Makalah SIFAT DAN JENIS INFEKSI FAMILI P
Makalah SIFAT DAN JENIS INFEKSI FAMILI P
MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 3
Kelas 3-A
CIMAHI
2015
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Poxviridae
Poxviridae adalah keluarga virus yang mengandung DNA untai-ganda
dengan morfologi yang besar dan komplek, serta tidak bersegmen. Memiliki
selubung yang mengandung lemak, berbentuk bata (brick-shaped) atau ovoid
virion, panjang 220-450 nm dan lebar 140-260 nm. Poxvirus mengandung
beberapa enzim dalam virionnya, termasuk polimerasi RNA yang bergantung
DNA (“DNA-dependent RNA polymerase”), dan seluruhnya bereplikasi di
dalam sitoplasma sel. Semua poxvirus cenderung menyababkan lesi kulit.
Sebagian bersifat patogen bagi manusia (cacar, vaksinia, moluskum
kontagiosum); lainnya yang patogen bagi hewan juga dapat menginfeksi
manusia, misalnya cacar sapi, cacar monyet.
Berdasarkan electron micrograph dari partikel Poxvirus berada pada
sinovium dari big brown bat.
Manusia, hewan, dan arthropoda merupakan host alami dari virus ini. Pada
famili Poxviridae terdapat 69 spesies, terbagi pada 28 genus yang terbagi lagi
pada dua subfamili. Poxvirus dibagi pada subfamili berdasarkan jenis hospesnya.
Yaitu subfamili Chordopoxvirinae (hospes vertebrata) berisikan 8 genus yang
mana hanya empat dari delapan genus yang bisa menginfeksi manusia yaitu:
Orthopoxvirus, Parapoxvirus, Vatapoxvirus, Molluscinoxvirus.
2.1.1 Klasifikasi
Group : Group I (dsDNA)
Order : Unassigned
Family : Poxviridae
Genera: -Subfamily: Chordopoxvirinae
Avipoxvirus
Capripoxvirus
Cervidpoxvirus
Crocodylipoxvirus
Leporipoxvirus
Molluscipoxvirus
Orthopoxvirus
Parapoxvirus
Suipoxvirus
Yatapoxvirus
-Subfamily: Entomopoxvirinae
Alphaentomopoxvirus
Betaentomopoxvirus
Gammaentomopoxvirus
2.1.3.1 Orthopoxvirus
2.1.3.2 Parapoxvirus
Parapoxvirus adalah genus virus dalam keluarga Poxviridae, pada
subfamili yang Chordopoxvirinae. Seperti semua anggota keluarga Poxviridae,
parapoxvirus berbentuk oval, relatif besar, dan merupakan virus DNA beruntai
ganda. Parapoxviruses memiliki mantel spiral yang unik yang membedakan
mereka dari poxvirus lainnya. Parapoxviruses menginfeksi vertebrata , termasuk
mamalia dan manusia. Virus ini memiliki lebar sekitar 140-170 nm dan panjang
220-300 nm, dan memiliki struktur permukaan biasa. Contoh infeksi dari
Parapoxvirus antara lain: Orf virus, Pseudocowpox, Bovine papular, Stomatitis
virus
Gambar 2.4 Bentuk Parapoxvirus
2.1.3.3 Molluscipoxvirus
Molluscipoxvirus adalah genus virus, dalam keluarga Poxviridae, dalam
subfamili Chordopoxvirinae. Manusia merupakan sebagai host alami. Saat ini
hanya satu spesies dalam genus ini: spesies jenis Moluskum kontagiosum virus.
Penyakit yang berhubungan dengan genus ini meliputi: kontagiosum moluskum,
lesi kulit. Contoh infeksi dari Molluscipoxvirus antara lain: Molluscum
Contagiosum Virus (MCV)
2.1.3.4 Yatapoxvirus
Yatapoxvirus adalah genus virus , dalam keluarga Poxviridae , dalam
subfamili Chordopoxvirinae . Monyet dan Punt berfungsi sebagai host alami .
Saat ini ada dua spesies dalam genus ini termasuk spesies jenis Yaba virus monyet
tumor . Penyakit yang berhubungan dengan genus ini antara lain: histiocytomas ,
massa tumor seperti sel mononuklear. Contoh infeksi dari Molluscipoxvirus
antara lain: Tanapox virus, Yaba Monkey Tumorvirus
Di kulit, penyakit ini menyebabkan ruam, dan kemudian luka berisi cairan.
V. major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian 30–
35%. V. minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan (dikenal juga dengan
alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban itch) yang menyebabkan
kematian pada 1% penderitanya.Akibat jangka panjang infeksi V. major adalah
bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 65–85% penderita
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum
yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang
monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh.
2.2.1 Etiologi
Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik ,
tetapi menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor
(alastrim). Perbedaan kedua virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila
dimokulasikan pada membrane karioalontrik tubuh pada suhu 38o C. Sedangkan
yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu itu.
2.2.2 Patofisiologi
Variola (Smallpox) disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang
ke orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari
orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang
terkontaminasi seperti baju.
Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat
ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar
air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.
Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi
aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.
1. Stadium prodromal/invasi
b. Nyeri kepala
c. Nyeri tulang
e. Lemas
f. Muntah-muntah
4. Stadium resolusi
a. Stadium krustasi
b. Stadium dekrustasi
2.2.4 Diagnosis
2.3 Vaccinia
Much less virulent strains than those used for vaccination against smallpox
are being developed for use as vectors, in hopes of reducing the likelihood of the
development of serious complications previously seen with smallpox vaccination.
In this page, you will learn more about the very rare, though serious,
complications that arose as a result of smallpox vaccination.
2.3.1 Respon Awal pada Vaksinasi
Empat sampai lima hari setelah pemberian vaksin oleh vaccinia virus,
papula mulai muncul pada tempat diberinya vaksin. Dua sampai tiga hari
kemudian lesi papula menjadi vesicular, terus tumbuh sampai mencapai diameter
maksimumnya pada hari ke-9 atau ke-10. Pada waktu tersebut the draining lymph
nodes of the axial tambah membesar. Banyak pasien juga menunjukkan demam.
Lesi akan mengering dari tengah lalu keluar, dan the brown scab akan terlepas
setelah kurang lebih tiga minggu, meninggalkan bekas luka yang menandakan
bahwa pasien tersebut sudah melakukan vaksinasi.
2.3.2 Patogenesis
Infeksi virus vaccinia termasuk sangat ringan dan tipikal tanpa gejala pada
orang sehat, namun dapat menyebabkan kemerahan ringan dan demam.
Patogenesisnya sama seperti orthopoxvirus lain yaitu hanya melakukan replikasi
di sitoplasma dari sel hospes, diluar nukleus. Selama siklus replikasi vccinia
membentuk dua tipe virion yang berbeda, yaitu intracellular mature virus (IMV)
dan extracellular enveloped virus (EEV), yang dikelilingi oleh sejumlah membran
yang berbeda. Virion ini umum untuk famili poxvirus.
Eczema vaccinatum
This occurred only in persons who suffered from eczema. Unvaccinated
contact with a vaccinated individual was the usual mode of transmission.
In a national survey in the United States conducted after smallpox had been
eliminated, there were 66 cases, with no deaths, among 14.5 million
vaccinees.
Generalized vaccinia
Generalized vaccinia was characterized by a vesicular rash that sometimes
covered the entire body. This usually occurred 6 to 9 days after vaccination.
The lesions usually resembled the initial lesion found at the inoculation site,
but they sometimes varied in size. Generalized vaccinia was not associated
with immunodeficiency. The rash was usually self-limiting and thus, little or
no therapy was administered. There were about 23.4 cases per million
vaccinees.
Postvaccinial encephalitis
Neurological complications were the most serious ones that occurred from
vaccination with vaccinia virus. Postvaccinal encephalitis usually occurred in
patients over the age of two. The case fatality rate was about 35% within a
week of onset. In the United States, there were 12 cases, of which one
resulted in death, among the 13 million vaccinees.
Accidental infection
Accidental infection of some part of the body away from the inoculation site
was the most common complication that arose from vaccination with
vaccinia. Ocular vaccinia was a common manifestation of accidental
infection.
2.4.1 Etiologi
Virus ini memiliki struktur genome linier, dengan dsDNA kira-kira 190
kB, genome linier diapit degan sekuensinverted terminal repeat (ITR) yang secara
kovalen saling terikat pada ujung-ujungnya.
1. Kolam renang
2.4.3 Patogenesis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. http://viralzone.expasy.org/all_by_species/174.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Poxviridae
3. http://wahyudwimeiga.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-virus-adalah-
parasit.html
4. https://en.wikipedia.org/wiki/Orthopoxvirus
5. https://orthopoxviruses.wordpress.com/about-orthopoxviruses/
6. https://orthopoxviruses.wordpress.com/medical-and-environmental-relevance/
7. https://en.wikipedia.org/wiki/Parapoxvirus
8. https://en.wikipedia.org/wiki/Leporipoxvirus
9. https://en.wikipedia.org/wiki/Molluscipoxvirus
10. https://en.wikipedia.org/wiki/Yatapoxvirus
11. http://bitdal.blogspot.co.id/2013/03/makalah-variola.html
12. http://kesehatan.bandungkab.go.id/index.php?
option=com_mtree&task=recommend&link_id=19&Itemid=109
13. http://virus.stanford.edu/pox/2000/vaccinia_virus.html
14. https://pisangkipas.wordpress.com/2009/05/24/molluscum-
contagiosum-virus-mcv/
15. https://www.academia.edu/8931499/RINGKASAN_MATERI_ILMU_KULIT
_DAN_KELAMIN_PPD_FK_UMM_09_INFEKSI_VIRUS_PADA_KULIT_DAN_
MUKOSA
16. http://kesehatanvegan.com/2010/08/11/moluskum-kontagiosum/
17. https://en.wikipedia.org/wiki/Molluscum_contagiosum_virus#Genome