Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN II

TENTANG
CONTINUITY OF CARE

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

1. Ade Wahyuning Pratiwi


2. Ayu Lestari
3. Clarisa Melivia Agustin
4. Emilia
5. Heni Alfionita
6. Julia Maharani
7. Melda Mardiana
8. Monika Lapera
9. Niken Tamara Desiska
10. Sinta Afrilia

Dosen Pembimbing : Dr.Rina Puspita, SST,. M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
JURNAL 1

Pengaruh Continuity of Care (CoC) pada Asuhan Kebidanan Masa Postpartum Terhadap
Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu Nifas (2019)

Lusiana El Sinta Bustami

Prodi S1 Kebidanan, FK Universitas Andalas. Email: lusianaelsinta@yahoo.co.id

Hasil penelitian dan Pembahasan:

Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata umur ibu pada kelompok eksperimen yaitu 28 tahun
dan pada kelompok kontrol rata-rata berusia 29 tahun. Selama proses kehamilan dan
persalinan kondisi fisiologis dan psikologis ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya umur. Umur ibu yang ideal yaitu pada rentang 20-35 tahun. Pada usia ini terjadi
kematangan subjektif yang berpengaruh terhadap status kesehatan ibu sehingga ibu memiliki
koping untuk mengatasi stressor. Berdasarkan hasil penelitian pendidikan ibu pada kelompok
eksperimen dan kontrol sebagian besar setingkat SMP-SMA.

Berdasarkan hasil penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar ibu nifas pada kelompok
kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan CoC maupun kelompok eksperimen yaitu
kelompok yang diberikan CoC tidak mengalami kecenderungan depresi post partum. Asuhan
yang lebih mengutamakan adanya kesinambungan pelayanan (continuity of care), dimana
sangat berperan penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional
yang sama atau dari satu team kecil, sebab dengan adanya pelayanan yang berkesinambungan
maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga
mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.
Pelayanan yang berkesinambungan juga merupakan salah satu filosofi dari asuhan kebidanan,
dimana filosofi ini menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai
panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien.

Berdasarkan uji Independent Sample T-Test di dapatkan bahwa nilai p=0,127 (>0,05), yang
artinya tidak ada pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi post partum.Hasil penelitian
menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi post partum
berkemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dilihat dari karakteristik responden pada
kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan CoC maupun kelompok eksperimen
yaitu kelompok yang diberikan CoC sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan
SMP-SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, serta memiliki riwayat persalinan ataupun
penyakit dalam keadaan baik. Hal itu yang menjadi salah satu penyebab tidak adanya
pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi post partum terhadap responden.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh Continuity Of Care
(CoC) terhadap kecenderungan depresi post partum.
JURNAL 2

ASUHAN KEBIDANAN C ONTINUITY OF CARE PADA NY M MASA HAMIL


SAMPAI DENGAN KELUARGA BERENCANA DI BPM MURYATI SST.Keb
SUKORREJO PONOROGO (2018)

Ludmila Ifsilanti Alwan, Ririn Ratnasari, Suharti Suharti

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammmadiyah Ponoroogo


Email:ludmilaifsilanti@gmail.com

Hasil penelitian dan Pembahasan:

Dalam pengkajian didapatkan hasil bahwa Ny. M hamil anak ke empat dalam usia 41
tahun,kehamilan Ny. M termasuk dalam kategori beresiko. Keluhan utama yang dirasakan
ibu pada pemeriksaan ANC pada tanggal 24 Februari 2018 adalah nyeri pinggang. Kehamilan
Ny. M berjalan normal meskipun termasuk kehamilan resiko tinggi (KRT). Hal tersebut
disebabkan karena Ny. M rutin memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan serta
bersedia mengikuti saran-saran yang diberikan bidan kepadanya, sehingga kondisi kesehatan
ibu serta janinnya dapat terpantau dengan baik

Tanda tanda persalinan Ny. M dirasakan sejak tanggal 25 Februari 2018 pukul 18.30 WIB.
Ny.M merasakan nyeri pinggang diikuti perut yang terasa kenceng-kenceng. Pada 00.45 WIB
tanggal 26 Februari 2018, Ny. M mengeluarkan lendir darah dari jalan lahirnya. Ny. M segera
pergi ke bidan untuk memeriksakan keadaannya. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil
bahwa lama pembukaan 1cm sampai 10 cm berlangsung selama 7 jam. Proses persalinan Ny.
M berjalan dengan lancar dan tidak terdapat tanda bahaya pada ibu ataupun janin. Ny. M juga
sangat kooperatif selama persalinan, sehingga proses persalinan berjalan lancar dan bidan
mampu membantu proses persalinan dengan baik.

Hasil pengkajian masa nifas keluhan utama yang dirasakan Ny.M saat kunjungan pertama
adalah nyeri perut bagian bawah. Pada kunjungan nifas kedua yaitu hari ke 11 postpartum,
ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Sesuai hasil pengkajian dari kunjungan neonatus, dapat disimpulkan bahwa pada kunjungan
kedua neonatus terjadi kesenjangan karena bayi mengalami ikterus fisiolgis derajat 1. Tetapi
hal tersebut bisa teratasi karena Ny. M sangat kooperatif dan mau mengikuti saran dari bidan,
sehingga pada kunjungan ke tiga ikterus pada bayi sudah menghilang dan bayi dalam
keadaan normal sesuai dengan teori.

Sesuai hasil anamnesa, Ny. M berusia 41 tahun dan menggunakan KB kondom. Sehingga alat
kontrasepsi yang dipilih Ny. M kurang tepat karena berdasarkan usia Ny. M yang sudah 41
tahun dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implant
atau kontasepsi mantap. Setelah dilakukan konseling dan penjelasan mengenai KB yang lebih
tepat untuk Ny.M. Pada post partum hari ke 72 yaitu pada tanggal 8 Mei 2018. Ny. M
menggunakan KB IUD.
Kesimpulan :

Pengkajian dan pengumpulan data secara subyektif dan obyektif kepada Ny.M dari trimester
III, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir dan KB yaitu Asuhan Kebidanan Continuity of
Care di mulai dari tanggal 24 Februari 2018 sampai dengan 8 April 2018. Dari hasil
anamnesa Ny. M hamil anak ke 4. Pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sebanyak 1x pada
usia kehamilan 37 minggu 5 hari yaitu pada tanggal 24 Februari 2018. Hasil pengkajian dan
pemeriksaan kehamilan ditemukan masalah nyeri pinggang. Persalinan terjadi pada tanggal
26 Februari 2018 secara normal dengan usia kehamilan 37 6/7 minggu, saat persalinan tidak
ditemukan penyulit. Masa Nifas dimulai dari tanggal 26 Februari 2018 – 8 April 2018.
Ditemukan masalah kecemasa akibat nyeri perut bagian bawah (After Pain) dan posisi
menyusui ibu yang kurang benar. Bayi Ny. M yang berjenis kelamin laki laki BB 3500 gram,
PB 50 cm. Tidak ditemukan adanya cacat serta tanda bahaya. Pada saat pemeriksaan dan
pemantauan bayi sampai 2 minggu hanya ditemukan masalah ikterus yang fisiologis. Pada
asuhan kebidanan KB, Ny. M dahulu pernah menggunakan KB IUD dan kedepannya ingin
menggunakan KB kondom.

Pelaksanaan asuhan kebidanan secara Continuity of Care pada Ny.M dari kehamilan trimester
III, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
kebidanan.

Hasil evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan Continuity of Care pada Ny.M yaitu pada
saat pemeriksaan ANC Ny.M sangat kooperatif dan bersedia mengikuti anjuran dan saran
bidan. Ketika persalinan Ny.M sangat kooperatif sehingga bidan bisa membantu persalinan
Ny. M dengan cara 60 langkah APN. Hasil evaluasi asuhan masa nifas Ny.M mampu
memahami dan bersedia mengikuti saran bidan, sehingga pada kunjungan nifas ketiga Ny. M
tidak mengalami keluhan lagi. Hasil evaluasi asuhan bayi baru lahir, ikterus fisiologis bisa
teratasi. Sedangkan hasil evaluasi asuhan KB, Ny. M pada awalnya memilih menggunakan
KB kondom, tetapi setelah diberikan KIE ulang akhirnya Ny. M menggunakan KB IUD pada
post partum hari ke 72.

Pendokumentasian asuhan kebidanan Continuity of Care ditulis menggunakan metode


SOAPIE yaitu standar asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implemetasi dan evaluasi. Sedangkan pada data perkembangan menggunakan
metode SOAP.
JURNAL 3

ASUHAN KEBIDANAN SECARA CONTINUITY OF CARE (COC) PADA NY “R”


HAMIL TRIMESTER III SAMPAI DENGAN PEMILIHAN KB PASCASALIN DI PMB
ENY KUSRINI S.Tr,Keb. KAB.MADIUN (2018)

Cintika Yorinda Sebtalesy

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Jalan Taman Praja No.25, Taman, Kota Madiun
63139. Email : cintikayorindas@gmail.com

Hasil penelitian dan Pembahasan:

Asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. R G5P21012 dilakukan di PMB Ny.
Eni Kusrini, S.Tr.Keb. dimulai saat kehamilan Trimester III akhir pada usia kehamilan 36
minggu pada tanggal 11 Mei 2018. Ny. R mengatakan hamil anak lima, pernah melahirkan
dengan usia kehamilan 31 minggu tetapi anak meninggal setelah 1 jam dilahirkan, pernah
keguguran 1 kali yaitu 1 tahun sebelum kehamilan ini, saat ini umur kehamilannya 9 bulan
dengan keluhan sakit gigi sejak kemarin tanggal 10 Mei 2018.

Ny.”R” merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 01 Juni 2018 pukul 04.00 WIB dan keluar
lendir bercampur darah serta cairan berwarna putih dari jalan lahir mulai tanggal 01 Juni
2018 pukul 06.00 WIB. , datang ke bidan tidak ke rumah sakit karena ibu tidak ingin
melahirkan di rumah sakit meskipun ibu tahu kehamilannya beresiko sanggat tinggi dengan
alasan social ekonomi dan tidak mempunyai BPJS/JAMPERSAL. Diagnosa Ny.R adalah
G5P21012, umur kehamilan 39 minggu, janin hidup, tunggal, intra uteri, situs bujur, habitus
fleksi, posisi puka, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian, inpartu kala 1 fase
aktif dilatasi maksimal, keadaan umum ibu dan janin baik.

Pada kasus Ny. “R” masuk di Kala I fase aktif sampai pembukaan 10 cm, berlangsung ± 5
jam, yaitu sejak tanggal 01Juni 2018 pukul 15.00 WIB. Pembukaan lengkap Pukul 20.30
Bayi lahir jam20.35 bayi lahir secara spontan belakang kepala.

Dalam study kasus ini, Ny. R telah mendapatkan 3 kali kunjungan nifas yaitu jam setelah
persalinan, 7 hari setelah persalinan, dan 28 hari setelah persalinan dan hasil yang ditemukan
selama pengkajian semuanya berjalan normal, keadaan ibu dan bayi sehat meski bayi sedikit
rewel karena ASI dari ibunya tidak terlalu lancer tapi tidak menunjukkan adanya penyulit.

Pada kasus bayi Ny.R, petugas melakukan kunjungan neonatus sebanyak 3 kali, yaitu pada 6
jam, hari ke-7 dan hari ke-17.Pada Kunjungan I (6 jam),patugas melakukan pemeriksaan
meliputi: pemeriksaan tanda bahaya bayi, perawatan tali pusat, konseling terhadap ibu dan
keluarga untuk memberikan ASI eksklusif serta pencegahan hipotermi dan hasil yang di
temukan, bayi dalam keadaan baik.

Pada asuhan kebidanan Ny. R,mengatakan tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi apapun
karena kepercayaan yang di anutnya dan ingin menggunakan metode sederhana tanpa alat,
peneliti memberikan KIE tentang alat macam-macam kontrasepsi metode alami dan ibu
mengatakan berminat mencoba metode alami suhu basal dan kalender yang akan digunakan
sampai selesai menyusui bayinya.

Kesimpulan :

Dalam studi kasus ini tidak didapatkan hambatan karena pasien mudah diajak membina
hubungan baik, pemeriksaan umum, fisik dan obstetri serta penunjang dapat dilakukan sesuai
Standart Operasional Procedure (SOP) meski ibu belum melakukan pemeriksaan USG.
Dalam menginterpretasikan data, peneliti mampu merumuskan diagnosa kebidanan secara
tepat sesuai kondisi pasien. Diagnosa potensial yang ada tidak terjadi karena pasien rajin
periksa ke bidan,antisipasi tindakan segera sudah dilakukan walaupun hanya sebatas
konsultasi pada dokter SPOG. Untuk perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi tindakan
sudah peneliti aplikasikan secara baik sesuai kemampuannya. Kesenjangan antara teori dan
praktik yaitu tempat bersalin untuk ibu dengan kehamilan resiko sangat tinggi di praktik
mandiri bidan, tidak dilakukan pemeriksaan genetalia pada kunjungan nifas ke
2, bayi mulai diberi PASI pada usia 17 hari.
Berdasarkan diskusi kami setelah membaca dan memahami ketujuh jurnal diatas:

Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model praktik kebidanan
untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk
memberikan dukungan, dan membina hubungan saling percaya antara bidan dengan klien
(Astuti, dkk, 2017).

Menurut Reproductive, Maternal, Newborn, And Child Health (RMNCH).


“Continuity Of Care” meliputi pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan hingga
persalinan, periode postnatal dan masa kanak-kanak. Asuhan disediakan oleh keluarga dan
masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya (Astuti, dkk,
2017).

Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of care yaitu
dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan, serta hari-hari awal
dan tahun kehidupan. Dimensi kedua dari Continuity of care yaitu tempat pelayanan yang
menghubungkan berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan sarana
kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan secara berkesinambungan.

Menurut Saifuddin (2016), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan yang


berkesinambungan adalah sebagai berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

 Manfaat Continuity of care


Asuhan Kebidanan Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi
beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya
dari satu bidan atau tim praktiknya. bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti, dkk, 2017).

Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan yang
berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu yang
tidak ditangani sehingga menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap komplikasi dan
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Komplikasi yang dapat timbul pada
kehamilan diantaranya meliputi anemia, hipertensi, perdarahan, aborsi, oedema apda wajah
dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada persalinan meliputi distosia,
inersia uteri, presentasi bukan belakang kepala, prolap tali pusat, ketuban pecah dini (KPD),
dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada masa nifas meliputi, bendungan ASI,
dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada bayi baru lahir meliputi berat badan
lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital, tetanus neonatorum, dan lain-lain
(Saifuddin, 2014).

Pada jurnal Pengaruh Continuity of Care (CoC) pada Asuhan Kebidanan Masa
Postpartum Terhadap Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu Nifas

Selama proses kehamilan dan persalinan kondisi fisiologis dan psikologis ibu
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya umur. Umur ibu yang ideal yaitu pada rentang
20-35 tahun. Pada usia ini terjadi kematangan subjektif yang berpengaruh terhadap status
kesehatan ibu sehingga ibu memiliki koping untuk mengatasi stressor.(15) Berdasarkan hasil
penelitian pendidikan ibu pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian besar setingkat
SMP-SMA. (Lusiana,2019) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan riwayat persalinan ibu
pada kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan di BPM, keadaan ibu dan bayi sehat, usia
bayi cukup bulan dan sebagian besar tidak memiliki riwayat penyakit saat kehamilan serta
sebagian besar ibu dan bayi tidak mengalami komplikasi selama proses persalinan. Penyebab
utama terjadinya gangguan pasca persalinan adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu.
(Lusiana,2019)

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar ibu nifas pada kelompok
kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan CoC maupun kelompok eksperimen yaitu
kelompok yang diberikan CoC tidak mengalami kecenderungan depresi post partum. Asuhan
yang lebih mengutamakan adanya kesinambungan pelayanan (continuity of care), dimana
sangat berperan penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional
yang sama atau dari satu team kecil, sebab dengan adanya pelayanan yang berkesinambungan
maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga
mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.
Pelayanan yang berkesinambungan juga merupakan salah satu filosofi dari asuhan kebidanan,
dimana filosofi ini menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai
panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien. (Lusiana,2019)

Berdasarkan uji Independent Sample T-Test di dapatkan bahwa nilai p=0,127 (>0,05),
yang artinya tidak ada pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi post partum.Hasil
penelitian menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi
post partum berkemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. (Lusiana,2019)

Salah satu bentuk dari CoC yang dilakukan di komunitas pada masa nifas adalah
pelaksanaan kunjungan nifas. Sesuai standar, kunjungan masa nifas dapat dilakukan sebanyak
4 kali, pada setiap kunjungannyadiberikan asuhan yang berbeda oleh seorang bidan.
Kunjungan ke-1 dilakukan dalam 6-8 jam pertama, kunjungan ke-2 dalam 2-6 hari
postpartum dan kunjungan ke -3 dilaksanakan pada mingguke 2 postpartum. Pada kunjungan
ke-3, bidan memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan
ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-tanda penyulit yang dihadapi ibu.
Selainitubidanjuga memberikan konseling pada ibu mengenaiasuhan pada bayi, seperti
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. (Lusiana,2019)

Asuhan kebidanan continuity of are atau komprehensif dimulai dari kehamilan TM III,
persalinan, nifas, neonatus, dan KB yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa kebidanan,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi yang didokumentasikan dengan metode penulisan
SOAP.

Adapun Asuhan Kebidanan COC dalam setting praktik klinik dijabarkan sebagai berikut
menurut jurnal ASUHAN KEBIDANAN C ONTINUITY OF CARE PADA NY M MASA
HAMIL SAMPAI DENGAN KELUARGA BERENCANA DI BPM MURYATI SST.Keb
SUKORREJO PONOROGO

1. Asuhan Pada Kehamilan


Dalam pengkajian didapatkan hasil bahwa Ny. M hamil anak ke empat dalam usia 41
tahun. Menurut Wheeler (2004:5), kurun reproduksi sehat dikenal sebagai usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-34 tahun. Pada kehamilan di usia 35 tahun, banyak
terjadi gangguan perkemihan dan perkembangan janin, yang dapat menyebabkan
terjadinya Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) yang berakibat pada lahirnya bayi
berat lahir rendah (BBLR) (Marmi,2011:109). Sehingga kehamilan Ny. M termasuk dalam
kategori beresiko.
Sesuai data sekunder dari buku KIA, selama kehamilan Ny. M melakukan
pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali dan hanya dilakukan pada waktu trimester kedua dan
ketiga. Sesuai standar program pemerintah, pemeriksaan ANC minimal dilakukan
sebanyak 4 kali dalam kehamilan dengan distribusi 1x pada TM I, 1x pada TM II, 2x pada
TM III. (Dinkes Ponorogo,2014).
Kehamilan Ny. M berjalan normal meskipun termasuk kehamilan resiko tinggi
(KRT). Hal tersebut disebabkan karena Ny. M rutin memeriksakan kehamilannya ke
tenaga kesehatan serta bersedia mengikuti saran-saran yang diberikan bidan kepadanya,
sehingga kondisi kesehatan ibu serta janinnya dapat terpantau dengan baik
(Ludmila,dkk.2019)

2. Asuhan Pada Persalinan


Tanda tanda persalinan Ny. M dirasakan sejak tanggal 25 Februari 2018 pukul 18.30
WIB. Ny.M merasakan nyeri pinggang diikuti perut yang terasa kenceng-kenceng. Pada
00.45 WIB tanggal 26 Februari 2018, Ny. M mengeluarkan lendir darah dari jalan
lahirnya. Ny. M segera pergi ke bidan untuk memeriksakan keadaannya.
(Ludmila,dkk.2019)
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa lama pembukaan 1cm sampai 10 cm
berlangsung selama 7 jam. Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Manuaba
(2010:173), lamanya kala I untuk multigravida sekitar 8 jam dengan pembukaan 2 cm/jam.
Sehingga proses kala I Ny. M berjalan normal sesuai teori yang ada. Kala II Ny.M
berlangsung secara spontan. Berlangsung selama 1 jam, dimulai pukul 01.05 WIB sampai
pukul 02.05 WIB. Batasan kala II untuk multipara adalah ½ - 1 jam (Mochtar, 2015:73).
Kala III berlangsung selama 10 menit, plasenta lahir spontan dan lengkap. Menurut
Saifudin (2010:314) kala III normalnya berlangsung 6-15 menit. Segera setelah lahir
langsung dilakukan IMD. Kala IV berlangsung normal, pada kala IV dilakukan penjahitan
robekan jalan lahir. Ny.M mengalami laserasi perineum derajat 2. Selama kala IV juga
dilakukan pemantauan sesuai APN meliputi mengobservasi tekanan darah, nadi, TFU,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
tiap 30 menit pada I jam kedua serta melengkapi partograf. Sehingga kala IV berlangsung
secara normal, pemantauan kala IV sesuai APN sehingga tidak perlu di khawatirkan
adanya komplikasi pasca persalinan. (Ludmila,dkk.2019)

3. Asuhan Kebidanan Nifas


Hasil pengkajian masa nifas keluhan utama yang dirasakan Ny.M saat kunjungan
pertama adalah nyeri perut bagian bawah. Nyeri perut bagian bawah (Afterpain)
disebabkan oleh kontraksi dan relaksi uterus berurutan yang terjadi secara terus-menerus.
(Ludmila,dkk.2019)
Nyeri yang lebih berat pada paritas tinggi disebabkan karena terjadi penurunan tonus
otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermiten (sebentar-sebentar)
berbeda pada wanita primipara tonus otot uterusnya masih kuat dan terus tetap
berkontraksi (Varney, 2008:974-977). Sehingga keluhan yang dialami ibu merupakan hal
yang fisiologis. Pada kunjungan 6 jam post partum, ibu sudah bisa menyusui bayinya
segera setelah lahir, karena ibu sudah punya pengalaman menyusui sebelumnya dan
keadaan putting susu yang menonjol. Ini sesuai dengan anjuran dari Fraser et al
(2009:323) yaitu ibu postpartum dianjurkan untuk segera menyusui karena menyusui
dapat melindungi bayi dari alergi tertentu.
Proses Laktasi Ny. M pada 6 jam post partum berjalan dengan baik. Ny. M sudah bisa
menyusui bayinya dengan baik walaupun ASI belum keluar dengan lancar. Ny.M juga
sering menanyakan hal hal yang berkaitan dengan cara dan proses menyusui kepada bidan
karena Ny. M sudah lupa proses tersebut (Ludmila,dkk.2019)
Pada kunjungan nifas kedua yaitu hari ke 11 postpartum, ibu mengatakan tidak ada
keluhan. Payudara teraba tegang dan ASI sudah keluar lancar. Tetapi ibu mengalami
masalah dalam posisi menyusui bayinya. Menurut Syafrudin dkk (2011: 217)

4. Asuhan Kebidanan Neonatus


Pada saat lahir bayi Ny. M bernafas spontan dan bergerak aktif. Penanganan bayi
sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang terdiri dari penilaian sepintas,
mengeringkan, dan menghangatkan bayi, menjepit, mengikat, dan memotong tali pusat,
melakukan IMD segera setelah lahir hingga bayi berhasil menemukan puting susu ibunya.
Setiap 15 menit dilakukan pemantauan tanda bahaya yang mungkin terjadi pada bayi.
(Ludmila,dkk.2019)
Pada saat kunjungan neonatus hari ke 11, didapatkan bahwa keadaan umum bayi baik,
kesadaran composmentis, TTV (Nadi, suhu, pernafasan) dalam batas normal. Tetapi pada
pemeriksaan fisik bayi nampak kuning pada wajah dan mata tampak ikterik. Hal ini
merupakan tanda tanda bahwa bayi mengalami ikterus. Berdasarkan teori bayi mengalami
ikterus fisiologis derajat 1. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua
dan hari ketiga yang tidak mempunyai potensi kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu
morbiditas pada bayi (Marmi, 2011:277).
Sesuai hasil pengkajian dari kunjungan neonatus, dapat disimpulkan bahwa pada
kunjungan kedua neonatus terjadi kesenjangan karena bayi mengalami ikterus fisiolgis
derajat 1. Tetapi hal tersebut bisa teratasi karena Ny. M sangat kooperatif dan mau
mengikuti saran dari bidan, sehingga pada kunjungan ke tiga ikterus pada bayi sudah
menghilang dan bayi dalam keadaan normal sesuai dengan teori. (Ludmila,dkk.2019)

5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


Sesuai hasil anamnesa, Ny. M berusia 41 tahun dan menggunakan KB kondom.
(Ludmila,dkk.2019)
Menurut Saifuddin (2010: MK-18), KB kondom efektif bila digunakan dengan benar,
tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, metode kontrasepsi
sementara bila kontasepsi lainnya harus ditunda.

Sedang kan pada jurnal ASUHAN KEBIDANAN SECARA CONTINUITY OF CARE


(COC) PADA NY “R” HAMIL TRIMESTER III SAMPAI DENGAN PEMILIHAN KB
PASCASALIN DI PMB ENY KUSRINI S.Tr,Keb. KAB.MADIUN dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.

Asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. R G5P21012 dilakukan di PMB
Ny. Eni Kusrini, S.Tr.Keb. dimulai saat kehamilan Trimester III akhir pada usia kehamilan
36 minggu pada tanggal 11 Mei 2018. (Cintika,2018)

Ny. R kembali berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya pada usia


kehamilannya 38 minggu dengan keluhan merasakan kenceng-kenceng tapi belum teratur
dalam waktu 1 jam biasanya kontraksi 1-2 kali Pada usia kehamilan ini. (Cintika,2018)

Ny.”R” merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 01 Juni 2018 pukul 04.00 WIB dan
keluar lendir bercampur darah serta cairan berwarna putih dari jalan lahir mulai tanggal 01
Juni 2018 pukul 06.00 WIB. , datang ke bidan tidak ke rumah sakit karena ibu tidak ingin
melahirkan di rumah sakit meskipun ibu tahu kehamilannya beresiko sanggat tinggi dengan
alasan social ekonomi. (Cintika,2018)

Ny. “R” memasuki persalinan pada usia kehamilan 39 minggu. Menurut Margareth
dan Sukarni (2013), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin. Ini menunjukan antara teori dengan kenyataan tidak ada kesenjangan.
(Cintika,2018)

Pada kasus Ny. “R” masuk di Kala I fase aktif sampai pembukaan 10 cm, berlangsung
± 5 jam, yaitu sejak tanggal 01Juni 2018 pukul 15.00 WIB. Pembukaan lengkap Pukul 20.30
Bayi lahir jam20.35 bayi lahir secara spontan belakang kepala. Menurut Manuaba (2012),
kala I pada Multigravida berlangsung 8 jam. Fase laten pada primi membutuhkan waktu ± 8
jam dan pada multi membutuhkan waktu ± 4 jam. Menurut Sofian (2011),

Pada Ny. “R” Saat kunjungan nifas yang ke 2 dan ke 3 tidak dilakukan pemeriksaan
Genetalia, di karenakan kurangnya komunikasi antara pemeriksa dengan pasien.
(Cintika,2018)

Dalam study kasus ini, Ny. R telah mendapatkan 3 kali kunjungan nifas yaitu 6 jam
setelah persalinan, 7 hari setelah persalinan, dan 28 hari setelah persalinan dan hasil yang
ditemukan selama pengkajian semuanya berjalan normal, keadaan ibu dan bayi sehat.

Pada kasus bayi Ny.R, petugas melakukan kunjungan neonatus sebanyak 3 kali, yaitu
pada 6 jam, hari ke-7 dan hari ke-17. (Cintika,2018)

Pada asuhan kebidanan Ny. R,mengatakan tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi
apapun karena kepercayaan yang di anutnya dan ingin menggunakan metode sederhana tanpa
alat, peneliti memberikan KIE tentang alat macam-macam kontrasepsi metode alami dan ibu
mengatakan berminat mencoba metode alami suhu basal dan kalender yang akan digunakan
sampai selesai menyusui bayinya. Dari hasil pemeriksaan Ny. R cocok menggunakan metode
alami suhu basal dan kalender ini, karena ibu tidak memderita penyakit reproduksi, kebiasaan
merokok atau minum alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang maupun gangguan jiwa
(Cintika,2018)
DAFTAR PUSTAKA

Wheeler, L.V. 2004. Buku Saku Asuhan Pranatal dan Pascapartum.


Jakarta:ECG

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dinkes Kabupaten Ponorogo. 2017. Data KIA 2016.Ponorogo: Dinkes Kabupaten Ponorogo

Mochtar, R. 2015. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Varney H, Kriebs J.M, Gegor C.L. 2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed. 4 Vol.
1. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari .2008. Buku Asuhan Neonatal Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1 cetakan ke 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba, IAC., Manuaba, IBGF., Manuaba, IBG.2010. Ilmu Kebidanan,Penyakit


Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC

Fraser, Diane M, and Cooper M.A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14.
Jakarta: EGC

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ludmila,dkk.2019. Asuhan Kebidanan C Ontinuity Of Care Pada Ny M Masa Hamil Sampai


Dengan Keluarga Bere Ncana Di Bpm Muryati Sst.Keb Sukorrejo Ponorogo

Lusiana,2019. Pengaruh Continuity of Care (CoC) pada Asuhan Kebidanan Masa Postpartum
Terhadap Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu Nifas

Cintika,2018. Asuhan Kebidanan Secara Continuity Of Care (Coc) Pada Ny “R” Hamil
Trimester Iii Sampai Dengan Pemilihan Kb Pascasalin Di Pmb Eny Kusrini S.Tr,Keb.
Kab.Madiun

Margareth ZH, dan Sukarni IK. 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas.Yogyakarta:
Nuha Medika

Sofian, A. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai