Ts-Dodi Handriyanto 8915191ojt - Up Paiton
Ts-Dodi Handriyanto 8915191ojt - Up Paiton
Ts-Dodi Handriyanto 8915191ojt - Up Paiton
OLEH:
DODI TRI HANDRIYANTO
(8915191OJT)
2015
UP
PAITON
Telaah Staff
Siswa OJT Angkatan XII PT PJB-UP PAITON
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan Telaah Staff ini yang
berjudul Pengaktifan kembali water spray hopper ship unloader untuk
mengurangi dampak pencemaran debu batubara. Telaah Staff ini disusun pada
saat penulis mengikuti OJT (On the Job Training) di PT PJB Unit Pembangkitan
Paiton.
Seiring dengan selesainya tugas OJT (On the Job Training) dan penulisan
Telaah Staff ini, atas petunjuk, bimbingan serta arahan dari semua pihak penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Abu Hasan, selaku General Manager PT PJB UP Paiton.
2. Juhari Musjan, selaku Manajer Operasi PT PJB UP Paiton.
3. Hendang Suroso, selaku Manajer Keuangan dan Administrasi PT PJB
UP Paiton.
4. I Made Aksara, selaku Supervisor Senior Produksi C PT PJB UP
Paiton.
5. Fauzi Sofwan Islacha selaku mentor pendamping.
6. Teman-teman Produksi C PT PJB Unit Pembangkitan Paiton.
7. Rekan-rekan siswa OJT Angkatan 12 tahun 2015.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Telaah Staff ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran membangun demi sempurnanya penulisan
Telaah Staff ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
2. PERMASALAHAN .................................................................................................. 3
5. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 9
LAMPIRAN ................................................................................................................ 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Perbandingan jaringan paru sehat dengan penderita paru-paru hitam[1] .... 3
Gambar 2 a. Kebakaran yang terjadi pada conveyor di PLTU suralaya b. Kebakaran
pada penyangga bracket carrying idler conveyor A1 dan penanganannya.
c. informasi kebakaran pada Logbook CHCB d. kebakaran di Kebakaran
yang terjadi pada conveyor di PLTU Indramayu ....................................... 5
Gambar 3 Hasil temuan (foto) LSM Binor Green Community di sosial media
mengenai pencemaran debu batubara ........................................................ 6
Gambar 4 a. Line perpipaan water spray hopper SU b. Nozzle tip water spray
hopper SU .................................................................................................. 7
Gambar 5 Proses unloading batubara low rank .......................................................... 8
Gambar 6 a. Tumpukan debu batubara pada conveyor b. Debu batubara di sekitar
coal jetty. .................................................................................................... 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi hasil pemeriksaan faal paru pada pekerja kontrak .......................... 4
Tabel 2 Kisaran besar partikel debu menurut spray system.co ................................... 11
Tabel 3 Jenis nozzle spray dan tempat efektif penggunaannya................................... 11
ABSTRAK
Dalam unit pembangkitan thermal, coal handling system adalah salah satu
sistem penunjang yang berfungsi memasok bahan bakar pada unit utama. Ship
Unloader merupakan peralatan penting pada sistem pembangkitan di PLTU Paiton
unit 1 & 2. Ship Unloader berfungsi untuk membongkar batubara dari tongkang ke
stockpile maupun dari stockpile ke silo. Dalam penggunaanya, ship unloader
digunakan untuk proses unloading dan direct unloading batubara. Proses unloading
merupakan proses pembongkaran batubara dari tongkang menuju stockpile.
Sedangkan proses direct unloading adalah proses pembongkaran batubara dari
tongkang menuju silo.
Permasalan yang muncul dalam proses unloading batubara low rank sering
terjadi gangguan yang mengakibatkan gangguan kesehatan, bahaya kebakaran hingga
mencemari lingkungan. Debu batubara yang tidak terkendali akibat dari water spray
hopper ship unloader yang tidak lagi dioperasikan. Pada telaah staf ini dilakukan
penelitian dengan memberikan masukan akibat dari permasalahan yang muncul,
untuk pengaktifan kembali water spray hopper ship unloader.
Solusi yang dapat dilakukan untuk penanganan debu batubara adalah dengan
dioperasikannya water spray hopper ship unloader. Pengaktifan kembali water spray
hopper ship unloader dilakukan dengan kajian dari sistem water spray. Yaitu dengan
meneliti daya motor, pompa dan sistem perpipaan yang ada kemudian dilakukan
penggantian komponen yang sesuai dengan kebutuhan. Penggantian nozzle tip yang
sesuai dengan jenis dan tempat efektif penggunaan.
1. LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Dalam unit pembangkitan thermal, Sistem bahan bakar adalah salah satu
sistem penunjang yang berfungsi memasok bahan bakar pada unit utama. PLTU UP
Paiton menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. Sebagai bahan bakar
padat, sistem pembongkaran batubara pada umumnya menggunakan ship unloader.
Ship Unloader merupakan peralatan penting pada sistem pembangkitan di
PLTU Paiton unit 1 & 2. Ship Unloader berfungsi untuk membongkar batubara dari
tongkang ke stockpile maupun dari stockpile ke silo. Dalam penggunaanya, ship
unloader digunakan untuk proses unloading dan direct unloading batubara. Proses
unloading merupakan proses pembongkaran batubara dari tongkang menuju
stockpile. Sedangkan proses direct unloading adalah proses pembongkaran batubara
dari tongkang menuju silo.
Jenis batu bara yang di gunakan pada PLTU Paiton unit 1 dan 2 sendiri
terbagi menjadi dua jenis yaitu RH 1 (Reclaim Hopper 1) yang terdiri dari batu bara
dengan kualitas nilai kalor rendah/low rank (3900 – 4900kkal), dan RH 2 (Reclaim
Hopper 2) yang terdiri dari batu bara dengan kualitas nilai kalor yang baik/high rank
(5000 – 5500kkal).
Dalam proses unloading batubara low rank sering terjadi gangguan yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan kerja, gangguan pandangan dan pernapasan
bagi operator yang bekerja di lokal dan di ship unloader, gangguan panel dan sensor
peralatan, dan bahaya kebakaran hingga mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan
oleh batubara low rank cenderung mengandung lebih banyak debu terutama saat
musim kemarau. Debu batu bara yang tidak terkendali tersebut juga disebabkan oleh
peralatan water spray hopper ship unloader yang tidak berfungsi. Dengan adanya
permasalahan tersebut timbul pemikiran untuk mengatasinya dengan cara pengaktifan
kembali water spray hopper ship unloader yang ada dengan mengganti komponen
sistem water spray telah rusak. Sesuai dengan visi misi PT PJB yang salah satunya
adalah ramah lingkungan, kemudian PT PJB mempunyai Program Perusahaan
(PROPER) dimana PT PJB UP Paiton berkomitmen dalam pengurangan pencemaran
udara yang telah tertuang pada kebijakan pengelolaan lingkungan yang mengacu pada
Surat Keputusan General Manager PT PJB UP Paiton Nomor:
033.K/020/UPPTN/2014 point 4 f yang berbunyi: “Berupaya menurunkan emisi
pencemar udara konvensional dan penyebab gas rumah kaca dari sumber bergerak
dan sumber tidak bergerak pada setiap proses utama dan proses pendukung dalam
kegiatan pembangkitan dengan mengendalikan kualitas bahan bakar dan optimasi
kontrol emisi”, dan sebagai implementasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2009,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
1.2 Tujuan
Memberikan masukan untuk pengaktifan kembali water spray hopper ship
unloader agar penyebaran debu batubara dapat terkontrol dan resiko bahaya yang
lebih besar dapat diminamilisir.
1.3 Metodologi
Metodologi yang dilakukan untuk telaah staf ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Penulis mengadakan pengamatan di lapangan dan pengambilan data tentang
kondisi proses unloading batu bara di ship unloader.
2. Metode Konsultasi
Penulis melakukan wawancara atau tanya jawab mengenai proses unloading
dan water spray hopper ship unloader dengan operator PLTU maupun teknisi
pemeliharaan.
3. Metode Literasi
Penulis mengumpulkan handbook, penelitian terdahulu dan informasi yang
berhubungan dengan kondisi batu bara low rank, water spray hopper ship
unloader, nozzle, dan dampaknya bagi lingkungan, pekerja, dan unit.
2. PERMASALAHAN
Sistem water spray hopper sebenarnya sudah terpasang pada ship unloader,
namun semenjak rusak pada tahun 1996 sistem ini sudah tidak pernah diperbaiki dan
dioperasikan lagi. Karena dianggap proses perbaikannya membutuhkan biaya yang
sangat mahal, namun hasil yang di dapat hanya sedikit. Kemudian debu batubara
yang dihasilkan ketika proses unloading saat dahulu tidak sebanyak pada saat ini.
Padahal akibat debu batubara yang tersebar di area coal handling yang tidak
terkendali dapat menyebabkan bahaya-bahaya sebagai berikut:
• Bahaya Gangguan Kesehatan
Debu batubara dapat menyebabkan penyakit apabila para pekerja di sekitar
debu batubara terpapar debu batubara dalam waktu yang cukup lama, debu
batubara yang tidak terkendali dapat dengan mudah masuk ke saluran pernapasan
dan menyebabkan salah satu penyakit yang sering diidap oleh para pekerja
tambang batubara atau para pekerja pembongkaran dan penyaluran batubara
yaitu penyakit paru-paru hitam (pneumokoniosis pekerja batubara).
Data pada tabel 1 diperoleh dari hasil penelitian mahasiswa Universitas Jember
mengenai “Pengaruh paparan debu batubara terhadap gangguan faal paru pada
pekerja kontrak bagian coal handling PT PJB UNIT PEMBANGKITAN
PAITON” pada tahun 2011. Insiden kelainan faal paru pada penelitian ini adalah
dari 51 responden terdapat 22 responden tidak mengalami gangguan faal paru
atau normal sekitar 43,1%, terdapat 1 responden mengalami gangguan faal paru
berupa mixed atau sekitar 2%, terdapat 28 responden mengalami gangguan faal
paru berupa restriktif atau sekitas 54,9%. Untuk kelainan gangguan faal paru
berupa obstruktif tidak ditemukan pada responden. Dari hasil yang didapat
sebanyak 28 responden mengalami gangguan faal paru restriktif. Restriktif yaitu
penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat toxic seperti
debu batubara yang mengganggu saluran pernafasan.
• Bahaya kebakaran
Debu batubara tersebut juga dapat mengakibatkan kebakaran, akibat terlalu
kecilnya partikel debu batubara yang bertebaran, percikan api atau panas (saat
musim kemarau) yang cukup untuk menghasilkan api dapat menyebabkan debu
batu bara tersebut terbakar dengan cepat. Yang lebih berbahaya, karena debu
batubara mengarah ke unit pembangkit dapat menyebabkan kebakaran terjadi di
tempat yang tidak terpantau, atau di tempat yang sulit terjangkau pemadam
kebakaran, sehingga dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar, contoh saja
conveyor pada PLTU Suralaya yang terbakar sampai conveyor utama menuju
silo unit tersebut jatuh. Tentu dapat menyebabkan proses produksi dari PLTU
sendiri terganggu. Pada tanggal 24 Agustus 2015, terjadi kebakaran di penyangga
bracket carrying idler conveyor A1[2]. Pada tanggal 04 Oktober 2015 terjadi
kebakaran di PLTU Indramayu.
Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 4
Telaah Staff
Siswa OJT Angkatan XII PT PJB-UP PAITON
a b
c d
Gambar 2 a. Kebakaran yang terjadi pada conveyor di PLTU suralaya b. Kebakaran pada
penyangga bracket carrying idler conveyor A1 dan penanganannya. c. informasi kebakaran pada
Logbook CHCB d. kebakaran di Kebakaran yang terjadi pada conveyor di PLTU Indramayu
Gambar 3 Hasil temuan (foto) LSM Binor Green Community di sosial media mengenai
pencemaran debu batubara
3. PRA ANGGAPAN
Kondisi saat ini, akibat dari tidak diaktifkannya water spray hopper ship
unloader menyebabkan berbagai macam permasalahan yang sudah terjadi di
lapangan seperti gangguan kesehatan operator ship unloader, lokal dan pekerja di
sekitar CHCB, kebakaran, dan pencemaran lingkungan. Muncul sebuah ide untuk
pengaktifan kembali water spray hopper ship unloader dengan modifikasi nozzle tip
untuk mengurangi dampak pencemaran debu batubara.
1. Water spray hopper ship unloader yang dulu berfungsi untuk menangkap debu
batubara ketika dilakukan proses unloading kini telah rusak dan tidak digunakan
lagi. Dari gambar 3a dan 3b dapat dilihat baik pompa, line perpipaan, dan nozzle
spray telah rusak dan buntu akibat tidak pernah digunakan kembali.
Gambar 4 a. Line perpipaan water spray hopper SU b. Nozzle tip water spray hopper SU
3. Terdapat losses pada batubara yang terjadi selama proses unloading di sekitar coal
jetty, ship unloader, ataupun disekitar jalur conveyor, didapati banyak tumpukan–
tumpukan debu batubara.
Gambar 6 a. Tumpukan debu batubara pada conveyor b. Debu batubara di sekitar coal jetty.
5. PEMBAHASAN
5.1 Water Spray Hopper Ship Unloader
Water spray hopper ship unloader berfungsi untuk menangkap debu batubara
saat proses unloading batubara dari tongkang menuju hopper ship unloader. Prinsip
kerja dari water spray hopper ship unloader yaitu memompa air dari tangki dock ship
unloader menuju hopper, kemudian air bertekanan ini di-spray menggunakan nozzle
pada sisi atas hopper[3]. Pada sistem water spray didukung oleh komponen-
komponen, berupa water hoses sepanjang 260 meter, tangki, motor listrik, pompa,
solenoid valve, throttle valve, nozzle, dll[3].
1.) Dari pengamatan di lapangan, sistem water spray sudah tidak layak untuk
dioperasikan kembali baik water spray di ship unloader 1 dan 2. Sehingga
dilakukan pengaktifan kembali water spray hopper ship unloader dengan
memanfaatkan line perpipaan yang ada. Maka diperlukan kajian penyebab
kurang optimalnya kinerja sistem water spray. Berikut adalah spesifikasi dari
water spray yang diaplikasikan pada ship unloader saat ini[4]:
- Motor
Merk : MEZ EEF2
Model : 256 MT
Capacity : 15 KW (20HP)
Speed : 2930 rpm
Voltage : 380VAC
- Pompa
Merk : Toroshima pump
Model : MMK 50/4
Type : Centrifugal pump
Total Head : 100 meter
Capacity : 24 m3/h
Speed : 2930 rpm
Driver : 15 KW
- Nozzle : Brass spray nozzle full cone spray (single tip), 16 buah
Brass spray nozzle flat spray (single tip), 4 buah
2.) Melakukan penggantian nozzle yang digunakan saat ini dengan nozzle baru yang
mampu mengcover debu batubara secara keseluruhan di hopper. Hal ini karena
nozzle yang saat ini masih digunakan disinyalir kurang mampu mengcover debu
Dari tabel 1 dan 2 dapat ditentukan bahwa, nozzle yang perlu dipilih untuk
hopper ship unloader adalah nozzle dengan jenis hydraulic fine spray dan air
atomizing. Pada akhirnya nozzle yang dipilih adalah hydraulic fine spray.
Pemilihan ini didasari oleh:
- Hydraulic fine spray tidak membutuhkan compressed air sebaliknya untuk
air atomizing untuk pengoprasiannya membutuhkan compressed air.
Sedangkan sumber daya yang tersedia bagi kami hanya air bertekanan saja.
- Tekanan kerja pada air atomizing untuk liquid pressure adalah 10 – 60 psi
sedangkan dari hasil perhitungan tekanan yang akan diinputkan adalah
sebesar 200 psi, maka dipilih hydraulic fine spray dengan tekanan kerja
antara 30 – 1000 psi.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa working pressure sebesar 200 psi. maka
pemilihan nozzle mencukupi working pressure dari sistem water spray.
Mengingat debu yang dihasilkan ketika proses unloading dari batubara saat ini
lebih berdebu dibandingkan batubara dahulu, untuk dapat beroperasi secara
maksimal dan dapat mengcover debu batubara di hopper ship unloader maka
dilakukan pemilihan nozzle yang memiliki nozzle tip lebih dari satu.
3.) Dari hasil kajian Nozzle, Pompa dan line perpipaan. Maka, spesifikasi water
spray di atas (point 1) dilakukan modifikasi pada bagian line perpipaan discharge
1 dan 2 yang menuju nozzle. Sehingga spesifikasi perpipaan menjadi sebagai
berikut:
Pipa discharge 1 : 2 inch, sepanjang 28 meter
1 inch, sepanjang 1,5 meter
Nozzle : Brass spray nozzle fine spray FogJet (multi tips), 16 buah
Brass spray nozzle flat spray (single tip), 4 buah
Nilai Head pompa hasil kajian pompa dengan line perpipaan baru yaitu sebesar
52,51 meter sedangkan Head pompa dari spesifikasi saat ini hanya 100 meter.
Dapat disimpulkan bahwa Head dari pompa mencukupi untuk dapat bekerja
secara optimal. Sedangkan motor dengan spesifikasi diatas sebesar 15kW, sudah
memiliki daya yang cukup untuk memutar pompa dengan kebutuhan head diatas
52,51 meter yaitu sebesar 3,4 kW.
6.2 Saran
1. Perlu penelitian lanjut mengenai kemampuan line perpipaan jika spesifikasi ada
peningkatan spesifikasi pompa akibat tekanan yang terjadi didalam pipa.
2. Perlu tambahan filter air pada sistem water spray. Kualitas air untuk sistem water
spray ini sangat vital karena dapat menyebabkan tersumbatnya nozzle tip.
3. Pemilihan pipa sebaiknya berbahan anti karat. Untuk mencegah tersumbatnya
nozzle tip karat akibat korosi di dalam pipa.
4. Melakukan perawatan pada alat-alat secara berkala dan material handling yang
baik.
5. Pengaktifan kembali sistem water spray ini sebaiknya dilakukan sebagai bentuk
komitmen perusahaan yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, dan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pipa discharge 1
Menghitung head loss pipa A-G, G-J, dan J-M
hl = (f 𝐿/𝐷+ Kl) 𝑣2/2𝑔
dimana, Q1 O – G = 24/2 m3/h = 12 m3/h = 0.0033 m3/s
Q2 G – J = 12/2 m3/h = 6 m3/h = 1,65x10-3 m3/s
Q3 J – M = 6/8 m3/h = 2,0625x10-4 m3/s
sehingga,
v1 = 1,628 m/s D1 = 2 in
v2 = 0.814 m/s D2 = 2 in
v3 = 0.407 m/s D3 = 1 in
Menghitung head loss pipa A-G, G-J, dan J-M
hl = (f 𝐿/𝐷+ Kl) 𝑣2/2𝑔
Diperoleh hl pipa A-G, G-J, dan J-M berturut-turut:
hl A-G = 2,55 m
hl G-J = 0,74 m
hl J-M = 0,2 m
Sehingga head loss total Pipa discharge 1,
hltot 1 = hl A-G + hl G-J + hl J-M
hltot 1 = 3,49 m
Pipa discharge 2
Menghitung head loss pipa A-G, G-J, dan J-M
hl = (f 𝐿/𝐷+ Kl) v2/2𝑔
dimana, Q1 O – G = 24/2 m3/h = 12 m3/h = 0.0033 m3/s
Q2 G – J = 12/2 m3/h = 6 m3/h = 1,65x10-3 m3/s
Q3 J – M = 6/2 m3/h = 8,25x10-4 m3/s
sehingga,
v1 = 4,16 m/s D1 = 1 ¼ in
v2 = 2.08 m/s D2 = 1 ¼ in
v3 = 2.89 m/s D3 = ¾ in
Nilai Head pompa hasil kajian pompa dengan line perpipaan baru yaitu
sebesar 52,51 meter sedangkan Head pompa dari spesifikasi saat ini hanya 100 meter.
Dapat disimpulkan bahwa Head dari pompa mencukupi untuk dapat bekerja secara
optimal. Sedangkan motor dengan spesifikasi diatas sebesar 15kW, sudah memiliki
daya yang cukup untuk memutar pompa dengan kebutuhan head diatas 52,51 meter
yaitu sebesar 3,4 kW.
2. Kajian Nozzle
Dalam kajian ini dilakukan opsi pemilihan jenis nozzle spray untuk sistem
water spray. Dengan membandingkan jenis nozzle spray lama dengan nozzle spray
baru.
Berikut jenis nozzle spray yang dipasang pada sistem modifikasi water spray:
Pipa discharge 1 (Fog spray)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa ukuran dari coal dust yaitu 1-100 µm, maka pada
gambar L2 dipilih nozzle ke-dua yang memiliki relative drop size 10-100 µm. type
FogJet 7N 1” female. Nozzle ini dipilih berfungsi sebagai penangkap debu batubara.
Menghitung p1
Asumsi:
(1) Steady flow (given).
(2) Incompressible flow.
(3) Frictionless flow.
(4) Flow along a streamline.
(5) z1 = z2.
(6) Uniform flow at sections 1 and 2.
Persamaan Bernoulli
p1 - p2 = /2(v22-v12)
Persamaan Kontinuitas
v1 A1 = v2 A2 = Q
atau, v2/v1 = A1/A2
atau, v1 = Q/A1
sehingga,
p1 - p2 =
p1 = 14.069 bar
p1 = 200 psi
Sehingga, dari tabel performance data FogJet didapat flow rate capacity yaitu:
200 psi 6,4 gpm = 261,19 lpm
Tabel performance data FogJet 1” 7N female
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa ukuran dari coal dust yaitu 1-100 µm, maka pada
gambar L3 dipilih nozzle pertama yang memiliki relative drop size 500-1000 µm. type
VeeJet H-U ¾” male. Nozzle ini dipilih berfungsi sebagai pelindung/ pembatas/isolasi
yang mengcover hopper agar debu batubara tetap berada di sekitar area penangkapan
batubara.
Diketahui: Q = 8.25x10-4 m3/s
Nozzle Pipa discharge 1 (FogJet)
D1 = ¾ in = 0.01905 m
D2 = 0,472 in = 1,19888x10-2 m
p2 = 1 atm
n (tips) = 1 pcs
Menghitung p1
Asumsi:
(1) Steady flow (given).
(2) Incompressible flow.
p1 - p2 =
p1 = 0,22 bar
p1 = 3,25 psi
Sehingga, dari tabel performance data VeeJet didapat flow rate capacity yaitu:
5 psi 14,1 gpm = 53,37 lpm
Untuk 10 nozzle maka,
53,37 lpm x 4 = 213,49 lpm
Artinya debit pompa sebesar 24 m3/h = 400 lpm, kurang mencukupi kebutuhan debit
dari modifikasi nozzle di atas.