Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGELOLAAN KELAS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan

Dosen Pengampu : Dina Rahmi Darman, M.Pd

Kelompok :

Ahmad Khotibul Umam (2280180024)

Alifya Nabila Subaedi (2280280031)

Nurlela Sari (2280180002)

Sri Wasilah (2280180009)

Tubagus Hafid (2280180017)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pengelolaan kelas ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dalam makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah pengelolaan pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengelolaan kelas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dina Rahmi Darman M.pd, selaku dosen
mata kuliah pengelolaan pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Serang, 10 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1. Latar Belakang...................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................. 1
3. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Konsep Pengelolaan Kelas................................................................... 2
B. Strategi Guru dalam Mengelola Kelas.................................................. 7
C. Masalah dan Pemecahannya dalam Pengelolaan Kelas........................ 10
D. Usaha Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan Kelas........................ 12
E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Kelas........................ 14

BAB III PENUTUP......................................................................................... 17


1. Kesimpulan........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pengeloaan kelas merupakan salah satu masalah yang rumit, dan guru menggunakan
pengelolaan kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga
anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien serta memungkinkan mereka
dapat belajar dengan baik. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, karena
tidak ada satupun pendekatan yang dikatakan paling baik.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar.Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya poroses belajar mengajar.Yang termasuk kedalam hal ini misalnya adalah,

ii
penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan pengertian pengelolaan kelas?

2) Bagaimana kegiatan pengelolaan kelas?

3) Bagaimana cara pemecahan Masalah dalam kelas?

4) Apa tujuan pengelolaan kelas?

5) Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi dalam pengelolaan kelas?

3. Tujuan

1) Untuk mengetahui konsep pengelolaan kelas.

2) Untuk mengetahui pencegahan pengelolaan kelas.

3) Untuk mengetahui masalah dan cara pemecehan masalah pengelolaan kelas.

4) Untuk mengetahui tujuan pengelolaan kelas.

5) Untuk faktor-faktor yang memengaruhi pengelolaan kelas.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pengelolaan Kelas
1. Definisi Pengelolaan Kelas

Dalam suatu kelas/ruangan, seorang guru sebenarnya mempunyai dua


permasalahan pokok yaitu pengajaran dan manajemen. Dimana keduanya mempunyai
penanganan sendiri. Pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran yang baik,
sedangkan manajemen dengan cara pengelolaan. Aspek yang paling penting dalam
proses belajar mengajar yaitu pengelolaan kelas. Dimana pengelolaan tersebut
merupakan proses terjadinya tingkah laku yang kompleks dan seorang guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas secara
efisien dan memungkinkan siswa dapat belajar dengan memperoleh rasa nyaman.

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan


dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan dalam proses
belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang
berkelanjutan.(Depdikbud, 1985)

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.(Majid, 2014)

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim


pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.(Mulyasa, 2013)

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.(Usman, 2013)

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan


mempertahankan kondisi yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang
selalu serasi dan efektif.(Wardani, 2005)

iv
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang
dapat mengganggu suasana pembelajaran.(Wina Sanjaya, 2005)

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk
mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar yang optimal.
(Winataputra, 2004)

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan


mempertahankan kondisi proses belajar mengajar yang optimal. Namun, dalam
pengelolaan kelas tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu permasalahan.

Sebab musabab masalah pengelolaan kelas yaitu :

1. Siswa tidak tahu apa yang harus diperbuat.


2. Siswa sudah diberi tahu akan tugasnya akan tetapi setelah beberapa lama
kemudian mereka menjadi lupa akan tugasnya.
3. Siswa sudah mengetahui apa yang harus mereka diperbuat. Akan tetapi tidak tahu
bagaimana cara melakukannya.
4. Ada beberapa siswa atau sebagian yang sudah melaksanakan tugas sebelum
waktunya habis sehingga membuat keributan.
5. Ada diantara siswa yang merupakan anak malas tak bergairah atau pengganggu.
Sehingga walaupun mereka melakukan tugas akan tetapi tidak secara sungguh-
sungguh.(Suharsimi, 1996)

Oleh karena itu penting bagi seorang guru untuk menguasai sebuah
keterampilan, salah satunya keterampilan dalam mengelola kelas. Maka, kami
membahas tentang definisi keterampilan mengelola kelas, tujuan pengelolaan kelas,
komponen keterampilan mengelola kelas, prinsip penggunaan keterampilan
mengelola kelas dan keterampilan mengelola kelas yang baik, dengan tujuan untuk
mendorong siswa dalam mengembangkan tanggungjawab individu maupun klasikal
dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang
berlangsung, menyadari kebutuhan siswa, dan memberikan respon yang efektif
terhadap perilaku siswa dengan tujuan supaya kondisi belajar yang optimal dapat

v
tercapai dan guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan


mengelola kelas merupakan keterampilan yang digunakan oleh seorang guru dalam
proses pembelajaran guna untuk mengkondisikan belajar siswa dengan harapan
supaya terjadi suatu kondisi kelas yang kondusif, memaksimalkan sarana dan
prasarana, menjaga keterlibatan siswa, menciptakan dan mempertahankan kondisi
belajar yang optimal dan rasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Maka dalam
melaksanakan keterampilan mengelola kelas, perlu memperhatikan komponen
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil
inisiatif dan mengendalikan pelajaran.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1) Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas


belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
baik.
2) Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.(Usman,
2002)

Adapun tujuan dari pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja
dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi dalam kelompok
kelas yang baik, kondusif dan terarah yang memungkinkan siswa untuk berbuat dan
beraktifitas sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.(Suharsimi, 1996)

3. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas

Menurut ( Wardani, 2005) komponen keterampilan mengelola kelas meliputi:

vi
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal.
2) Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan seksama,
mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi reaksi terhadap
gangguan kelas.
3) Membagi perhatian secara visual dan verbal.
4) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggungjawab siswa.
5) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
6) Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan atau
ocehan, serta membuat aturan.
7) Memberikan penguatan seperlunya.
8) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai seorang
guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberikan contoh,
bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah laku siswa yang baik dengan memberikan
penguatan.

Pengelolaan/ proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan dalam


memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi.

Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Dalam


strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkahlaku yang keliru merupakan gejala dari
suatu permasalahan.

4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas dan Penggunaan Keterampilan Mengelola Kelas

Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas perlu diingat 6 prinsip, yaitu:

1) Kehangatan dan keantusiasan dalm mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas
yang menyenangkan.
2) Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berfikir.
3) Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
4) Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
5) Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
6) Penanaman disiplin diri sendiri.(Wardani, 2005)

vii
Sedangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh (Usman, 2013)
adalah sebagai berikut:

1) Kehangatan dan keantusiasan


2) Tantangan
3) Bervariasi
4) Keluwesan
5) Penekanan pada hal-hal yang positif
6) Penanaman disiplin diri

Kita mulai dengan beberapa asumsi, yaitu:

1. Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena mereka itu mengerti dan menerimanya.
2. Masalah disiplin kelas berkurang dengan murid terlibat secara teratur dalam aktivitas
(belajar) yang bermakna.
3. Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan
memaksimalkan atau menghabiskan banyaknya waktu anak untuk terlibat dalam
kegiatan produktif
4. Tujuan guru adalah mengembangkan self control dalam diri anak.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dapatlah dikembangkan prinsip-prinsip pengelolaan


kelas sebagai berikut:

1. Bahwa setiap aturan dan prosedur yang mengikat dan ditempuh haruslah
direncanakan terlebih dahulu sebelum hal itu dapat dillangsungkan.
2. Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh itu harus jelas dan
dibutuhkan.
3. Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara independent.
4. Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan.
5. Rencanakan kegiatan belajar yang independent atau individual dan juga kegiatan
belajar kelompok.

4. Keterampilan Mengelola Kelas Yang Baik

Menurut (Sartika, 2014) kemampuan dan keterampilan mengelola kelas dalam proses
belajar mengajar yang baik sebagai berikut:

viii
1) Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga merupakan
titik awal keberhasilan pengajaran.
2) Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar.

Jadi, dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suatu kondisi
yang memungkinkan sisiwa dapat melakukan pembelajaran, menumbuhkan sikap yang
ramah, memiliki kesiapan demi berjalannya suatu pembelajaran dan seorang siswa mampu
merasakan kenyamanan dalam keadaan ataupun suasana yang sewajarnya, tidak ada tekanan
dari guru dan mampu terangsang untuk belajar dengan baik.

B. Strategi Guru dalam Mengelola Kelas

 Pertama bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran?

Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut Kepala sekolah melalui
kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk membuat program
mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi Pelajaran, Program tahunan, Program
Semester, dan Rencana Program Pembelajaran. Pembuatan program pembelajaran disusun
secara bersama-sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada di
lingkungan sekolah yang selanjutnya dimantabkan melalui pertemuan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran tingkat Kabupaten. Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada wakil
kepala sekolah bidang kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah.
Pada saat mengajar, para guru selalu membawa perangkat pembelajaran dengan maksud agar
proses belajar mengajar berjalan dengan terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program
bisa tercapai. Dan bila selesai mengajar perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-
masing yang telah disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat
mengajar sudah ada di sekolah dan terjaga keamanannya.

 Kedua, bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama dengan siswa dalam
proses belajar mengajar?

Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas guru yang rutin yang
dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalismenya. Dalam menjalin
kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh guru SMA adalah sebagai berikut:

1) Menjalin hubungan baik dengan siswa,

ix
2) Berusaha memahami latar belakang siswa,
3) Penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik,
4) Penggunaan model mengajar yang bervariasi dan
5) Memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah.

 Ketiga, bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa

Pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut:

1) Khususnya siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal,


2) Pemberian tugas untuk praktek lapangan,
3) Mengikut sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah,
4) Mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman maupun
melalui pertemuan dengan orang tua,
5) Pemberian reinforcement,
6) Penggunaan media dalam pembelajaran dan
7) Pemberian layanan bimbingan. Dengan pemberian motivasi dalam bentuk
pemberian tugas pada siswa, , hasilnya efektif sekali karena dengan strategi
tersebut mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
 Keempat, bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran

Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, maka
pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan upaya berupa:

1) Petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah untuk


mengontrol tempat-tempat yang rawan,
2) Waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas
tatib dan guru pembimbing,
3) Dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa,
4) Guru berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis,
5) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran
atau masalah lainnya, dan
6) Guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran
eksak.

x
Dengan strategi seperti diatas, maka iklim di lingkungan SMA,
memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa merasa
senang dan betah berada di sekolah selama jam efektif kegiatan belajar mengajar,
bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan tambahan.

 Kelima, bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa

Karakteristik SMA yang baik adalah semua warganya mulai dari pimpinan sekolah, guru,
karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang tinggi. Namun demikian pihak
sekolah tetap mempertahankan serta melestarikan budaya disiplin yang sudah bagus ini untuk
ditingkatkan menjadi menjadi kultur disiplin yang mandiri. Adapun strategi untuk
meningkatkan disiplin, sebagai berikut:

1) Sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik,


2) Adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan sekolah,
guru dan karyawan,
3) Mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler pramuka,
4) Pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan
kelas,
5) Memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas,
6) Setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan
strategi tersebut diatas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan baik, suasana
lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi
belajar yang optimal.
 Keenam, bagaimana pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar

Evaluasi dalam pembelajaran di SMA ada dua macam yaitu:

1) Penilaian terhadap hasil belajar siswa,


2) Penilaian terhadap proses pengajaran.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian, ulangan semester, Ujian
Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan, berdasarkan
data perolehan ulangan semester, perolehan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional,
penilaian terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara, observasi peneliti dan
supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran di kelas sudah bagus
sekali, bahkan guru senior selalu menularkan etos kerja yang bagus, baik dalam

xi
melaksanakan tugas mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil mengajar, maupun tugas
tambahan dari sekolah. Keberhasilan SMA dalam mengukir prestasi juga didukung oleh:

1) Input siswa yang tinggi,


2) Etos kerja guru tinggi,
3) Iklim sekolah yang kondusif,
4) Adanya tanggung jawab moral dari guru senior untuk menularkan etos kerja yang
tinggi terhadap guru baru,
5) Peningkatan profesional guru melalui kegiatan musyawaah guru mata pelajaran,
diklat dan workshop ,
6) Bimbingan belajar bagi semua siswa,
7) Bimbingan prestasi bagi siswa peringkat 1-5 dari masing-masing kelas,
8) Conversation bekerjasama dengan amecc, dan
9) Debat bahasa inggris.

C. Masalah Dan Pemecahannya dalam Pengelolaan Kelas

Menurut M. Entang dan T. Raka Joni (1983:12), masalah pengelolaan kelas dibagi
menjadi dua kategori masalah, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Pengelolaan
kelas yang dilakukan oleh guru akan tepat jika guru tersebut dapat mengidentifikasi masalah
dengan tepat dan dapat menentukan strategi penanggulangan yang tepat pula.

Masalah individu akan muncul karena dalam setiap individu ada kebutuhan untuk
diterima dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri. Ketika kebutuhan ini tidak dapat
terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu tersebut akan berusaha
mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak baik.

Rodolf Dreikurs dan Cassel yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni
mengelompokannya menjadi empat, yaitu:

1. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain ( attention getting
behaviors).
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors).
4. Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors).

Sebagai penduga Dreikurs dan Paerl Cassel menyarankan penyikapan sebagai berikut:

xii
1. Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan siswa, maka kemungkinan
siswa tersebut ada pada tahap meminta perhatian.
2. Apabila guru merasa dikalahkan atau terancam oleh perbuatan siswa, maka
kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin menunjukkan kekuatan.
3. Apabila guru merasa tersinggung oleh perbuatan siswa, kemungkinan siswa tersebut
ada pada tahap ingin balas dendam.
4. Apabila guru merasa benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa lagi dalam
menghadapi ulah siswa, maka besar kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin
menunjukan ketidakmampuan.

Dari keempat cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut mengakibatkan
terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah (Maman
Rahman:1998), yaitu:

1. Pola akatif konstruktif: pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi super
star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk membantu guru dengan penuh
vitalitas dan sepenuh hati.
2. Pola aktif destruktif: pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat
banyolan, suka marah, kasar, dan memberontak.
3. Pola pasif konstruktif: pola yang menunjuk kepada satu bentuk tingkah laku yang
lamban dengan maksud supaya dibantu dan mengharapkan perhatian.
4. Pola pasif destruktif: pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan dan keras kepala.

Sedangkan masalah kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany


mengemukakan tujuh kategori masalah elompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:

1. Kelas kurang kohensif.


2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
3. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya.
4. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
5. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
6. Semangat kerja rendah.
7. Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Dari dua macam masalah pengelolaan kelas tersebut, maka memerlukan penangan yang
berbeda. Diagnosis yang keliru akan menimbulkan tindakan korektif yang keliru pula.

xiii
D. Usaha Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan Kelas

1. Usaha Pencegahan Masalah Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang
optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa
tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan korektif. Tindakan korektif terbagi menjadi
dua, yaitu dimensi tindakan dan tindakan penyembuhan (kuratif).

2. Usaha yang bersifat pencegahan (preventif)

Tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang
menggaggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan
pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuansinya
guru harus mampu memanaj kelas secara efektif dan efisien dalam jangak pendek amupun
jangka panjang. Menurut Maman Rahman:1998, langkah pencegahannya adalah sebagai
berikut:

1) Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

Hal ini merupakan langkah yang strategis dan mendasar. Karena dengan
dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki
yang merupakan modal besar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasinya
akan tampak pada sikap guru yang demokratis, stabil, harmonis dan berwibawa.
Penampakan hali seperti ini akan menimbulkan reaksi positif dari peserta didik.

2) Peningkatan kesadaran diri peserta didik

Interaksi positif akan terjalin jika kesadarn guru dan kesadaran peserta didik
sudah tercipta. Kurangnya kesadaran peserta didik akan memicu tindakan yang
mengganggu kondisi optimal kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran
peserta didik, hal yang harus dilakukan adalah memberitahukan akan hak dan
kewajibannya sebagai peserta didik, memperhatikan kebutuhan, keinginan dan
dorongan para peserta didik, menciptakan suasan saling pengertian, saling
menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan peserta didik.

3) Sikap polos dan tulus dari guru

xiv
Seorang guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didiknya.
Hal ini agar dalam setiap tindakannya guru tidak terkesan berpura-pura. Sikap polos
dan tulus ini sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru dan kepribadiannya akan
sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan
tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh peserta didik.

4) Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan

Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain, melakukan identifikasi


terhadap berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik baik secara individual
atau kelompok, mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas, dan
mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya
memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berabagi manajemen kelas.

5) Menciptakan kontrak sosial

Penciptaan kontrak sosial erat hubungannya dengan “standar tingkah laku”


yang diharapkan dapat memberi gambaran mengenai fasilitas beserta keterbatasannya
dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Hal ini mengingat norma atau nilai yang
ada datang nya dari atas dan bersifat satu pihak dan memungkinkan timbulnya
kecendrungan untuk dilanggar. Untuk itu, diperlukannya adanya pengelolaan kelas
yang perumusannya berupa tata tertib yang dibicarakan bersama peserta didik dan
kemudian disetujui oleh guru dan peserta didik itu sendiri. Jika siswa tidak ikut serta
dilibatkan dalam pembuatan kontra sosial atau tata tertib tersebut dikhawatirkan siswa
akan bertindak sekehendak siswa karena meras tidak ikut membuat peratuaran yang
ada.

3. Usaha Yang Bersifat Penyembuhan (Kuratif)

Langkah-langkah tindakan penyembuhan, antara lain:

1) Mengidentifikasi masalah

Pada kangkah ini guru mengenal atau mengetahui masalh-masalah


pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Bedasar masalah tersebut guru dapat
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang
membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.

xv
2) Menganalisis masalah

Disini guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar


belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif penanggulangannya.

3) Menilai alternatif-alternatif pemecahan

Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang
dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.

4) Mendapatkan balikan

Tahap yang terakhir guru bertindak sebagai monitoring, dengan tujuan untuk
menilai keampuha pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai
sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara
melakukan sharing dengan peserta didik.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas


1. Kurikulum

Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas seperti pengertian diatas haruslah


di rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah
dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan
secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan kelas bukan sekedar
dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi pelajaran atau pengetahuan yang bersifat
intelektualistik, akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai
makhluk individual dan makhluk social maupun sebagai makhluk yang bermoral.

Oleh karena itu disamping aspek materi pengetahuan diperlukan program kelas
untuk memenuhi perbedaan minat bakat dan kemampuan murid. Program tersebut dapat
dilakukan melalui aspek-aspek kependidikan dibidang kesenian termasuk kesejahteraan
keluarga, tekhnik, olahraga, kepramukaan dan kesehatan.

2. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah

Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan


dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan
dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat

xvi
berubah. Sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas
dalam mengatur pendayagunaan ruang / gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum
yang dipergunakan. Dalam konteks ini kepandaian guru dalam pengelolaan kelas sangat
dibutuhkan.

3. Guru

Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam memebnatu anak dalam
mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut bukan sekedar
berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi atau pengetahuan tertentu, akan tetapi
dalam keanggotaan masyarakat yang harus aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai
orang dewasa.

4. Murid/siswa

Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan (Sense Of kolektive)


merupakan kondisi yang sangat penting artinya bagi terciptanya kelas yang dinamis. Oleh
karena, setiap murid harus memiliki perasaan diterima (Sense of membershif) terhadap
kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan inilah yang akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab (Sense of respsibility) terhadap kelasnya. Sikap ini
akan tumbuh dengan baik apabila dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan kelas sebagai
berikut :

a) Setiap murid dilibatkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan


kelas, guru hanya sekedar memberi petunjuk dan bimbingan agar program atau
kegiatannya sejalan dengan kurikulum.
b) Murid diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas untuk kepentingan kelas.
c) Bila guru atau wali kelas berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan berupa
tanggung jawab mengatur rumah tangga dan disiplin kealas diantar murid.
d) Motivasi agar setiap murid selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan
rutin, misalnya membersihkan kelas, papan tulis dan lain-lain.
e) Kembangkanlah kesediaan bekerjasama dalam setiap kegiatan.
f) Susunlah bersama murid tata tertib dan disiplin kelas serta bentuklah pengurus
kelas yang bekerja selama 1 tahun ajaran.

xvii
g) Doronglah agar murid secara terus menerus ikut memikirkan kegiatan kelas dan
berani mengusulkannya untuk dilaksanakan bersama didalam atau diluar kelas.

5. Dinamika kelas

Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap
wali atau guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika
kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah
yang dikembangkan melalui kretifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok, untuk
itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat,
gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan
yang berguna. Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan
membosankan.

6. Lingkungan sekitar

Dalam hal lingkungan sekitar, maka yang dimaksud sendiri adalah masyarakat
kelas yang ada di sekitar kelas, yaitu kelas sebelah.yang harus selalu di perhatikan agar
selalu kondusif, karena kalau kelas sebelah rebut, maka akan menggangu konsentrasi
kelas yan di bombing oleh seorang guru.

BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Setiap guru, baik itu guru kelas maupun guru bidang studi, secara langsung pasti
terlibat dalam kegiatan pengelolaan. Lebih tepatnya dalam pengelolaan kelas. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat
berjalan efektif dan efisien, sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh
siswa dan dapat tercapai.

xviii
xix
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Entang, T raka Joni an Prayitno. (1985). Pengelolaan Kelas, Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Mulyasa, E. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Sartika, Dewi.(2014). Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas. Jambi: Universitas Jambi.

Suharsimi, Arikunto. (1996). Pengelolaan Kelas Dan Siswa. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Usman, Moh. Uzer. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.

Usman, Moh. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Wardani, I.G.A.K. (2005). Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta: Universitas


Terbuka.

Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Winataputra, Udin. S. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

iii

Anda mungkin juga menyukai