SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Epidemiologi adalah pengetahuan tentang penyakit dalam tingkat populasi (Van der
plank, 1963). Hal ini dikarenakan penyakit dapat menimbulkan wabah apabila
terdapat dalam tingkat populasi. Dengan kata lain epidemiologi merupakan ilmu yang
mempelajari populasi penyakit dalam populasi tanaman inang dalam ruang dan waktu
yang sama. Proses terjadinya epidemi penyakit pada populasi inang memerlukan
jangka waktu tertentu. Oleh karena itu dalam jangka waktu tersebut terjadi interaksi
antara patogen dan tanaman inang. Interaksi selama itu dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang dapat mendukung maupun menghambat proses terjadinya epidemi, diantaranya
disebabkan oleh faktor ketahanan tanaman inang, virulensi patogen, dan lingkungan
baik makro maupun mikro. Faktor ketahanan inang diperoleh dari jenis varietas
tanaman maupun umur tanaman, sedangkan virulensi patogen dipengaruhi oleh jenis
atau ras patogen. Disamping itu kondisi lingkungan seperti kelembaban udara,
intensitas matahari, suhu dan curah hujan dapat memicu terjadinya epidemi.
Proses epidemi yang terjadi pada suatu luasan dapat diukur dengan
menggunakan laju infeksi. Laju infeksi merupakan percepatan infeksi yang diukur
dari perbedaan luas infeksi pada saat pengamatan awal dengan infeksi pada saat akhir
pengamatan per satuan rentang waktu pengamatan. Laju infeksi dapat cepat dengan
semakin rentan tanaman inang terinfeksi penyakit yang ditunjukkan dengan tingkat
serangan (disease severity) atau besar terjadinya penyakit (disease incidence).
Disamping itu semakin virulen patogen pada suatu jenis inang, semakin besar laju
infeksi. Laju infeksi dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Interaksi
yang menyebabkan tinggi rendahnya laju infeksi dapat digambarkan oleh segitiga
penyakit. Dalam epidemiologi interaksi tersebut tampak dari definisi epidemiologi
bahwa studi kuantitatif tentang perkembangan penyakit dalam ruang dan dalam
jangka waktu tertentu sebagai akibat interaksi antara populasi inang-patogen yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, biotik dan manusia.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan menganalisis bagaimana cara mengetahui
perkembangan epidemi penyakit tumbuhan dengan menggunakan simulasi model
SPRINTROT (Spread and Increase with Time) dan mengkaji perbedaan ketiga
gradien inokulum (shallow, steep, dan moderate) dalam hubungannya dengan
simulasi perkembangan epidemi penyakit tumbuhan.
Waktu ke-
Perlakuan
1
Shallow Monoline
Shallow Multiline 1:1
Shallow Multiline 1:2
Shallow Multiline 2:2
Shallow Mix
Moderat Monoline
Moderat Multiline 1:1
Moderat Multiline 1:2
Moderat Multiline 2:2
Moderat Mix
Steep Monoline
Steep Multiline 1:1
Steep Multiline 1:2
Steep Multiline 2:2
Steep Mix
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
2
6
4
3
2
2
1
4
1
3
2
1
1
1
4
4
1
9
5
7
6
2
3
5
1
4
3
5
0
2
7
1
9
0
11
7
4
4
7
3
5
0
4
0
4
5
13
3
7
0
5
8
6
2
7
8
6
0
0
0
8
6
14
4
8
0
10
10
6
5
7
10
8
0
0
0
7
7
15
0
8
0
13
11
0
0
10
10
9
0
0
0
7
8
15
4
8
0
14
16
0
0
0
11
12
0
0
0
11
Tabel 1. Penyebaran inokulum dengan arah prevailing pada setiap model pertanaman
untuk seluruh generasi
9
20
6
11
0
13
19
0
0
0
11
13
0
0
0
6
10
22
8
14
0
12
21
0
0
0
14
14
0
0
0
8
Waktu ke-
Perlakuan
1
Shallow Monoline
Shallow Multiline 1:1
Shallow Multiline 1:2
Shallow Multiline 2:2
Shallow Mix
Moderat Monoline
Moderat Multiline 1:1
Moderat Multiline 1:2
Moderat Multiline 2:2
Moderat Mix
Steep Monoline
Steep Multiline 1:1
Steep Multiline 1:2
Steep Multiline 2:2
Steep Mix
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
2
4
4
1
2
2
2
1
5
2
2
1
4
2
8
2
11
7
6
6
4
5
2
4
3
4
7
8
2
4
9
6
11
4
8
7
5
0
4
7
5
0
3
7
3
5
13
7
11
7
9
8
0
0
5
8
6
0
3
0
3
6
15
11
13
7
0
10
0
0
5
7
10
0
4
0
5
7
20
10
13
10
0
11
0
0
6
9
11
0
5
0
5
8
20
10
15
11
0
16
0
0
0
11
12
0
7
0
8
Tabel 2. Penyebaran inokulum dengan arah prevailing pada setiap model pertanaman
untuk seluruh generasi
9
24
10
0
14
0
19
0
0
0
12
15
0
7
0
8
10
24
0
0
0
0
21
0
0
0
9
17
0
7
0
9
Proporsi Penyakit
Dari grafik diperoleh hasil bahwa proporsi penyakit menunjukkan adanya
peningkatan
penyakit tertinggi yaitu pada pola pertanaman monokultur dan mixture dibandingkan
dengan pola pertanaman multiline pada kedua arah mata angin. Peningkatan penyakit
dengan pola random menunjukkan adanya peningkatan dari tiap waktu walaupun
pada t-10 akhirnya menurun, sedangkan pada pola prevailing terjadi penurunan
penyakit per waktu sehingga pola prevailing monoline, multiline, dan mixture lebih
cocok digunakan sebagai model penilaian suatu perkembangan penyakit (Gambar 1
dan 2).
proposi
0.4
0.2
0
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
10
11
12
Proporsi 0.6
0.4
0.2
0
10
11
12
10
11
12
Waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
proporsi
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Gambar 1. Proporsi penyakit pada arah angin acak untuk semua model gradien dan
model pertanaman
proporsi
10
11
12
10
11
12
10
11
12
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
proporsi 0.4
0.2
0
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Gambar 2. Proporsi penyakit pada arah angin prevailing untuk semua model gradien
dan model pertanaman.
Jumlah tanaman sakit
Jumlah tanaman sakit pada masing-masing pola menunjukkan variasi yang berbeda
pada kedua arah mata angin. Peningkatan tertinggi jumlah tanaman sakit terdapat
pada pola monoline baik dengan arah mata angin random maupun acak yaitu berkisar
antara 25-40 tanaman yang sakit. Jumlah tanaman sakit terendah terdapat pada pola
multiline 2:2 baik pada arah mata angin random dan prevailing yaitu berkisar antara
0-5 tanaman. Jumlah tanaman sakit pada pola mixture baik arah random dan shallow
berkisar antara 2-15 tanaman, merupakan jumlah tertinggi kedua setelah pola
monoline, hal ini disebabkan tanaman atau kultivar yang resisten ditanam secara acak
tidak mengikuti pola regular, sehingga penyebaran patogen masih luas. Peningkatan
penyakit sangat dipengaruhi oleh arah mata angin, karena menentukan arah
diseminasi (penyebaran) penyakit (Gambar 3 dan 4).
Random shallow
50
40
30
20
10
0
Waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
10 11 12
Random Moderate
40
35
30
25
jumlah tanaman sakit 20
15
10
5
0
10 11 12
10 11 12
Waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Random steep
35
30
25
20
Waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Gambar 3. Jumlah tanaman sakit pada arah angin prevailing untuk semua model
gradien dan model pertanaman
Prevailing shallow
40
30
10 11 12
10 11 12
10 11 12
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Prevailing moderate
30
20
10
0
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Prevailing steep
40
30
waktu
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Gambar 4. Jumlah tanaman sakit pada arah angin prevailing untuk semua model
gradient dan model pertanaman
PEMBAHASAN
Pada saat ini kita sering mendengar teknik bertanam dengan sistem pola
tanam. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman,
maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem
pola tanam. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya
secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Pola tanam terbagi atas dua
bagian yaitu sistem pola tanam monokultur atau pertanaman tunggal dengan sistem
pola tanam tumpangsari atau menanam dua jenis tanaman dalam satu lahan dan
dalam waktu yang sama. Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu
tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang
sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang di tanampun
perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Misalnya
jagung dan kacang tanah, atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya
berbeda-beda. Jagung dan kacang tanah sangat baik ditumpangsarikan karena dapat
mempengaruhi kesuburan tanah sebab akar tanaman dari kacang-kacangan dapat
mengikat nitrogen dari udara yang dapat menyebabkan tanah menjadi subur. Untuk
dapat melaksanakan pola tanam secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, sinar matahari
dan hama penyakit.
Dari praktikum ini terdapat tiga jenis pola tanam monokultur, multiline (1:1,
1:2, 2:2), mixture. Pola monokultur yaitu dimana dalam suatu areal pertanaman hanya
terdapat satu varietas, pola multiline yaitu areal pertanaman yang ditanami dua atau
lebih varietas tahan dengan aturan jarak tertentu, sedangkan pola mixture yaitu areal
pertanaman yang ditanami varietas tahan secara acak. Dari hasil pengamatan proporsi
dan jumlah tanaman sakit pola monoline (monokultur) memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pola multiline dan mixture.
Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan
polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu
penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Pola tanam ada tiga macam, yaitu :
monokultur, polikultur dan rotasi tanaman. Tumpangsari merupakan pola tanam
polikultur dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu hamparan lahan
dalam periode waktu tanam yang sama (Anwar, 2012).
yang sama, dalam satu baris tanaman terdapat dua atau lebih jenis tanaman (Anwar,
2012).
Pola tanaman mixture memiliki 4 mekanisme dalam mengurangi penyakit yaitu (a)
memiliki efek mengurangi kerapatan tanaman rentan, pada hal ini penyakit dapat
dikurangi karena mengurangi keberadaan varietas tanaman rentan (b) sebagai barrier
patogen, dikarenakan transmisi antar inang rentan dapat terhalang karena barrier
(tanaman rentan) diatur sedemikian dekat dengan tanaman rentan. (c) induksi
resistensi muncul ketika sppora dari patogen avirulen aktif pada mekanisme inang
resisten yang dapat juga melawan patogen lain (atau patogen yang sama dengan race
yang berbeda secara normal dapat menginfeksi inang, (d) kompetisi antar patogen,
Secara umum kultivar inang yang mixture dapat membuat patogen berkompetisi
dengan satu sama lain pada jaringan inang ( Chin & Wolfe 1984; Finckh et al 2000,
Smithson & Lenne 1996; Lannou & Goyeau 1995; Lannou & Gimeno 2005; Ohtsuki
& Sasaki 2006).
Garrett & Mund (2000) menyimpulkan keragaman inang dapat memberikan
pengaruh yang besar bagi tingginya pertanaman pada satu jenis tanaman, genotipe,
dan kecukupan area yang kecil bagi peningkatan penyakit yaitu dengan mekanisme
autoreduksi infeksi. Jika interaksi diantara tanaman dan pola mixture dapat
diidentifikasi, hal ini dapat mempengaruhi dilusi dari perkembangan penyakit, dan
efek barrier yang dapat menekan penyakit. Pada gambar 2, dijelaskan bahwa disana
tidak terdapat keterangan bahwa pengaruh dari keragaman inang pada kepadatan
penyakit late blight maupun adanya interaksi antara keragaman tanaman dan
campuran.
Hasil yang diperoleh bahwa penggunaan varietas mixture dapat menggantikan
tanaman yang rentan dengan yang resisten, sehingga mixture merupakan pola yang
baik dalam menghasilkan resistensi tanaman dan menekan perkembangan penyakit.
Pemencaran gradien patogen dalam hal ini meliputi 2 populasi tanaman, dari
dua genotipe inang yang berbeda diindikasikan bahwa adanya naungan bagi tanaman
secara individu. Pola konsentris mengindikasikan bahwa propagul patogen menyebar
secara alami dari sumber inokulum tanaman inang, propagul akan menurun ketika
memencar jauh dari sumber tanaman inang. Gambar A. Ukuran tanaman individu
relatif besar sehingga efektif dalam pemencaran gradien patogen secara meluas,
sedangkan Gambar B. ukuran dan keragaman tanaman inang dapat menurunkan
pemencaran gradient patogen, pemencaran inokulum terjadi ketika jatuh pada
tanaman dengan genotipe yang berbeda dari sumber inokulum pertama dari tanaman
inang (Garrett & Mund 1999).
Model pertanaman multiline dan mixture juga dilakukan oleh Mund &
Leonard (1986) pada penyakit karat jagung. Terdapat empat pola mixture jarak
genotype yang berbeda-beda. Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa penyebaran
penyakit tertinggi diperoleh pada pola pure line susceptible (monoline) dan
alternative dari 4 pola mixture menunjukkan penurunan penyebaran penyakit pada
pustul.
Menurut Faraji (2011), pertanaman dengan pola tanam monokultur (suscept pure
stand) merupakan trend pertanian modern yang banyak dilakukan saat ini, namun
pola tanaman monokultur memiliki banyak kelemahan dibandingkan dengan tanaman
polikultur. Salah satunya yaitu tanaman monokultur lebih rentan terhadap hama dan
patogen, serta produktivitas yang tidak stabil akibat infeksi dari patogen tersebut
dapat menyebar luas pada satu areal pertanaman ketika adanya faktor cuaca yang
mendukung. Sehingga diciptakanlah model pertanaman dengan pola polikultur
( tumpang sari) dengan berbagai genotipe atau varietas tanaman yang berbeda pada
satu areal, diasumsikan bahwa masing-masing tanaman tersebut memiliki tingkat
ketahanan yang berbeda dalam mengenali patogen, sehingga penyebaran patogen
dapat dibatasi. Mekanisme yang terjadi pada tanaman polikultur yaitu terjadinya
pengaruh yang saling melengkapi antara produksi kultivar tahan dan rentan, adanya
mekanisme kompensasi antara kultivar tahan terhadap kelemahan kultivar rentan,
serta adanya peningkatan fasilitasi terhadap iklim mikroklimat, dimana antara
varietas tahan dan rentan akan menyebabkan kondisi lingkungan yang sedikit berbeda
sehingga tidak sesuai bagi perkembangan patogen dan penyakit. Adanya arah mata
angin acak dan prevailing sangat berpengaruh pada penyebaran patogen di alam,
masing-masing arah mata angin dapat memencarkan gradient penyakit sampai
generasi kesepuluh sampai dua belas.
KESIMPULAN
Pada praktikum ilustrasi perkembangan penyakit ini diperoleh hasil bahwa
pola pertanaman monokultur di areal pertanaman dapat meningkatkan proporsi dan
jumlah penyakit tanaman, hal ini disebabkan karena varietas tanaman yang sama
menyebabkan pemencaran patogen yang meluas karena sumber inokulum mengenali
resistensi dari varietas yang sama. Sedangkan pola pertanaman polikultur di area
pertanaman dapat memutus perkembangan gradien penyakit tanaman dan
menurunkan jumlah tanaman yang sakit hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
resistensi varietas sehingga sumber inokulum yang terkena varietas resisten dapat
terputus akibat adanya barrier yang dapat memutus perkembangan penyakit. Pola
polikultur (multiline) pada tanaman terdiri dari 1:1, 1:2, 2:2 dan mixture. Dari
praktikum pola multiline dengan jarak antar tanaman rentan dan resisten yang teratur
(1:1, 1:2, 2:2) memiliki nilai proporsi penyakit dan jumlah tanaman yang sakit lebih
rendah dibandingkan pola mixture, hal ini disebabkan pada pola mixture jarak antar
tanaman sakit dan resisten tidak teratur atau berdekatan sehingga perkembangan
penyakit lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar S. 2012. Pola Tanam Tumpangsari. Agroekoteknologi. Litbang Deptan.
Ohtsuki A & Sasaki A. 2006 Epidemiology and disease-control under gene-forgene
plant-pathogen interaction. Journal of theoretical biology 238, 780{94. (doi:
10.1016/j.jtbi.2005.06.030).
Lannou C, Hubert P & Gimeno C. 2005. Competition and interactions among stripe
rust pathotypes in wheat-cultivar mixtures. Plant Pathology 54, 699-712.
(doi:10.1111/j.1365-3059.2005.01251.x).
Lannou C, Vallavieille-Pope C & Goyeau H. 1995 Induced resistance in host
mixtures and its e_ect on disease control in computer-simulated epidemics.
Plant Pathology 44, 478{489. (doi:10.1111/j.1365-3059.1995.tb01670.x).
Finckh M, Gacek E, Goyeau H, Lannou C, Merz U, Mundt CC, Munk L, Nadziak J,
Newton AC, de Vallavieille-Pope C et al. 2000. Cereal variety and species
mixtures in practice, with emphasis on disease resistance. Agronomie 20,
813{837.
Smithson J & Lenne J. 1996. Varietal mixtures: a viable strategy for sustainable
productivity in subsistence agriculture. Annals of Applied Biology 128,
127{158.
Chin K & Wolfe M. 1984. The spread of Erysiphe graminis f . sp . hordei in mixtures
of barley varieties. Plant Pathology 33, 89{100.
Garrett K.A., Mundt C.C. 2000. Host diversity can reduce potato late blight severity
for focal and general patterns of primary inoculum. Phytopathology, 90, 1307
1312.
LAMPIRAN
ILUSTRASI PERKEMBANGAN EPIDEMI
Random Shallow
Waktu
t-1
t-2
t-3
t-4
t-5
t-6
t-7
t-8
t-9
t-10
Random Moderat
Waktu
t-1
t-2
t-3
t-4
t-5
t-6
t-7
t-8
t-9
t-10
Hitam
Ungu
Biru
Kuning
Hijau
Biru muda
Oranye
Merah
Pink
Coklat
Random Steep
Waktu
t-1
t-2
t-3
t-4
t-5
t-6
t-7
t-8
t-9
t-10
Oranye
Merah
Pink
Coklat
32
51
52
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
9
12
13
93
144
196
236
5
5
5
5
8
8
8
8
2
2
2
2
21
30
42
55
Prevailing Moderate
Waktu
t-1
t-2
t-3
t-4
t-5
t-6
t-7
t-8
t-9
t-10
Prevailing Steep
Waktu
t-1
t-2
t-3
t-4
t-5
t-6
t-7
t-8
t-9
t-10
Oranye
Merah
Pink
Coklat
28
49
108
70
0
0
0
0
4
5
1
0
0
0
0
0
11
7
15
18
82
131
239
309
5
5
5
5
19
24
25
25
7
7
7
7
32
39
54
72
RANDOM SHA
LLOW
Unit
Jarak
dari
Fokus
Utama
Jumlah
tanaman
pada jarak
tersebut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
6
12
18
24
30
36
42
48
54
60
66
72
1:1
5
7
13
16
21
23
21
26
31
42
38
31
1:2
2:2
Mix
0
0
1
1
0
2
2
4
4
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
4
7
6
5
6
6
2
4
8
5
2
3
1
2
0
1
0
2
0
0
0
0
1:1
1:2
2:2
Mix
0.83333333
0.58333333
0.72222222
0.66666667
0.7
0.63888889
0.5
0.54166667
0.57407407
0.7
0.57575758
0.43055556
0.33333333
0.25
0.05555556
0.08333333
0
0.02777778
0
0.04166667
0
0
0
0
0
0
0.05555556
0.04166667
0
0.05555556
0.04761905
0.08333333
0.07407407
0
0.01515152
0
0
0
0
0.04166667
0.03333333
0
0
0
0
0
0
0
0.16666667
0.08333333
0.22222222
0.29166667
0.2
0.13888889
0.14285714
0.125
0.03703704
0.06666667
0.12121212
0.06944444
RANDOM
MODERATE
Unit
Jarak
dari
Fokus
Utam
a
Jumlah
tanama
n pada
jarak
tersebut
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Mn
1:01
1:02
0.16666667
12
11
0.91666667
0.1666666
7
0.25
18
17
0.94444444
0.05555556
24
21
0.875
0.1666666
7
0.08333333
30
29
0.96666667
0.03333333
36
32
0.88888889
7
8
9
10
11
12
42
48
54
60
66
72
33
30
34
31
32
24
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
3
3
2
4
6
1
0.78571429
0.625
0.62962963
0.51666667
0.48484848
0.33333333
0.0555555
6
0
0
0
0
0
0
2:02
0.3333333
3
0.0833333
3
0.0555555
6
0.1666666
7
0.0333333
3
Mix
0.83333333
0.41666667
0.22222222
0.20833333
0.1
0.05555556
0
0
0
0
0
0
0.0952381
0
0
0
0
0
0.07142857
0.0625
0.03703704
0.06666667
0.09090909
0.01388889
RANDOMS
TEEP
Unit
Jarak
dari
Fokus
Utam
a
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
tanama
n pada
jarak
tersebut
Mn
6
12
18
24
30
36
42
48
54
60
66
72
6
12
17
22
27
33
33
31
22
17
12
6
1:01
1:02
2:02
1
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mix
Mn
5
6
10
16
4
6
4
2
0
0
1
0
1
1
0.94444444
0.91666667
0.9
0.91666667
0.78571429
0.64583333
0.40740741
0.28333333
0.18181818
0.08333333
1:01
1:02
2:02
0.16666667
0.16666667
0.05555556
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.33333333
0.08333333
0.11111111
0.04166667
0.03333333
0
0
0
0
0
0
0
0.16666667
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mix
0.83333333
0.5
0.55555556
0.66666667
0.13333333
0.16666667
0.0952381
0.04166667
0
0
0.01515152
0
PREV
AILIN
G
SHAL
LOW
Unit
Jarak
dari
Fokus
Utama
1
2
Jumlah
tanama
n pada
jarak
tersebut
6
12
Mn
5
11
1:01
0
2
1:02
0
0
2:02
0
0
Mix
1
0
18
15
24
16
5
6
30
36
18
15
0
0
42
20
8
9
48
54
20
29
Mn
0.83333333
0.91666667
1:01
0
0.16666667
0.83333333
0.66666667
0
0
0
2
3
2
0.6
0.41666667
0
0
0.47619048
1
1
0
0
1
0
1
1
0.41666667
0.53703704
0.02083333
0.01851852
1:02
0
0
0.0555
6
0.0416
7
0
0
0.0476
2
0
0
2:02
0
0
Mi
0.1
0.05555556
0.0
0.125
0
0.05555556
0.0
0.07142857
0.0
0.02083333
0
0.0
0.0
10
11
12
60
66
72
25
31
24
0
0
3
0
2
0
1
1
0
0
0
0
0.41666667
0.46969697
0.33333333
0
0
0.04166667
0
0.0303
0
0.01666667
0.01515152
0
PREVAILINGMOD
ERATE
Unit
Jarak
dari
Fokus
Utama
Jumlah
tanaman
pada
jarak
tersebut
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
12
18
11
24
11
30
16
36
17
42
19
48
21
54
24
10
60
21
11
66
19
12
72
Mn
0.6666666
7
0.5833333
3
0.61111111
0.4583333
3
0.5333333
3
0.4722222
2
0.4523809
5
1:01
1:02
0.0833333
3
0.0555555
6
0.0833333
3
0.0833
3
0.0833333
3
0.4375
0.4444444
4
0.35
0.2878787
9
0.125
PREVAILING
STEEP
Unit
Jarak
dari
Jumlah
tanaman
pada
2:02
0.1666666
7
0.0833333
3
0.0555555
6
Mix
0
0.1666666
7
0
0.0277777
8
0.0238095
2
0.0833333
3
0.0740740
7
0
0.0151515
2
0
Fokus
Utama
jarak
tersebut
Mn
1:01
1:02
2:02
Mix
Mn
0.8333333
3
12
12
18
18
12
24
22
0.9166666
7
1:01
0.1666666
7
0.0833333
3
0.0555555
6
0.0416666
7
30
30
11
36
33
42
35
10
48
36
0.75
54
30
0.5555555
6
10
60
24
0.4
11
66
23
12
72
21
0.9166666
7
0.8333333
3
0.3484848
5
0.2916666
7
0
0
1:02
0.2777
8
0.2083
3
2:02
0.1666666
7
0.0833333
3
0.0555555
6
0.0416666
7
0.1
0.5
0.25
0.0555
6
0.0714
3
0
0.0238095
2
0.0208333
3
Mix
0.8333333
3
0.75
0.6666666
7
0.375
0.3666666
7
0.1944444
4
0.2380952
4
0.1041666
7
0.0740740
7
0.0333333
3