Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

“SIFAT- SIFAT KOLIGATIF ”

Tanggal praktikum: Kamis, 16 April 2020


Tanggal pengumpulan laporan: Rabu, 22 April 2020
Dosen Pembimbing: Asiyah Nurrahmajanti., M.Si.,

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
Rasmiyanti 1187040055
Ratri hiusena 1187040056
Rina nurlaelasari 1187040058
Salman rasyid 1187040064
Sofi amalia 1187040073
Tia widianti 1187040074

KIMIA IV-B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
A. ABSTRAK

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat larutan terdiri dari 4 bagian
yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.
Tujuan penelitian ini yaitu menentukan berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik
beku larutan, dan menentukan persentase kesalahan penentuan berat molekul zat non elektrolit
melalui penurunan titik beku larutan. Praktikum kali ini dilakukan dua kali percobaan yaitu
pengukuran titik beku pelarut dan pengukuran titik beku larutan. Dalam percobaan ini
digunakan naftalena sebagai pelarut atau yang kita kenal nama kamper dan sulfur sebagai zat
terlarut. Massa molekul urea dapat diketahui dengan mengukur titik beku naftalena dan titik
beku sulfur. Hasil percobaan menunjukan air memiliki titik didih 99,8˚C berbeda 0,2˚C
dibandingkan literatur, kemudian titik didih pada larutan kalsium klorida adalah 100˚C . Dan
titik didih pada larutan urea adalah 101˚C. Pengamatan selanjutnya adalah penurunan titik beku
dengan menggunakan sampel sulfur yang dilarutkan dengan pelarut naftalen yang sebelumnya
dilelehkan terlebih dahulu. Dari hasil percobaan diketahui titik beku naftalen adalah 75˚C.
Pengamatan massa molar dari penurunan titik beku dilakukan dengan menggunakan sampel
benzophenon dan sikloheksanon yang disimpan pada penangas es yang kemudian diukur
suhunya sebelum dan setelah membeku. Hasil dari percobaan ini dapat diketahui bahwa
semakin banyaj zat terlarut yang ditambahkan kedalam suatu pelarut maka titik didihnya akan
semakin tinggi.
Kata kunci : sifat koligatif; titik didih; titik beku; molalitas

ABSTRACT

Colligative nature of the solution is the nature of the solution that does not depend on the type
of solute but only depends on the concentration of solute particles. The nature of the solution
consists of 4 parts, namely a decrease in vapor pressure, an increase in boiling point, a decrease
in freezing point, and osmotic pressure. The purpose of this study is to determine the molecular
weight of non electrolytes through the freezing point of solution, and determine the percentage
error of determining the molecular weight of non-electrolyte substances through the freezing
point of solution. This time the experiment was conducted twice, namely the measurement of
the freezing point of solvents and the measurement of freezing point of solutions. In this
experiment, naphthalene was used as a solvent or what we know as camphor and sulfur as a
solute. The molecular mass of urea can be determined by measuring the freezing point of
naphthalene and the freezing point of sulfur. The experimental results show that the water has
a boiling point of 99.8˚C, 0.2˚C different than the literature, then the boiling point of the
calcium chloride solution is 100˚C. And the boiling point in urea solution is 101˚C. The next
observation is the reduction of freezing point by using a sulfur sample which is dissolved with
naphthalene solvent which was previously melted first. From the experimental results it is
known that the freezing point of naphthalene is 75˚C. Observation of the molar mass of freezing
point reduction is done using samples of benzophenon and cyclohexanone stored in an ice bath
which is then measured before and after freezing. The results of this experiment can be seen
that the more solute is added to a solvent, the boiling point will be higher.
Keywords: colligative nature; boilin

B. Pendahuluan

Secara termodinamika pembekuan dan penguapan merupakan kesetimbangan


antara dua buah fasa seperti padat dengan cair atau caur dengan uap/gas. Bila terjadi
kesetimbangan fasa syarat yang harus dipenuhi ialah kesamaan potensial kimia di
kedua fasa itu, yaitu

Untuk Pembekuan µ1 = µ2 (1)


Untuk Penguapan µl = µv (2)
Secara umum,
µ1(α) = µ1(β) = µ1(y) (3)
Untuk kesetimbangan fasa sistem berkomponen dan berfasa banyak. Diferensial potensial
kimia pelarut dalam larutan dapat dinyatakan dengan,

d µ = -S1dT + V (4)
Garis s adalah potensial kimia padat, l cair dan v uapnya pada tekanan tetap. Kemiringan
kurva itu ditentukan oleh entropi molar SS < Sl < Sv . Tl adalah titik beku dan Ta titik didih
pada tekanan P. bila kedalam suatu cairan dilarutkan zat lain maka potensial kimia pelarut
dalam larutan ideal.

µ1 = µ10 + RT ln X1 (5)

Untuk larutan nyata


µ1 = µ10 + RT ln Xa1 (6)
Suku kedua ruas kanan persamaan (5) dan (6) selalu negative sehingga potensial kimia
pelarut dalam larutan lebih rendah dari pada potensial kimia pelarut murni dan digambarkan
dengan kurva i. bila larutan encer mengalami pembekuan hamper tidak ada zat terlarut yang
ikut mengkristal. Demikian pula uapnya tidak mengandng zat terlarut yang suhu menguap.
Karena itu kurva s dan v juga menggambarkan potensial kimia pelarut pada fasa lain, yang
ada dalam kesetimbangan dengan larutan. Perpotongan i dan v menyatakan mendidihnya
larutan. Pada gambar dapat dilihat bahwa titik beku larutan turun sedangkan titik didih
larutan naik. Untuk titik beku dapat dicari hubungan antara perbedaan titik beku dengan
kemolaran larutan sebagai berikut. Pada pembekuan,

Untuk pelarut dalam larutan : µ1.s (Tz) - µ1.s (Tz) (7)


Untuk pelarut murni : µ1.s (T1) - µ1.s (T1) (8)

Penggabungan Persamaan (7) dan (8) menghasilkan,


µ1.s (T2) - µ1.s (T1) = µ10 (T1) - µ10 (T1) (9)
Ruas kiri persamaan (9) adalah perubahan potensial kimia fasa padat dari, T1 dan T2 pada P
tetap yang diperoleh dengan integrasi sederhana suku pertama Persamaan (4) yaitu,

Δµ1 = µ1.s (T2) - µ1.s (T1) =

Ruas kanan Persamaan (9) dapat diperoleh dengan integrasi ruas kanan Persamaan (4) pada P
tetap dengan lintasan yang dipilih sebagai berikut,

Sehingga dari persamaan (9) dapat diperoleh,

(10)

Ungkapan S1.S - S1.1 (XΔ = 0) adalah perbedaan entropi molar pembekuan yang dapat diganti
dengan .

Ruas kanan Persamaan (10) adalah perbedaan potensial kimia pelarut dalam larutan dengan
potensial pelarut murni dan dapat diganti dengan RT2 lnα1.1 (T2X2). Oleh karenanya
Persamaan (10) menjadi,

(TS, X2) (11)

Untuk larutan encer dapat digunakan pendekatan larutan ideal yaitu a1 = X1 = 1-X2, dan
dengan deretan Taylor ruas kanan Persamaan (11) dapat diubah menjadi,

RT2 ln(1-X2) – RT2X2

Dan bi ΔTf = T1 – T2 c , j ΔHf . sehingga persamaan (11) menjadi,

ΔHf

Dengan mengganti T1 T2 = T12 dan X2 . dan X

Akan diperoleh,
m = Kf . m (13)

Dengan cara yang sama dapat diturunkan pula kenaikan titik didih sebagai,
m = Kb . m (14)

Bila larutan jauh dari ideal, Persamaan (13) dan (14) tidak dapat diguanakan. Karena
itu f P (11) ∆Hτ
Sepanjang trayek T1 sampai T2 disubstitusi menurut persamaan Kirchoff. Kemudian
∆Cb tetap sepanjang selang T1 sampai T2. Hasil integrasi dan
pengganti dengan harga-harga numeriknya adalah sebagai berikut,

Benzena : ln ab = -6,68.10-3 ∆T∫ -2,6 . 10-5 (∆T∫)2 (15)

