PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Asosiasi VACTERL adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya minimal
tiga defek kongenital berikut vertebral anomalies (60-80%), anal atresia (55-
90%), congenital heart diseases (40-85%), trachea fistula (50-80%), esophageal
atresia (50-80%), renal dysplasia (50-80%), and limb abnormalities (40-50%).2
Pertama kali diperkenalkan oleh Quan dan Smith pada tahun 1973 dengan
sebutan “VATER” yaitu Vertebral defects, Anal atresia, Tracheo-Esophageal
fistula (TEF) with esophageal atresia, and Radial and Renal dysplasia, kemudian
berubah menjadi “VACTERL” pada tahun 1975 oleh Kaufman dan Nora.
Kemudian beberapa peneliti mengusulkan lagi bahwa kriteria diagnostik juga
harus mencakup anomali Vaskular (sebagai bagian dari "V" dalam VACTERL),
termasuk Single Umbilical Arteri (SUA), sebagai bagian dari definisi.2
2.2. Epidemiologi
Secara keseluruhan tidak ada bukti kuat hubungan peningkatan insiden
VACTERL dengan wilayah tertentu di dunia atau dalam populasi etnis tertentu.
Insiden VACTERL diperkirakan berada di antara kurang dari 1 / 10.000 hingga
1 / 40.000 bayi (sekitar <1-9 / 100.000 bayi). Selain kelainan-kelainan yang inti
pada VACTERL ini, pasien juga mungkin memiliki anomali kongenital lainnya
termasuk anomali gastrointestinal anorektal selain anomali atresia trakeoesofageal
anal, tetapi anomali saluran empedu dengan asosiasi VACTERL belum
dilaporkan.2,3
Sindrom VACTERL termasuk masalah gastrointestinal yaitu atresia ani
dan fistula trakeo-esofagal. Masalah hepatobilier tidak termasuk dalam kriteria
diagnostik karena kebetulan masalah hepatobilier dengan sindrom VACTERL
tidak umum. Kasus yang laporkan oleh Yoonsun Yoon (2018) adalah kasus
pertama anomali duktus biliaris intrahepatik dengan sindrom VACTERL.3
2.3. Etiologi
Terjadinya defek vertebralis, atresia anal, defek jantung, fistula trakeo-esofageal /
atresia esofagus, defek ginjal, dan asosiasi defek ekstremitas dan Sindrom Mayer-
Rokitansky-Küster-Hauser sangat jarang. Kelompok pasien ini memiliki
karakteristik fenotip yang tidak biasa. Hasil jangka panjang setelah pengobatan
pada defek tidak dilaporkan dengan baik. Satu penyebab utama tidak diketahui
dan etiologinya mungkin mencakup penyebab genetik dan non-genetik.4
Pada sebagian pasien, ada bukti klaster keluarga yang menunjukkan faktor
bawaan. Namun, ada juga bukti klinis dan genetik yang kuat untuk heterogenitas
kausal pada pasien dengan asosiasi VACTERL. Sebagian besar penyebab genetik
yang dijelaskan pada manusia telah dilaporkan pada individu atau keluarga yang
terisolasi dan secara keseluruhan hanya sebagian kecil pasien dengan hubungan
VACTERL. Penyebab-penyebab ini diuraikan dalam tabel berikut:2
2.4. Patofisiologi
Berdasarkan beberapa penilitian, etiologi dari VACTERL diduga karena kelainan
beberapa gen ataupun kromosom yang sering dikaitkan dengan copy number
variations (CNV). Copy number variations (CNV), baik penambahan atau
pengurangan DNA, telah ditemukan pada region yang biasa terdapat di genom
manusia. Sebagian besar CNV tidak memiliki signifikan pathogen atau
menghasilkan fenotipe yang berhubungan dengan penyakit, tetapi sebaliknya,
mencerminkan variansi populasi normal. Namun, CNV yang lebih besar, yang
sering timbul de novo, sering dikaitkan dengan penyakit manusia.5
Karena penyebab VACTERL biasanya heterogen, tidak mengherankan
bahwa beberapa jalur sinyal utama dalam embriogenesis juga terlibat pada model
hewan percobaan. Selain pensinyalan klasik Sonic hedgehog, ini termasuk
gangguan jalur yang melibatkan sinyal Hoks dan asam retinoat. Dikarenakan
banyak dari jalur ini berinteraksi dengan cara yang kompleks, dan masih belum
sepenuhnya dipahami, mungkin lebih baik menganggap jalur ini sebagai jaringan
berpotongan luas yang terlibat dalam jalur persinyalan perkembangan embrio.
Dengan kata lain, mutasi pada gen yang dikenal sebagai bagian penting dari satu
jalur persinyalan mungkin sebenarnya memiliki banyak efek di jaringan yang luas
yang melibatkan banyak jalur.2
Fakta bahwa pasien dengan anemia Fanconi dapat diamati untuk memiliki
temuan dengan organ-organ komponen VACTERL, dapat memberikan petunujuk
lain untuk etiologi yang lebih umum, karena anemia Fanconi menghasilkan
malformasi bawaan, serta masalah medis lainnya seperti gangguan hetamotologi
dan keganasan, akibat akumulasi kerusakan DNA yang berhubungan dengan
ketidakstabilan kromosom. Pada anemia Fanconi, sifat anomali pada pasien
tertentu, termasuk sifat unilateral dari beberapa malformasi, diperkirakan
berhubungan dengan sekumpulan kejadian acak. Seperti halnya penyebab genetik
klasik, sejumlah pengaruh lingkungan juga terlibat. Pengaruh yang dilaporkan
meliputi ibu yang diabetes, yang dapat menyebabkan fitur asosiasi VACTERL
karena beberapa faktor (hal ini pada akhirnya dapat dikaitkan dengan jalur sinyal
umum). Faktor – faktor ini meliputi efek langsung hiperglikemia, stress oksidatif
dan oksigen reaktif, interaksi dengan jalur perkembangan utama tertentu pada
pasien yang rentan secara genetik, dan karena pasien dengan disfungsi
mitokondria terkait. Selain diabetes ibu, faktor lingkungan lain yang dilaporkan
meliputi pengobatan infertilitas, dan paparan in utero pada senyawa yang
mengandung estrerogen dan atau progesterone, statin dan timbal.2
Sekali lagi, laporan ini harus diperhatikan dengan hati-hati, karena
hubungan antara eksposur dan kehadiran asosiasi VACTERL mungkin bersifat
spekulatif. Sementara ada bukti kuat untuk hubungan antara diabetes ibu dan cacat
lahir, peningkatan risiko relatif di sini, seperti ditempat lain, menunjukkan etiologi
multifaktoral dimana pemicu lingkungan berinteraksi dengan kerentanan genetik.2
Butterfly Vertebra
Butterfly vertebra dihasilkan dari peleburan parsial dari dua
pusat ossifikasi sagital pada cleft vertebra di tengah, yang
7
membentuk deformitas vertebra (Gambar 2.2).
cleft dengan osteofit c, and spina bifida d. Dikutip dari : Al-Tubaikh JA7
Retroisthmic Cleft
Retroisthmic cleft adalah
vertebral cleft langka yang terjadi
pada lamina. Istilah retroisthmic berarti posterior pars
interartikularis (parsinterarticularis disebut juga vertebral
7
isthmus). Biasanya pada vertebra lumbar L4 dan L5.
Retrosomatic Cleft
Retrosomatic cleft
adalah vertebral cleft yang terjadi pada
pedikel (posterior korpus vertebral) karena hipoplasia atau
aplasia pedikel. Tidak ada riwayat trauma adalah fakta
penting yang mendukung diagnosis. Hal ini paling sering
7
ditemukan pada wanita lebih dari 30 tahun.
Spinal dysraphism
Spinal dysraphism: adalah istilah kolektif yang
menggambarkan kelainan kongenital spinal cord. Insidensi
pasien malformasi anorektal terkait VACTERL antara 9
sampai 57%. Berikut ini beberapa jenis dysraphism tulang
7,8
belakang yang ditemukan
o Myelocele: adalah herniasi jaringan sumsum tulang
belakang (syaraf placode) melalui spina bifida di
luar kanal tengah, namun di bawah permukaan kulit.
o Myelomeningocele: adalah herniasi jaringan
sumsum tulang belakang melalui spina bifida di luar
kanal tengah di dalam ruang subarachnoid yang
melampaui permukaan kulit.
o Meningokel: adalah massa cairan serebrospinal
(CSF), dilapisi oleh lapisan dural dan subarachnoid,
herniasi melalui spina bifida di luar permukaan
kulit.
o Syringohydromyelia (syrinx): adalah ruang yang
mengandung CSF di dalam sumsum tulang
belakang yang merupakan dilatasi kanal tengah.
Bisa kongenital (primer) atau sekunder akibat
trauma dan tumor maupun cidera spinal cord yang
lama.
o Myelocystocele: adalah bentuk mielomeningokel
yang jarang ditemukan di mana syrinx dan ruang
subarachnoid sekitarnya herniasi melalui defek
spina bifida.
o Lipomielocele (lipomieloskisis): adalah jaringan
lemak yang berhaluan melalui spina bifida ke dalam
kanal vertebra yang membentuk interface spinal
cord-lipoma.
o Lipomyelomeningocele: adalah herniasi sumsum
tulang belakang dan ruang subaraknoidnya menjadi
lipoma yang menonjol melampaui permukaan kulit
Sindrom tethered spinal cord: tethering cord berarti
bahwa spinal cord diregangkan dan berada di bawah
posisi normalnya, biasanya karena kondisi patologis
yang menyebabkan perlekatan spinal cord ke dura.
