
Sebaliknya, kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang dimaksud dengan
perubahan adalah peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis. Artinya, setiap
perubahan dilakukan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada peningkatan)
terutama mutu peserta didik.
l. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Sekolah dengan MBS selalu melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap
dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil

6
evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar
di sekolah. Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka
meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan dan terus menerus.
m. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan
mutu. Oleh karena itu, sekolah harus selalu dapat membaca lingkungan dan menanggapinya
secara cepat dan tepat. Sekolah dituntut untuk tidak hanya mampu menyesuaikan diri
terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin
akan terjadi. Menjemput bola adalah padanan kata yang tepat bagi istilah antisipatif.
n. Memiliki Komunikasi yang Baik
Sekolah dengan MBS memiliki komunikasi yang baik, terutama antar warga sekolah dan
juga antara sekolah dan masyarakat sehingga kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap warga
sekolah dapat diketahui. Dengan cara seperti ini, keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat
diupayakan untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang telah dipatok. Selain itu,
komunikasi yang baik juga akan membentuk teamwork yang kuat, kompak, dan cerdas
sehingga berbagai kegiatan sekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah.
o. Sekolah Memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi
yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat.
Berdasarkan laporan hasil program tersebut, pemerintah dapat menilai apakah program MBS
telah mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak.
p. Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah Baik
Sekolah efektif melaksanakan manajemen lingkungan hidup sekolah secara efektif. Sekolah
memiliki perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian, dan pengevaluasian
pendidikan kecakapan hidup (program adiwiyata) yang dikembangkan secara terus menerus
dari waktu ke waktu. Sekolah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan hidup dan mampu
mengubah perilaku dan sikap warga sekolah untuk menuju lingkungan hidup yang sehat.
q. Sekolah Memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas

7
Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya
(sustainabilitas), baik dalam program maupun pendanaannya. Sustainabilitas program dapat
dilihat dari berkelanjutan program-program yang telah dirintis sebelumnya dan bahkan
berkembang menjadi program-program baru yang belum pernah ada sebelumnya

3. Input Pendidikan
a. Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan, dan
sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut
dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua warga sekolah sehingga
tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada kepemilikan karakter mutu
oleh warga sekolah.
b. Sumberdaya Tersedia dan Siap
Sumberdaya merupakan input penting yang diperlukan untuk kelangsungan proses
pendidikan di sekolah. Tanpa sumberdaya yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak
akan berlangsung secara memadai dan pada akhirnya sasaran sekolah tidak akan tercapai.
Sumberdaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya
selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa
sumberdaya selebihnya tidak mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah tanpa
campur tangan sumber daya manusia.
c. Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
Meskipun pada butir (b) telah disinggung tentang ketersediaan dan kesiapan sumberdaya
manusia (staff), pada butir ini perlu ditekankan lagi karena staf merupakan jiwa sekolah.
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu (kompeten) dan berdedikasi
tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas, yaitu bagi sekolah yang ingin memiliki
efektivitas yang tinggi, kepemilikan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan
suatu keharusan.
d. Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
Sekolah yang menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk
meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan
motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Guru memiliki

8
komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai tingkat prestasi
yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumberdaya pendidikan yang ada di
sekolah.
e. Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa)
Pelanggan, terutama siswa, harus menjadi fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua
input dan proses yang dikerahkan di sekolah tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu dan
kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari semua hal tersebut adalah penyiapan input
dan proses belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan
yang diharapkan dari siswa.
f. Input Manajemen
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki input manajemen yang memadai untuk
menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya
menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif.

Dengan demikian, secara umum karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (Syaiful Sagala,
2011)adalah:

1. Kemandirian, yang menggambarkan otonomi manajemen sekolah yang efektif dan


layanan belajar yang bermutu, menggunakan evaluasi hasil belajar yang standar, prestasi
pembelajaran.
2. Kemitraan, memanfaatkan potensi pemangku kepentingan sekolah (pemberdayaan
potensi sekolah) dan masyarakat.
3. Partsiipasi, kepemimpinan sekolah yang lugas, visioner, antisipasif dan berjiwa
enterpreneurship mengikutsertakan potensi sumber daya sekolah.
4. Keterbukaan, senantiasa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan kompetitif.
5. Akuntabilitas, melakukan analisis kebutuhan, perencanaan pengembangan, dan evaluasi
kinerja sesuai visi misi untuk mencapai tujuan dan target sekolah, menyediakan
kesejahteraan personal sekolah yang cukup dan pantas.
6. Sekolah tersebut menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran
7. Sekolah merupakan agen perubahan
8. Adanya komunikasi yang efektif antara warga sekolah

9
9. Kepemimpinan yang efektif (memiliki kepribadian, manajerial, kewirausahaan)
10. Adanya kolaboratif team work dan memiliki tujuan bersama
11. Adanya learning to discovery, dan adanya stakeholders.

B. Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Sekolah


Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah mengaplikasikan sekumpulan teknik yang
mendasar pada kesediaan data dan pemberdayaan suatu sekolah untuk secara berkeseimbangan
meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta
didik dan masyarakat.

