Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PUSAT INVESTASI

A. PENGERTIAN PUSAT INVESTASI

Pusat investasi merupakan pusat pertanggung jawaban yang bertugas untuk


mengatur investasi guna mencapai laba yang seoptimal mungkin. Kewenangan
Pusat Investasi adalah menyangkut pengelolaan laba (yang terdiri atas pendapatan
dan biaya) serta mengelola aset yang dipergunakan untuk memperoleh laba.
Dengan demikian, Pusat Investasi diukur prestasinya berdasarkan perbandingan
antara laba yang diperoleh dengan aset (investasi) yang dipergunakan.

B. PERBEDAAN ANTARA PUSAT LABA DENGAN PUSAT


INVESTASI

Pada pusat laba, pusat perhatian utama adalah pada laba yang diukur
berdasarkan selisih pendapatan dengan biaya, sedangkan pada pusat investasi
perhatian utama adalah membandingkan antara laba yang diperoleh dengan
investasi/biaya untuk menghasilkannya.

Pengukuran kinerja pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran


kinerja pusat laba. Pengukuran kinerja ini diperlukan karena suatu divisi yang
memperoleh laba tinggi tidak berarti mempunyai kinerja yang baik jika laba
tersebut dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut. Disini prestasi manajer dinilai atas laba dan investasi yang diperlukan
untuk memperoleh laba.
C. TUJUAN PENGUKURAN AKTIVA
1. Menyediakan infomasi yang bermanfaat bagi manajer divisi tentang aktiva
yang dioperasikan.
2. Memotivasi manajer divisi untuk membuat keputusan yang terbaik bagi
kepentingan perusahaan.
3. Mengukur kinerja manajer pusat investasi dan mengukur kinerja unit bisnis
sebagai satu kesatuan ekonomi.

D. TUJUAN PENGUKURAN PRESTASI SUATU PUSAT


INVESTASI
1. Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
mengenai investasi yang digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi
mereka untuk melakukan keputusan yang tepat.
2. Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
3. Menyediakan alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi
sumber ekonomi.

Informasi dari Pusat Investasi dapat digunakan memotivasi Manajer Divisi


dalam :

1. Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan


tentang sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan.
2. Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut
memberikan kembalian (return) yang memadai.
3. Mengambil keputusan untuk melepas/mengurangi investasi yang tidak
memberikan kembalian (return) yang memadai.
E. BENTUK PUSAT INVESTASI

Bentuk pusat investasi adalah Kantor Pusat Perusahaan atau Unit Bisnis
Strategis maupun Divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam
menentukan keputusan operasi yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga
tingkat (besarnya) dan tipe (jenis) investasi.

Masalah yang timbul pada Pusat Investasi adalah berkaitan dengan


pengukuran dan tolok ukur prestasi pusat investasi.

1. Pada umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh laba yang
memuaskan dari investasi yang ditanamkan.
2. Laba yang yang diperoleh, berasal dari modal yang ditanam untuk
memperoleh laba tersebut.
3. Makin besar modal yang ditanam belum tentu makin besar pula labanya.

F. DASAR PENILAIAN KINERJA

Terdapat dua metode dalam mengukur prestasi Pusat Investasi. Pertama, pusat
investasi diukur prestasinya dengan menghitung laba yang diperoleh dengan
investasinya (investment base). Perhitungan ini disebut dengan Return on
Investmen atau ROI. Kedua, pengukuran prestasi dilakukan dengan menghitung
Economic Value Added (EVA) yang sering disebut juga sebagai residual income.

1. ROI (Return On Investment)

Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) merupakan rasio dimana


pembilangnya (numerator) adalah pendapatan atau laba yang dilaporkan pada
laporan keuangan, sedangkan penyebutnya (denominator) adalah aktiva yang
digunakan.

Rumus untuk menghitung ROI :

ROI = Laba operasi / Aktiva operasi rata-rata, atau ROI = Margin x perputaran =
(Laba operasi / Penjualan) x (Penjualan / Aktiva operasi rata-rata)

Keterangan :

o Laba Operasi ( operating income ) adalah laba yang dihasilkan sebelum


bunga dan pajak
o Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan laba operasi
o Margin adalah rasio dari operasi terhadap penjualan
o Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan
membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata

Keuntungan ROI :

o Mendorong Manajer untuk memberikan perhatian yang lebih luas


terhadap hubungan antara penjualan, biaya dan investasi yang seharusnya
menjadi fokus bagi manajer investasi.
o Mendorong efisiensi biaya.
o Bisa mengurangi investasi yang berlebihan

Kelemahan ROI :

o Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa


menurunkan ROI pusat pertanggung jawabannya, walaupun akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
o Tendorong Manajer pusat investasi hanya berpikiran jangka pendek tanpa
memperhatikan kepentingan jangka penjang.

2. EVA (Economic Value Added) / Residual Income


Nilai Tambah Ekonomi (EVA) merupakan jumlah rupiah, yang diperoleh dari
selisih antara laba operasi bersih (net operating profit) dengan beban modal (capital
charge). Sedangkan beban modal diperoleh dari aktiva yang digunakan dikalikan
tingkat tarif (rate).
Rumus menghitung EVA :
EVA = Laba operasional setelah pajak – (Biaya tertimbang rata-rata atas
modal x Total moda terpakai)
Keterangan:
o EVA > 0 (positif) Jika EVA > 0 maka telah terjadi penambahan nilai
ekonomis ke dalam perusahaan dan perusahaan dapat menciptakan nilai
perusahaan.
o EVA = 0 (impas) Jika EVA = 0 maka secara ekonomis perusahaan
dalam keadaan impas karena semua laba yang ada digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyedia dana baik kreditor maupun
pemegang saham atau dengan kata lain laba yang ada habis digunakan
untuk biaya modal.
o EVA < 0 (negatif) Jika EVA < 0 maka tidak ada nilai tambah di
perusahaan karena dana yang tersedia tidak memenuhi harapan-harapan
kreditor dan terutama para pemegang saham (tidak mampu menutup nilai
perusahaan).
o EVA digunakan untuk menganalisa apakah suatu proyek individual itu
diterima atau ditolak. Selain itu sejumlah perusahaan telah menemukan
bahwa EVA membantu mendorong jenis perilaku yang benar dari
berbagai divisi dengan menunjukan bahwa penekanan semata-mata pada
pendapatan operasional tidaklah mencukupi. Alasan yang
menggarisbawahi adalah EVA mengandalkan biaya modal yang
sebenarnya. Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong
para manajer untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-
tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham.

Secara konsep EVA lebih unggul dari pada ROI, tetapi menurut survey, ROI
lebih banyak digunakan dalam bisnis. Kebanyakan perusahaan menggunakan ROI
daripada EVA, karena alasan: (1) merupakan alat ukur komprehensif, (2) mudah
dihitung dan dipahami, serta (3) merupakan denominator umum yang digunakan
pusat investasi.

Kebaikan Residual Income / EVA :

o Manajer pusat investasi cenderung menerima investasi yang menurut ROI


tidak menguntungkan ROI sehingga tidak diterima walaupun secara
perusahaan keseluruhan menguntungkan.
o Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang berbeda-beda pada jenis
aktiva.

Kelemahan Residual Income :

Seperti halnya ROI, Residual Income mendorong hanya pencapaian jangka


pendek, tanpa memperhatikan pencapaian jangka panjang.
G. MENGUKUR ASET YANG DIGUNAKAN

Dalam memutuskan dasar investasi apa yang akan digunakan untuk


mengevaluasi pusat investasi, kantor pusat menanyakan dua hal:

1. Praktik-praktik apa saja yang akan membuat para manajer unit bisnis
menggunakan aktiva mereka dengan efisien dan untuk mendapatkan
jumlah dan jenis yang tepat dari aktiva baru?
2. Praktik-praktik apa saja yang paling baik mengukur linerja suatu kesatuan
ekonomi?

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur Aktiva yang digunakan :

1. Kas :

Pengendalian Kas secara terpusat cenderung menginginkan saldo kas yang


lebih kecil dari pada yang ingin dipegang oleh Manajer Unit Usaha. Sehingga Kas
yang ada di Unit usaha lebih kecil dari pada sebenarnya, jika unit usaha tersebut
berdiri secara independen.

2. Piutang :

Manajer Unit Usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak


langsung, melalui kemampuan melakukan penjualan dan memberikan batas kredit
dan penagihannya dilakukan oleh Unit Penagihan. Masalah piutang yang
dimasukkan pada unit investasi apakah sebesar Harga Pokok Penjualan atau
ditambah laba, karena uang yang diperoleh dapat diinvestasikan lagi, sedangkan
pencatatannya hanya dengan nilai buku.
3. Persediaan :

Perlakuannya sama dengan Piutang yaitu dicatat pada akhir periode dengan
metode yang dipilih untuk tujuan akuntansi keuangan. Oleh sebab itu perlu
digunakan sistem biaya standard atau rata-rata dan biaya yang sama yang juga
digunakan untuk mengukur Harga Pokok Penjualan pada perhitungan Laba/Rugi.

4. Modal Kerja secara Umum :

Perlakuannya sangat bervariasi, tetapi yang diperlukan bahwa modal kerja


(aktiva lancar) adalah untuk memenuhi kewajiban lancar, sehingga Manajer Unit
Usaha bertanggung jawab untuk mengawasi hutang tersebut.

5. Properti, Pabrik dan Peralatan (Aktiva Tetap) :

Aktiva tetap dicatat dng harga perolehan dan didepresiasi sepanjang umur
ekonomisnya. Pendekatan ini digunakan untuk mengukur profitabilitas unit usaha
yang menggunakan aktiva ini.

Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap pada awalnya dicatat sebesar harga
perolehan (cost), dan dihapus selama masa manfaat aktiva melalui depresiasi.
Permasalahan yang mungkin timbul bila menggunakan pendekatan tersebut antara
lain:

a. Pembelian Peralatan Baru

Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi


pada nilai buku bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan
secara salah (misstated) pada nilai buku bersih dan para manjer unit usaha akan
termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat.
b. Nilai Buku Kotor (Gross Book value)

Fluktuasi EVA dan ROI dari tahun ke tahun dapat dihindari dengan
memasukkan unsur aktiva yang dapat disusutkan dalam dasar investasi sebesar
nilai buku kotornya. ROI yang dihitung berdasarkan nilai buku kotor akan
menyatakan nilai yang terlalu rendah dibandingkan tingkat pengembalian yang
sebenarnya.

c. Disposisi Aktiva

Jika aktiva dimasukkan ke dalam dasar investasi pada biaya awalnya, maka
manajer unit usaha akan termotivasi untuk menghilangkan aktiva tersebut,
meskipun aktiva itu memiliki suatu kegunaan karena dasar investasi unit usaha
akan berkurang sejumlah biaya penuh dari aktiva tersebut.

d. Depresiasi Anuitas

Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas, dan bukan oleh metode
garis lurus, maka perhitungnan profitabilitas unit usaha akan menunjukkan
EVA dan ROI yang tepat. Hal ini disebabkan karena metode penyusutan
anuitas sesungguhnya mengaitkan pengembalian investasi yang implicit dalam
perhitungan nilai sekarang. Namun perusahaan biasanya menggunakan metode
garis lurus karena dianggap merupakan metode yang paling tepat
menggambarkan kondisi di lapangan.

e. Metode Penilain Yang Lain

Permasalahan utama dalam menggunakan nilai-nilai nonakuntansi adalah


bahwa nilai tersebut cenderung subjektif. Semakin jauh manajer menyimpang
dari angka-angka akuntansi dalam mengukur kinerja keuangan, maka semakin
besar kemungkinan bahwa sistem akuntansi yang ada hanya diperlakukan
sebagai permainan angka.

6. Asset yang menganggur :

Jika memiliki asset yang mengganggur yang dapat digunakan oleh unit lain,
maka unit usaha tersebut boleh mengeluarkan asset dimaksud dari investasinya
sehingga tidak diperhitungkan sebagai penilaian kinerjanya.

7. Aktiva Tidak berwujud :

Biasanya perusahaan yang melakukan LITBANG dan pemasaran dengan


biaya yang cukup besar kemudian mengkapitalisasikan biaya LITBANG ini
sebagai investasi jangka panjang yang dinamakan Aktiva Tidak Berwujud
kemudian di amortisasi setiap tahunnya. Hal ini mengubah cara pandang Manajer
Unit Usaha karena akan berpengaruh terhadap biaya bertambah dan aktiva
berkurang. Jumlah beban modal yang berkurang x tarip biaya modal akan
menyebabkan EVA berdampak positif.

8. Kewajiban tidak lancar :

Dana-dana yang diperoleh Kantor Pusat diperoleh dari internal dan eksternal.
Hal ini perlu dipertimbangkan untuk dihitung secara terpisah, karena kadang-
kadang pinjaman lebih besar modal. Oleh sebab itu perhitungan EVA harus
dihitung berdasarkan pinjaman yang berasal dari Kantor Pusat dan bukan dari total
aktiva.

9. Beban Modal :
Tarip beban modal ditentukan oleh Kantor Pusat yang lebih besar dari tarip
pendanaan dengan hutang. Sedangkan total dana yang digunakan adalah campuran
(hutang ditambah modal berbiaya tinggi). Dengan demikian, tarif tersebut lebih
kecil dari pada estimasi biaya modal perusahaan, sehingga EVA diatas rata-rata
unit usaha lebih besar 0.

Jika tarip modal kerja lebih kecil dari pada untuk aktiva tetap, risiko modal
kerja lebih kecil dari pada aktiva tetap, karena dananya digunakan untuk keperluan
jangka pendek.

H. PENILAIAN KINERJA EKONOMIK vs KINERJA MANAJEMEN

Penilaian Kinerja Ekonomik

o Frekuensi pelaporan tidak teratur


o Ditujukan untuk keperluan diagnosa, untuk mengetahui apakan strategi yang
dipilih memuaskan atau tidak
o Dasar penilaian organisasi secara keseluruhan
o Lebih difokuskan untuk melihat kemampuan laba yang akan datang
o Nilai perusahaan merupakan present value laba dimasa yang akan datang.

Penilaian Kinerja Manajemen

o Pelaporan dilakukan setiap periode


o Menggunakan informasi dari data historis dan biaya yang sesungguhnya
o Memfokuskan pada laba saat ini atau yang lalu

Anda mungkin juga menyukai