Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DI RUANG GBST II RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Oleh:
Wiwit Radika S.Kep
NIM: 1911438063

Preseptor Akademik : Ns. Desty Aristiyani, S.Kep


Preseptor Klinik : Ns. Bambang Wibisono, S.Kep
Fasilitator : Ns. Nurrahmawati, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
WOC MENINGENSEFALOKEL

Kurang asupan nutrisi terutama asam


folat/vitamin B9

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan sel janin

Kegagalan penutupan lamina vertebra

Terdapat celah pada lamina vertebra

MENINGOENCEPHALOCELE

Tonjolan mirip kantong pada meninges, cairan


cerebrospinal, dan jaringan/parenkim otak

Gangguan fungsi pada bagian


Kelainan sistem saraf Kelainan saraf pada ekstremitas
tubuh yang dipersarafi
bawah

Kelemahan pada bagian tubuh Peningkatan produksi


cairan cerebrospinal Kelumpuhan

Pergerakan menjadi terhambat


Peningkatan Tekanan Intra Kranial MK : Hambatan Mobilitas Fisik

Penekanan terlalu lama pada daerah yang


pergerakkannya terhambat Menimbulkan infeksi lanjut pada selaput otak
MK : Risiko trauma

Kerusakan pada kulit


MK : Risiko infeksi

MK : Kerusakan integritas kulit


CONCEPT MAP
ASUHAN KEPERAWATAN ENSEFHALITIS
DIRUANG GBST II RSUD ARIFIN ACHMAD

Disusun oleh:

Wiwit Radika S.Kep


NIM: 1911438063

Preseptor Akademik : Ns. Desty Aristiyani, S.Kep


Preseptor Klinik : Ns. Bambang Wibisono, S.Kep
Fasilitator : Ns. Nurrahmawati, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
CONCEPT MAP MENINGENSEFALOKEL

Definisi: Meningoensefalokel  adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Hal ini dimulai
pada masa embrio pada minggu ke III sampai dengan minggu ke IV; tidak menutupnya tuba neuralis
pada ujung kranial dapat menimbulkan herniasi jaringan saraf pusat (Tsementzis, 2000; Ropper, et al,
2005, Sjamsuhidayat, 2005).
Etiologi:
Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang kranium saat
dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan
terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan
yang terotegenik.

Peningkatan TIK Kelumpuhan Penekanan terlalu lama pada


daerah yang pergerakkannya
terhambat
Menimbulkan infeksi lanjut Hambatan mobilitas fisik
pada selaput otak
Kerusakan pada kulit

Resiko infeksi Resiko trauma Kerusakan integritas kulit

NOC NOC
 Immune status  Knowledge: personal
 Knowledge: infection safety NOC
control  Safety behavior: fall  Tissue integrity : Skin and
 Risk control prevention Mucous Membrane
 Safety behavior : fall
NIC
NIC occurance
Pressure management
Infection control  Safety behavior: physical  Anjurkan pasien untuk
 Bersihkan lingkungan injury menggunakan pakaian yang
setelah dipakai pasien lain  Tissue integrity: skin and longgar.
 Pertahankan teknik isolasi mucous membrane  Hindari kerutan pada tempat
 Batasi pengunjung bila NIC tidur.
perlu Environment management  Jaga kebersihan kulit agar tetap
 Instruksikan pada  Sediakan lingkungan bersih dan kering.
pengunjung untuk yang aman untuk pasien  Mobilisasi pasien (ubah posisi
mencuci tangan saat  Identifikasi kebutuhan pasien) setiap dua jam sekali.
 Monitor kulit akan adanya
berkunjung dan setelah keamanan pasien sesuai
kemerahan.
berkunjung meninggalkan dengan kondisi fisik dan
 Oleskan lotion atau minyak pada
pasien fungsi kognitif pasien dan daerah yang tertekan.
 Gunakan sabun riwayat penyakit  Monitor aktivitas dan mobilisasi
antimikrobial untuk cuci terdahulu pasien pasien.
tangan  Menghindarkan  Monitor status nutrisi pasien.
 Cuci tangan setiap lingkungan yang  Memandikan pasien dengan
sebelum dan sesudah berbahaya (mis, sabun dan air hangat.
tindakan keperawatan memindahkan perabotan)
 Gunakan baju, sarung  Memasang side rail
tangan sebagai alat tempat tidur
pelindung
 Pertahankan lingkungan
 Ganti letak IV perifer dan  Pertahankan teknik
line central dan dressing isolasi k/p
sesuai dengan petunjuk  Menyediakan tempat  Berikan perawatan
umum tidur yang nyaman dan kulit pada area
 Gunakan kateter bersih epidema
intermitten untuk  Menempatkan saklar  Inspeksi kulit dan
menurunkan infeksi lampu ditempat yang membran mukosa
kandung kemih mampu dijangkau pasien terhadap kemerahan,
 Tingkatkan intake nutrisi  Membatasi pengunjung panas, drainase
 Berikan antibiotik bila  Menganjurkan keluarga  Inspeksi kondisi luka/
perlu untuk menemani pasien insisi bedah
untuk menurunkan  Mengontrol lingkungan  Dorong masukkan
infeksi kandung kemih dari kebisingan nutrisi yang cukup
 Tingkatkan intake nutrisi  Memindahkan barang  Dorong masukkan
 Berikan antibiotik bila yang membahayakan cairan
perlu  Berikan penjelasan pada  Dorong istirahat
Infection protection pasien dan keluarga atau  Instruksikan pasien
 Monitor tanda dan gejala pengunjung adanya untuk minum
infeksi sistematik dan lokal perubahan status antibiotik sesuai resep
 Montior hitung granulosit, kesehatan dan penyebab  Ajarkan pasien dan
WBC penyakit. keluarga tanda dan
 Monitor kerentanan gejala infeksi
terhadap infeksi  Ajarkan cara
 Batasi pengunjung menghindari infeksi
 Sharing pengunjung  Laporkan kecurigaan
terhadap penyakit menular infeksi
 Pertahankan teknik aseptik
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka/ insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukkan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif
SOP EVIDENSE BASE NURSING PRACTICE

Disusun oleh:

Wiwit Radika S.Kep


NIM: 1911438063

Preseptor Akademik : Ns. Desty Aristiyani, S.Kep


Preseptor Klinik : Ns. Bambang Wibisono, S.Kep
Fasilitator : Ns. Nurrahmawati, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
SOP AROMATERAPI LAVENDER

Pengertian Suatu bentuk terapi inhalan dengan menggunakan minyak lavender


untuk mengurangi rasa nyeri
Tujuan Mengurangi atau menghilangkan nyeri
Alat dan Bahan - Tungku aromaterapi
- Lilin
- Korek api
- Air
- Minyak lavender
- Mangkok
Kebijakan Prosedur ini dilakukan oleh peneliti dalam mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien pasca operasi.
Prosedur Pre Interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
3. Menyiapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya
serta perkenalkan diri (untuk perawat)
2. Menanyakan keluhan dan perasaan klien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada yang
kurang jelas
Tahap Kerja
1. Jaga privasi klien
2. Tuangkan air kedalam mangkok secukupnya
3. Hidupkan lilin dengan korek api
4. Taruh lilin yang menyala dibawah mangkok, usahakan jarak antara
lilin dan mangkok sekitar 2 inchi
5. Tuangkan minyak lavender kedalam air hangat didalam mangkok
sebanyak 5-10 tetes
6. Anjurkan klien untuk menghirup uap wangi minyak lavender pada
mangkok selama 5-10 menit
7. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi klien seperti
semula
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan
2. Berikan umpan balik positif
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (bila dianjurkan untuk mengikuti terapi
lanjutan)
4. Bereskan peralatan
5. Berpamitan kemudian cuci tangan

Unit Terkait Ruangan GBST Lantai II RSUD Arifin Achmad


LAMPIRAN JURNAL EVIDENSE BASE NURSING PRACTICE

Disusun oleh:

Wiwit Radika S.Kep


NIM: 1911438063

Preseptor Akademik : Ns. Desty Aristiyani, S.Kep


Preseptor Klinik : Ns. Bambang Wibisono, S.Kep
Fasilitator : Ns. Nurrahmawati, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B2019

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN PASCA OPERASI DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI

Argi Virgona Bangun1, Susi Nur’aeni2


1,2 Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jendral Achmad Yani Cimahi

ABSTRACT
Lavender as aromatherapy give effect of relaxing and sedation. Research aimed to know
the influence of lavender aromatherapy on pain intensity on major surgical post operative
patient. This research used pre-experimental design with one group pretest-posttest design
form. Sample in this research as many as 10 people by purposive sampling technique and
data analysis by paired t-test. Statistical test result obtained p value 0,001. There is seen a
significance difference of pain intensity before and after lavender aromatherapy provision.
Suggestion for Dustira Hospital Cimahi, research could become input for Hospital to
applied lavender aromatherapy provision on post operative patient. Lavender
aromatherapy should be taught before surgery, and patients can be applied in patients
after surgery.

Key Words : Aromatherapy, Lavender, Post Surgery Pain, Pain Intensity

ABSTRAK
Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk
rancangan one group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel
yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi Rumah Sakit untuk menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada
pasien pasca operasi.

Kata kunci : Aromaterapi, Lavender, operasi, Intensitas Nyeri

120
PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN
PASCA OPERASI DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI

Argi Virgona Bangun1, Susi Nur’aeni2


1,2 Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jendral Achmad Yani Cimahi

ABSTRACT
Lavender as aromatherapy give effect of relaxing and sedation. Research aimed to know the
influence of lavender aromatherapy on pain intensity on major surgical post operative patient.
This research used pre-experimental design with one group pretest-posttest design form.
Sample in this research as many as 10 people by purposive sampling technique and data
analysis by paired t-test. Statistical test result obtained p value 0,001. There is seen a
significance difference of pain intensity before and after lavender aromatherapy provision.
Suggestion for Dustira Hospital Cimahi, research could become input for Hospital to applied
lavender aromatherapy provision on post operative patient. Lavender aromatherapy should be
taught before surgery, and patients can be applied in patients after surgery.

Key Words : Aromatherapy, Lavender, Post Surgery Pain, Pain Intensity

ABSTRAK
Lavender sebagai aromaterapi memberikan efek relaksasi dan sedasi. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca
operasi. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one
group pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel yang dipilih secara
purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi lavender. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk
menerapkan pemberian aromaterapi lavender pada pasien pasca operasi.

Kata kunci : Aromaterapi, Lavender, operasi, Intensitas Nyeri


Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

PENDAHULUAN
Pembedahan merupakan suatu elektrik transkutaneus (TENS), distraksi,
tindakan pengobatan yang menggunakan teknik relaksasi, imajinasi terbimbing,
cara invasif dengan membuka dan hipnosis (Bare G & Smelzer C, 2002).
menampilkan bagian tubuh yang akan Salah satu fungsi independen yang
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini merupakan fungsi mandiri dan tidak
umumnya dilakukan dengan membuat tergantung pada petugas medis lain,
sayatan. Setelah bagian yang akan dimana perawat dalam melaksanakan
ditangani ditampilkan, selanjutnya tugasnya dilakukan secara mandiri dengan
dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan keputusannya sendiri dalam melakukan
penutupan dan penjahitan luka. Setiap tindakan dalam rangka pemenuhan
pembedahan selalu berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Hidayat, 2004).
insisi yang merupakan trauma bagi Aromaterapi adalah terapi
penderita yang menimbulkan berbagai komplementer dalam praktek keperawatan
keluhan dan gejala. Salah satu keluhan dan menggunakan minyak esensial dari
yang sering dikemukakan adalah nyeri bau harum tumbuhan untuk mengurangi
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Adapun masalah kesehatan dan memperbaiki
bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan
pembedahan adalah nyeri akut. Nyeri akut bahwa bau berpengaruh secara langsung
secara serius mengancam penyembuhan terhadap otak seperti obat analgesik.
klien pasca operasi sehingga menghambat Misalnya, mencium lavender maka akan
kemampuan klien untuk terlibat aktif dalam meningkatkan gelombang-gelombang alfa
mobilisasi, rehabilitasi, dan hospitalisasi didalam otak dan membantu untuk merasa
menjadi lama (Perry & Potter, 2006). rileks. Berdasarkan studi pendahuluan
Nyeri setelah pembedahan pada 10 orang pasien pasca operasi
merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini bedah mayor yang mendapatkan terapi
menjadi salah satu keluhan yang paling analgesik dengan dosis dan cara
ditakuti oleh klien setelah pembedahan. pemberian yang sama didapatkan bahwa
Sensasi nyeri mulai terasa sebelum skala nyeri mereka ada pada rentang yang
kesadaran klien kembali penuh, dan berbeda-beda. Selain itu diketahui bahwa
semakin meningkat seiring dengan upaya lain untuk mengatasi nyeri selain
berkurangnya pengaruh anestesi. Adapun obat adalah hanya dengan melakukan
bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca relaksasi nafas dalam. Penelitian ini
pembedahan adalah nyeri akut (Perry & bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Potter, 2006). Tujuan dari manajemen aromaterapi lavender terhadap intensitas
nyeri pasca operasi adalah untuk nyeri pada pasien pasca operasi bedah
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit mayor di Rumah Sakit Dustira Cimahi.
dan ketidaknyamanan pasien dengan efek
samping seminimal mungkin. Salah satu METODE PENELITIAN
intervensi yang efek sampingnya minimal Penelitian dilaksanakan di ruang
adalah penatalaksanaan nonfarmakologi perawatan bedah wanita RS Dustira
seperti stimulasi dan massase kutaneus, Cimahi pada April sampai dengan Mei
terapi es dan panas, stimulasi saraf 2013. Penelitian ini menggunakan desain

121
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013
Quasi-experimental dengan one group

122
pretest posttest. Responden terdiri dari 10
orang pasien paska operasi bedah mayor pembakar minyak dan tungku selama 10
hari ke-2 yang tidak memiliki riwayat menit. Responden diminta bernafas
dioperasi sebelumnya, berusia 18-45 normal, tidak melakukan aktivitas lain
tahun, jenis kelamin perempuan, dan selama menghirup aroma terapi, dalam
mendapatkan jenis analgetik yang serupa. kondisi ruangan yang tenang. Selanjutnya
Responden dikaji skala nyerinya satu jam kemudian skala nyeri diukur
menggunakan Verbal Descriptor Scale kembali. Analisis bivariat dilakukan melalui
(VDS) lalu diberikan aroma terapi lavender uji paired t-test.
sebanyak 3 tetes dengan menggunakan

HASIL DAN BAHASAN


Tabel 1. Rerata Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Sebelum Pemberian Aromaterapi
Lavender di Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Variabel Mean SD Minimum 95%CI
Maksimum
Intensitas Nyeri
Sebelum 2,99
Aromaterapi 4,80 2,530 2-10 6,61
Lavender

Dari hasil analisa tabel 1 terlihat merasakan nyeri” (Kozier, et al. 2009).
bahwa intensitas nyeri sebelum diberikan Berdasarkan International Association For
aromaterapi lavender 4,80, dengan Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
intensitas nyeri terendah 2 dan tertinggi subjektif dan emosional yang tidak
10. Dari tingkat kepercayaan pasien menyenangkan yang didapat terkait
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa dengan kerusakan jaringan aktual maupun
rata-rata intensitas nyeri antara 2,99 potensial, atau menggambarkan kondisi
sampai 6,61. Hasil penelitian ini sejalan terjadinya kerusakan (Lyndon, 2013).
dengan penelitian yang telah dilakukan Nyeri setelah pembedahan
oleh Marzouk, et al (2012) yang merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini
menunjukkan bahwa kombinasi dari efek merupakan salah satu keluhan yang paling
lavender dengan analgesik, sedatif, dan ditakuti oleh klien setelah pembedahan.
antikonvulsan dapat mengurangi nyeri efek Sensasi nyeri mulai terasa sebelum
anestesi lokal serta penelitian Maryati kesadaran klien kembali penuh, dan
(2010) menunjukan bahwa aromaterapi semakin meningkat seiring dengan
lavender berpengaruh terhadap nyeri haid berkurangnya pengaruh anestesi. Adapun
primer dengan nilai p=0,000, p value < α bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca
(α=0,05). McCaffery (2009) mendefinisikan pembedahan adalah nyeri akut yang
nyeri sebagai “orang yang mengalami terjadi karena adanya luka insisi bekas
nyeri dalam segala hal dan terjadi kapan pembedahan (Perry dan Potter, 2006).
saja orang tersebut mengatakan bahwa ia Pada nyeri pasca bedah rangsangan nyeri
disebabkan oleh rangsangan mekanik
yaitu luka (insisi) dimana insisi ini akan merasa nyeri ringan sampai dengan nyeri
merangsang mediator-mediator kimia dari hebat tak tertahankan. Tujuan dari
nyeri seperti histamin, bradikinin, manajemen nyeri pasca operasi adalah
asetilkolin, dan substansi prostaglandin untuk mengurangi atau menghilangkan
dimana zat-zat ini diduga dapat rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien
meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri dengan efek samping seminimal mungkin.
yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Pendekatan farmakologi merupakan
Selain zat yang mampu merangsang tindakan kolaborasi antara perawat
kepekaan nyeri, tubuh juga memiliki zat dengan dokter, yang menekankan pada
yang mampu menghambat (inhibitor) nyeri pemberian obat yang mampu
yaitu endorfin dan enkefalin yang mampu menghilangkan sensasi nyeri. Sedangkan
meredakan nyeri (Bare G & Smelzer C, strategi penatalaksanaan nyeri
2002). nonfarmakologi dapat diterapkan berbagai
Hasil penelitian menunjukan bahwa tindakan keperawatan holistik. Pada
rata-rata intensitas nyeri pasien pasca implementasi trapi holistik di Indonesia,
operasi bedah mayor sebelum pemberian strategi tindakan holistik dipandang
aromaterapi lavender adalah antara 2,99 sebagai tindakan komplementer (Perry &
sampai 6,61. Hal itu bermakna mereka Potter, 2006).

Tabel 2. Rerata Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Sesudah Pemberian Aromaterapi
Lavender di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.
Variabel Mean SD Minimum 95%CI
Maksimum
Intensitas Nyeri
Sesudah 2,09
Aromaterapi 4,10 2,807 1-10 6,11
Lavender

Dari hasil analisa tabel 2 intensitas terhadap obat-obatan. Perawat


nyeri sesudah diberikan aromaterapi mengajarkan keperawatan mandiri atau
lavender 4,10, dengan intensitas nyeri terapi komplementer kepada pasien atau
terendah 1 dan tertinggi 10. Dari tingkat keluarga pasien. Salah satu terapi
kepercayaan pasien disimpulkan bahwa komplementer adalah aromaterapi, dimana
95% diyakini bahwa rata-rata intensitas aromaterapi ini bermanfaat mengurangi
nyeri antara 2,09 sampai 6,11. Dipandang ketegangan otot yang akan mengurangi
dari segi biaya dan manfaat, penggunaan tingkat nyeri.
manajemen nonfarmakologi lebih Hasil penelitian menunjukan
ekonomis dan tidak ada efek sampingnya penurunan bermakna dari intensitas nyeri
jika dibandingkan dengan penggunaan paska pemberian aromaterapi Lavender,
manajemen nyeri farmakologi. Selain itu yaitu 2,09 sampai 6,11. Bau yang
juga mengurangi ketergantungan pasien merupakan stimulan ingatan yang sangat
kuat, secara spontan memberikan tanda-
tanda emosi yang disebabkan karena otak yang dikaitkan dengan suasana hati,
keunikan dari sistem penciuman yang emosi, memori, dan belajar kita. Semua
berhubungan langsung dengan sistem bau yang mencapai sistem limbik memiliki
limbik dan emosi kita (Romantyo & Harini, pengaruh langsung pada suasana hati kita
1999) Sistem limbik adalah bagian dari (Sharma, 2009).

Tabel 3. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca
Operasi Bedah Mayor di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.
Variabel Mean SD Perbedaan P Value N
Rata-rata
Intensitas Nyeri
Pre 4,80 2,530 0,700 0,001 10
Post 4,10 2,807

Dari hasil analisa tabel 3 didapatkan kreativitas seseorang. Minyak lavender


bahwa rerata intensitas nyeri sebelum adalah salah satu aromaterapi yang
pemberian aromaterapi lavender adalah terkenal memiliki efek menenangkan.
4,80 dengan standar deviasi 2,530. Menurut penelitian yang dilakukan
Intensitas nyeri sesudah pemberian terhadap tikus, minyak lavender memiliki
aromaterapi lavender 4,10 dengan standar efek sedasi yang cukup baik dan dapat
deviasi 2,807. Terlihat nilai mean menurunkan aktivitas motorik mencapai
perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah 78%, sehingga sering digunakan untuk
adalah 0,700. Hasil uji statistik didapatkan manajemen stres. Beberapa tetes minyak
perbedaan yang signifikan karena nilai p = lavender dapat membantu menanggulangi
0,001, p value < α (α = 0,05). Maka dapat insomnia, memperbaiki mood seseorang,
disimpulkan ada perbedaan yang dan memberikan efek relaksasi. Pendapat
signifikan rata-rata sebelum dan sesudah ini juga didukung oleh Sharma (2009) yang
pemberian aromaterapi lavender. menyatakan bahwa lavender bersifat
Aromaterapi lavender bermanfaat analgesik; untuk nyeri kepala, nyeri otot,
untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan bersifat antibakterial, antifungal,
pasca pembedahan menunjukkan antiinflamasi, antiseptik, dan penenang.
terjadinya penurunan kecemasan, Sejauh ini tidak ada kontraindikasi yang
perbaikan mood, dan terjadi peningkatan diketahui dan tidak terdapat iritasi jika
kekuatan gelombang alpha dan beta yang digunakan pada kulit dan juga tidak
menunjukkan peningkatan relaksasi. mengiritasi mukosa. Bahwa mencium
Gelombang alpha sangat bermanfaat lavender maka akan meningkatkan
dalam kondisi relaks mendorong aliran gelombang-gelombang alpha didalam otak
energi kreativitas dan perasaan segar dan dan membantu untuk merasa rileks.
sehat. Kondisi gelombang alpha ideal Hasil penelitian juga
untuk perenungan, memecahkan masalah, memperlihatkan bahwa ada 3 responden
dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang dengan skala nyeri yang tetap sesudah
diberikan aromaterapi lavender. Menurut
data yang peneliti lakukan, semua memenuhi kebutuhan rasa nyamannya
responden menyukai wangi aromaterapi Gaffar (1999, dalam Yudistira, 2011).
lavender. Walaupun semua responden
menyukai wangi aromaterapi, ada 3 SIMPULAN DAN SARAN
responden intensitas nyerinya tetap. Hal ini Aromaterapi lavender berpengaruh
terjadi dikarenakan perbedaan karakteristik dalam penurunan intensitas nyeri pada
nyeri yaitu 2 responden mengalami nyeri pasien pasca operasi bedah mayor
yang berlangsung lama sampai merintih- ditandai dengan penurunan nilai rata-rata
rintih kesakitan, gelisah, dan menangis. intensitas nyeri sebelum dan sesudah
Sedangkan 1 responden hanya gelisah diberikan aromaterapi lavender. Perawat
saja. Diagnosa medis responden pertama perlu mengintegrasikan hasil penelitian ini
yaitu HNP lumbal skala nyerinya 10, sebagai salah satu intervensi dalam
responden kedua yaitu amputasi dengan asuhan keperawatan pada pasien paska
DM type II skala nyerinya 3, dan operasi. Perawat juga perlu
responden ketiga yaitu cholelitiasis skala mensosialisasikan penggunaan aromatrapi
nyerinya 7. Usia dari 3 responden ini 45 lavender kepada pasien, keluarga, dan
tahun dan usia ini paling tua dibanding masyarakat melalui pemberian pendidikan
dengan 7 responden yang lain. Sesuai kesehatan. Desain penelitian dapat dicoba
dengan (Perry & Potter, 2006), usia ulang dengan melibatkan kelompok kontrol
merupakan variabel penting yang dan kelompok intervensi dan menambah
mempengaruhi nyeri. Perbedaan jumlah sampel.
perkembangan dan kesensitifan terhadap
nyeri, yang membuat hasil intensitas DAFTAR PUSTAKA
nyerinya tetap berbeda dengan 7 Baradero, M. et al. (2009). Prinsip &
responden yang hasil intensitas nyerinya Praktik Keperawatan
berkurang. Perioperatif. Jakarta: EGC
Responden yang mengalami skala Bare G & Smelzer C. (2002). Buku Ajar
tetap, setelah dihubungkan dengan konsep Keperawatan Medikal-Bedah
dari teori dalam keperawatan akan sesuai Brunner & Suddarth. Jakarta:
dengan pengertian nyeri adalah sebuah EGC
sensasi subjektif sehingga tidak ada dua Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan.
orang yang berespons dengan cara yang Bandung: Refika Aditama
sama. Nyeri dapat secara langsung Dahlan, S.M. (2009). Statistik Untuk
mengganggu kesehatan dan memperlama Kedokteran dan Kesehatan.
penyembuhan dari pembedahan, penyakit, Jakarta: Salemba Medika
dan trauma. Seseorang mendapat suatu Dewi, 2010, Aromaterapi Lavender
stresor, dalam hal ini nyeri maka orang Sebagai Media Relaksasi.
tersebut akan berespon untuk http://www.jurnal.unud.ac.id//
mempertahankan kesehatannya Evidence-Based Complementary and
(mengurangi nyeri). Sehingga responden Alternative Medicine, 2012, The
akan menggunakan kopingnya untuk Effect of Aromatherapy
Abdominal Massage on
Alleviating Menstrual Pain in
Nursing Students. tersedia
http://www.dx.doi.org// Price (1997, dalam Sihotang, 2009).
Ermiati, et al, 2010, tersedia Pengaruh Aromaterapi Lavender
http://www.unpad.ac.id// Terhadap Perubahan TD, HR,
Pengaruh Aromatherapy RR Ibu Kala I Persalinan.
Terhadap Nyeri Haid Primer.html http://www.repository.usu.ac.id
Gaffar (1999, dalam Yudistira, 2011). Purwanto, B. (2013). Herbal dan
Efektivitas Teknik Relaksasi Keperawatan Komplementer
Napas Dalam Terhadap (Teori, Praktik, Hukum dalam
Penurunan Tingkat Nyeri. Asuhan Keperawatan).
Cimahi: Stikes Jenderal Achmad Yogyakarta: Nuha Medika
Yani Cimahi Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan
Hidayat, A. (2004). Pengantar Konsep Analisis Data Kesehatan.
Dasar Keperawatan. Jakarta: Yogyakarta: Nuha Medika
Salemba Medika Romayantyo & Harini. (2011). Pengaruh
Indonesia Sehat. (2010). Pustaka Terapi Wewangian Minyak
Kesehatan Populer. Jakarta: Esensial Bunga Mawar Dengan
Ensiklopedia Cara Inhalsi Terhadap Tingkat
Jaelani. (2009). Aroma Terapi. Jakarta: Kecemasan Pada Pasien Pre
Pustaka Populer Obor Opp
Kozier, B. et al. (2011). Buku Ajar http://www.repository.unand.ac.id
Fundamental keperawatan Sharma, S. (2009). Aroma Terapi.
(Konsep, Proses, dan Praktik). Tangerang: Karisma
Jakarta: EGC Sihotang, R.D. (2009). Pengaruh
Kunthi, D & Mauliku, N. (2011). Metodologi Aromaterapi Lavender Terhadap
Penelitian Kesehatan. Jakarta Perubahan TD, HR, RR Ibu Kala
Lyndon, S. (2013). Panduan Praktik I Persalinan, Skripsi, Medan,
Keperawatan Klinis. Tangerang http://www.repository.usu.ac.id
Selatan: Karisma Sjamsuhidajat, R dan Jong W.D. (2005).
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
Perioperatif (Konsep, Proses, EGC
dan Aplikasi). Jakarta: Medika Sugiyono. (2005). Metode Penelitian
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Administrasi. Bandung: Alfabeta
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Tamsuri (2006, dalam Yudistira, 2011).
Rineka Cipta Efektivitas Teknik Relaksasi
Potter & Perry. (2006). Buku ajar Napas Dalam Terhadap
Fundamental Keperawatan Penurunan Tingkat Nyeri.
(Konsep, Proses, dan Praktik). Cimahi: Stikes Jenderal Achmad
Jakarta: EGC Yani Cimahi
Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai