11796
Biomedika, ISSN 2085-8345
ABSTRAK
Penyakit Fahr’s adalah penyakit dengan gangguan neuropsikiatri yang ditandai dengan kalsifikasi di
ganglia basalis bilateral dari hasil pemeriksaan pencitraan otak dan biasanya berhubungan dengan gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium. Artikel ini menyajikan kasus penyakit Fahr’s pada seorang wanita usia 56
tahun dengan karsinoma tiroid dan kejang. Selanjutnya, CT scan kepala menunjukkan adanya kalsifikasi yang
simetris bilateral pada ganglia basalis, dan otak kecil. Manifestasi klinis penyakit Fahr’s bervariasi tergantung
usia, letak bagian otak yang mengalami kalsifikasi, dalam hal ini gejala yang dominan adalah jenis kejang
berulang berupa bangkitan general tonic clonic. Kejang yang terjadi dalam hal ini bisa jadi akibat perubahan
hormon tiroid atau akibat kalsifikasi di otak. Belum ada pengobatan khusus pada penyakit ini,.Gejala kejang
yang terjadi mendapatkan terapi dengan sodium valproate dan terapi untuk gangguan perubahan hormon
tiroidnya.
ABSTRAK
Fahr’s disease is a disease with neuropsychiatric disorder, characterized by bilateral basal ganglia
calcification and usually associated with a phosphorus and calcium metabolism disorder. This paper presents a
case of Fahr’s disease in a 56-year-old woman with carcinoma thyroid and seizures. Furthermore, CT showed
bilateral symmetric basal ganglia and cerebellum calcifications. Clinical manifestations of Fahr’s disease vary
depending on age, location of the part of the brain that is calcified, in this case the dominant symptom is
recurrent seizures type of the general tonic clonic. Seizures that occur in this case can be resulted of thyroid
hormone changes or brain calcification. There is no specific treatment for this disease. The seizures that occur
got therapy with sodium valproate and therapy for disorders of thyroid hormone changes.
How To Cite: Setiawan, I., & Sulistyani, S. (2021). PENYAKIT FAHR’S DENGAN KEJANG PADA PASIEN
KARSINOMA TIROID: SEBUAH LAPORAN KASUS. Biomedika, 13(1), 95-100.
doi:https://doi.org/10.23917/biomedika.v13i1.11796
Fahr’s Disease pertama kali dijelaskan berbagai gejala, bahwa kalsifikasi bilateral
oleh seorang neurolog Jerman yang bernama dikaitkan dengan gangguan neuropsikiatri dan
Karl Theodor Fahr’s pada tahun 1930, dengan ekstrapiramidal bersama-sama dengan
kasus seorang pasien 81 tahun dengan gejala metabolisme kalsium dan fosfor normal.
demensia, demam, imobilitas, dan hasil Penelitian lain melaporkan adanya kejang,
pemeriksaan otopsi otak menunjukkan bukti kekakuan, dan gangguan demensia berkorelasi
kalsifikasi pada striatum (Viteva and Djurkova, dengan kalsifikasi ganglia basal. Koreoatetosis
2015; Mufaddel and Al-Hassani, 2014 ). dan kekakuan merupakan gambaran klinis yang
Kalsifikasi serebral yang luas dapat terjadi sering dijumpai. Keadaan klinis lain dapat juga
secara idiopatik sebagai sindrom Fahr’s, atau berupa sindrom parkinsonian atau athetosis
mungkin timbul akibat dari gangguan bilateral (Ropper et al. 2014, Farshchian et al.
kalsifikasi intraserebral simetris dan bilateral kalsifikasi simetris basal ganglia, thalami, dan
yang terletak di ganglia basal dan biasanya inti dentate serebelar. Fahr’s diseases ini dapat
dikaitkan dengan gangguan metabolisme fosfor diwariskan pada orang yang memiliki autosom
dan kalsium. Gambaran klinis dapat berupa dominan dan resesif. Kasus sporadis juga ada
berbagai gangguan gerakan, demensia, kejang telah dilaporkan. Penyakit ini memanifestasikan
epilepsi, berbagai derajat gangguan dirinya dalam bentuk gangguan fungsi kognitif
neuropsikologis dan gangguan perilaku (Ongun serebral awal dan demensia. Ini diketahui terkait
et al. 2016) . Ini adalah bentuk kalsifikasi dengan kasus pseudohyperparathroidism (Al-
idiopatik pada ganglia basalis dan serebelum di Tubaikh and Reiser, 2009).
gambaran klinis yang didapatkan, juga banyak penyebab. Ini adalah temuan insidental
didapatkan klinis berupa sindrom parkinson hingga 1% dari semua CT scan otak. Kalsifikasi
atau athetosis bilateral (Ropper et al. 2014). ganglia basal juga dapat dilihat pada gangguan
infeksi, metabolisme, dan genetik yang batas normal, demikian juga pemeriksaan
mempengaruhi wilayah otak ini. Gangguan neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan
paling umum dijumpai adalah disfungsi kognitif, darah rutin dalam batas normal, sedangkan
tanda-tanda gangguan serebelar, disartria, tanda- kadar kalsium 4,2 mg/dl, thyroid stimulating
tanda piramidal, gangguan psikiatri, gangguan hormon (TSH) 0,05 µIU/mL, dan free thiroxyne
gaya berjalan, dan gangguan sensorik (Daroff et (FT4) 2.06 ng/dL. Dari hasil pemeriksaan CT
Seorang wanita umur 56 tahun, dibawa bilateral (gambar 1), juga terdapat kalsifikasi di
rumah, kejang terjadi beberapa kali, tidak sadar Kejang terkontrol lebih kurang satu
saat kejang, lama kejang rata-rata 5 menit, tipe bulan dengan pemberian sodium valproat. Satu
kejang general tonik klonik. Tidak ada keluhan bulan setelah perawatan, pasien masuk rumah
nyeri kepala, mual muntah. Riwayat kejang 4 sakit dengan keluhan ileus, dan dilakukan
kali sejak 8 bulan terakhir. Penderita didiagnosis laparatomi serta dilakukan pemeriksaan patologi
karsinoma tiroid stadium 2B sejak 10 tahun anatomi dengan hasil karcinoma usus besar.
yang lalu dari hasil pemeriksaan patologi Pasien kejang 2 kali dengan tipe kejang general
anatomi. Tidak terdapat riwayat keluhan serupa tonik klonik setelah operasi laparatomi.
Gambar .1. CT Scan otak menunjukkan adanya kalsifikasi pada basal ganglia bilateral.
Pada kasus ini, pasien sudah terdiagnosis general tonik klonik, berbagai tanda dan gejala
karsinoma tiroid stadium 3b berdasarkan hasil neurologis terkait dengan sindrom Fahr’s. Pada
pemeriksaan patologi anatomi, dimana pada orang dewasa dapat terjadi kehilangan kesadaran
beberapa bulan kemudian timbul kejang dan kejang telah dilaporkan dengan
berulang dengan tipe general tonik klonik. Pada hipokalsemia hipotiroid (Saleem et al. 2013) .
awalnya dicurigai terjadi metastase ke otak, Mungkin secara klinis dapat berupa berbagai
tetapi dari hasil pemeriksaan CT Scan kepala gangguan gerakan, demensia, kejang epilepsi,
bilateral. Pasien ini, kadar TSH masih rendah gangguan perilaku (Lungu et al. 2017 ; Ongun et
sedangkan FT4 cukup tinggi, adanya perubahan al. 2016). Gejala dapat meliputi penurunan
hormone thyroid pada kasus karsinoma tiroid fungsi motorik, demensia, kejang, sakit kepala,
dapat memicu bangkitan epilepsi ( Tamijani et disartria, kelenturan, gangguan mata, dan
al. 2015). Pada kasus ini kadar kalsium masih athetosis (Shahidi and Safdarian, 2017).
dalam batas normal, berbeda dengan kasus Bentuk gangguan penyakit ini ditandai oleh
kadar kalsium yang tinggi, termasuk juga idiopatik di area otak yang mengontrol gerakan,
dentate, korteks serebral, otak kecil, substansia menjadi nyata setelah dua dekade (Farshchian et
koreoatetosis dan kekakuan merupakan Pada kasus ini pasien menunjukkan gejala
gambaran klinis yang sering dijumpai. Keadaan kejang berulang, yang mendapatkan terapi
klinis lain dapat juga berupa sindrom dengan valproat, padahal valproat meningkatkan
parkinsonian atau atetosis bilateral (Ropper et hormone tiroksin (TSH) (Kusumastuti dkk.,
al. 2014, Calabrò et al.2014, Farshchian et al. 2019). Penyakit Fahr’s adalah penyakit langka
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis terapi tambahan. Karena itu, diagnosa lebih
adanya kelainan biokimiawi dan pencitraan pencitraan. L-dopa (atau carbidopa) dan obat-
bilateral ganglia basal, dan riwayat keluarga dan gejala psikotik. Selanjutnya, kejang dan
yang signifikan (Farshchian et al. 2015, gangguan gerakan di Fahr’s sindrom yang
Etiologi yang tepat masih belum diketahui dengan koreksi fosfat dan kalsium level untuk
secara pasti, pada kasus ini kemungkinan mis. pengobatan dengan alpha hydroxy vitamin
penyakit akumulasi besi, lipomembran jarang dijumpai, gejala yang timbul sangat
polikistik). Transportasi besi yang rusak dan bervariasi tergantung bagian otak yang terkena.
produksi radikal bebas memulai proses Diagnosis penyakit ini karakteristik ditegakkan
kalsifikasi. Penyakit ini pada orang dewasa berdasarkan temuan hasil CT Scan yang
dimulai dengan deposit kalsium secara umum didapatkan gambaran kalsifikasi di ganglia
pada didekade ketiga dan komplikasi neurologis basalis bilateral, dapat juga mengenai otak kecil
Daroff, R.B., Jancovic, J., Mazziota,.J.C., and Saleem, S., Aslam, H.M., Anwar, M., Anwar,
Pomeroy, S.C. 2016. Bradley’s Neurology S., Saleem, M., Saleem, A., and Rehmani,
in Clinical Practice. Vol.1, 7th edition. M.A.K. 2013. Fahr’s syndrome:
Elsevier. p: 1442. Literature review of current evidence.
Orphanet J. Rare Dis. 8. P: 156.
Farshchian, N., Rostamzedeh, A., Gharib, A.,
Farzizadeh, Z., and Farzizadeh, M. 2015. Shahidi, G.A., and Safdarian, M. 2017. Fahr’s
Fahr’s Syndrome with Seizure disease: Idiopethic basal ganglia
Presentation. J Chem.Pharm.Res. 7(11). calcication, Iran J Neurol. 16(1). Pp: 53-
Pp: 598-603. 4.
Hozumi, I., Kohmura, A., Kimura, A., Tamijani, S.M.S., Karimi, B., Amini, E.,
Hasegawa, A., Honda, A., Hayashi, Y., Golpich, M., Dargahi, L., Ali, R.A.,
Hashimoto, K., Yamada, M., Sakurai, T., Ibrahim, N.M., Mohamed, Z., Ghasemi,
Tanaka, Y., Satoh, M., and Inuzuka, T. R., and Ahmadiani, A. 2015. Thyroid
2010. High levels of copper, zink, iron, hormones: Posible role in epilepsy
and magnesium, but not calcium in the pathology. Seizure. 31. Pp: 155-64
cerebrospinal fluid of patients with Fahr’s
disease. Case Rep Neurol. 2(2). Pp: 46-51 Viteva, E., and Djurkova, A. 2015. Fahr’s
. disease with epilepsy, deafness,
schizophrenoform psychosis and
Kusumastuti, K., Gunadharma, S., dan autoimmune polymyositis : a case report.
Kustiowati, E. 2019. Pedoman Tata An Int. J. Public Health. Rare Disease and
Laksana Epilepsi edisi 6. Kelompok studi Orphan Drugs. 2(2). Pp: 34-7.