Sagala (2011:170) bahwa mutu pendidikan adalah gambaran dan karakteristik


menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang kemampuannya
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses, dan output
pendidikan.

Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan SDM yang sangat penting
maknanya bagi pembangunan nasional, justru dikatakan masa depan bangsa itu terletak pada
keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya
muncul apabila terdapat sekolah yang manajemennya bagus.

Standar yang menjadi acuan pendidikan termasuk di dalamnya sekolah, adalah


berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sebagaimana yang tercantum dalam Bab II tentang lingkup, fungsi dan tujuan. Pada pasal 2 ayat
(1) dinyatakan tentang lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pada
pasal 54 ayat (4) dinyatakan bahwa pengelolaan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah
dipertanggungjawabkan oleh satuan pendidikan kepada rapat dewan pendidik, dan komite
sekolah/madrasah. Dengan mengacu pada standar ini jelaslah bahwa pengelolaan pendidikan
pada sekolah merupakan bagian dari standar pengelolaan dengan melibatkan komite sekolah
yang terdiri dari unsur stakeholders, orang tua siswa, dan masyarakat (Rahman, 2012: 228).

Hal yang dapat di lakukan dalam penerapan MBS untuk meningkatkan mutu sekolah yaitu:

1. Tahapan sosialisasi.

10
2. Merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah.
3. Mengidentifikasi tantangan sekolah.
Dalam penerapan manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah, hal yang
harus di perhatikan yaitu :
1. Dari aspek sumber daya yang tersedia diterapkan dengan menyerahkan atau
mengintruksikan sejumlah pekerjaan yang harus dituntaskan oleh pegawai dalam
hitungan waktu yang cepat dan tepat sasaran.
2. Dari segi keberadaan staf yang berkompeten di sekolah diterapkan dengan memberikan
sejumlah pekerjaan sesuai dengan bidang yang dikuasainya. Adapun dari segi harapan
prestasi yang tinggi diterapkan dengan memberikan apresiasi dan promosi kepada
masing-masing guru dan karyawan yang memiliki pretasi kerja yang baik.

C. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan


Dalam dunia pendidikan, pemberdyaan merupakan cara yang sangat praktis dan produktif
untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Proses untuk mendapat yang terbaik dan produktif
tersebut adalah dengan membagi tanggung jawab secara proporsional kepada para guru. Satu
prinsip terpenting dalam pemberdayaan ini adalah melibatkan guru dalam proses pengambilan
keputusan dan tanggung jawab.

Dalam MBS sendiri, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah


agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efesien. Pada sisi lain, untuk
memberdayakan sekolah harus pula ditempuh upaya-upaya memberdayakan peserta didik dan
masyarakat setempat. MBS sebagai proses pemberdayaan merupakan cara untuk membangkitkan
kemauan dan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan
lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan.

Sedikitnya terdapat delapan langkah pemberdayaaan dalam kaitannya dengan MBS. Delapan
langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyusun kelompok guru sebagai penerima awal atas rencana program pemberdayaan.

2. Mengidentifikasi dan membangun kelompok peserta didik di sekolah.

11
3. Memilih dan melatih guru dan tokoh masyarakat yang terlibat secara langsung dalam
implementasi manajemen berbasis sekolah.

4. Membentuk dewan sekolah yang terdiri dari unsur sekolah, unsur masyarakat di bawah
pengawasan pemerintah daerah.

5. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan para anggota dewan sekolah.

6. Mendukung aktivitas kelompok yang tengah berjalan.

7. Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat.

8. Menyelenggarakan lokakarya untuk evaluasi.

Untuk dapat memahami dan menerapkan MBS sebagai proses pemberdayaan terdapat
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, seperti berikut ini.

1. Pemberdayaan berhubungan dengan upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk


memegang kontrol (atas diri dan lingkungannya);
2. Adanya kesamaan dan kesepadanan kedudukan dalam hubungan kerja;
3. Menggunakan pendekatan partisipatif;
4. Pendidikan untuk keadilan;

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memuat elemen-elemn
sekolah efektif yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output. Karakteristik ini
menerapkan pada keseluruhan aspek pendidikan melalui pendekatan sistem. Karakteristik
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat mengoptimalkan kinerja yang menjadi
acuan adalah proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme, tenaga
kependidikan, serta sistem administrasi secara keseluruhan. Peningkatan mutu dapat diperoleh
antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, serta pemberlakukan sistem insentif
dan disentif. Dengan demikian, mewujudkan pendidikan dengan mengikuti standar mutu sangat
penting sebagai bagian dari produk layanan jasa.

B. Saran
Dengan diterapkannya karakteristik MBS dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah
dasar sebagai suatu bantuan atas permasalahan yang masih sering ada. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan kepala sekolah dan guru-guru dalam memahami MBS dengan baik sehingga
pendidikan akan tercapai, bermutu, dan berkualitas terlebih di sekolah dasar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Ahmad Zaini. 2015. Manajemen Berbasis Sekolah Alternatif Peningkatan Mutu
Pendidikan Madrasah. Jurnal eL-Tarbawi. Volume VIII. No 1

Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya.

Rohiyat. 2010. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.

Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta.makalah

Sagala, Syaiful, (2011). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan: Pembuka
Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi
Sekolah), Bandung: Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai