Anda di halaman 1dari 24

PERAN DESAIN INTERIOR DALAM MENINGKATKAN JUMLAH

PEMUSTAKA DI PERPUTAKAAN DAERAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan bahasa Indonesia


yang diampu oleh:

Daris Hadianto D., S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Oktavia melania putri (1900358)

Putri rahayu kartika (1906220)

Raka muhammad firdaus (1907814)

Rani supartini (1906281)

Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan perpustakaan di Indonesia mengalami banyak persoalan.
Salah satunya persoalan terkait dengan fasilitas fisik perpustakaan yaitu
bangunan atau gedung. Persoalan pengembangan fisik perpustakaan tak hanya
terbatas pada keberadaan gedung, tetapi juga terkait dengan desainnya, sebab
tanpa rancangan yang memadai sebuah gedung tidak akan memerankan peran
secara maksimal sebagai sebuah sarana bagi kepentingan pemakainya. Desain
interior merupakan salah satu hal yang cukup penting dalam rancangan suatu
bangunan, khususnya dalam hal ini adalah pembangunan perpustakaan. Salah
satunya perpustakaan daerah Kota Ambon. Walaupun sudah memenuhi standar
luasan minimum sebuah perpustakaan umum, namun perpustakaan tersebut
belum dapat memanjakan pemustaka dengan desain interior yang menarik.
Sainttyauw menjelaskan bahwa Persoalan pengembangan fisik
perpustakaan tidak terbatas pada ada atau tidaknya gedung, tetapi juga terkait
dengan desainnya, sebab tanpa rancangan yang memadai sebuah gedung tidak
akan memerankan peran secara maksimal sebagai sebuah sarana bagi
kepentingan pemakainya. Dalam Pedoman Tata Ruang dan Perabot
Perpustakaan karangan Atmodiworjo disebutkan bahwa tampilan perpustakaan
umum perlu memberi kesan yang ramah dan terbuka, sehingga mengundang
masyarakat untuk mendatanginya. Perpustakaan umum perlu menghindari
tampilan yang formal dan berjarak dengan masyarakat. Perpustakaan umum
tidak bleh memberikan kesan bangunan yang “sakral” dan hanya untuk
kalangan terpelajar saja seperti di masa lalu. Sebaliknya, perpustakaan umum
kini harus memberikan kesan terbuka bagi siapa saja untuk memanfaatkannya.
Prasetyo Budi mengatakan bahwa Rancangan suatu bangunan / lingkungan
yang bagus akan meyebabkan orang merasa lebih nyaman, aman, dan produktif
dan sebaliknya rancangan yang jelek akan membuat perasaan tidak berdaya
dan menimbulkan stress.
Dari teori di atas, perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang nyaman
serta membuat pemustaka dapat menghabiskan banyak waktu di dalam
perpustakaan. Namun, kenyataannya berbanding terbalik dengan teori di atas. .
Masih banyak perpustakaan daerah yang hanya dipandang sebagai tempat
kumpulan buku yang membosankan. sangat jarang perpustakaan yang mau
menganggarkan dananya untuk pengembangan desain interior perpustakaan,
karena sebagian besar fokus mereka terhadap koleksinya, padahal desain
interior juga tak kalah penting untuk diperhatikan, karena berkaitan dengan
kepuasan pemustaka, jika pemustaka merasa nyaman berada di perpustakaan,
maka pemustaka akan senang untuk datang kembali ke perpustakaan atau
dalam kata lain pemustaka menjadi puas terhadap perpustakaan tersebut.
Penelitian ini memaparkan terkait apa saja peran perpustakaan dalam
meningkatkan jumlah pemustaka di perpustakaan daerah. Seperti yang sudah
kita ketahui bahwa jumlah pemustaka di perpustakaan daerah masih terbilang
sedikit karena adanya beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor desain
interior dari perpustakaan daerah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Adrina Ayu Candra pada tahun 2013 dengan judul Pengaruh Desain
Interior Perpustakaan Terhadap Kenyamanan Pengguna di Perpustakaan
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Penelitian tersebut membahas
mengenai kenyamanan pengguna di perpustakaan yang dipengaruhi oleh desain
interior yang meliputi ruang, variasi, hirarki, area personal, pencahayaan, tata
suara, suhu udara, perawatan, kualitas udara, gaya dan fashion. Berbeda pula
dengan makalah yang disusun oleh Fransiskus Adi Sasmita tahun 2017. Dalam
makalah tersebut membahas tentang bagaimana peran perpustakaan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, peran pemerintah dalam mengembangkan
perpustakaan di wilayah terpencil, hambatan, dan cara menghadapi hambatan
mengenai pengembangan perpustakaan di wilayah terpencil.
Alasan melakukan penelitian ini untuk mengetahui seberapa penting
desain interior perpustakaan daerah bagi kenyamanan pemustaka dan
pengaruhnya pada kunjungan pemustaka di perpustakaan daerah. Penelitian ini
dirancang supaya dapat menjadi sumber rujukan dan acuan literatur bagi
pengembangan perpustakaan maupun penelitian selanjutnya di bidang desain
interior. Serta penelitian ini menjadi dasar untuk meningkatkan desain interior
ruang di dalam suatu perpustakaan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan desain interior perpustakaan?
b. Mengapa desain interior perpustakaan dapat berpengaruh bagi peningkatan
pemustaka di perpustakaan daerah?
c. Bagaimana peran desain interior perpustakaan dalam meningkatkan
jumlah pemustaka di perpustakaan daerah?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi desain interior perpustakaan.
b. Untuk mengetahui pengaruh desain interior perpustakaan dapat
berpengaruh bagi peningkatan pemustaka di perpustakaan daerah.
c. Untuk mengetahui peran desain interior perpustakaan dalam meningkatkan
jumlah pemustaka di perpustakaan daerah.

1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoretis
Dari penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khazanah dalam ilmu
perpustakaan, khususnya di bidang ilmu perpustakaan tentang desain
interior.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi rujukan dan acuan literatur bagi
perpustakaan maupun penelitian selanjutnya.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Desain Interior


2.1.1 Pengertian Desain Interior

Desain interior atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Interior


Design merupakan sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang
dalam di dalam bangunan [ CITATION Bin14 \l 1033 ]. Menurut Francis D. K.
Ching (Chng & Binggeli, 2012) desain interior adalah desain interior
adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam
bangunan. Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan
naungan dan perlindungan, mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi
aspirasi kita dan mengekspresikan gagasan yang menyertai tindakan kita,
disamping itu sebuah desain interior juga mempengaruhi pandangan,
suasana hati dan kepribadian kita [ CITATION CAC17 \l 1033 ].

Pada awalnya desain interior sering disebut dengan Home Decoration,


Seni Interior lalu Interior Architecture. Namun Federasi Interior
Internasional (IFI) melalui kesepakatan internasional, demikian pula
Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) tetap menggunakan istilah
Interior Design, kemudian dialihbahasakan menjadi Desain Interior atau
ada juga yang memakai istilah Teknik Desain Interior dan ada pula yang
menggunakan istilah Desain Ruang Dalam (Derudal) [ CITATION Sac02 \l
1033 ].

Menurut Dwi Retno Sri Ambarwati desain interior merupakan Proses


Penyusunan elemen-elemen menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan tertentu yang bertitik tolak pada aspek estetis,
keamanan dan kenyamanan [ CITATION Dwi \l 1033 ].

Francis D.K. Ching mengartikan desain interior sebagai perencanaan,


penyusunan tata ruang, dan perancangan ruang di dalam bangunan.
Pengaturan fisik ini memenuhi kebutuhan dasar manusia akan naungan
dan perlindungan; pengaturan ini mengatur tahapan dan mempengaruhi
bentuk aktivitas penggunanya; pengaturan ini mengeluarkan aspirasi
pengguna dan mengekspresikan ide yang menemani tindakan-tindakan
pengguna; pengaturan in mempengaruhi pandangan, mood, dan
kepribadian pengguna [ CITATION Chi11 \l 1033 ].
Menurut Miyarso Dwi Ajie desain interior adalah karya seni yang
mengungkapkan dengan jelas dan tepat tentang tata kehidupan manusia
dari suatu masa melalui media ruang. Istilah desain pertama kali berasal
dari bahasa Perancis "dessiner', yang berarti "menggambar", kadang-
kadang juga diartikan dalam pengertian perancangan [ CITATION Aji \l
1033 ].
Suptandar (1999) berpendapat bahwa desain interior merupakan karya
arsitek desainer yang khususnya menyangkut bagian dalam dari suatu
bangunan, bentuk-bentuknya sejalan perkembangan ilmu dan teknologi
yang dalam proses perancangan selalu dipengaruhi unsurunsur geografi
setempat dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang diwujudkan dalam gaya-
gaya kontemporer[ CITATION Sup99 \l 1033 ].

2.1.2 Prinsip Desain

Suatu desain dikatakan baik jika dapat menyusun elemen-elemen


dalam suatu desain yang memerhatikan beberapa prinsip
diantaranya harmoni, kontras, repetisi, dan dan gradasi. Prinsip-
prinsip tersebut berkaitan satu dengan lainnya sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati [ CITATION Lar14 \l 1033
].

a. Harmoni (Selaras)

Harmoni atau selaras adalah paduan elemen-elemen desain


yang berbeda dekat. Harmoni ini akan timbul jika elemen-
elemen desain disatukan secara berdampingan dengan
komposisi tertentu.

b. Kontras
Kontras merupakan paduan elemen yang berbeda tajam.
Kontras tidak boleh diaplikasikan secara berlebihan karena
dapat merusak komposisi.

c. Repetisi (Irama)

Repetisi atau irama adalah pengulangan elemen-elemen


pendukung karya seni desain. Jika dipadukan secara
harmonis, repetisi akan menghasilkan karya desain yang
terlihat selaras.

d. Gradasi

Gradasi merupakan suatu sistem paduan dari laras menuju


kontras dengan meningkatkan kekuatan tertentu dari obyek
desain yang ada.

2.1.3 Azas Desain


Ada empat azas desain secara umum diantaranya :
a. Kesatuan (Unity)

Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu


komposisi diantara hubungan hubungan elemen pendukung
karya desain sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan
secara utuh[ CITATION Dha04 \l 1033 ].

b. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam desain adalah keadaan atau kesamaan


antara kekuatan elemen desain yang saling berhadapan dan
menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual[ CITATION
Dha04 \l 1033 ].

c. Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan pada desain merupakan kesederhanaan


selektif dan kecermatan pengelempokan elemen-elemen desain
yang diperlukan dalam merancang desain [ CITATION Dha04 \l
1033 ].

d. Aksentuasi (Emphasis)

Desain dikatakan baik apabila memiliki titik berat untuk


menarik atau center of inte rest. Ada beberapa cara
dalam menarik perhatian dalam desain yakni melalui
aksentuasi, yaitu aksentuasi petualangan, aksentuasi ukuran,
aksentuasi desain, aksentuasi kontras, dan aksentuasi susunan
[ CITATION Dha04 \l 1033 ].

e. Proporsi

Proposi mengacu pada hubungan antara bagian dari suatu


desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan
[ CITATION Dha04 \l 1033 ].

2.1.4 Kedudukan Desain Interior

Ilmu desain interior terletak diantara dua bidang yakni seni


dan teknik, sebab tanpa melibatkan unsur keindahan dalam desain
maka desain tidak akan terasa menarik. Begitu pula sebaliknya,
tanpa disertai dengan Teknik, sebuah desain yang diciptakan
tidaklah aman.