Tethered spinal cord dicirikan secara klinis oleh
defisit sensor ekstremitas ekstremitas bawah yang
progresif, cara jalan spastik, atrofi otot, serta
disfungsi usus dan kandung kemih. Usia penderita
sindrom ini terlihat bervariasi antara kelahiran dan
15 tahun.6
Ventrikel terminal persisten (ventrikel kelima): adalah
rongga kecil yang ditemukan di dalam conus medullaris.
Didiagnosis dan dibedakan dari syrinx dengan posisi tipikal
(Gambar 2.11). Biasanya asimtomatik, namun dalam
beberapa kasus dapat dikaitkan dengan nyeri punggung
bawah dan linu panggul.
Rudolph AJ. 8
Malformasi anorectal (MAR) merupakan anomali kongenital yang kompleks yang
melibatkan anus, rektum, saluran kemih dan saluran genital. Insidensi di seluruh
dunia adalah 1 per 5000 kelahiran hidup, walaupun kondisi ini lebih sering
ditemui pada beberapa area. terjadi pada sekitar 55-90% pasien.8,1
Klasifikasi MAR
Klasifikasi ini berguna untuk penatalaksanaan jenis operasi dan prognosisnya.
Pada tahun 1984 Wingspread mengklasifikasikan kelainan ini menjadi tiga tipe
yaitu letak tinggi, intermediate dan letak rendah. Klasifikasi Krickenbeck adalah
6,7
klasifikasi yang terbaru dan mulai diperkenalkan sejak tahun 2005.
6
Tabel 2.1. Klasifikasi Wingspread
Anokutaneous (perineal)
3. Anal stenosis
Lainnya Malformasi yang jarang. Malformasi yang jarang,
Anomali Kloaka yang menetap
d. Kloaka persisten
Hanya terdapat satu lubang di daerah anoperineal
Traktus urinarius, vagina, dan rektum bergabung membentuk
common channel
Common channel biasanya memiliki panjang 1-5 cm meskipun
dapat lebih panjang
Pasien dengan long common channel memiliki fungsi sfingter
yang lebih buruk
f. Atresia rektum
Terdapat lubang anus yang buntu di atas linea dentata
Sfingter volunter berkembang dengan baik
Saluran rektum yang buntu berhubungan dengan lubang anus
melalui suatu jaringan ikat atau hanya dipisahkan oleh sebuah
membran.
2. Anomali Kardiak
Dalam banyak penelitian terkait asosiasi VACTERL, kelainan jantung kongenital
merupakan cacat yang umum terjadi. Shunt intrakardiak, terutama VSD, sering
terlihat. Pada kebanyakan pasien, VSD umumnya merupakan salah satu dari
beberapa defek jantung yang ada. Arteri umbilikal tunggal tercatat hadir lebih
umum di asosiasi VACTERL, dan disarankan oleh Temtamy et al. segera setelah
deskripsi awal bahwa V dalam VATER harus mencakup vaskular, selain kelainan
6,7
vertebra. Defek jantung ini dapat mencapai 40-80% penderita VACTERL.
5,6
Defek jantung yang paling umum pada pasien asosiasi VACTERL :
8
Tabel 2.5. Ringkasan Berbagai Klasifikasi Tipe AE dan TFE
Gambar 2.7. Berbagai tipe AE dengan atau tanpa FTE. Dikutip dari : Gupta
8
A.K.
4. Abnormalitas renal
Kelainan pada komponen ini mungkin kurang jelas terlihat dibandingkan
komponen VACTERL lainnya, dan pencitraan khusus dari ginjal dan saluran
kemih mungkin diperlukan untuk memperlihatkan anomali. Malformasi ginjal
struktural mungkin merupakan penyebab morbiditas yang signifikan, terutama
infeksi berulang dan gagal ginjal dini. Kelainan ginjal terdapat pada sekitar 50-
80% penderita VACTERL. Malformasi ginjal-saluran kemih tergolong di bawah
akronim Congenital Anomalies of the Kidney and Urinary Tract (CAKUT). Gagal
ginjal bisa terjadi di awal kehidupan dan mungkin memerlukan transplantasi
. 8,9
ginjal
Malformasi renal nonstruktural seperti:8
- Hidronefrosis terisolasi : yaitu dilatasi unilateral pelvis dengan atau tanpa
dilatasi ureters (collecting system). Hidronefrosis yang ditemukan pada
pemeriksaan pre natal dan menetap ketika setelah lahir dapat disebabkan
karena malformasi ureter.
- refluks vesika-ureter (VUR) : yaitu refluks urine dari vesika urinaria ke
dalam ureter. VUR ini biasanya disebabkan oleh abnormalitas pada
bladder-ureter junction.
Gambar 2.8. Fitur non refluks (normal) dan refluks ureter dari pasien
dengan vesicoureteric reflux (VUR). Saluran ureter melintasi dinding
kandung kemih (bagian intravesikal, A, B, atau C) dan terowongan
miring melalui submukosa (bagian submukosa, A, B, atau C) sebelum
keluar dari lubang ureter. Lubang ureter nonrefluxing memiliki
terowongan submukosal yang lebih panjang (ditunjukkan dalam A)
dibandingkan dengan lubang refluks pada pasien dengan VUR
(ditunjukkan pada B atau C). Pada beberapa pasien, lubang ureter
dapat ditempatkan sangat lateral pada dinding kandung kemih (C).
8
Sedangkan kelainan struktural seperti ;
1. Agenesis renal : dikatakan renal agenesis jika ginjal tidak terbentuk.
Kecurigaan adanya agenesis ginjal berawal dari USG antenatal dimana
cairan amnion berkurang. Karena cairan amnion terbanyak berasal dari
7
urine fetus.
2. Disgenesis :Disgenesis ginjal adalah istilah yang luas, yang didefinisikan
sebagai perkembangan abnormal ginjal termasuk ukuran, bentuk, atau
struktur ginjal. Ini termasuk diantaranya ginjal displasia dan hipoplasia.
Ginjal hipoplasia berukuran kecil, pada biopsi mengandung nefron secara
signifikan lebih sedikit dari biasanya, namun tidak mengandung jaringan
yang tidak berdiferensiasi (tidak seperti ginjal displasia). Meskipun ada
sedikit nefron pada ginjal hipoplasia, glomerulus dan tubulus terkadang
6
membesar, kondisi yang disebut oligomeganefronia.
3. Ektopia : Renal ektopia mengacu pada kondisi di mana ginjal berada
dalam lokasi abnormal dan terjadi dengan kejadian yang berkisar antara 1:
500 dan 1: 1200. Kemungkinan lokasi ektopia ginjal meliputi lokasi
6
panggul, perut, dan toraks.
4. Ginjal tapal kuda (Horseshoe kidney): Anomali fusi ginjal yang paling
umum adalah ginjal tapal kuda (horseshoe kidney), yang terjadi ketika
ginjal bergabung di kutub dimana kedua ginjal dihubungkan oleh isthmus.
Anomali ini diidentifikasi pada kira-kira 1 dari 400-500 individu. Fusi
pada pole bagia bawah terjadi pada 95 % kasus.
5. Abnormalitas Limb
Kelainan radial pertama kali digambarkan sebagai ciri yang menentukan diagnosa
VATER, namun anomali anggota gerak yang lebih luas telah dilaporkan pada 40-
55% individu dengan VACTERL. Beberapa malformasi anggota gerak telah
ditambahkan ke dalam daftar cacat tambahan yang mungkin terjadi pada penderita
asosiasi VACTERL. Deskripsi klasik termasuk anomali radial ray juga dikenal
sebagai radial club hand. Klasifikasi deformitas ini awalnya digambarkan dengan
gradasi aplasia radial ringan sampai berat telah direvisi dengan beberapa
penambahan, termasuk inklusi sub-jenis kelima, absensi radius yang disertai
defisiensi humerus dan keterlibatan bervariasi gen tulang karpal. Identifikasi dini
anomali anggota gerak dapat membantu merencanakan intervensi, termasuk terapi
fisik awal dan operasi. Pemeriksaan rontgen biasanya berperan pada skrining awal
neonataus. Pemeriksaan lanjutan juga diperlukan sebagai evaluasi terhadap
5
kemajuan terapi.
Gambar 2.10. Deformitas lengan bawah kiri Gambar 2.11. Aplasia ibu jari
dengan deviasi radial pada pergelangan dan jari-jari seorang anak
tangan dan ibu jari tidak ada. Dikutip dari : dengan defisiensi radial tipe
Rayan G.M. IV. Dikutip dari : Rayan
G.M.
Gambar 2.12. Klasifikasi sindaktili. Para ahli bedah lebih menyukai sistem
yang mencakup 4 tipe digital webbing. Pada tipe kompleks, tampak penyatuan
tulang yang dapat terbentuk dorsal buckling atau angulasi ke perifer jari
terdekat. Pada tipe complicated tampak penyatuan tulang, polidaktili,
konfigurasi tulang phalang yang aneh dan dapat ditemukan lempeng
pertumbuhan abnormal. Dikutip dari : Rayan G.M.
2.6. DIAGNOSIS
Asosiasi VACTERL / VATER biasanya ditentukan oleh setidaknya tiga
dari kelainan berikut: defek vertebra, atresia anal, defek jantung, fistula trakeo-
esofagus, anomali ginjal, dan kelainan ekstremitas.6
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan vertebrae
Ultrasonografi prenatal dan MRI adalah modalitas pencitraan pilihan untuk
skrining keberadaan VACTERL pada pediatrik. Pencitraan pada pasien
VACTERL secara garis besar dibagi menjadi proses diagnosis VACTERL baik
prenatal maupun setelah lahir, dan evaluasi post terapi.7
Imaging tulang belakang dan spinal cord pada pasien pediatrik
membutuhkan pengetahuan tentang anatomi normal dan varian normal, terutama
yang terlihat pada ultrasound, untuk mencegah rujukan yang tidak tepat untuk
pencitraan dan pemeriksaan yang tidak perlu.Varian normal yang perlu diingat
meliputi ventriculus terminalis, kista filari, terminal filum yang menonjol, sebuah
"pseudomass" karena penggumpalan nerve root posisional, traktus pseudosinus,
6
dan dismorfik coccygeus.
Kelainan vertebra pada VACTERL dapat terlihat sebagai skoliosis.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk memastikan diagnosa skoliosis,
untuk menyingkirkan kelainan yang didasari oleh gangguan segmentasi tulang,
untuk menilai tingkat beratnya lengkungan, memantau progresifitas dari
lengkungan (yang dilakukan dengan pengukuran), menilai maturitas tulang
dengan memperhatikan osifikasi apofisis os iliaka, mengevaluasi kelainan yang
berhubungan dengan jantung dan paru-paru serta menilai kemajuan pasien dan
6
mengevaluasi komplikasi selama dan sesudah tindakan bedah.
Beberapa ahli menyarankan, pemeriksaan rontgen pada skoliosis
kongenital hanya di lakukan apabila :
- Pemeriksaan fisik didapatkan adanya lengkungan yang besar dan nyata di
punggung.
- Adanya tonjolan yang asimetris pada punggung anak yang tingkat
kedewasaan tulang belum tercapai.
- Adanya lengkungan asimetri dengan keluhan dan gejala neurologis.
Penegakan diagnosa dan pemantauan skoliosis memerlukan serangkaian
pencitraan yang dilakukan meliputi posisi tegak, supinasi dan posisi
membungkuk.
Rontgen
Tidak semua organ komponen VACTERL dapat di evaluasi
menggunakan rontgen. Salah satu komponen yang dapat dievaluasi dengan
rontgen adalah kelainan pada vertebra. Anomali vertebral adalah salah satu
anomali yang paling penting dan umum yang telah dilaporkan pada kira-kira 60-
95% pasien VACTERL. Kelainan vertebra ini terutama bermanifestasi sebagai
6
kelainan lengkung / kurva vertebra berupa skoliosis.
Kasus skoliosis yang khas memerlukan pemeriksaan radiologi
6,7
konventional dengan menggunakan proyeksi sebagai berikut:
● Posteroanterior (PA) atau ante
atau supinasi dengan posisi membungkuk ke
samping (lateral bending).
●Lateral tegak
● Oblik
Pemeriksaan rontgen pada kelainan malformasi anorektal
Pasien dengan malformasi anorektal biasanya tampak sebagai absensi udara pada
rongga pelvis di daerah sekitar anorektal. Dapat dilakukan posisi “knee chest”
untuk menentukan letak malformasi anorektal, apakah termasuk ke dalam letak
tinggi ( lebih dari 1 cm) atau letak rendah (kurang dari 1 cm). Pemeriksaan
rontgen ini dapat dilanjutkan ke pemeriksaan flourokopi jika diperlukan untuk
menentukan keberadaan fistula anorektal ataupun pemeriksaan MRI untuk
menentukan adanya hubungan antara anus, vesika urinaria dan atau saluran
genital. Pemeriksaan rontgen pada pasien ARM salah satunya berfungsi sebagai
7
skrining kelainan kongenital pada tulang-tulangnya.
Komponen VACTERL yang sering dievaluasi menggunakan flouroskopi
antara lain : kelainan pada atresia esofagus, anus dan renal
Ultrasonografi
Deteksi dini pasien dengan asosiasi VACTERL dapat dilakukan ketika
pemeriksaan rutin USG prenatal. Adanya temuan pada masa kehamilan
dapat mempersiapkan proses kelahiran pasien VACTERL dan komplikasi
yang mungkin terjadi. Semua komponen organ VACTERL dapat di
monitor dengan ultrasound ketika masa kehamilan. Adanya temuan anomali
7
kongenital pada masa kehamilan dapat melanjutkan ke pemeriksaan MRI.
VACTERL6 35
Malform Fitur
Sindrom OMI Lokus Ge Anomali asi yang karakteristik
M n vertebral tumpang yang
tindih membedakan
dengan
VACTERL
association
Anaemia 2276 16q24; FANCA; Fenotip yang V, A, C TE, Anomali
50; Xp22 FANCB, sama dengan R, L haematologis;
Fanconi
3005 dkk.* VACTERL tapi perubahan
dengan
14 frekuensi pigmentasi;
VACTERL-H
rendah hidrosephalus
Sindrom 1184 20p12; JAG Paling sering V, C, R Jaundice dengan
Alagille 50 1p12- 1; “butterfly konjugasi
p11 NOT vertebra” hiperbilirubinemia;
CH2
daripada wajah dismorphic;
hemivertebrae, perubahan posterior
dan fusi embriotoxon dan
vertebrae pigmentasi retinal
Sindrom 1094 9q22; PTCH1; Fusi multipel V, L Keratokist
basal 00 1p32; PTCH2; korpus Odontogenik rahang;
cell 10q24- SUFU vertebral dan palmar atau plantar
nevus q25 tulang rusuk pits; kalsifikasi
bilamellar falks
serebri; basal cell
tumours
Sindrom 2186 8q24 RECQL4 Fusi tulang V, A, C, R, Kraniosinostosis;
00 rusuk dan “flat L mikrosephali
Baller–
vertebrae”
Gerold
sindrom 1884 22q11 TBX1 Hemivertebra V, C, R, L Abnormalitas
DiGeorge 00 Thymik
(sindrom 36 ;anomali
penghilangan conotruncal kardiak;
22q11.2) wajah dismorphis;
hipokalsemia
Sindrom 1642 2p23-24 N-MYC Tidak adanya V, C, TE, Mikrosephali;
Feingold 80 vertebra sakral R, L brakimesophalang
kelima dan fusi
C5– C7 dalam
1 kasus
Sindrom 2367 20p12 MKKS Anomali V, C, L Hidrometrokolpos;
McKusick– 00 vertebra pada 1
malformasi
Kaufman kasus
gastrointestinal
Sindrom 2148 8q12 CHD7 Skoliosis C, TE, R Koloboma; atresia
CHARGE 00 idiopathic /stenosis koanal
tanpa ;hipoplasia/aplasia
anomali semisirkular, etc.
vertebra
Sindrom 1465 7p14.1 GLI3 NA A, C, R, L Hipothalamik
Pallister–Hall 10 hamartoma; bifid
epiglottis;
abnormalitas
kraniofasial
Sindrom 1074 16q21.1 SALL1 NA A, C, R, L Telinga displastik
80 dengan gangguan
Townes–
pendengaran
Brocks
impairment;
disabilitas
kecerdasan.
Sindrom 1429 12q24 TBX5 NA C, L NA
Holt–Oram 00
Hemifacial 1642 14q32 NA Hemivertebra, V, C Anomali
microsomia 10 Kraniofasial; defek
fusi vertebra
(OAVS) sistem syaraf pusat;
gangguan visual dan
37
pendengaran
Sindrom TAR 2740 1q21 RBM8A NA C, R, L Thrombositopenia
00 NA
*Sejumlah gen-gen yang terlibat dalam patogenesis berkaitan
dengan anemia Fanconi.
A, atresia anal; C, malformasi kardiak; CHARGE,
Coloboma, Heart anomaly, Atresia of choanae, Retardation
of mental and somatic development, Genital hypoplasia, Ear
abnormalities; L, Abnormalitas anggota gerak; NA, tidak
tersedia;OAVS, spektrum oculo-auriculo-vertebral; R,
anomali renal ; TAR, thrombositopenia-absensi radius; TE,
fistula tracheo-oesophageal; V, vertebral anomalies;
VACTERL, anomali vertebral (V), atresia anal (A),
malformasi kardiak (C), fistula tracheo-oesophageal (TE),
renal displasia (R) dan Abnormalitas anggota gerak (L);
6
VACTERL-H, assosiasi VACTERL dengan hidrosephalus.
Anemia Fanconi
voiding cystourethrogram.
Tampak grade 3 refluks
vesikoureter kiri. Dikutip
Herman T.E.7
9
Fitur anemia Fanconi yang membedakannya dengan VACTERL :
Intestinal Atresias
patent ductus arteriosus. Hanya tiga yang memiliki cacat jantung lainnya.
Seorang
T.E.6,8
Gambar 2.20. MRI potongan
sagital T1WI menunjukkan
disproporsi kraniofasial
dengan mikrosefali. Tampak
korpus kalosum dan fossa
posterior normal.
a. b. c. 46 d.
Gambar 2.21. Rontgen anteroposterior tangan kiri (a), tangan kanan (b)
diperoleh pada usia 2 tahun. Rontgen anteroposterior kaki kiri (c) dan kaki
kanan (d) pada periode neonatal. Tangan menunjukkan ukuran phalang
medial yang kecil pada jari kedua dan kelima (mata panah). Sedikit
deformitas fleksi pada sendi interphalangeal proksimal jari ketiga dan
keempat. Kaki menunjukkan ukuran phalang medial yang
kecil pada jari kedua dan keempat (panah). Dikutip dari : Herman T.E.6,8
2.8. Penatalaksanaan
Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga
mengalami respon hipermetabolik kompleks terhadap trauma, sakit yang dialami
akan mengubah metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostasis
nutrisi. Pasien dengan sakit kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU)
sebagian besar menghadapi kematian, mengalami kegagalan multi organ,
menggunakan ventilator, dan memerlukan support tekhnologi. Salah satu hal
penting yang harus diperhatikan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk
melepas ketergantungan ventilator, mempercepat penyembuhan dan
memperpendek lama rawat. Namun selama ini, hal tersebut tidak banyak
diperhatikan karena yang menjadi fokus perawatan adalah mempertahankan
homeostatis tubuh.14,15,16
Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien
mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah.
Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat
menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi.16
Nutrisi parenteral diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien dan tidak dapat diberikan dengan baik. Nutrisi
parenteral diberikan pada pasien dengan kondisi reseksi usus massif, reseksi
kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7 hari.16
53
Tabel 7. TPN Regiments In Cipto Mangunkusumo Hospital (requiring
peripheral line – providing less calories)
54
Tabel 9. TPN Regiments In Cipto Mangunkusumo Hospital (requiring
peripheral line – providing less calories)
55
Tabel 10. TPN Regiments In Cipto Mangunkusumo Hospital (requiring
peripheral line – providing less calories)
56
2.10. Prognosis
57
BAB III
LAPORAN KASUS
3.3. Anamnesis
a. Keluhan utama:
Bayi lahir tidak memiliki anus.
Ukuran Antropometrik:
• Lingkar kepala : 33 cm
• Lingkar dada : 31 cm
• Lingkar perut : 31 cm
• Panjang lengan : 15 cm
• Panjang kaki : 16 cm
• Kepala-simpisis : 27 cm
• Simpisis-kaki : 18 cm
Kesan: Dalam batas normal
• Abdomen
• Tampak gambaran udara usus. Suspek fistula esofageal
• Terpasang kateter umbilikus dengan tip setinggi paravertebra
Th12-L1 kanan
• Sulit menilai OGT
• Kesan:
• Infiltrat paru kanan dd/ aspirasi ?
• Tampak udara proyeksi usus-usus, suspek tracheosophageal fitula.
3.6. Diagnosis
- Susp. VACTERL Syndrome (atresia esophagus, limb anomaly dan atresia
ani dengan fistel rectovagina)
- NCB SMK SC
3.7. Penatalaksanaan
• Oksigen ½ lpm
• Pasang kateter umbilikus
• D10% + NaCl 0,9 % + Ca 6,2 cc/jam
• Ampisilin Sulbactam 2x135 mg (IV)
• Gentamicin 1x12 mg (IV)
62
3.8. Penatalaksanaan
TANGGAL PEMERIKSAAN TERAPI
- Rujuk RS M.Djamil
(penuh)
- Konsul jantung
- USG ginjal
3/12/2018 S/ - Pasien sesak dan desaturasi P/
tadi malam. Saat ini sesak menurun,
BB: 2600 Instabilitas suhu (-), perdarahan OGT - Ampicilin (2)
gram (+) , BAB (+) - Gentamicin (4)
- Ranitidin 3x3 mg (iv)
- Diuresis <2,2 cc/kgBB/jam - Neo K 2 mg IM (2)
- Balance : - <62cc - Cairan : 120cc/kg/hr
= 324 cc/hr
- D10 : Nacl 4:1 + Ca
O/ - KU : lemah,
(10) + KCL (8) (7,9
- Tanda vital stabil ml/jam) + Amino
- Status generalisata : stq Steril 6% (5,6
ml/jam)= (3g/kg)
- Nebu Ventolin/6 jam
- Paru : bronkovesikuler, ronkhi - Posisi miring kiri
(+/+), wheezing (-/-) >600
- Trombositopenia - Rujuk
4/12/2018 S/-Sesak (+), sekret hijau keruh A/ - O2 2L/menit
Instabilitas suhu 1x 37,60C, OGT
BB: 2600 kecoklatan, BAB (+) - Ceftazidine 2x135 mg
gram iv (1)
- Diuresis <4 cc/kgBB/jam - Gentamicin (5)
- Neo K 2mg IM (3)
- Ranitidin 3x3 mg (iv)
O/ - KU sedang, Tanda vital stabil
- Nebu Ventolin/6jam
- Retraksi dinding dada (+) - Fisioterapi dada
64 - Cairan : 140cc/kg/hr
= 378 cc/hr
- Paru : bronkovesikuler, ronkhi - D10 : Nacl 4:1 + Ca
(+/+), wheezing (-/-) (10) + KCL (8) (10,4
ml/jam) + Amino
Steril 6% (5,6
A/ - Susp. Vacterl Syndrom ml/jam)= (3g/kg)
- Pneumonia Aspirasi
- Trombositopenia - Posisi miring kiri
>600, Suction berkala
R/ - Rujuk
(menunggu tempat)
- Cairan : 150cc/kg/hr
KU lemah, Tanda vital stabil = 405 cc/hr
- D10 : Nacl 4:1 + Ca
(10) + KCL (8) (11,4
- Paru : bronkovesikuler, ronkhi ml/jam) + Amino
(+/+), wheezing (-/-), retraksi Steril 6% (5,6
dinding dada (+) ml/jam)= (3g/kg)
- Pneumonia aspirasi
- Riwayat trombositopenia e.c
6/12/2018 S/ - Instabil suhu (+) , Produksi P/
OGT keruh, sesak (+), BAB (-) via
BB: 2600 kolostomi - ASI 8x3 cc
gram - O2 0,5L/menit
- Diuresis <2,6 cc/kgBB/jam 65 - Ceftazidin (3)
- Balance : +129 cc - Gentamicin (7)
- Ranitidin 3x3 mg (iv)
O/KU FN FP SpO2 - Paracetamol 4x50mg
(iv)
Sedang120x/i 56 96% - Nebu ventolin/6 jam
- Fisioterapi dada
- Cairan : 150cc/kg/hr
- UUB: datar = 405 cc/hr
- Jantung dalam batas normal - D10 : Nacl 4:1 +
- Paru : bronkovesikuler, ronkhi KCL (8) (11,4
(+/+), wheezing (-/-), retraksi ml/jam)
dinding dada - Amino Steril 6% (5,6
- Abdomen : BU (+) stoma vital ml/jam)= (3g/kg)
perdarahan aktif (-)
- Ekstremitas : CRT <2”
- Post op : NICU
A/ - Post gastrostomi +
sigmoidostomi double barrel e.c atresia R/ cek darah perifer
esofagus+ atresia ani lengkap, albumin,
procalsitonin, gula darah
- Palatoskizis random
- Pneumonia aspirasi
07/12/2108 S/ Sesak ↓ - Cairan 150 cc/kg/hari
- ASI 4 x 5 ml, 4 x 10
BB: 2600 desaturasi (-) ml
gram - D10% : NaCl 4:1 +
instabilitas suhu (-)
KCL 8cc 11,4
BAB (+) via kolostomi, hijau ml/jam
- Aminosteril 6%
Diuresis : 3,3 cc/kg/jam 5,6 ml/jam
- Ceftazidim (4)
Balance : + 57 ml - Gentamicin (8)
- Ranitidin 3x3 mg (iv)
- Paracetamol 4x50 (iv)
O/ - Nebu ventolin/6 jam
- Fisioterapi dada
KU FN FP SpO2 BB - Saat minum : miring
kanan, posisi > 60°
Sedang 134x/i 56x/i 93%
UUB datar
Paru : bronkovesikular, Rh (+),wh (-)
Luka op : perban terkena rembesan
kolostomi 66
A/ - Post gastrotomi + kolostomi ec
atresia esophagus + atresia ani
- Palatoskizis
- Pneumonia aspirasi
08/12/2018 S/ Keluar cairan kehijauan dari selang P/
gastrotomi
BB: 2600 - Cairan 150 cc/kg/hari
gram Instabilitas suhu (-) ASI 8x5 ml
D10% : NaCl 4:1 +
Sesak (+), dahak putih KCL 8 cc 11,4
ml/jam
BAB via kolostomi (+), cair
Aminosteril 6%
Diuresis : 2,4 cc/kg/jam 5,6 ml/jam
- Ceftazidim (5)
Balance : + 125 ml - Gentamicin (9)
- Fluconazole loading
32 mg (iv) drip 1 jam
O/ selanjutnya 15 mg
(iv) tiap 72 jam
KU FN FP T SpO2 BB - Eritromisis 3x6 mg
- Paracetamol k/p
Sedang 122x/i 56x/i 36,3 93% - Ranitidine 3x3 mg
(iv)
- Metronidazol loading
UUB datar 40 mg (iv)
selanjutnya 3x20 mg
Paru : bronkovesikular, rh (+), wh (-) (iv)
- Nebu ventolin / 6 jam
Abdomen : buncit, lemas, BU (+) - Fisioterapi
Ekstremitas : CRT < 2 detik
Hasil Lab :
Hb : 17.2 g/dl
Ht : 48,1 %
Leukosit : 21.300 /mm3
70
Trombosit : 305.000/mm3
Hitung jenis : 0/3/1/51/30/15
Kesan : leukositosis (monositosis)
Elektrolit :
Na : 131 mEq/L
K : 3,1 mEq/L
Chl : 90 mEq/L
A/ - post op gastrotomi +
sigmoidostomi doble barrel ec atresia
esophagus + atresia ani
- Palatoskizis
- Pneumonia aspirasi
19-12-2018 S/ Toleransi minum baik P/
BB: 2260 Sesak napas (+), terkadang hipotermi - ASI / SF 8x 45 ml
gram drip 2 jam
- Meropenem (3)
- Fluconazol 15 mg
O/
(iv) tiap 48 jam
KU FN FP T SpO2 - Eritromisin 4x0,2 cc
- Nebu ventolin/6 jam
Sedang 120 54 36,2 92 - Fisioterapi dada
A/ - post op gastrotomi +
sigmoidostomi doble barrel ec atresia
esophagus + atresia ani
- Pneumonia aspirasi
- Palatoskizis
20-12-2018 S/ Toleransi minum baik P/
BB: 2260 Sesak +-, instabilitas suhu (-) - ASI/SF 8x50 ml (drip
gram 2 jam)
71 - Meropenem (4)
- Fluconazole 15 mg iv
O/
tiap 48 jam
- Eritromisin 4x0,2 cc
KU FN T SpO2 - Nebu ventolin / 6 jam
- Fisioterapi dada
Sedang 114 35,6 92
Status generalisata : STQ
A/ - Post op gastrotomi +
sigmoidostomi double barrel ec atresia
esophagus + atresia ani
- Pneumonia aspirasi
- Palatoskizis
DAFTAR PUSTAKA
73
74