Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TANTANGAN GLOBAL PRAKTIK KEPERAWATAN SECARA

PROFESIONAL BERDASARKAN KODE ETIK KEPERAWATAN


DAN STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN : TUNTUTAN PROFESI
KEPERAWATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dan Etika Keperawatan

Disusun oleh :
Kelompok 4
1.Nunung Kurniasih
2.Ushi Apriani
3.Wildan Herdiansyah
4.Radif Setiawan
5.Sutrisno Ramdani

STIKES KARSA HUSADA GARUT


PRODI S1 KEPERAWATAN NON REGULER
Tahun Ajaran 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus.

Kami bersyukur karena telah menyelesaikan tugas makalah Hukum Dan Etika
Keperawatan dengan judul “ Analisis tantangan global praktik keperawatan secara profesional
berdasarkan kode etik keperawatan dan standar praktik keperawatan : tuntutan profesi
keperawatan”. Selain itu, Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik
dan saran sangat kami butuhkan.

Garut, 17 November 2022

i
COVER

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Tinjauan Teori..........................................................................................................3
2.1.1 Keperawatan................................................................................................3
2.1.2 Nilai Profesi Keperawatan...........................................................................4
2.1.3 Tantangan Tenaga Keperawatan Di Era Globalisasi Di Indonesia......................6
2.2 Tuntutan Profesi Keperawatan................................................................................8
2.2.1 Perawat sebagai Profesi...............................................................................8
2.2.2 Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian...........11
2.2.3 Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik ........................11
2.2.4 Pendidikan yang memenuhi standard………………………………….. 13
2.2.5 Terdapat pengendalian terhadap praktek………………………………. 14
2.2.6 Merupakan karir seumur hidup………………………………………… 17
2.2.7 Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi……………………………..17
BAB III PENUTUP................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................19
3.2 Saran.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan keperawatan mengalami perubahan yang sangat pesat seiring
dengan peningkatan kebutuhan manusia. Berbagai aspek dan peristiwa sangat
mempengaruhi terhadap perkembangan keperawatan itu sendiri. Salah satu tantangan
global yang ada didekat kita adalah sudah berlakunya deklarasi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) mulai tahun 2015. Dalam naskah blueprint MEA disebutkan ada empat
karakteristik bentuk kerja sama, yaitu: ASEAN single market, ekonomi regional yang
kompetitif, kesetaraan pertumbuhan ekonomi, dan integritas ekonomi global. Salah satu
fokus pada karakteristik yang perlu dicermati adalah tentang single market dimana
dampaknya akan menyentuh langsung kepada satu penyedia jasa layanan kesehatan yaitu
perawat. Bagi perawat, MEA membuka babak baru perdagangan antar negara-negara di
kawasan ASEAN yang merupakan tantangan dan peluang bagi para pelaku pasar dan jasa.
Keperawatan sebagai salah satu menyedia jasa layanan kesehatan diharapkan dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk ikut terlibat dalam kegiatan MEA.
Tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya perubahan dan
perkembangan praktik keperawatan di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan
meliputi tuntutan bagi profesi keperawatan itu sendiri. Lingkup praktik keperawatan tidak
dibatasi pada tugas, fungsi, dan tanggung jawab yang spesifik, tetapi merupakan kombinasi
pengetahuan, teknologi informasi yang berkembang, membuat keputusan, dan ketrampilan
yang mengijinkan perawat untuk memberikan perawatan secara langsung dan
mengevaluasi dampaknya, membela pasien untuk kesehatannya, mensupervisi dan
mendelegasi pada yang lain, memimpin dan mengelola, mengajar serta pengembangan
kebijakan kesehatan untuk sistem asuhan keperawatan.

1.2 Batasan Masalah


Tuntutan bagi profesi keperawatan dalam tantangan global praktik keperawatan
secara profesional berdasarkan kode etik keperawatan dan standar praktik keperawatan.

1
2

1.3 Masalah

Apa saja tuntutan bagi profesi keperawatan dalam tantangan global praktik
keperawatan secara profesional berdasarkan kode etik keperawatan dan standar praktik
keperawatan.

1.4 Tujuan
Mahasiswa mengetahui tuntutan profesi keperawatan dalam tantangan global
praktik keperawatan secara profesional berdasarkan kode etik keperawatan dan standar
praktik keperawatan.

1.5 Manfaat Makalah

Mahasiswa mampu memahami tuntutan profesi keperawatan dalam tantangan


global praktik keperawatan secara profesional berdasarkan kode etik keperawatan dan
standar praktik keperawatan

1.6 Metode penyusunan

Metode penyusunan makalah ini dilakukan melalui studi literatur


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Keperawatan

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program menyelesaikan pendidikan

formalnya yang memiliki tugas untuk melaksanakan peran dan fungsinya (Sumijatun, 2010).

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang

diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis,

dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan

dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,

memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh

individu (Nursalam, 2008).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosial spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan

masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

(Kusnanto, 2004).

Roy (dalam Nursalam, 2008), mendefinísikan bahwa tujuan keperawatan adalah


meningkatkan respons adaptasi yang berhubungan dengan empat model respons adaptasi.
Perubahan internal, eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu.
Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
stimulus fokal kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan
secara langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya bergantung pada
tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua
stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta mempengaruhi

3
4

situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik atau riwayat seseorang dan timbul secara relevan sesuai dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

2.1.2 Nilai Profesional Keperawatan


Nilai profesional keperawatan adalah suatu pondasi dari praktik yang mengarahkan

perawat dalam berinteraksi dengan klien, rekan sejawat, praktisi profesional dan publik. Nilai-

nilai yang menjadi identitas diri seorang perawat dalam mengurus kesejahteraan klien dan

menjadi suatu fondasi dalam mengaplikasikan praktik keperawatan AANC (2008).

Hayes (2006), menjelaskan tentang nilai profesional merupakan standart perilaku yang

digunakan untuk menyusun tindakan yang akan diterima oleh praktisi ditempat mereka berada.

Nilai dapat berhubungan dengan emosi dan pengalaman seseorang pada suatu pilihan,

keputusan dan tindakan dalam melakukan pelayanan (Naagazan, 2006). Praktik profesional

diwujudkan dengan memberikan perhatian dan advokasi seorang perawat untuk kebutuhan dan

kesejahteraan bagi klien. Wujud dari nilai altruisme yaitu kebutuhan klien lebih utama

dibandingkan kebutuhan seorang perawat itu sendiri (AANC, 2008).

a. Otonomi (autonomy)

Berarti kebebasan, perawat yang menerapkan nilai ini menunjukkan suatu sikap yang

menghargai hak pasien dalam pembuatan keputusan terkait dalam kesehatan pasien.

Dengan kewenangan perawat melalukan tindakan secara mandiri melalui pertimbangan

yang tepat (AANC, 2008).

b. Human dignity

Cara menghormati martabat manusia dengan segala nilai dan keunikan yang dimiliki pada

setiap individu atau kelompok. Perawat dalam melaksanakan tugas asuhan keperawatan,

meletakkan seorang pasien pada saat melakukan tindakan perlu memerhatikan hak-hak
5

yang harus dihormati sebagai seorang manusia. Contohnya, saat seorang perawat

melakukan tindakan parineal hygiene pada pasien perempuan ataupun laki-laki perlu

menjaga privasi dari pasien (AANC, 2008).

a. Integritas

Bentuk integritas yang diwujudkan melalui tindakan yang sesuai kode etik dan

standart praktik keperawatan. Rasa yang muncul dari suatu nilai integritas dalam praktik

profesional seorang perawat yakni kejujuran yang ditunjukkan perawat dalam sikapnya,

serta dapat diterapkan didalam kode etik dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada seorang klien (AANC, 2008).

b. Keadilan sosial

Cara yang dapat ditunjukkan dengan menjunjung tinggi prinsip moral, legal, dan

kemanusiaan disaat melaksanakan tugas sebagai seorang perawat. Nilai ini diterapkan

seorang perawat agar tidak membedakkan pelayanan keperawatan yang diberikan

untuk klien. Seorang perawat diharapkan tidak membedakkan klien berdasarkan ras,

suku, budaya, negara, agama, warna kulit maupun status sosial yang dimiliki klien.

perawat harus memandang bahwa semua pasien adalah manusia, sehingga memiliki hak

yang sama untuk dipenuhi kebutuhan dalam kesehatannya (AANC, 2008).

Weish dan Schank (2017), menyusun intrumen untuk mengukur nilai profesional

dalam keperawatan. Instrumen tersebut berasal dari American Nurses Association (ANA)

Code of Ethics for Nurses. Penelitian yang dilakukan untuk merumuskan intrumen

tersebut, ditemukan tiga nilai profesional yang merupakan komponen dasar faktor

analisis didalam instrumennya. Nilai profesional tersebut adalah caring, activism,dan

profesionalism.
6

2.1.3 Tantangan Tenaga Keperawatan Di Era Globalisasi Di Indonesia

Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas tenaga perawat,

karena sebagian besar tenaga kesehatan di Indonesia adalah perawat. Perawat mempunyai

kedudukan penting dalam kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Di Era globalisasi,

kualitas perawat menjadi syarat mutlak untuk dapat bersaing dengan perawat-perawat dari

negara lain. Untuk itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan

standar internasional dalam aspek intelektual, interpersonal, dan teknikal, bahkan peka terhadap

perbedaan sosial budaya, serta mempunyai pengetahuan yang luas dan mampu memanfaatkan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Keperawatan sebagai profesi juga memiliki body of

knowledge yang jelas berbeda dengan profesi lain, altruistis, memiliki wadah profesi, memiliki

standar, dan etika profesi, akuntabilitas, otonomi, serta kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993).

Di Indonesia, selama ini pengaturan mengenai pendirian dan penyelenggaraan

pendidikan keperawatan masih belum tegas dan jelas, sehingga banyak sekali berdiri institusi

pendidikan keperawatan yang kualitasnya masih diragukan. Selain itu standardisasi dalam

penyelenggaraan uji kompetensi  masih belum ada, sehingga hasil yang dicapai juga beragam

kualitasnya. Di sisi lain, penjenjangan pendidikan tidak berpengaruh banyak terhadap

kompetensi, pengakuan, dan kesejahteraan perawat di tempat kerja di dalam melakukan asuhan

keperawatan. (Setjen DPR RI, 2011). Profesi keperawatan selalu dituntut untuk

mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di

Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme keperawatan agar dapat memajukan

pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.

Padahal pendidikan keperawatan merupakan satu proses penting yang harus dilalui oleh

setiap perawat.  Untuk itu langkah yang  paling awal dan penting dilakukan dalam proses
7

profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan keperawatan sebagai

pendidikan profesional, agar peserta didik memperoleh pendidikan dan pengalaman belajar

sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan. Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga

harus menekankan pemahaman tentang keprofesian (Nurhidayah, 2011). Pendidikan

keperawatan sebagai pendidikan profesi mengarahkan hasil pendidikan menjadi tenaga

professional. Melalui pendidikan ini, maka perawat dapat menjalankan profesinya sesuai

dengan fungsi dan tuntutannya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Seorang perawat professional harus dilandasi dengan kaingintahuan yang tinggi,

kecenderungan global pada bidang kesehatan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi

perawat. Berbagai masalah terjadi saat ini, mulai dari masalah kesehatan yang sederhana hingga

masalah kesehatan yang kompleks. Oleh karena itu, di saat kondisi seperti ini mengharuskan

perawat untuk meningkatkan kemampuannya yang terintegrasi dan paripurna.

Ada beberapa perubahan terkait pelayanan kesehatan di era globalisasi dan perubahan-

perubahan tersebut meliputi ekonomi, kependudukan, perkembangan ilmu pengetahuan dan

Iptek, serta tuntutan profesi. Dampak perubahan-perubahan tersebut membawa dampak

pelayanan kesehatan. Perawat di masa depan akan menghadapi suatu kesempatan dan tantangan

yang sangat luas, sekaligus suatu ancaman. Untuk itu, sebagai perawat harus mempersiapkan

diri untuk apa yang akan terjadi sekarang dan masa yang akan datang.

Perkembangan IPTEK harus diikuti dengan upaya perlindungan terhadap untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, hak untuk diberitahu, hak untuk memilih

tindakan yang dilakukan dan hak untuk didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu, pengguna

jasa pelayanan kesehatan perlu memberikan persetujuan secara tertulis sebelum dilakukan

tindakan (informed consent). Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama,
8

yaitu mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan dan

situasi. Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan

aktif dalam menghadapi era global.

2.2 Tuntutan Profesi Keperawatan

2.2.1 Keperawatan merupakan profesi

Keyakinan bahwa keperawatan merpakan profesi harus disertai dengan realisasi


pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan professional (Kelly &
Joel,1995).

Profesi berasal dari kata  profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi
banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama,
memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism).

Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan
orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan
profesional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama
dan menyangkut keterampilan intelektual.

Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode
profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang
anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang
dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah
karakteristik ke arah suatu profesi (Deden Darmawan, 2013). Agar lebih memahami apa arti
profesi, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:
9

1. Peter Jarvis
Menurut Peter Jarvis (1983:21), pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang sesuai
dengan studi intelektual atau pelatihan khusus dimana tujuannya untuk menyediakan pelayanan
keterampilan bagi orang lain dengan upah tertentu.

2. Everett Hughes
Menurut Hughes (1963), pengertian profesi adalah suatu pekerjaan di bidang tertentu dimana
seorang profesional memiliki pengetahuan lebih baik dari kliennya mengenai sesuatu yang
terjadi pada klien tersebu.

Ciri-Ciri Profesi
Ada beberapa sifat dan karakteristik profesi yang tidak terdapat pada jenis pekerjaan yang bukan
merupakan profesi. Adapun ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut:

 Terdapat keahlian atau pengetahuan khusus yang sesuai dengan bidang pekerjaan,
dimana keahlian atau pengetahuan tersebut didapatkan dari pendidikan atau pengalaman.
 Terdapat kaidah dan standar moral yang sangat tinggi yang berlaku bagi para profesional
berdasarkan kegiatan pada kode etik profesi.
 Dalam pelaksanaan profesi harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi.
 Seorang profesional harus memiliki izin khusus agar dapat menjalankan pekerjaan sesuai
profesinya.
 Pada umumnya seorang profesional merupakan anggota suatu organisasi profesi di
bidang tertentu

Syarat-Syarat Profesi
Secara umum, terdapat beberapa syarat pada suatu profesi. Adapun syarat-syarat profesi adalah
sebagai berikut:

 Memiliki pengetahuan khusus di suatu bidang ilmu tertentu.


 Melibatkan berbagai kegiatan intelektual.
10

 Membutuhkan adanya suatu persiapan tertentu yang cukup dalam, jadi bukan hanya
sekedar latihan saja.
 Membutuhkan latihan yang berkesinambungan di dalam melaksanakan pekerjaannya atau
jabatannya.
 Lebih mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.
 Adanya organisasi para profesional sesuai dengan bidang profesi.
 Terdapat kode etik atau standar baku dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Pada dasarnya profesi sangat berhubungan dengan pekerjaan, namun tidak semua jenis pekerjaan
merupakan profesi. Terdapat beberapa karakteristik yang membedakan antara profesi dengan
pekerjaan lainnya, yaitu:

1. Keahlian berdasarkan pengetahuan teoretis, para profesional memiliki pengetahuan


teoretis yang ekstensif dan keahlian dalam mempraktekkan pengetahuan tersebut.
2. Adanya pendidikan yang ekstensif, yaitu proses pendidikan yang cukup lama dengan
jenjang pendidikan yang tinggi bagi profesi yang prestisius.
3. Terdapat ujian kompetensi, yaitu ujian mengenai pengetahuan atau kompetensi di bidang
tertentu, di mana umumnya terdapat syarat untuk lulus tes yang menguji pengetahuan
teoretis.
4. Terdapat pelatihan institusional, yaitu suatu pelatihan pelatihan untuk mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi profesi.
5. Adanya asosiasi profesional, yaitu organisasi suatu profesi yang bertujuan untuk
meningkatkan status para anggotanya.
6. Adanya lisensi, yaitu sertifikasi di bidang tertentu sehingga seorang profesional dianggap
memiliki keahlian dan dianggap bisa dipercaya.
7. Kode etik profesi, yaitu suatu prosedur dari organisasi profesional yang mengatur para
anggotanya agar bekerja sesuai aturan.
8. Adanya otonomi kerja, yaitu pengendalian kerja dan pengetahuan teoretis para
profesional untuk menghindari intervensi dari luar.
9. Mengatur diri, seorang profesional diatur oleh organisasi profesi tanpa adanya campur
tangan pemerintah.
11

10. Layanan publik dan altruisme, yaitu pendapatan atau penghasilan dari kerja profesi yang
dipertahankan selama berhubungan dengan keperluan masyarakat.
11. Status dan imbalan tinggi, seorang profesional yang sukses akan mendapatkan status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak sebagai pengakuan terhadap layanan yang
diberikan kepada publik.

2.2.2 Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian

Peran perawat sebagai peneliti adalah perawat diharapkan mampu mengidentifikasi


masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan
(Konsorsium,1983).

Peran perawat sebagai peneliti adalah melakukan identifikasi terhadap fenomena yang
terjadi di masyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan mengancam
kesehatan, selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan factor yang
menjadi pencetus ataua penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian
dalam praktek keperawatan ( Wasis, 2008 )

Secara keseluruhan, ada banyak peran yang perawat bisa asumsikan dalam kaitannya
dengan proyek-proyek penelitian. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: (Congress On
Nursing Practice And Economics, 2007)
1.      Peneliti utama
2.      Anggota tim penelitian
3.      Pengenal masalah penelitian
4.      Evaluator temuan penelitian
5.      Pengguna hasil penelitian
6.      Pasien/ klien advokat selama belajar
7.      Subjek/ peserta dalam pembelajaran

2.2.3 Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
12

Pelayanan keperawatan menurut Dep Kes RI 2001 dalam Sumijatun, 2010 adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, mengutamakan pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif menyeluruh, mencakup seluruh proses kehidupan manusia baik sehat maupun
sakit yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Sementara menurut Pramono 2008 dalam Triwibowo 2013 mengatakan bahwa pelayanan
keperawatan adalah sikap profesional perawat selaku pemberi pelayanan kepada pasien yang
sedang menjalani proses penyembuhan untuk memberikan rasa nyaman pada diri setiap pasien
melalui lima dimensi mutu yaitu reliability keandalan, responsiveness daya tangkap, tangibility
bukti fisik, jaminan, dan empati yang diharapkan menimbulkan perasaan puas pada diri pasien.
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang di dasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Pelayanan ini mencakup bio-psiko-spiritual- komprehensif yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
meliputi  peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan saerta pemulihan
dengan menggunakan proses keperawatan (Wasis, 2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan keperawatan adalah salah satu
bentuk pelayanan professional yang berfokus kepada pasien dengan mengutamakan pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual serta memberikan rasa nyaman melalui lima dimensi mutu sehingga
diharapkan timbul rasa puas pada diri pasien.
Profesi keperawatan tentu saja berbeda dengan profesai lain, terutama dalam lingkup
pekerjaan dan bentuk pelayanan yang diberikan kepada individu, keluarga, atau masyarakat
bertujuan untuk pembinaan peran dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan  dengan ciri-
ciri profesi keperawatan sebagai berikut : (Wasis, 2008)

1.      Mempunyai otonomi untuk mengatur kerjanya.


2.      Mempunyai body of knowledge yang spesifik
3.      Mempunyai keterampilan khusus
4.      Praktik keperawatan yang beretika
5.      Pelayanan sosial
6.      Standar profesional yang legal
7.      Mempunyai kompetensi di bidangnya
8.      Penyesuaian budaya setempat
13

9.      Penerimaan publik

Filosofi Pelayanan Keperawatan


Filosofi keperawatan merupakan keyakinan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh perawat
yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas Arwani Supriyatno, 2005.
Filosofi keperawatan dapat dirumuskan atas dasar bahwa pasien merupakan makhluk holistik
bio-psiko-sosio-spiritual, seorang manusia yang senantiasa berada dalam rentang sehat-sakit ,
individu unik, memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, memiliki kemampuan
merespon, makhluk yang bermartabat dan adaptif serta memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan secara profesional Asmuji, 2012.

Tujuan Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu organisasi yang harus memiliki tujuan yang
jelas dan dapat dipahami oleh semua pihak yang ada di organisasi tersebut. Tujuan yang dibuat
haruslah jelas arahnya, memiliki batasan target waktu untuk mencapainya, memiliki kriteria
untuk melihat seberapa besar tujuan tersebut tercapai serta bisa terukur Asmuji, 2012. Tujuan
pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kualitas pelayanan rumah sakit serta meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi
keperawatan Arwani Supriyatno, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Pendidikan yang memenuhi standar

Konsep perawat berkualitas perawat berkualitas identik dengan perawat profesional.


Untuk itu, perawat dikatakan berkualitas apabila mampu memberi pelayanan yang sesuai dengan
standar profesi keperawatan dan dapat diterima oleh pasiennya.

Perawat berkualitas (perawat profesional) dapat terwujud bila profesionalisme keperawatannya


dibangun berdasarkan tiga fondasi, yaitu:

Pertama, Evidence Based. Keperawatan harus memiliki keilmuan dan hasil-hasil


penelitian yang kuat. Hal ini yang membedakan body of knowledge keperawatan dengan profesi
lain, khususnya ilmu kedokteran. Membangun ilmu keperawatan membutuhkan waktu panjang
14

dan harus berbasis perguruan tinggi/universitas. Karena itu peletakan fondasi perubahan
pendidikan bukan hanya pendidikan vokasi semata, tetapi juga lebih diarahkan pada pendidikan
akademik (sarjana, magister, dan doktoral) dan pendidikan profesi (ners, spesialis, dan
konsultan).

Kedua, Quality of Practice. Fondasi ilmu yang kuat dan hasil-hasil penelitian yang
dimiliki oleh perawat akan meningkatkan kompetensi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat dan kepercayaan diri yang baik dalam praktik dan berinteraksi
dengan profesi lain. Kualitas praktik juga harus didukung oleh berbagai kebijakan, regulasi dan
peraturanperaturan yang sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, institusi pelayanan dan
organisasi profesi. Tri Rini Puji Lestari, Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga
Perawat | 3

Ketiga, Patient Safety. Masyarakat yang dilayani oleh perawat akan memperoleh tingkat
keamanan yang tinggi karena kualitas praktik. Untuk itu diperlukan adanya sistem pendidikan
yang efektif, standar praktik keperawatan, kode etik keperawatan, sertifikasi perawat, dan
kejelasan regulasi keperawatan. (Deden Darmawan, 2013).

Sistem Pendidikan Keperawatan Indonesia Secara umum Pendidikan Keperawatan di


Indonesia mengacu kepada Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang mencakup tiga tahap, yaitu:

1. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis Pendidikan Diploma Tiga (D3) Keperawatan yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi sebagai pelaksana asuhan keperawatan;

2. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu;

3. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus (program spesialis
dan doktor keperawatan).
15

Pendidikan Keperawatan diselenggarakan berdasarkan kebutuhan akan pelayanan


keperawatan, seperti yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1
Ayat (6), yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehat an yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Adapun sebutan gelar untuk jenjang pendidikan tinggi keperawatan adalah:
1. Pendidikan jenjang D3 keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan
(AMD.Kep);
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (level Sarjana plus Profesi), lulusannya mendapat
sebutan Ners (Nurse),sebutan gelarnya (Ns);
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, lulusannya mendapat gelar (M.Kep);
4. Pendidikan jenjang spesialis keperawatan, terdiri dari:

a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB);


b. Spesialis Keperawatan Maternitas, lulusannya (Sp.Kep.Mat)
c. Spesialis Keperawatan Komunitas, lulusannya (Sp.Kep.Kom);
d. Spesialis Keperawatan Anak, lulusannya (Sp.Kep.Anak);
e. Spesialis Keperawatan Jiwa, lulusannya (Sp. Kep.Jiwa);

5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, lulusannya (Dr. Kep).

2.2.5 Terdapat Pengendalian Terhadap Praktek

Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin
meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam
bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan
perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh
asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Perawat harus
mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.

Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan
16

yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik
keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan
profesional yang mereka lakukan. Secara umum terhadap dua alasan terhadap pentingnya para
perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan
kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-
prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia telah
disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah
Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
 Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat.
 Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya.
 Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat
dan profesi kesehatan lain.
 Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi
keperawatan.
 Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.
Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
 Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya,
masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di
luar profesi keperawatan.
 Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang
tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
 Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara
tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
17

 Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat


menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
 Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

HUKUM KEPERAWATAN
Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :
1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan
posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb, 1990)
5. Bertanggug jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan

Praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan professional masyarakat penggunaan


pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu keperawatan sebagai landasan
untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun perencanaan, melaksanakan
asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan serta mengadakan
penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki
kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi
yang berarti mandiri dan bersedia menanggung risiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur.

2.2.6 Merupakan Karir Seumur Hidup

Karir seumur hidup Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan


rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan
yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.

2.2.7 Mempunyai Fungsi Mandiri Dan Kolaborasi.


18

Sebagaimana yang tercantum dalam Konsorsium Ilmu Keperawatan (1989), ada 7 peran
penting perawat yang perlu diketahui yakni sebagai berikut. 
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, dimana perawat dalam hal ini berperan dalam
menyesuaikan pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan tetap memperhatikan
kebutuhan dasar manusia. 
2. Sebagai advokat pasien, di mana perawat dalam hal ini akan membantu proses
komunikasi dan pemberian informasi yang layak di antara pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya. Perawat juga akan membantu pasien dan keluarga mendapatkan hak-
haknya.
3. Sebagai edukator, di mana perawat dalam hal ini akan memberikan pengetahuan
mengenai kesehatan, gejala, hingga tindakan yang perlu diambil untuk menambah
perilaku hidup sehat pada pasien. 
4. Sebagai koordinator, di mana perawat akan mengoordinasikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk pasien.
5. Sebagai kolaborator, di mana perawat akan dapat mengolaborasikan berbagai tindakan
yang perlu diambil untuk dapat memberikan pelayanan terbaik pada pasien, dengan para
tenaga kesehatan lainnya.
6. Sebagai konsultan, di mana perawat dalam hal ini akan memberikan penjelasan terbaik
mengenai berbagai informasi yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
7. Sebagai pembaharu, yang akan melakukan perencanaan, kolaborasi, serta perubahan
yang sistematis demi mencapai tujuan pemberian pelayanan keperawatan yang terbaik
untuk pasien. 

Fungsi Perawat
Fungsi perawat terdiri dari 3 yaitu independen, dependen, dan interdependen. Fungsi perawat ini
dijalankan sesuai dengan perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan dan  disesuaikan
dengan kondisi riil dari pasien. Berikut ini penjelasan mengenai fungsi perawat yang lebih
detail. 

1. Independen
19

Fungsi perawat yang pertama yaitu fungsi independen. Dalam hal ini perawat memiliki hak
independen dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang terbaik yang didasarkan
dari ilmu keperawatan. Tindakan independen yang diambil ini haruslah berdasarkan pada ilmu
keperawatan. Selain itu, keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat akan menjadi
tanggung jawab penuh perawat tanpa melibatkan pihak lain. 

2. Dependen

Fungsi perawat yang selanjutnya yaitu fungsi dependen yang membuat perawat dapat
menjalankan perintah dari dokter seperti pemasangan infus, pemberian obat, pengambilan
sampel darah, penyuntikan dan sebagainya. Berbeda dari fungsi sebelumnya yang menjadi
tanggung jawab penuh perawat, maka dalam fungsi ini yang bertanggung jawab secara penuh
adalah dokter. 

3. Interdependen 

Fungsi perawatan yang terakhir yaitu fungsi interdependen. Dalam fungsi ini, perawat dapat
melakukan kerja sama dengan berbagai pihak lain yang terlibat dalam usaha memberikan
pelayanan kesehatan terbaik, seperti dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan para ahli untuk memberikan
tindakan keperawatan terhadap pasien. Sebagai contoh, dalam menangani pasien yang menderita
diabetes, perawat akan bekerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan asupan
makanan sang pasien. 
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keperawatan merupakan sebuah profesi harus mampu memberikan pelayanan


yang berkualitas. Di Era globalisasi, kualitas perawat menjadi syarat mutlak untuk dapat
bersaing dengan perawat-perawat dari negara lain. Untuk itu diperlukan perawat yang
mempunyai kemampuan profesional dengan standar internasional dalam aspek intelektual,
interpersonal, dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan sosial budaya, serta
mempunyai pengetahuan yang luas dan mampu memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek). Pelayan yang berkualitas tidak terlepas dari kode etik juga hokum
keperawatan yang ada. Seorang perawat harus mampu memberikan asuhan secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Selain itu seorang perawat harus
mampu mengembangkan diri dalam meningkatkan pengetahuannya dalam menghadapi era
globalisasi.

3.2 Saran
Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :
1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi
penulis
2. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila ada kekurangan
didalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.
 

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku Darmawan Deden. 2013. Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen

Publishing. Iskandar. 2013. Keperawatan Profesional. Jakarta: Penerbit In Media

H., Roymond. (2009). Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional Cetakan pertama.

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

Nursalam & Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.

Jakarta : Salemba Medika

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktir untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC 

https://www.kompasiana.com/fahra/5ec2a1cf097f3656161c80d6/tantangan-dalam-profesi-

keperawatan

20

Anda mungkin juga menyukai