Laporan KGD MENINGOENSEFALOKEL Wiwit Radika Ruang GBST II
Laporan KGD MENINGOENSEFALOKEL Wiwit Radika Ruang GBST II
Oleh:
Wiwit Radika S.Kep
NIM: 1911438063
PEKANBARU
2020
WOC MENINGENSEFALOKEL
MENINGOENCEPHALOCELE
Disusun oleh:
PEKANBARU
2020
CONCEPT MAP MENINGENSEFALOKEL
Definisi: Meningoensefalokel adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Hal ini dimulai
pada masa embrio pada minggu ke III sampai dengan minggu ke IV; tidak menutupnya tuba neuralis
pada ujung kranial dapat menimbulkan herniasi jaringan saraf pusat (Tsementzis, 2000; Ropper, et al,
2005, Sjamsuhidayat, 2005).
Etiologi:
Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang kranium saat
dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan
terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan
yang terotegenik.
NOC NOC
Immune status Knowledge: personal
Knowledge: infection safety NOC
control Safety behavior: fall Tissue integrity : Skin and
Risk control prevention Mucous Membrane
Safety behavior : fall
NIC
NIC occurance
Pressure management
Infection control Safety behavior: physical Anjurkan pasien untuk
Bersihkan lingkungan injury menggunakan pakaian yang
setelah dipakai pasien lain Tissue integrity: skin and longgar.
Pertahankan teknik isolasi mucous membrane Hindari kerutan pada tempat
Batasi pengunjung bila NIC tidur.
perlu Environment management Jaga kebersihan kulit agar tetap
Instruksikan pada Sediakan lingkungan bersih dan kering.
pengunjung untuk yang aman untuk pasien Mobilisasi pasien (ubah posisi
mencuci tangan saat Identifikasi kebutuhan pasien) setiap dua jam sekali.
Monitor kulit akan adanya
berkunjung dan setelah keamanan pasien sesuai
kemerahan.
berkunjung meninggalkan dengan kondisi fisik dan
Oleskan lotion atau minyak pada
pasien fungsi kognitif pasien dan daerah yang tertekan.
Gunakan sabun riwayat penyakit Monitor aktivitas dan mobilisasi
antimikrobial untuk cuci terdahulu pasien pasien.
tangan Menghindarkan Monitor status nutrisi pasien.
Cuci tangan setiap lingkungan yang Memandikan pasien dengan
sebelum dan sesudah berbahaya (mis, sabun dan air hangat.
tindakan keperawatan memindahkan perabotan)
Gunakan baju, sarung Memasang side rail
tangan sebagai alat tempat tidur
pelindung
Pertahankan lingkungan
Ganti letak IV perifer dan Pertahankan teknik
line central dan dressing isolasi k/p
sesuai dengan petunjuk Menyediakan tempat Berikan perawatan
umum tidur yang nyaman dan kulit pada area
Gunakan kateter bersih epidema
intermitten untuk Menempatkan saklar Inspeksi kulit dan
menurunkan infeksi lampu ditempat yang membran mukosa
kandung kemih mampu dijangkau pasien terhadap kemerahan,
Tingkatkan intake nutrisi Membatasi pengunjung panas, drainase
Berikan antibiotik bila Menganjurkan keluarga Inspeksi kondisi luka/
perlu untuk menemani pasien insisi bedah
untuk menurunkan Mengontrol lingkungan Dorong masukkan
infeksi kandung kemih dari kebisingan nutrisi yang cukup
Tingkatkan intake nutrisi Memindahkan barang Dorong masukkan
Berikan antibiotik bila yang membahayakan cairan
perlu Berikan penjelasan pada Dorong istirahat
Infection protection pasien dan keluarga atau Instruksikan pasien
Monitor tanda dan gejala pengunjung adanya untuk minum
infeksi sistematik dan lokal perubahan status antibiotik sesuai resep
Montior hitung granulosit, kesehatan dan penyebab Ajarkan pasien dan
WBC penyakit. keluarga tanda dan
Monitor kerentanan gejala infeksi
terhadap infeksi Ajarkan cara
Batasi pengunjung menghindari infeksi
Sharing pengunjung Laporkan kecurigaan
terhadap penyakit menular infeksi
Pertahankan teknik aseptik
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kulit
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Inspeksi kondisi luka/ insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
SOP EVIDENSE BASE NURSING PRACTICE
Disusun oleh:
PEKANBARU
2020
SOP AROMATERAPI LAVENDER
Disusun oleh:
PEKANBARU
2020
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN PASCA OPERASI DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
ABSTRACT
Lavender as aromatherapy give effect of relaxing and sedation. Research aimed to know
the influence of lavender aromatherapy on pain intensity on major surgical post operative
patient. This research used pre-experimental design with one group pretest-posttest design
form. Sample in this research as many as 10 people by purposive sampling technique and
data analysis by paired t-test. Statistical test result obtained p value 0,001. There is seen a
significance difference of pain intensity before and after lavender aromatherapy provision.
Suggestion for Dustira Hospital Cimahi, research could become input for Hospital to
applied lavender aromatherapy provision on post operative patient. Lavender
aromatherapy should be taught before surgery, and patients can be applied in patients
after surgery.
ABSTRAK
Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk
rancangan one group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel
yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi Rumah Sakit untuk menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada
pasien pasca operasi.
120
PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN
PASCA OPERASI DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
ABSTRACT
Lavender as aromatherapy give effect of relaxing and sedation. Research aimed to know the
influence of lavender aromatherapy on pain intensity on major surgical post operative patient.
This research used pre-experimental design with one group pretest-posttest design form.
Sample in this research as many as 10 people by purposive sampling technique and data
analysis by paired t-test. Statistical test result obtained p value 0,001. There is seen a
significance difference of pain intensity before and after lavender aromatherapy provision.
Suggestion for Dustira Hospital Cimahi, research could become input for Hospital to applied
lavender aromatherapy provision on post operative patient. Lavender aromatherapy should be
taught before surgery, and patients can be applied in patients after surgery.
ABSTRAK
Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca
operasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one
group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel yang dipilih secara
purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk
menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada pasien pasca operasi.
PENDAHULUAN
Pembedahan merupakan suatu elektrik transkutaneus (TENS), distraksi,
tindakan pengobatan yang menggunakan teknik relaksasi, imajinasi terbimbing,
cara invasif dengan membuka dan hipnosis (Bare G & Smelzer C, 2002).
menampilkan bagian tubuh yang akan Salah satu fungsi independen yang
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini merupakan fungsi mandiri dan tidak
umumnya dilakukan dengan membuat tergantung pada petugas medis lain,
sayatan. Setelah bagian yang akan dimana perawat dalam melaksanakan
ditangani ditampilkan, selanjutnya tugasnya dilakukan secara mandiri dengan
dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan keputusannya sendiri dalam melakukan
penutupan dan penjahitan luka. Setiap tindakan dalam rangka pemenuhan
pembedahan selalu berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Hidayat, 2004).
insisi yang merupakan trauma bagi Aromaterapi adalah terapi
penderita yang menimbulkan berbagai komplementer dalam praktek keperawatan
keluhan dan gejala. Salah satu keluhan dan menggunakan minyak esensial dari
yang sering dikemukakan adalah nyeri bau harum tumbuhan untuk mengurangi
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Adapun masalah kesehatan dan memperbaiki
bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan
pembedahan adalah nyeri akut. Nyeri akut bahwa bau berpengaruh secara langsung
secara serius mengancam penyembuhan terhadap otak seperti obat analgesik.
klien pasca operasi sehingga menghambat Misalnya, mencium lavender maka akan
kemampuan klien untuk terlibat aktif dalam meningkatkan gelombang-gelombang alfa
mobilisasi, rehabilitasi, dan hospitalisasi didalam otak dan membantu untuk merasa
menjadi lama (Perry & Potter, 2006). rileks. Berdasarkan studi pendahuluan
Nyeri setelah pembedahan pada 10 orang pasien pasca operasi
merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini bedah mayor yang mendapatkan terapi
menjadi salah satu keluhan yang paling analgesik dengan dosis dan cara
ditakuti oleh klien setelah pembedahan. pemberian yang sama didapatkan bahwa
Sensasi nyeri mulai terasa sebelum skala nyeri mereka ada pada rentang yang
kesadaran klien kembali penuh, dan berbeda-beda. Selain itu diketahui bahwa
semakin meningkat seiring dengan upaya lain untuk mengatasi nyeri selain
berkurangnya pengaruh anestesi. Adapun obat adalah hanya dengan melakukan
bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca relaksasi nafas dalam. Penelitian ini
pembedahan adalah nyeri akut (Perry & bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Potter, 2006). Tujuan dari manajemen aromaterapi lavender terhadap intensitas
nyeri pasca operasi adalah untuk nyeri pada pasien pasca operasi bedah
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit mayor di Rumah Sakit Dustira Cimahi.
dan ketidaknyamanan pasien dengan efek
samping seminimal mungkin. Salah satu METODE PENELITIAN
intervensi yang efek sampingnya minimal Penelitian dilaksanakan di ruang
adalah penatalaksanaan nonfarmakologi perawatan bedah wanita RS Dustira
seperti stimulasi dan massase kutaneus, Cimahi pada April sampai dengan Mei
terapi es dan panas, stimulasi saraf 2013. Penelitian ini menggunakan desain
121
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
Quasi-experimental dengan one group
122
pretest posttest. Responden terdiri dari 10
orang pasien paska operasi bedah mayor pembakar minyak dan tungku selama 10
hari ke-2 yang tidak memiliki riwayat menit. Responden diminta bernafas
dioperasi sebelumnya, berusia 18-45 normal, tidak melakukan aktivitas lain
tahun, jenis kelamin perempuan, dan selama menghirup aroma terapi, dalam
mendapatkan jenis analgetik yang serupa. kondisi ruangan yang tenang. Selanjutnya
Responden dikaji skala nyerinya satu jam kemudian skala nyeri diukur
menggunakan Verbal Descriptor Scale kembali. Analisis bivariat dilakukan melalui
(VDS) lalu diberikan aroma terapi lavender uji paired t-test.
sebanyak 3 tetes dengan menggunakan
Dari hasil analisa tabel 1 terlihat merasakan nyeri” (Kozier, et al. 2009).
bahwa intensitas nyeri sebelum diberikan Berdasarkan International Association For
aromaterapi lavender 4,80, dengan Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
intensitas nyeri terendah 2 dan tertinggi subjektif dan emosional yang tidak
10. Dari tingkat kepercayaan pasien menyenangkan yang didapat terkait
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa dengan kerusakan jaringan aktual maupun
rata-rata intensitas nyeri antara 2,99 potensial, atau menggambarkan kondisi
sampai 6,61. Hasil penelitian ini sejalan terjadinya kerusakan (Lyndon, 2013).
dengan penelitian yang telah dilakukan Nyeri setelah pembedahan
oleh Marzouk, et al (2012) yang merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini
menunjukkan bahwa kombinasi dari efek merupakan salah satu keluhan yang paling
lavender dengan analgesik, sedatif, dan ditakuti oleh klien setelah pembedahan.
antikonvulsan dapat mengurangi nyeri efek Sensasi nyeri mulai terasa sebelum
anestesi lokal serta penelitian Maryati kesadaran klien kembali penuh, dan
(2010) menunjukan bahwa aromaterapi semakin meningkat seiring dengan
lavender berpengaruh terhadap nyeri haid berkurangnya pengaruh anestesi. Adapun
primer dengan nilai p=0,000, p value < α bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca
(α=0,05). McCaffery (2009) mendefinisikan pembedahan adalah nyeri akut yang
nyeri sebagai “orang yang mengalami terjadi karena adanya luka insisi bekas
nyeri dalam segala hal dan terjadi kapan pembedahan (Perry dan Potter, 2006).
saja orang tersebut mengatakan bahwa ia Pada nyeri pasca bedah rangsangan nyeri
disebabkan oleh rangsangan mekanik
yaitu luka (insisi) dimana insisi ini akan merasa nyeri ringan sampai dengan nyeri
merangsang mediator-mediator kimia dari hebat tak tertahankan. Tujuan dari
nyeri seperti histamin, bradikinin, manajemen nyeri pasca operasi adalah
asetilkolin, dan substansi prostaglandin untuk mengurangi atau menghilangkan
dimana zat-zat ini diduga dapat rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien
meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri dengan efek samping seminimal mungkin.
yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Pendekatan farmakologi merupakan
Selain zat yang mampu merangsang tindakan kolaborasi antara perawat
kepekaan nyeri, tubuh juga memiliki zat dengan dokter, yang menekankan pada
yang mampu menghambat (inhibitor) nyeri pemberian obat yang mampu
yaitu endorfin dan enkefalin yang mampu menghilangkan sensasi nyeri. Sedangkan
meredakan nyeri (Bare G & Smelzer C, strategi penatalaksanaan nyeri
2002). nonfarmakologi dapat diterapkan berbagai
Hasil penelitian menunjukan bahwa tindakan keperawatan holistik. Pada
rata-rata intensitas nyeri pasien pasca implementasi trapi holistik di Indonesia,
operasi bedah mayor sebelum pemberian strategi tindakan holistik dipandang
aromaterapi lavender adalah antara 2,99 sebagai tindakan komplementer (Perry &
sampai 6,61. Hal itu bermakna mereka Potter, 2006).
Tabel 2. Rerata Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Sesudah Pemberian Aromaterapi
Lavender di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.
Variabel Mean SD Minimum 95%CI
Maksimum
Intensitas Nyeri
Sesudah 2,09
Aromaterapi 4,10 2,807 1-10 6,11
Lavender
Tabel 3. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca
Operasi Bedah Mayor di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.
Variabel Mean SD Perbedaan P Value N
Rata-rata
Intensitas Nyeri
Pre 4,80 2,530 0,700 0,001 10
Post 4,10 2,807