Victor Papanek berpendapat bahwa manusia lebih suka


kalau alat-alat sehari-harinya tampak indah daripada tidak
(Soedarso Sp, 2006). Pendapat Victor Papanek tersebut
menganulir pendapat Louis Sullivan yang mengumandangkan
slogannya yang terkenal, “Form Follows Function” dalam tahun
1880, yang secara harfiah berarti „Bentuk mengikuti Fungsi‟ yang
berujung dengan dipasungnya hal-hal yang dianggap tidak
berfungsi sehingga pada suatu saat keluarlah kata-kata yang
menggemaskan, yaitu pembuatan ornamen adalah dosa (ornament
is a crime: Adolf Loos) karena dianggap tidak menyandang fungsi
apa-apa [CITATION Amb10 \t \l 1033 ]. Ini berarti dalam melakukan
desain harus selalu melibatkan seni dan teknik agar senantiasa
tercipta sesuatu yang bukan hanya terasa nilai estetisnya saja
namun dapat terjamin pula sisi keamanannya melalui teknik.

2.2 Pemustaka
2.2.1 Pengertian Pemustaka

Pemustaka adalah individu atau kelompok yang memanfaatkan


layanan dan menggunakan koleksi yang disediakan di perpustakaan.
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9
pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan,
kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan
fasilitas layanan perpustakaan.

Suwarno mengemukakan pendapatnya bahwa pemustaka adalah


pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi
maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya) [CITATION Uni
\l 1033 ]. Pemustaka terdiri dari berbagai jenis mulai dari siswa,
mahasiswa, guru dosen hingga masyarakat umum.

Sulistyo Basuki berpendapat pengguna perpustakaan atau


pemustaka adalah orang yang ditemuinya tatkala orang tersebut
memerlukan data primer atau menghendaki penelusuran bibliografi.
Sedangkan Sutarno (2008: 145), mendefinisikan pemakai
perpustakaan adalah orang atau kelompok masyarakat yang
memakai dan memanfaatkan layanan perpustakaan, baik anggota
maupun bukan anggota [CITATION Ahm15 \l 1033 ].

2.3 Perpustakaan Daerah


2.3.1 Pengertian Perpustakaan Daerah

Perpustakaan daerah merupakan bagian dari perpustakaan umum.


Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diperuntukkan
bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat
tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status
sosial-ekonomi [ CITATION Agu \l 1033 ].

Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum


(1995 : 5), pengertian perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa)
diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat
penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhan akan
informasi dari bahan bacaan [ CITATION Uni1 \l 1033 ].

Hermawan dan Zulfikar (2003 : 3) berpendapat bahwa


perpustakaan umum ialah perpustakaan umum merupakan
perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa
membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan
dan sebagainya. Konsep dasar perpustakaan umum adalah didirikan
oleh masyarakat, untuk masyarakat, dan didanai dengan dana
masyarakat.

Menurut Sjahrial - Pamuntjak (2000 : 30) perpustakaan umum


adalah perpustakan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan
serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum.
Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk
dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat mempergunakan
perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan
dan agama.

Sutarno menyatakan bahwa perpustakaan umum sering diibaratkan


sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat maksudnya
adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan
yang demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku
bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat
sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.

2.3.2 Tujuan Perpustakaan Daerah


Menurut Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang
dikutip oleh Sulistyo - Basuki (1993 : 46) menyatakan bahwa
perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu :

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca


bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka
kearah kehidupan yang lebih baik;
2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan
murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik
yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam
kalangan masyarakat;
3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan
bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan
tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan
pustaka; dan
4. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum
merupakan pusat utama kehidupan sosial budaya bagi
masyarakat sekitarnya. Perpustkaan umum bertugas
menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya
dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah,
pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat
meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, dan apresiasi
masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya [ CITATION
Uni1 \l 1033 ]

Hermawan dan Zulfikar (2006 : 31) menyatakan bahwa


tujuan perpustakaan umum adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk


menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan kesejahteraan;
Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan
tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya
sehari - hari;
2. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan
komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan
informasi;
3. Bertindak sebagai agen kultural, sehingga menjadi pustaka
utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar; dan
4. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat
[ CITATION Uni1 \l 1033 ]

Dalam buku Panduan Penyelengaraan Perpustakaan Umum


(1992 : 6) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan


mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar
sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur
hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat
yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga
berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi
peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga
masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang
perkembangan nasional.
2. Tujuan fungsional perpustakaan umum adalah:
a. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan
membaca khususnya, serta mendayagunakan
budaya tulisan segala sektor kehidupan.
b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengnolah
serta memanfaatkan informasi.
c. Menggigih masyarakat pada umumnya agar dapat
memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka
secara tepat guna dan berhasil guna.
d. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
e. Memupuk minat dan bakat masyarakat.
f. Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman
imajinatif.
g. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan atas tangguna jawab dan usaha sendiri
dengan mengembangkan kemampuan membaca
masyarakat.
h. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan
nasional dengan menyediakan bahan pustaka yang
dibutuhkan dalam pembangunan sesuai dengan
kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
3. Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan
pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang
harus dicapai serta cara mencapainya, sehingga tujuan
tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi
keberhasilannya [ CITATION Uni1 \l 1033 ]

Sulistyo Basuki merumuskan empat tujuan perpustakaan


umum diantarnya :

1. Pendidikan, perpustakaan umum bertugas memelihara


dan menyediakan sarana untuk pengembangan
perorangan atau kelompok pada semua tingkat
kemampuan pendidikan.
2. Informasi, perpustakaan menyediakan kemudahan bagi
pemakai berupa akses yang cepat terhadap informasi
yang tepat mengenai seluruh jutaan pengetahuan
manusia.
3. Kebudayaan, perpustakaan merupakan pusat kehidupan
kebudayaan dan secara aktif mempromosikan partisipasi
dan apresiasi semua bentuk seni.
4. Rekreasi, perpustakaan memainkan peran penting dalam
mendorong penggunaan secara aktif rekreasi dan waktu
senggang dengan menyediakan bahan bacaan [ CITATION
Uni1 \l 1033 ].

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dinyatakan bahwa


perpustakaan umum memegang peranan penting di kehidupan
masyarakat guna memperluas pengetahuan, wawasan dan
informasi yang dimiliki dan bertujuan untuk memfasilitasi
pendidikan sepanjang hayat guna memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dan terciptanya kehidupan yang lebih baik.

2.3.3 Fungsi Perpustakaan Daerah


Perpustakaan memiliki peran yang penting dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Adapun beberapa fungsi
dari perpustakaan daerah ini adalah sebagai berikut :
1. Tempat Pembelajaran Seumur Hidup (life-long
learning). Perpustakaan daerah tempat dimana semua
lapisan masyarakat dari segala umur, dari balita sampai
usia lanjut bisa terus belajar tanpa dibatasi usia dan
ruang-ruang kelas. Di dalam perpustakaan dapat
dilakukan berbagai kegiatan yang mendukung
pembelajaran sepanjang hidup dan masyarakat luas
dapat memanfaatkannya kapanpun. Kegiatan tersebut
contohnya program memberantas buta huruf, kelas
kerajinan dan masih banyak lagi.
2. Katalisator Perubahan Budaya.
Melalui perpustakaan, masyarakat dari berbagai latar
belakang ras dan kebudayaan yang berbeda dapat
bertemu dan berdiskusi sehingga persatuan masyarakat
dengan latar belakang yang beragam ini pun dapat
mendorong terciptanya masyarakat yang harmonis dan
mampu menghasilkan kerja sama yang produktif dan
saling menguntungkan.
3. Agen Perubahan Sosial
Sama halnya dengan poin sebelumnya, perpustakaan
memungkinkan bertemunya masyakarat dari berbagai
lapisan. Beragamnya masyarakat yang berkumpul dan
bertemu di perpustakaan dapat mencipatkan diskusi
yang membahas berbagai permasalahan publik yang
beragam pula. Kegiatan diskusi ini dapat menciptakan
perubahan sosial kearah yang lebih baik.
4. Jembatan Komunikasi antara Masyarakat dan
Pemerintah
Dari semua pengetahuan komunitas yang
didokumentasikan di Perpustakaan Umum, fungsi
perpustakaan berikutnya adalah melakukan kemas
ulang informasi, kemudian memberikan kepada para
pengambil keputusan sebagai masukan dari masyarakat.
Dengan begini masyarakat akan punya posisi tawar
yang lebih baik dalam memberikan masukan-masukan
dalam pengambilan kebijakan publik [ CITATION Hab15 \l
1033 ].

