Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 3

Pemanfaatan Virus Entomopatogen sebagai agens Hayati


dalam Sistem Pengendalian Hama Terpadu
Nama Kelompok
Helena Tampubolon 1806541011

Ni Made Winanthi M 1806541019

Alpredo Christian Sitompul 1806541043

Ahnaf Abimanyu 1806541050

Melani Jelita Tarigan 1806541059


Virus
Entomopatogen
Virus Entomopathogen
Entomopatogen adalah patogen
yang mempunyai prospek bagus
untuk pengendalian hama, dan
telah dimanfaatkan secara luas
dalam pengendalian hayati
berbagai jenis hama karena
dianggap murah, mudah
dilaksanakan dan aman terhadap
lingkungan
Famili Baculoviridae
(Contoh: NPV)

Baculoviridae adalah keluarga virus. Arthropoda,


lepidoptera, hymenoptera, diptera, dan decapoda
berfungsi sebagai inang alami. NPV merupakan
salah satu anggota genus Baculovirus, Famili
Baculoviridae yang memiliki dua genus, yaitu
Nucleo polyhedrosis virus (NPV) dan Granulovirus
(GV) (Murphy et al. 1995). Bentuk polyhedra dapat
berupa dodecahedra, tetrahedral, kubus, atau
Berdasarkan jumlah
nukleokapsid, NPV dibedakan
tidak beraturan. Diameter polyhedra berukuran
menjadi dua kelompok, yaitu 0,05–15,00 μm. Bentuk polyhedra tergantung pada
single nukleokapsid (SNPV) jenis serangga inang yang terinfeksi NPV (Maddox
dan multi nucleokapsid (MNPV)
1975).
Famili Rheoviridae
(Contoh: Cypovirus)

Reoviridae adalah keluarga virus RNA rantai


ganda. Virus anggota memiliki jangkauan
inang yang luas, termasuk vertebrata,
invertebrata, tumbuhan, protista, dan jamur.
adalah genus virus RNA untai ganda dalam
famili Reoviridae dan subfamili
Spinareovirinae. Cypovirus hanya diisolasi
dari serangga. Cypovirus memiliki genom
RNA dan bereplikasi di sitoplasma sel yang
terinfeksi
Famili Poxviridae :
Entomopoxviruses (EPV)
Poxviridae adalah keluarga virus DNA
beramplop yang termasuk golongan kelas I
dalam klasifikasi Baltimore. Entomopoxviruses
menginfeksi serangga termasuk anggota
Coleoptera, Diptera, Lepidoptera, dan
Orthoptera. Virion tersumbat dan mengandung
genom DNA untai ganda linier besar yang kaya
akan residu AT. Virus mereplikasi di dalam
sitoplasma dan membentuk badan spindel.
Oklusi virus EPV, disebut sebagai spheroid,
berbentuk oval dan ukurannya berkisar dari 5
sampai 20 μm
Sejarah Pemanfaatan Virus
Entomopatogen Sebagai Agen Hayati

1524
Penyakit yang disebut Jaundice o graserrie,
sekarang diidentifikasi sebagai nucleopolyhedrosis,
ditemukan pada ulat sutra (Bobyx mory) oleh Vida

dua orang ahli Italia (Maestri dan


Cornalia) menjelaskan occlusion bodies
(OBs) ulat sutra nucleopolyhedrosis. 1856
1926 Paillot mendeskripsikan granulovirus
(GVs) pertama sekali

1934
Ishimori menjelaskan jenis baru polyhedrosis di
dalam ulat sutra  OBs dibentuk didalam
sitoplasma sel yang diinfeksi (bukan pada asam
nukleat)  sekarang dikenal dengan cypovirus.
Sejarah Pemanfaatan Virus
Entomopatogen Sebagai Agen Hayati

Steinhaus dan koleganya menguji baculovirus

1950-1970 sebagai agens hayati di lapangan dengan


mengaplikasi nucleopolyhedrovirus (NPV) untuk
mengendalikan ulat alfalfa
Bioinsektisida komersil berbahan aktif virus pertama
dikembangkan pertama oleh Perusahaan Sandoz
(dengan nama dagang Elcar)  untuk mengendalikan
Heliothis/Helicoverpa Lepidoptera: Noctuidae).
1975
Penemuan penting pada genetika virus

1979-1980 entomopatogen, khususnya baculovirus.


Hingga saat ini studi genetika virus
entomopatogen difokuskan pada studi genom
lengkap  telah ada 29 sekuensing genom
lengkap virus entomopatogen.
Kelebihan Virus Entomopatogen Sebagai Pengendali Hayati
 Selektif dan efektif terhadap hama sasaran.
 Aman bagi serangga dan organisme bukan sasaran serta tidak menyebabkan resistensi.
 Persisten dan tidak meninggalkan residu beracun di alam.
 Tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
 Efektif menginfeksi ulat yang telah terkena insektisida kimia.
 Tidak menyebabkan peningkatan populasi hama sekunder.
 Dapat ditularkan oleh parasitoid dan predator ke inang yang sehat.
 Dapat mengendalikan ulat instar V-VI.
 Tidak menyebabkan penyakit virus pada tanaman.
 Kompatibel dengan teknik pengendalian yang lain, termasuk insektisida kimia.
 Mudah diproduksi dengan teknik sederhana (menggunakan alat semprot standar).
 Berpotensi sebagai pengendali hama jangka panjang.
 Dapat beradaptasi dengan teknologi modifikasi secara genetik (bioteknologi).
Kelemahan Virus Entomopatogen Sebagai Pengendali Hayati
 Hanya spesifik terhadap hama sasaran.
 Kemungkinan berbahaya bagi serangga bukan sasaran.
 Waktu aplikasi harus tepat untuk memaksimalkan efektivitas.
 Memerlukan pendistribusian secara merata pada kanopi tanaman untuk
meningkatkan kontak dengan hama sasaran.
 Daya bunuh lambat.
 Rentan terhadap pengaruh lingkungan.
 Kehilangan virulensi dan patogenitas jika diperbanyak secara terus menerus
 nfektivitasnya di lapangan singkat dan membutuhkan penanganan tertentu.
 Kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan patogenik/menyebabkan alergi.
 Menurunkan dosis perlakuan melalui bioteknologi menyebabkan resurgensi hama
atau serangga bukan sasaran.
Penularan Virus Entomoatogen
dalam Pengendalian Hama
Terpadu
Famili Baculoviridae (NPV)

01 02 04
Virus Umumnya matrix protein telah Setiap sel yang Proses Serangga yang akan mati
Masuk Melalui masuk ke dalam terinfeksi masuknya virus: naik ke atas tanaman,
Makanan yang tubuh serangga, nukleusnya akan seluruh tubuh jutaan polyhedra yang
Tertelan atau karena pengaruh membengkak dan dipenuhi virus, terkandung pada cairan
Melalui Bagian enzim dan situasi dipenuhi oleh antara 4 hari – 3 tubuh serangga yang mati
Tubuh yang basa menjadi masa padat minggu, dan pecah akan jatuh ke
Terluka terhidrolisis, pecah (viroplan). tergantung jenis bawah dalam feeding
dan partikel virion NPV, jenis zona yang mungkin akan
dilepaskan serangga inang termakan oleh ulat sehat.

03
05
Famili Rheoviridae (Cypovirus)
Polyhedra dicerna dan
dilarutkan dalam usus
Mekanisme Cypovirus tengah larva

Menginfeksi 1
Serangga Virion dilepaskan
dan menempel pada 2
sel kolumnar midgut

Inti virus memasuki


3 sitoplasma sel

Transkripsi dan
Kapsul virus tersumbat replikasi RNA
4
oleh stroma virogenik
untuk membentuk badan
oklusi RNA tersumbat
5
dalam kapsul
6
Famili Poxviridae (Entomopoxviruses)
Masuk ke dalam sel inang dicapai dengan melampirkan protein
virus ke glikosaminoglikan inang (GAG) yang memediasi
endositosis virus ke dalam sel inang. 

Gen awal ditranskripsi di


sitoplasma oleh RNA Virus keluar dari sel
Gen perantara Gen terlambat inang dengan tetap
polimerase virus. Ekspresi
awal dimulai pada 30 menit diekspresikan, diekspresikan dari berada di badan
setelah infeksi. Inti benar- memicu replikasi 140 menit hingga 48 oklusi setelah
benar tidak dilapisi saat DNA genom jam pasca infeksi, kematian sel dan
ekspresi awal berakhir, menghasilkan semua
sekitar 100 menit tetap menular
genom virus sekarang protein struktural. 
bebas di dalam setelah infeksi sampai menemukan
sitoplasma.  inang lain. 

FASE PERTAMA FASE MENENGAH FASE AKHIR HASIL


Virulensi
Virus Entomopatogen
“Virulensi virus adalah kemampuan
virus untuk menyebabkan penyakit.
Kemampuan patogenitas dari virus
ini dapat berakibat fatal dan dapat
menginvasi sel secara
keseluruhan.”
Faktor
Penyebab Virulensi
 Keberadaan dan aktivitas reseptor pada
permukaan inang yang memudahkan virus
untuk melakukan penetrasi.
 Kemampuan virus menginfeksi sel inang,
yaitu cara invasi yang dimiliki virus.
 Kecepatan replikasi virus di dalam sel inang.
 Faktor virulen
 Kecocokan kandungan molekul DNA/RNA
dari virus dan sel inangnya.
 Kemampuan sel inang untuk menahan
serangan virus (resistensi inang). Resistensi
inang terhadap infeksi tergantung pada
kondisi fisiologis dan imunologis sel inang. 
Pemanfaatan Virus Entomopatogen dalam
Mengendalikan Hama
Famili Baculoviridae (NPV) Famili Rheoviridae (Cypovirus)

Sebuah nukleopolyhedrovirus (NPV) Lymantria dispar cypovirus, dan


yang diisolasi dari A. Dendrolimus punctatus cypovirus,
honmai (AdhoNPV) menunjukkan NoarCPV, virus polihedrosis
sifat membunuh lambat dengan sitoplasma, digunakan untuk
kematian terjadi selama 15  hari mengurangi populasi Norape
setelah inokulasi larva argyrrhorea, hama penggundul
neonatus. Isolat NPV lain dari A. kelapa sawit yang penting di Peru .

Tingkat infeksi maksimum EPV


adalah 60% di
antara populasi larva A.
honmai . EPV memiliki jangkauan
inang yang luas, yang
meliputi Homona
magnanima dan A. insuralis 

Famili Poxviridae (Entomopoxviruses)


THANK YOU
Insert the SubTitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai