N111 18 006 - HENDRA KUGANDA - Tugas 1 Dr. Miranti, M.Kes (K3 Profesi IKM)
N111 18 006 - HENDRA KUGANDA - Tugas 1 Dr. Miranti, M.Kes (K3 Profesi IKM)
Hendra Kuganda
N 111 18 006
PEMBIMBING :
dr. Miranti,. M.Kes
2. Hazard yang mungkin ada pada tempat penerapan K3: IGD Kebidanan RS (1-3)
Pekerja yang paling
No. Bahaya Potensial Penyebab Kecelakaan Lokasi
berisiko
Bising IPS-RS, laundry, dapur, Karyawan yang bekerja
CSSD, gedung genset- di lokasi tersebut
boiler, IPAL
Getaran Ruang mesin-mesin Perawat, cleaning
dan peralatan yang service, dll
menghasilkan getaran
(ruang gigi, dll)
Debu Genset, bengkel kerja, Petugas sanitasi, teknisi
laboratorium gigi, gigi, petugas IPS dan
1. FISIK gudang rekam medis, rekam medis
incenerator
Panas CSSD, dapur, laundry, Pekerja dapur, pekerja
incinerator, boiler laundry, petugas
sanitasi dan IPS-RS
Radiasi X-Ray, ruang operasi Ahli radiologi,
(OK) yang radiotherapist dan
menggunakan c-arm, radiographer, ahli
ruang fisioterapi, unit fisioterapi dan rontgen
gigi gigi
2. KIMIA Desinfektan Semua area Petugas kebersihan,
perawat
Cytotoxics Farmasi, tempat Pekerja farmasi,
pembuangan limbah, perawat, petugas
bangsal pengepul sampah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter, perawat
Formaldehyde Laboratorium, kamar Petugas kamar mayat,
mayat, gudang farmasi petugas laboratorium
dan farmasi.
Methyl: Methacrylate, Ruang pemeriksaan gigi Petugas/dokter gigi,
Hg (amalgam) dokter bedah, perawat
Solvent Laboratorium, bengkel Teknisi, petugas
kerja, semua area di laboratorium, petugas
Rumah Sakit pembersih
Gas-gas anestesi Ruang operasi gigi, OK, Dokter gigi, perawat,
ruang pemulihan (RR) dokter bedah,
dokter/perawat
anaestesi
AIDS, Hepatitis B dan Ruang kebidanan , IGD, Dokter, dokter gigi,
Non A – Non B OK, ruang pemeriksaan Perawat/Bidan,
gigi , laboratorium, petugas laboratorium,
laundry petugas sanitasi dan
laundry
Cytomegalovirus Ruang kebidanan, Perawat/Bidan, dokter
3. Biologic ruang anak yang bekerja di bagian
ibu dan anak
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat
Tuberculosis Ruang kebidanan Perawat/Bidan,
Bangsal, laboratorium, petugas laboratorium,
ruang isolasi fisioterapis
3. Contoh insiden kecelakaan kerja dan Nearmiss (hamper celaka) pada tempat
penerapan K3 : IGD Kebidanan RS (1-6)
Contoh Kecelakaan Akibat Kerja
Seorang Bidan tertusuk jarum saat membantu proses persalinan normal seorang ibu di IGD
Kebidanan RS.
Contoh Nearmiss
Seorang Bidan membantu persalinan normal ibu hamil dengan HIV positif tanpa
menggunakan APD sesuai standar PPI RS di IGD Kebidanan RS.
4. Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang mungkin terjadi pada tempat penerapan K3 : IGD
Kebidanan RS (1-6)
Seorang Bidan terinfeksi HIV saat membantu proses persalinan Ibu Hamil di IGD Kebidanan
RS.
Atau
Seorang Bidan yang terdiagnosis HNP akibat posisi kerja yang salah yang di lakukan
berulang-ulang dan sudah lama selama menangani pasien di IGD Kebidanan RS
5. Contoh kasus analisis penyebab kecelakaan kerja berdasarkan teori 2 factor dan 3
factor pada tempat penerapan K3 : IGD Kebidanan RS (1-6)
a. Teori 2 Faktor:
IGD Kebidanan RS sedang ramai dengan pasien yang akan melakukan persalinan normal,
terdapat 3 pasien yang masuk bersamaan dengan Diagnosis ketuban pecah dini, Bidan
segara membantu persalinan normal ibu hamil tersebut namun dalam proses membantu
persalinan, IGD Kebidanan kehabisan handscoen dan Apron Plastik serta kondisi pasien
yang sudah akan segera melahirkan atau sudah memasuki kala II, sehingga dengan
terpaksa bidan nekat langsung menangani proses persalinan tersebut tanpa alat pengaman
diri yang sesuai standar PPI RS.
Unsafe Action: Bidan Membantu Proses Persalinan Tanda Alat Pengaman Diri Yang
Sesuai Standar PPI (Tanpa Handscoen dan Apron Plastik.
Unsafe Condition: Tidak Adanya Atau Kurangnya Alat Pengaman Diri (Handscoen
dan Apron Plastik) Yang Disediakan Pihak RS Menciptakan Unsafe Condition atau
suatu kondisi yang tidak sesuai standar PPI dalam pelayanan bidan untuk membantu
persalinan.
b. Teori 3 Faktor:
IGD Kebidanan RS sedang ramai dengan pasien yang akan melakukan persalinan normal,
terdapat 3 pasien yang masuk bersamaan dengan Diagnosis ketuban pecah dini, Bidan
segara membantu persalinan normal ibu hamil tersebut namun dalam proses membantu
persalinan, IGD Kebidanan kehabisan handscoen dan Apron Plastik serta kondisi pasien
yang sudah akan segera melahirkan atau sudah memasuki kala II, sehingga dengan
terpaksa bidan nekat langsung menangani proses persalinan tersebut tanpa alat pengaman
diri yang sesuai standar PPI RS. Dan juga selain itu saat proses membantu persalinan,
Para bidan kesulitan melihat karena kurangnya pencahayaan di ruangan tindakan IGD
Kebidanan RS.
Peralatan Kerja: Tidak tersedianya fasilitas yang sesuai standar dalam pelayanan
kebidanan di IGD kebidanan (tidak ada Handscoen dan Apron Plastik)
Lingkungan Kerja: Kurang baiknya Pencahayaan di Ruangan Tindakan IGD
Kebidanan RS.
Pekerja: Bidan tidak menaati peraturan standar Penanganan pasien ibu hamil PPI RS.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 pada 655 tenaga kesehatan di Filipina
menyebutkan bahwa 32% tenaga kesehatan melaporkan cedera 1 sampai 2 kali dalam
setahun, 6% terluka saat bekerja setidaknya 3x dalam setahun. 41% melaporkan
bahwa penyakitnya semakin parah akibat pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan serta
31% harus izin lebih dari 2 hari dalam setahun karena sakit/cedera akibat pekerjaannya. 78%
bidan juga mengeluh low back pain saat membantu proses persalinan akibat posisi
yang salah.(8) Pekerjaan membungkuk dan angkat-angkut pasien adalah pekerjaan perawat
yang paling berisiko menyebabkan low back pain. Postur membungkuk mempunyai risiko
14 kali lebih sering terjadi keluhan low back pain dibandingkan dengan postur kerja yang
tidak membungkuk. (9) Di Indonesia, salah satu penelitian pada tahun 2007 mencatat bahwa
angka kecelakaan Needle Stick Injury mencapai 38%–73% dari total petugas kesehatan.
Penelitian lain menunjukan bahwa rata–rata resiko tranmisi virus melalui blood borne pada
kecelakaan tertusuk jarum suntik yaitu 30% untuk virus Hepatitis B, 3% virus hepatitis C dan
0,3% untuk HIV dari mulai tahun 1984 hingga 2004. Kematian akibat HIV/AIDS,
hepatitis B dan C, kanker hati dan sirosis pada petugas kesehatan mencakup 248.550
kasus. (10)
7. Hirarki pengendalian resiko bahaya pada tempat penerapan K3 : IGD Kebidanan RS
1. Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari mikroorganisme pada
tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran
infeksi dan harus selalu diganti untuk mencegah infeksi silang.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua
rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk kedalam hidung atau mulut petugas
kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak
efektif dalam mencegah dengan baik.
3. Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk
dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup semua.
4. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk melindungi
pakaian petugas pelayanan kesehatan.Gaun bedah, pertama kali digunakan untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf
perawatan kesehatan sewaktu bekerja.
5. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian depan dari
petugas kesehatan.
6. Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau dari cairan
yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.
12. Kewajiban tenaga kerja yang bekerja pada tempat penerapan K3 : IGD Kebidanan RS
(1-4)