Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRINSIP ETIK KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


MUSKULOSKELETAL: OSTEOPOROSIS DI KELURAHAN
KADIPATEN, KECAMATAN BOJONEGORO
(Pemenuhan Tugas Kelompok Pengkajian Pada Mata Kuliah Keperawatan Sistem
Perkemihan II)

Dosen Pengampu:
Ns. Ahmad Zaenal Abidin, S.Kep

Disusun Oleh:
1. Diah Liana Sari (013140 )
2. Hartining (013140 )
3. Lutfi Andi F (013140 )
4. Merinda Widyawati (01314042)
5. Puji Eka Halimah (013140 )
KELOMPOK SEMESTER V-A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO - 2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang karena


limpahan rahmat dan kekuatan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah prinsip etik keperawatan pada klien dengan gangguan
muskuloskeletal: osteoporosis di kelurahan kadipaten, kecamatan bojonegoro
sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Tentunya ada pihak-pihak yang turut berperan dalam terselesaikannya
makalah ini. Untuk itu penyusun sampaikan ucapan terimakasih kepadaUntuk itu
kami sampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada: Ns. Ahmad Zaenal
Abidin, S.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah Sistem perkemihan II.Orang
Tua kami yang telah mendidik kami dengan tulus, ikhlas, dan penuh kasih sayang.
Dan tak lupa teman – teman yang terlibat dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun supaya menjadi
lebih sempurna dihari berikutnya.

Bojonegoro, 23 Desember 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULAUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1
1.3 Tujuan...............................................................................................................
1
1.4 Manfaat.............................................................................................................
2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian.........................................................................................................
3
2.2 Etiologi.............................................................................................................
3
2.3 Manfes..............................................................................................................
4
2.4 Patofis...............................................................................................................
4
2.5 Pathway.............................................................................................................
6
2.6 Komplikasi........................................................................................................
7
2.7 Pemeriksaan penunjang....................................................................................
7
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................
10

3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.........................................................................................................
11
BAB IV PENERAPAN PRINSIP ETIK PADA PENGKAJIAN
4.1 Macam- macam prinsip etik.............................................................................
22
4.2 Prinsip yang diterapkan pada pengkajian.........................................................
45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................
22
5.2 Saran.................................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
20

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai
saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama
di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25
juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50%
penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi
osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang
terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada
kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis.

4
Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada
wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.
Etika merupakan pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup,
kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang
diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan
merupakan hukum atau undang-undang.
Etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan
nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka etika
keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri , dan etika keperawatan diatur dalam
kode etik keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana prinsip etik keperawatan pada pengkajian pasien dengan
oesteoporosis
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempelajari
dan memahami tentang prinsip etik keperawatan pada pengkajian
pasien oesteoporosis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian oesteoporosis.
2. Mengetahui dan memahami laporan pendahuluan dari
oesteoporosis
3. Mengetahui dan memahami pelaksanaan pengkajian pada pasien
oesteoporosis.
4. Mengetahui dan memahami prinsip etik keperawatan pada
pengkajian pasien oesteoporosis.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis

5
Dengan adanya penyusun askep ini,penulis dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan mengenai osteoporosis serta menerapkan kode etik.
1.3.2 Bagi pembaca
Adanya penyusunan askep ini supaya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan referensi pembaca. Selain itu,dapat dimanfaatkan sebagai
sumber bacaan untuk menambah atau memahami tentang
osteoporosis serta masyarakat mengetahui penerapan prinsip etik
yang telah digunakan.

BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang
total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan
penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan
mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan
menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

6
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas
berupa massa  tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan
kerapuhan tulang.
2.2 Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer
  Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
2. Osteoporosis Skunder
            disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
  Kelainan hepar

  Kegagalan ginjal kronis

  Kurang gerak

  Kebiasaan minum alkohol

  Pemakai obat-obatan atau corticosteroid

  Kelebihan kafein

  Merokok

3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan
pada Usia kanak-kanak (juvenil), Usia remaja (adolesen), Pria usia
pertengah.    

2.3 Penyebab
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon
utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke
dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia
diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

7
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara
kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti
bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita
seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal
(terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan
ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

2.4 Tanda dan gejala


1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
2.   Nyeri timbul mendadak
3.   Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan  dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
6. Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

2.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi
secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang
(remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses

8
resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan
massa tulang
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang
bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih
muda
Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar
20-30 % dan pd wanita 40-50 % Penurunan massa tulang lebih cepat pd
bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris,  dan korpus vertebra
Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal
dan radius bagian distal.

2.6 Komplikasi
Fraktur patologis pada:
1. Tulang belakang
2. Kolumna femoris
3. Pergelangan tangan = tersering

2.7 Pemeriksaaan penunjang


Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa
kalsium total dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri
3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan
informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan
kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau
krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine
biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak
membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

9
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,
terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan
vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang
menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama
dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau
menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati
osteoporosis.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan
tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar
testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya
diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya
digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang
disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang
supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :
a. Diet
b. Pemberian kalsium dosis tinggi
c. Pemberian vitamin D dosis tinggi
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi
nyeri punggung.
e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok,
mengurangi  konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).
f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terja

10
BAB III
ASKEP
3.1 PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.
Umur : 57 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam

11
Status : Janda
Alamat : Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Bojonegoro
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2015
Tanggal Kejadian :-

1) KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh merasakan nyeri secara mendadak pada pinggul


dan kedua kakinya saat digunakan untuk berjalan serta pada saat
perpindahan posisi dari duduk ke berdiri atau pada saat setelah posisi kaki
menekuk.

2) RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1) Provocative / Palliative

Nyeri tersebut dirasakan klien. sejak empat tahun yang lalu tanpa
penyebab yang pasti. Klien merasa nyerinya menganggu aktifitas
hariannya. Klien tidak dapat berjalan tanpa adanya pegangan.
2) Untuk Memperbaiki keadaan: Klien tidak melakukan hal yang
bermakna untuk memperbaiki status kesehatannya. Klien hanya
mengurut kakinya ketika terjadi nyeri dan mengompres dengan air
hangat saat pagi hari.

3) RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1) Penyakit yang pernah dialami : Pada tahun 2014, klien


mengalami fraktur pada pergelangan tangannya karena terjatuh.
Namun, fraktur tersebut terjadi setelah klien sering mengalami nyeri.

12
2) Pengobatan / tindakan yang dilakukan : Tindakan yang terjadi
setelah terjadi fraktur, klien membawa ke RSUD Sosodoro
Djatikusumo dan dilakukan tindakan operasi. Tak diharapkan
pemasangan “pen” yang gagal menyebabkan tulang pada pergelangan
tangan klien bengkok.
3) Pernah dirawat / dioperasi :Klien mengatakan pernah dirawat/
dioperasi karena kasus fraktur pada pergelangan tangannya.
4) Lama rawatan :Klien mengatakan lupa seberapa
lama dirinya dirawat
5) Imunisasi : Klien mengatakan lupa terhadap
jenis imunisasi yang dahulu pernah ia dapatkan.
4) RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1) Orang Tua                                                   : -
2) Saudara kandung                                         : -
3) Penyakit keturunan yang ada                      : -
4) Anggota keluarga yang meninggal             : Suami klien sudah
meninggal, klien hanya tinggal bersama anak sebatang karanya
5) Penyebab meninggal                                    : -

5) PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum                      : Compos mentis
2) Tanda-tanda vital
a) Suhu : 36,5oC
b) TD    : 140/90 mmHg
c) RR  : 22 x/menit
d) Nadi : 86 x/menit

3) PEMERIKSAAN PENUNJANG : -

4) ANALISA DATA

No. Dx Etiologi Problem

1 Ds: Kekurangan kalsium Nyeri akut

13
Klien mengatakan nyeri
mendadak pada pinggul dan
kedua kakinya.

Siklus menstruasi klien


sudah berhenti sejak 5 tahun
yang lalu.

DO:

P : Nyeri

Q : Semacam linu-linu

R: Kedua tulang kaki dan


pinggulnya

S: 7

T: Mendadak, Ketika
bergerak/ beraktifitas

a) Suhu : 36,5oC
b) TD    : 140/90 mmHg
c) RR  : 22 x/menit
d) Nadi : 86 x/menit
2. Ds: Nyeri pada daerah Kerusakan
pinggul dan kaki mobilitas fisik
Klien mengatakan tidak bisa
berjalan tanpa adanya
pegangan, kesu.litan dalam
segala aktivitas.

DO:

Tubuh klien membungkuk

Klien hanya bisa berjalan

14
jika ada pegangan.

Aktifitas klien sangat


lambat ketika bergerak

5) DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan struktur tulang


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis)

BAB IV
PENERAPAN PRINSIP ETIK PADA PENGKAJIAN
1.4 Definisi Etika
Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS
Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau
aturan-aturan prilaku.

15
Etika merupakan pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan
moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang diwajibkan,
larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum
atau undang-undang.
Etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai
yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka etika
keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri , dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
1.5 Prinsip Etika Keperawatan
Adapun prinsip-prinsip etika keperawatan terdiri dari:
1. Prinsip otonomi: Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
rencana pilihannya sendiri.
2. Beneficence (berbuat baik): Merupakan prinsip untuk melakukan yang
baik dan tidak merugikan orang lain/ pasien
3. Justice (keadilan): Hak setiap orang untuk diperlakukan sama.
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
4. Non malefience (tidak merugikan): Hak setiap orang untuk diperlakukan
sama.
5. Veracity (kejujuran): Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987)
didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong.
Suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak
membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental
dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien.
6. Filedity (loyaliti/ketaatan): Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai
tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung
jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab
menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian.

16
7. Confidentiality (kerahasiaan): Melindungi informasi yang bersifat
pribadi, prinsip bahwa perawat menghargai semua informsi tentang
pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa
dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk
disebarluaskan secara tidak tepat.
8. Kebebasan (Freedom): Prinsip ini menerangkan bahwa siapapun bebas
menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.
9. Moral right: Berperilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-
peraturan dan moralitas, berhubungan dengan hukum legal

BAB V
PEMBAHASAN

17
5.1 Analisa Prinsip Etik dalam Pengkajian
1. Prinsip otonomi
Pada pengkajian kami prinsip ini kami terapkan karena klien
memiliki hak untuk menentukan keputusanya seperti menerima tindakan
atau tidak dari pelayanan kesehatan.
2. Beneficence (berbuat baik):
Prinsip ini kami terapkan pada pengkajian kami dengan tindakan kami
memberikan tindakan dan edukasi yang dapat menambah pengetahuan
pada diri klien dan tidak merugikan klien.
3. Justice (keadilan):
Prinsip justice ini kami coba terapkan juga meskipun kami disana hanya
mengkaji satu pasien namun kami berusaha untuk bersifat adil dengan cara
tindakan atau apapun yang kami ketahui kami jelaskan disana .
4. Non malefience (tidak merugikan):
Tujuan kami dalam pengkajian disana adalah untuk memenuhi tugas dari
keperawatan system perkemihan namun disamping itu kami juga benar-
benar mengkaji data pasien dengan benar dan mencoba memebri edukasi
yang memang telah kami dapatkan dan pelajari.
5. Veracity (kejujuran):
Prinsip ini juga kami terapkan dengan menjelaskan tentang yang terkai
penyakit yang diderita oleh klien dengan berkata jujur tentang penjelasan
penyekit.
6. Filedity (loyaliti/ketaatan):
Kami melakukan pengkajian hanya 1x namun prinsip ini juga kami
terapkan dengan bersifat tanggung jawab sesuai etik pengkajian yang telah
ada yaitu melakukan procedure pengkajian dengan teratur.
7. Confidentiality (kerahasiaan):
Sebenarnya prinsip ini tidak kami terapkan karena tugas ini
dipresentasikan sehingga kami tidak dapat menutupi kerahasiaan klien tapi
disamping itu kami menutupi kerahasiaan klien diluar tugas kampus
sehingga prinsip ini termasuk kami lakukan.

18
8. Kebebasan (Freedom): Prinsip ini menerangkan bahwa siapapun bebas
menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.

BAB 4
PENUTUP

19
4.1 Kesimpulan
Etika merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan
nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya. Maka etika
keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri , dan etika keperawatan diatur dalam
kode etik keperawatan.

4.2 Saran
Pelaksanaan atau pengaplikasian prinsip etik keperawatan sangatlah
penting selama tindakan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
tindakan evaluasi. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan akan
lebih baik jika mulai dari dunia kampus sudah menerapakan prinsip etik
keperawatan dalam proses perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

20
21

Anda mungkin juga menyukai