Adapun fungsi perpustakaan umum yang lain adalah


sebagai berikut :

a. Pusat Informasi : menyediakan informasi yang


dibutuhkan masyarakat pemakai
b. Preservasi kebudayaan : menyimpan dan menyediakan
tulisantulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini
dan sebagai pengembangan kebudayaan di masa yang
akan datang.
c. Pendidikan : mengembangkan dan menunjang
pendidikan non formulir diluar sekolah dan universitas
dan sebagai pusat kebutuhan penelitian.
d. Rekreasi : dengan bahan-bahan bacaan yang bersifat
hiburan perpustakaan umum dapat digunakan oleh
masyarakat pemakai untuk mengisi waktu luang.

Dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan


Umum (2000 : 6) dinyatakan bahwa fungsi perpustakaan umum
adalah:

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan


bahan bacaan.
2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan
diperlukan melalui pembelian, langganan, tukar
menukar, dan lain - lain.
3. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka.
4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.
5. Pendayagunaan koleksi.
6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang
datang langsung ke perpustakaan maupun yang
menggunakan telepon, faximili, dan lain - lain.
7. Pemasyarakatan perpustakaan.
8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek
kepustakawanan.
9. Pelaksanaan koordinasi dengan perpustakaan lain dalam
rangka pemanfaatan koleksi mitra kerja lainnya.
10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam
rangka pemanfaatan koleksi bersama dan sarana atau
prasarana, dan
11. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.

Menurut Taslimah Yusuf fungsi perpustakaan umum antara lain :

1. Fungsi Edukatif Perpustakaan umum menyediakan


berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan
karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan
menambah pengetahuan secara mandiri. Budaya
mandiri dapat membentuk masyarakat yang belajar
seumur hidup dan gemar membaca.
2. Fungsi Informatif Perpustakaan umum sama dengan
berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan
buku - buku referensi, bacaan ilmiah populer berupa
buku dan majalah ilmiah serta data - data penting
lainnya yang diperlukan pembaca.
3. Fungsi Kultural Perpustakaan umum menyediakan
berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa
yang direkam dalam bentuk tercetak/terekam.
Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan
terkumpulnya berbagai karya budaya manusia yang
setiap waktu dapat diikuti perkembangannya melalui
koleksi perpustakaan.
4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan umum bukan hanya
menyediakan bacaan - bacaan ilmiah, tetapi juga
menghimpun bacaan hiburan berupa buku - buku fiksi
dan majalah hiburan untuk anak - anak, remaja dan
dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah pengalaman atau
menumbuhkan imajinasi pembacanya dan banyak
digemari oleh anak - anak dan dewasa [ CITATION
Tas96 \l 1033 ].
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hakikat Desain Interior Perpustakaan

Desain interior menurut (Sasongko, 1996). Desain interior merupakan


cabang dari disiplin ilmu arsitektur yang telah berdiri sendiri seperti halnya teknik
sipil dan arsitektur lanskap. Desein interior ini bertujuan untuk menghasilkan
sebuah tata ruang yang dapat membuat siapa saja menjadi nyaman berada
ditempat tersebut juga memaksimalkan fungsi dari sebuah tempat. Desain interior
yang baik juga diperlukan untuk sebuah perpustakaaan agar perpustakaan dapat
berfungsi secara maksimal dan dapat membuat para pemustakan menjadi nyaman
berada didalam perpustakaan, seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian (Nur
Rahayu, 2013), bahwa para peneliti menyatakan bahwa faktor kenyamanan
sangat berpengaruh terhadap aksesibilitas informasi di perpustakaan. Para peneliti
mengharapkan agar ruangan perpustakaan dapat menjadi ruangan yang nyaman
untuk mengakses informasi.

(Brown, 1991), menyatakan bahwa terdapat 10 dasar perencanan dan


desain perpustakaan, yaitu: 1.) Fleksibel; 2). Lapang; 3.) Akses mudah; 4.)
Dapat diperluas; 5.) Bervariasi; 6). Terorganisir; 7.) Nyaman; 8.) Lingkungan;
9.) Aman; 10). Ekonomi, dasar perencanaan dan desain ini dapat membantu
dalam penataan sebuah perpustakaan agar lebih menarik minat banyak orang
untuk datang ke perpustakaan dan membuat perpustakaan menjadi lebih nyaman
sehingga para pemustaka betah dan ingin berlama-lama berada di perpustakaan.
Pada zaman sekarang ini sudah mulai banyak perpustakaan yang muncul dengan
desain interior yang baik tapi tidak sedikit juga perpustakaan yang masih bergaya
kaku dan hanya menunjukan banyaknya rak dengan buku-buku yang terpajang
tanpa adanya ruang membaca yang memadai. Oleh kerena itu alangkah baiknya
apabila sebelum perpustakaan dibuat, haruslah dipertimbangkan dulu aspek aspek
yang akan mempengaruhi fungsi dari perpustakaan tersebut agar pemanfaatan
perpustakaan dapat berjalan dengan baik, sehingga perpustakaan akan dicinta oleh
segala kalangan dan dapat membantu pengembangan budaya literasi di Indonesia.

3.2 Apa yang dimaksud dengan desain interior perpustakaaan

Menurut hasil pengumpulan data dari 38 responden mengenai pengertian


desain interior perpustakaan ada beberapa memiliki pendapat bahwasanya desain
interior perpustakaan adalah cara menata, merencanakan, dan merancang ruangan
interior dalam bangunan perpustakaan sehingga bisa lebih mudah dalam
kenyamanan bagi penggunanya , ada respon juga yang menyatakan bahwa desain
interior perpustakaan adalah tata letak dalam ruangan perpustakaan seperti tata
letak rak buku, kursi, meja, ukuran kursi/meja dll. Beberapa responden pun
mengemukakan bahwa desain interior perpustakaan adalah desain ruangan,
suasana dalam perpustakaan. Responden pun ada yang berkata desain interior
perpustakaan adalah penataan barang-barang di perpustakaan itu sendiri seperti
penempatan rak buku dengan pertimbangan luas rak buku, hiasan, bahkan
kerapian dalam perpustakaan itu sendiri. Ada pun respondem yang menyatakan
bahwa desain interior perpustakaan sendiri adalah seni menyusun dan mendesain
tatanan ruang yang dapat membuat seseorang merasa nyaman . Dari semua
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya desain interior
perpustakaan merupakan seni yang menata, merencankan, dan merancang sebuah
perpustakaan yang terdiri dari penempatan barang-barang perpustakaan, hiasan
yang dapat membuat pengunjung merasa nyaman.

3.3 Mengapa desain interior perpustakaan dapat berpengaruh bagi


peningkatan pemustaka di perpustakaan daerah
Menurut hasil pengumpulan data sebanyak 38 responden mengenai
mengapa desain interior dapat berpengaruh bagi peningkatan pemustaka di
perpustakaan daerah dari hampir banyak responden menjawab sebagai daya tarik
tersendiri dilihat dari desain, tata letak yang menarik, dapat menghilangkan rasa
jenuh, sehingga membuat pemustaka sendiri merasa betah, nyaman, tertarik, dapat
pula meningkatan minat , mood pemustaka sendiri.Beberap respondenpun
mengemukakan bahwa dapat pula meningkatkan tingkat kepuasan dan
kenyamanan pemustaka sendiri agar bisa betah dan merasa terlayani dengan baik
pula. Ada pula responden berkata ga pengaruh sama sekali. Dari semua pendapat
di atas dapat ditarik kesimpulan alasan desain interior dapat meningkatkan jumlah
pemustaka karena menjadi sebuh daya tarik tersendiri yang membuat pemustaka
merasa aman, nyaman, betah, tertarik, dan tidak merasa jenuh sehingga dapat
menjadi peningkat minat bac serta mood tersendiri pemustaka .

3.4 Bagaimana peran desain interior perpustakaan dalam meningkatkan


jumlah pemustaka di perpustakaan daerah

Menurut hasil penumpulan data sebanyak 38 responden mengenai


bagaimana peran desain interior dalam peningkatan pemustakan di perpustakaan
daerah. Responden lebih cenderung berpendapat bahwa peran desain interior
sendiri dalam peningkatan jumlah pemustaka di perpustakaan daerah adalah
cukup besar dan sangat berpengaruh dikarenakan desain interior sendiri menjadi
sebuah pusat perhatian dan hal yang paling dilihat saat kita memasuki
perpustakaan daerah. Selain itu pula peran desain interior pun sangat penting
akrena desain interio inilah yang akan membuat pemustaka sendiri merasa
nyaman, betah , dan berpengaruh juga dengan mood pemustaka sendiri

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Desain interior merupakan cabang dari disiplin ilmu arsitektur yang telah
berdiri sendiri seperti halnya teknik sipil dan arsitektur lanskap (Sasongko,1996).
Desain interior sebuah perpustakaan adalah keadaan dari sebuah perpustakaan
yang telah dirancang menjadi sebuah ruangan/bangunan yang fleksibel, lapang,
akses mudah, dapat diperluas, bervariasi, terorganisir, nyaman, lingkungan, aman,
dan ekonomi. Sebuah desain bukan hanya menggambarkan mengenai keindahan
ruangan perpustakaan saja, namun desain interior sebuah perpustakaan harus
melingkupi kenyamanan yang membuat pemustaka tertarik untuk datang lagi ke
perpustakaan.
Dari riset yang telah kami kumpulkan melalui pengisian quisioner, sebagian besar
mengatakan desain interior berpengaruh pada kenyamanan pemustaka, maka
disimpulkan bahwa desain interior perpustakaan mempunyai pengaruh dalam
peningkatan pemustaka karena pemustaka merasa nyaman berada di perpustakaan
dan tertarik untuk datang lagi ke perpustakaan.
Desain interior juga mempunyai peran penting dalam peningkatan kunjungan
pemustaka ke perputsakaan, karena desain interior perpustakaan merupakan hal
yang dilihat pertama kali saat pemustaka memasuki perpustakaan.
4.2. Saran
Saran yang akan kami sampaikan adalah untuk penelitian selanjutnya,
sebaiknya:
4.2.1. Penelitian tidak hanya dilakukan dalam bentuk pengisian quisioner
saja, namun melakukan wawancara secara langsung.
4.2.2. Peneliti datang langsung ke lapangan untuk menilai sendiri desain
interior perpustakaan daerah.
4.2.3. Wawancara ataupun pengisian quisioner melibatkan pihak/staf
perpustakaan daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirjo, Paramita, Yatmo, Y. A. (2009). Pedoman tata ruang dan perabot


perpustakaan umum.
Sainttyauw, A. A. C. Z. J. (2013). Pengaruh Desain Interior Perpustakaan
Terhadap Kenyamanan Pengguna Di Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya. Pengaruh Desain Interior Perpustakaan Terhadap Kenyamanan
Pengguna Di Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 2(1), 1–23.
Retrieved from http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Jurnal Adrina.pdf
Sasmita, F. A., Keguruan, F., Ilmu, D. A. N., & Dahlan, U. A. (2017). Makalah
pengembangan perpustakaan di daerah terpencil.

5.

Anda mungkin juga menyukai