Air : ln ab = -9,69 . 10-3 ∆T∫ -2,6.10-6 (∆T∫)2 (16)

Keaktifan zat terlarut a2 didapat dengan menggunakan persamaan Gibbs-Duheim


sebagai berikut,

n1 d ln a1 + n2d ln a2 = 0 (17)

Keaktifan zat terlarut dapat dinyatakan sebagai,

α2 = γ2 m2 (18)

Untuk keadaan tidak ideal, Bjerrumn mendefinisikan koefisien osmosis sebagai,

g1 = ln a1/ln x1 (19)

Bila konsentrasi larutan kecil maka untuk koefisien osmosis g1, diperoleh dengan
pendekatan sebagai :

Dengan mensubstitusi Persamaan (18) dan (19) ke dalam Persamaan (17). Kemudian di
integrasi akan menghasilkan,

(21)

C. Alat dan bahan


Pada percobaan kali ini alat-alat yang digunakan diantaranya, 3 buah batu didih, 3
gelas kimia 250 mL, gelas ukur 100 mL 1 buah, termometer digital 1 buahl, hot plate 1 buah
, gelas kimia 500 mL, 1 buah Bunsen, kaki tiga 1 buah 1 buah , tabung reaksi 1 buah, statif
dan klem, batang pengaduk, 1 buah,spatula 1 buah, termometer alcohol dan magnet stirrer 1
buah .
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan diantaranya, aquades secukupnya, urea 3,05
gram, CaCl2 sebanyak 5,52 gram, naftalena 5 gram, sulfur 1 gram, dan es batu secukupny

D. Prosedur kerja
1) Kenaikan Titik Didih

Disiapkan alat dan bahan untuk praktikum, pada praktikum ini percobaan dibagi menjadi
3 bagian. Bagian pertama adalah percobaan air.pada percobaan air ini bertujuan untuk
mengukur titik didih dari air. Pertama, Dimasukan 3 buah batu didih pada gelas kimia 250
ml lalu ditambahkan 50 ml aquades, digunakan gelas ukur kemudian dilakukan pengukuran
suhu awal, digunakan termometer digital. Lalu gelas kimia disimpan diatas hot plate,
dinyalakan dan diatur suhunya sebes 340˚C pengukuran selama 10 menit. Lalu dilakukan
pencatatan suhu setiap 20 detik dan dihitung rata-rata suhunya setelah itu ditentukan kenaikan
titik didihya. Lalu pada percobaan kedua, ditimbang urea 3,05 gram kemudian dimasukan
pada gelas kimia 250 ml. Ditambahkan 3 buah batu didih dan 50 ml aquades, dan di aduk
sampai larut. Kemudian dilakukan pengukuran suhu awal, digunakan termometer digital
kemudian dinyalakan hot plate dan 340 ˚C selama 10 menit. Dilakukan pencatatan suhu
setiap 20 detik dan dihitung rata-rata suhunya kemudian ditentukan suhu kenaikan titik
didihnya.kemudian pada percobaan ketiga, ditimbang 5,52 gram CaCl2, dimasukan pada
gelas kimia 250 ml, ditambahkan 3 buah batu didih dan 50 ml aquades di aduk hingga larut.
Disimpan gelas kimia diatas hot plate, dan dilakukan pengukuran suhu awal, digunakan
termometer digital. Dinyalakan hot platenya dan diatur suhu sebesar 340˚c kemudian
dilakukan pengukuran selaa 10 menit. Setalahitu, dilakukan pencatatan suhu setiap 20 detik
dan dihitung rata-rata suhunya lalu ditentukan kenaikan titik didihya.

2) Penentuan Berat massa dari Penurunan Titik Beku


Dimasukan 350 ml aquades kedalam gelas kimia kemudian dipanaskan, digunakan
Bunsen dan kaki tiga. Kemudian ditimbang 5 gram nafhtalena dan dimasukan kedalam
tabung reaksi.setelah itu dicelupkan tabung reaksi pada gelas kimia yang sedang dipanaskan,
digunakan statif klem. Dilakukan pemanasan hingga seluruh nafhtalena meleleh. Sementara
menunggu ditimbang 1 gram sulfur. Setelah nafthalena meleleh sempurna dilakukan
pengadukan menggunakan batang pengaduk kemudian tabung reaksi di keluarkan dari gelas
kimia. Lalu, dilakukan pengukuran suhu, digunakan terrmometer alkohol dan diukur hingga
menunju 70 ˚C kembali pada gelas kimia hingga naftalena meleleh lalu, ditambahkan sulfur
kedalam tabung reaksi dan dilakukan pengadukan. Setelah tercampur, tabung reaksi
dikeluarkan dari gelas kimia dan kemudian dilakukan pengukuran suhu sampai 70 ˚C.
kemuadian , dilakukan pemanasan kembali.

3) Penentuan Massa Molar dari Penurunan Titik Beku

Pertama, dilakukan perangkaian statif dan klem, lalu disimpan gelas kimia diatas stirrer.
Kemudian, Dimasukan tabung reaksi kedalam gelas kimia dan ditahan menggunakan klem.
Setelah itu, ditambahkan 5 ml air dan 1 buah magnet stirrer. Kemudian dinyalakan stirrer dan
dilakukan pengadukan. Ketika pengadukan diukur suhu larutan, digunakan termometer
digital. Termometer digital sebelumnya telah diconect kan ke Pc untuk menghitung data
penurunan titik bekunya. Setelah itu ditambahkan es batu pada gelas kimia hingga memenuhi
permukaan gelas kimia,dan tengah nya dilubangi dan ditambahkan air ¼ volume dari gelas
kimia lalu disimpan, dan dipasangkan kembali pada stirrer. Selanjutnya,dilakukan
pengukuran sampai terjadi penurunan titik beku sehingga larutan membeku. Hasil akan
terlihat dikomputer.
E. Pembahasan

Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam larutan
dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif sebab
sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama, dengan kata lain, semua sifat tersebut
bergantung pada banyaknya partikel zat yang ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion
atau molekul. Yang disebut sebagai sifat koligatif larutan ialah penurunan titik uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik(Chang, 2004).
Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan
tekanan luar. Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung menuju fase
gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar. (Tim Dosen Kimia
UNHAS, 2008).Selisih antara titik didih larutan dan titik didih pelarut murni dinyatakan
sebagai kenaikan titik didih (∆Tb) yang dinyatakan oleh larutan tersebut. Menurut Raoult,
besarnya ∆Tb sebanding dengan konsentrasi molal dan tidak tergantung pada jenis zat
terlarut(Sumardjo,2009). Adapun titik beku dari suatu cairan atau suatu larutan adalah suhu
pada saat tekanan uap cairan (larutan)itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni. Akibat
lain dan turunnya tekanan uap larutan adalah penurunan titik beku ; titik beku normal air dalam
0oC. Besarnya titik beku larutan ini lebih rendah dari 0oC atau lebih rendah dari titik beku
turunnya titik beku larutan dan titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku ( DTf ).

1. Kenaikan titik didih

Pada percobaan kenaikan titik didih, ada beberapa zat yang akan ditentukan titik
didihnya yaitu urea[CO(NH2)2] , kalsium klorida (CaCl2) dan titik didih pelarut murni yaitu
air. Pertama, batu didih dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan air sebanyak
50 mL. penambahan batu didih ini bertujuan untuk meratakan panas sehingga panasnya
menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. selain itu, batu didih digunakan untuk
menghindari titik lewat didih. Selanjutnya, diukur suhu titik didih air setiap 20 detik hingga
suhu pendidihan tetap dan didapatkan titik didih air percobaan 99,8oC. berdasarkan
literatur, titik didih air adalah 100 oC. perbedaan titik didih air hasil percobaan dengan
literatur relatif kecil hanya 0,2 oC.
Tabel 1.1 perbandingan hasil percobaan dan perhitungan kenaikan titik didih
No Larutan Tb (oC)
percobaan perhitungan
1 Air 50 mL 99,8 -
2 Air 50 mL + Urea 3 gram 100 100,52
3 Air 50 mL + CaCl2 5,5 gram 101 101,52

Selanjutnya, penentuan titik didih pada larutan carbonyldiamine atau yang kita
kenal dengan nama urea. Urea termasuk ke dalam larutan non elektrolit karena urea tidak
dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menghasilkan ion-ion. Massa urea
yang digunakan sebanyak 3 gram dan ditambahkan pelarut air sebanyak 50 mL.
ditambahkan pelarut air agar urea yang berupa padatan dapat terlarut menjadi larutan.
diukur titik didih larutan urea setiap 20 detik hingga suhu pendidihan tetap dan didapatkan
titik didih urea percobaan 100oC. Berdasarkan tabel perbandingan di atas, titik didih larutan
urea berdasarkan perhitungan adalah 100,52 oC. perbedaan titik didih urea hasil percobaan
dengan perhitungan tidak begitu jauh kisaran 0,52 oC.
Selanjutnya, penentuan titik didih pada larutan kalsium klorida(CaCl2). Kalsium
klorida termasuk ke dalam larutan elektrolit, karena pada saat dilarutkan dalam air maka
senyawa CaCl2 akan mengalami ionisasi menjadi ion Ca2+ dan 2Cl-, sehingga dapat
menghantarkan arus listrik. Massa CaCl2 yang digunakan sebanyak 5,5 gram dan
ditambahkan pelarut air sebanyak 50 mL. dilakukan pengadukan agar padatan CaCl2 dapat
larut dan menjadi sebuah larutan kalsium klorida. diukur titik didih larutan kalsium klorida
setiap 20 detik hingga suhu pendidihan tetap dan didapatkan titik didih urea percobaan
101oC. Berdasarkan perhitungan, titik didih larutan urea adalah 101,52 oC. perbedaan titik
didih kalsium klorida hasil percobaan dengan perhitungan tidak begitu jauh kisaran 0,52
o
C.
Dari data yang ada pada tabel dan analisis dapat dilihat bahwa nilai dari titik didih
larutan urea dan larutan CaCl2 memiliki nilai yang berbeda yaitu 100 oC dan 101 oC. Hal
tersebut dikarenakan larutan CaCl2 merupakan larutan elektrolit yang dipengaruhi denga
factor van’t hoff sehingga titik didih larutan elektrolit lebih besar dibandingkan non
elektrolit. Selain itu, massa dari larutan yang digunakanpun berpengaruh. Jika dilihat massa
urea yang digunakan 3 gram sedangkan CaCl2 5,5 gram dan hasil titik didihnya lebih besar
titik didih CaCl2 daripada urea.sehingga semakin banyak massa zat terlarut yang dilarutkan
maka semakin tinggi pula titik didihnya. Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori ini
dapat disebabkan karena ketidaktelitian dan kelalaian kami ketika melakukan praktikum
misalnya dalam pemegangan termometer yang tidak konstan atau dipengaruhi suhu oleh
lingkungan seperti AC.
2. Penentuan berat molekul dari penurunan titik beku

Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan
wujud dari cair ke padat. Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan
titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku
pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 00C. dengan adanya zat terlarut misalnya saja
gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan
0oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya
penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan
tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan
berkurang) (Taufik, 2012).
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul zat non
elektrolit melalui penurunan titik beku larutan, dan menentukan persentase kesalahan
penentuan berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan. Praktikum
kali ini dilakukan dua kali percobaan yaitu pengukuran titik beku pelarut dan pengukuran
titik beku larutan. Dalam percobaan ini digunakan naftalena sebagai pelarut atau yang kita
kenal nama kamper dan sulfur sebagai zat terlarut. Massa molekul urea dapat diketahui
dengan mengukur titik beku naftalena dan titik beku sulfur.
Langkah pertama, naftalena ditimbang sebanyak 5 gram dan sulfur sebanyak 1
gram. Digunakan naftalena sebanyak 5 gram karena naftalena pada percobaan ini
digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan sulfur. Selanjutnya naftalena yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan didalam gelas kimia 600
mL yang telah berisi air sebanyak 350 mL. tujuan dipanaskan naftalena yaitu untuk
mencairkan naftalena yang asalnya berupa padatan menjadi cair (meleleh) pada suhu 75 oC.
Menurut literatur, naftalena memiliki titik leleh 80,26 oC sehingga pada suhu tersebut
naftalena sudah meleleh. Selanjutnya naftalena dicairkan kembali dengan memanaskan nya
didalam gelas kimia yang telah berisi air dan agar termometer dapat diambil kembali.
Ketika naftalena mencair kembali, dimasukkan sulfur sebanyak 1 gram. Tujuan
dimasukkannya sulfur yaitu untuk menentukan titik leleh larutan naftalena+sulfur. Setelah
sulfur larut didalam pelarut naftalena, dilakukan pengukuran titik leleh larutan dengan
menghentikan pemanasan tersebut dan mendiamkan larutan didalam suhu ruang agar titik
leleh dapat diketahui. Didapatkan titik beku dari larutan naftalena+sulfur yaitu 68 oC. Hal
ini sesuai dengan literatur bahwa titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik
beku pelarutnya. Dengan kata lain, titik beku pelarut selalu lebih tinggi daripada titik beku
zat terlarutnya.Penambahan sulfur ke dalam naftalena yang berperan sebagai pelarut
didalam percobaan ini mengalami penurunan titik beku. Hal ini berkolerasi dengan
persamaan penentuan penurunan titik beku yang menyebutkan bahwa penurunan tiitk beku
berbanding lurus dengan konsentrasi atau molalitas. Titik beku suatu cairan akan berubah
jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau
dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah(nilai titik
beku akan berkurang) (Aprilia,2012).
3. Penentuan massa molar dari penurunan titik beku

Pada percobaan ini, dilakukan untuk menentukan penurunan titik beku


benzhopenon dan larutan sikloheksanon. Sebelum dilakukan percobaan, alat yang
bersihkan dan dikeringkan karena hal ini dapat mempengaruhi terhadap hasil akhir pada
percobaan. Selanjutnya dilakukan proses pengujian tingkat akurasi thermometer dengan
cara mengkalibrasi thermometer. Percobaan ini dilakukan dengan cara menyimpan tabung
reaksi berisi larutan sikloheksanon yang disimpan pada penangas es batu yang berada
didalam gelas kimia. Awal pengukuran, suhu sikloheksanon sebelum membeku sama
dengan suhu ruangnya. Setelah disimpan didalam penangas es, aquades membeku dan
mengalami penurunan titik beku karena es yang terdapat pada penangas suhunya cukup
dingin sehingga mampu menurunkan suhu larutan.Ketika dilakukan pegukuran terhadap
penurunan titik beku, thermometer telah terhubung dengan PC. Hal ini dilakukan agar
perubahan suhu dapat diamati dari gambar kurva. Berdasarkan pengukuran tersebut,larutan
mengalami penurunan dari suhu awal 21,4 oC dan suhunya mulai tetap ketika pada detik
ke-130 dengan suhu 6,8 oC. penurunan titik beku berbanding lurus dengan konsnetrasi atau
molalitas, sehingga semakin banyak zat yang ditambahkan maka titik beku akan semakin
besar.
F. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini yaitu pada proses kenaikan
titik didih , titik didih pelarut murni (air ) lebih rendah dari larutan CaCl2 dan Urea . CaCl2
memiliki titik didih lebih tinggi dari urea karna sifat larutannya yang elektrolit .
Lalu untuk percobaan penurunan titik beku dapat diperolah titik beku dari naftalena yang
ditambahkan 1 gram sulfur sebesar 68℃ dengan perolehan massa molekul relatifnya sebesar
128.26 g/mol-1 dan 26.77% kesalahannya .

Daftar Pustaka
 Atkins, Peter dan Julio De Paula. 2006. Physical Chemistry 9th Edition. New
York:W. H.Freeman and Company.
 Berghuis, Nila T. 2018. Modul Praktikum Kimia Organik. Bandung : UIN
SunanGunung Djati.
 Chan, C.C., dkk. 2004. Analytical Method Validation and Instrumen
PerformanceVerification. Canada : John Wiley and Sons.
 Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteradan Program Strata 1 Fakultas Bioeksaksa. Jakarta: EGC.
 Tim Dosen Kimia Dasar. 2004. Kimia Dasar. Makasar : Universitas
Hasanudin.Wolke, R.L. 2003. Einstein Aja Gak Tahu!. Jakarta : Gramedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai