Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Psikologi Sosial

2018, Vol. 16, No. 02, 148-161


doi: 10.7454/jps.2018.14

SELF-RELIANCE INVENTORY VERSI BAHASA INDONESIA:


ADAPTASI ALAT UKUR
Vemita Sinantia* & Mirra Noor Milla
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok
*Email: vemita.sinantia@ui.ac.id

Abstrak
Self-Reliance Inventory merupakan salah satu alat ukur rasa kemandirian yang banyak
digunakan dalam penelitian mengenai stres kerja. Sejauh ini belum ditemukan adaptasi
Self-Reliance Inventory dalam bahasa Indonesia, meskipun alat ukur tersebut telah
dikembangkan menjadi 2 versi (2 indikator dan 3 indikator). Adaptasi Self-Reliance
Inventory diperlukan karena selama kurun waktu 10 tahun terakhir penelitian yang
mengukur konstruk tersebut menggunakan alat ukur yang kurang spesifik pada rasa
kemandirian di tempat kerja. Self-Reliance Inventory versi 2 indikator (tidak
ketergantungan dan ketergantungan) terdiri dari 20 item. Dalam penelitian ini, alat ukur
tersebut diadaptasi melalui 6 tahap berdasarkan panduan adaptasi alat ukur lintas budaya.
Berdasarkan uji coba terhadap 50 karyawan di Indonesia, diperoleh nilai koefisien
reliabilitas sebesar 0,65 pada indikator tidak ketergantungan dan sebesar 0,75 pada
indikator ketergantungan. Dengan demikian, hasil adaptasi alat ukur rasa kemandirian
dapat digunakan untuk penelitian mendatang guna memprediksi berbagai variabel seperti
stres kerja, intensi turn over, tekanan kerja, serta organizational citizenship behavior pada
karyawan di Indonesia.

Kata kunci: adaptasi alat ukur; rasa kemandirian; stres kerja

Abstract
Self-Reliance Inventory is an instrument that is widely used in research on work stress. So
far there has been no adaptation of the Self Reliance Inventory in bahasa Indonesia, even
though this instrument has been developed into 2 versions (2 indicators and 3 indicators).
Adaptation of this measurement is needed because there is no specific measurement for
self reliance in workplace context in the last 10 years. Self-Reliance Inventory with 2
indicators (counterdependence and overdependence) consists of 20 items. In this study,
instrument was adapted through 6 stages cross-cultural adaptation guideline. Based on
pretesting on 50 employees in Indonesia, the reliability coefficient is 0,65 on the
counterdependence and 0,75 on the overdependence. Thus, the Self-Reliance Inventory
adaptation can be used to develop further research as an antecedent on work stress, turn
over intention, work pressure, or organizational citizenship behavior especially for
employees in Indonesia.

Keywords: measurement adaptation; self-reliance; work stress.

Pendahuluan
Rasa kemandirian merupakan cara (1987), rasa kemandirian dalam diri
individu membentuk dan mempertahan- individu bersumber dari proses belajar
kan dukungan kelekatan dengan individu dan pengalaman yang dimiliki, yaitu ter-
lain (Nelson & Quick, 2013). Menurut kait rasa aman, rasa penolakan, dan rasa
Ainsworth, Blehar, Waters, dan Wall cemas. Rasa aman memberikan pe

148
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 149

ngaruh positif pada rasa kemandirian, koefisien reliabilitas. Dalam hal ini akan
sementara rasa penolakan dan rasa dilakukan analisis Cronbach Alpha su-
cemas seringkali memprediksi kurangnya paya dapat melihat sejauh mana alat ukur
rasa kemandirian dalam diri individu dapat dipercaya dalam mengukur rasa
(Bowlby, 1982; Harms, Bai, & Han, 2016; kemandirian.
Johnstone & Feeney, 2015; Mikulincer & Rasa Kemandirian. Konstruk rasa
Shaver, 2015). kemandirian dikembangkan menurut teori
Individu dengan rasa kemandirian kelekatan, yang menyatakan bahwa ke-
mempunyai rasa aman dalam kelekatan butuhan akan kelekatan muncul sejak
dengan individu lain, sehingga memun- masa kanak-kanak supaya individu dapat
culkan perilaku interdependen (Nelson & bertahan hidup (Ainsworth & Bowlby,
Quick, 2013). Sementara individu yang 1991; Bowlby, 1982). Kelekatan digam-
kurang mempunyai rasa kemandirian barkan sebagai kondisi anak yang me-
cenderung memunculkan perilaku tidak rasa dilindungi, didukung serta diperhati-
ketergantungan dan perilaku ketergan- kan oleh sosok pengasuh, sehingga anak
tungan, dimana kedua perilaku tersebut akan merasa gelisah ketika dipisahkan
rentan terhadap stres (Nelson, Quick, & dengan pengasuhnya (Bowlby, 1982).
Joplin, 1991; Quick, Joplin, Nelson, & Dalam konteks organisasi, kelekatan yang
Quick, 1992; Quick, Nelson, & Quick, terjalin antar anggota organisasi menda-
1987, 1990). Sejauh ini pengukuran rasa sari terciptanya kinerja yang efektif (Ronen
kemandirian dalam konteks pekerjaan & Zuroff, 2017). Ainsworth, Blehar,
disusun berdasarkan indikator tidak ke- Waters, dan Wall (1987, 2015) meng-
tergantungan dan ketergantungan untuk ategorikan kelekatan menjadi tiga bentuk
melihat sejauh mana upaya individu yaitu rasa aman, rasa penolakan, dan
untuk mencapai rasa aman di tempat rasa cemas, yang kemudian ketiganya
kerja (Nelson dkk., 1991). dikaitkan dengan bentuk rasa keman-
Dalam kurun waktu 10 tahun ter- dirian.
akhir, cukup banyak penelitian mengenai Ketiga bentuk kelekatan yang dije-
rasa kemandirian dalam konteks pekerja- laskan dalam teori kelekatan selanjutnya
an di Indonesia, akan tetapi alat ukur digambarkan dalam tiga bentuk rasa
yang digunakan cenderung mengguna- kemandirian yaitu interdependen (rasa
kan konstruk global seperti skala kinerja aman), perilaku tidak ketergantungan
yang kurang spesifik dalam mengukur (rasa penolakan), dan perilaku kete-
rasa kemandirian (Indrawati, 2014; rgantungan (rasa cemas) (Nelson dkk.,
Martak, 2015; Noviawati, 2016). Sejauh 1991; Quick dkk., 1992; Quick dkk., 1987,
ini belum ditemukan alat ukur rasa 1990). Individu dikategorikan mandiri
kemandirian dalam bahasa Indonesia apabila mempunyai pola kelekatan yang
yang seharusnya mampu mengukur ke- aman dan mempunyai kecenderungan
cenderungan individu untuk mencapai perilaku interdependen berupa percaya
rasa aman di tempat kerja. Dengan diri, antusias, serta gigih dalam meng-
demikian, adaptasi alat ukur rasa ke- hadapi tantangan (Nelson & Quick,
mandirian diperlukan supaya penelitian- 2013). Selain itu, individu dengan keman-
penelitian mendatang dapat mengukur dirian mampu menjalin relasi dengan
konstruk tersebut secara akurat melalui lingkungan sekitar sehingga dapat me-
item-item yang mengindikasikan bentuk- ngomunikasikan permasalahan ketika
bentuk rasa kemandirian dalam konteks menghadapi situasi stres (Nelson, Quick,
pekerjaan. Eakin, & Matuszek, 1995). Pola kelekatan
Setelah melakukan adaptasi, alat yang aman merupakan refleksi dari
ukur perlu diujicobakan pada target sam- pengalaman masa kanak-kanak dimana
pel penelitian untuk mengetahui nilai anak akan merasa aman ketika dekat
150 Sinantia & Milla

Rasa
Kemandirian

Pola Aman Pola Tidak Aman

Strategi
Interdependen Strategi Aman
Pemberhentian

Tidak Ketergantungan
Ketergantungan

Gambar 1. Gambaran Rasa Kemandirian

dengan pengasuhnya, seperti yang di- kecenderungan perilaku tidak ketergan-


ungkapkan pada teori kelekatan (Bowlby, tungan, berorientasi pada kemampuan
1982). diri sendiri ketika berhadapan dengan
Sementara indikator perilaku tidak situasi stres. Adapun karakteristik peri-
ketergantungan dan perilaku ketergan- laku tidak ketergantungan antara lain
tungan dikategorikan sebagai pola ke- agresif, pemberani, kaku, serta merespon
lekatan yang tidak aman, kondisi tersebut tantangan secara aktif (Nelson & Quick,
dikarenakan individu mengalami ke- 2013). Sementara strategi aman me-
cemasan akan perpisahan seperti ketika rupakan bentuk perilaku ketergantungan
seorang anak dijauhkan dari pengasuh- yang menjadikan individu menjalin relasi
nya (Bowlby, 1982; Quick dkk., 1992). dengan siapapun supaya merasa aman,
Pada dasarnya pola kelekatan yang tidak akan tetapi individu cenderung mem-
aman dapat memicu munculnya per- punyai otonomi yang rendah sehingga
masalahan dalam perkembangan individu mudah bergantung pada lingkungan se-
di masa mendatang, sehingga pola ke- kitarnya (Quick dkk., 1992). Salah satu
lekatan dalam sebuah organisasi perlu karakteristik yang menonjol pada individu
diperhatikan supaya individu mampu yang ketergantungan yaitu mudah me-
menghadapi situasi stres (Bowlby, 1982). rasa cemas ketika berhadapan dengan
Adapun strategi yang digunakan individu situasi stres, yang kemudian mendorong
supaya merasa aman ketika mengalami individu untuk mengandalkan orang lain
kecemasan akan perpisahan yaitu stra- dalam menyelesaikan permasalahan
tegi pemberhentian (tidak ketergatungan) (Nelson & Quick, 2013). Secara garis
dan strategi aman (ketergantungan) besar, konstruk mengenai rasa keman-
(Quick dkk., 1992). dirian dapat dirumuskan seperti pada
Pada strategi pemberhentian, in- Gambar 1.
dividu cenderung merasa tidak keter- Self-Reliance Inventory. Self-
gantungan yang diwujudkan dalam ben- Reliance Inventory merupakan instrumen
tuk menarik diri dari lingkungan sosial untuk menganalisis kecenderungan indi-
(Quick dkk., 1992). Individu dengan vidu dalam menjalin hubungan atau
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 151

kelekatan dengan rekan kerja, keluarga, Validitas konstruk Self-Reliance Inventory


atau lingkungan sekitar. Alat ukur ter- diuji dengan analisis berprinsip kom-
sebut pertama kali dikembangkan oleh ponen berdasarkan rotasi varimax hingga
Quick dkk. (1987) dalam bentuk Forming diperoleh tiga faktor. Selanjutnya muatan
Healthy Attachment Questionnaire yang faktor masing-masing item disesuaikan
bertujuan untuk menganalisis keberhasil- dengan kriteria signifikansi (λ > 0,30)
an kinerja para eksekutif. Forming Heal- hingga ditemukan 2 item yang tidak
thy Attachment Questionnaire terdiri dari memenuhi kriteria signifikansi yaitu item
10 item dengan format jawaban ya/tidak, nomor 8 dan 10. Faktor 1 pada Self-
yang berisi pertanyaan-pertanyaan me- Reliance Inventory diindikasikan menyu-
ngenai perilaku membentuk kelekatan sun indikator perilaku tidak ketergan-
yang aman dan perilaku kecemasan tungan, faktor 2 menyusun indikator
individu. perilaku ketergantungan, serta faktor 3
Selanjutnya Quick dkk. (1990) cenderung mengukur perilaku otonomi
melakukan modifikasi alat ukur sebelum- individu di tempat kerja. Menariknya, alat
nya menjadi Attachment Questionnaire ukur Self-Reliance Inventory versi Nelson
dengan rentang pilihan jawaban 1-5 dkk. (1991) disusun berdasarkan indi-
dimulai dari sangat setuju hingga sangat kator perilaku tidak ketergantungan dan
tidak setuju. Jumlah item pada Attach- indikator perilaku ketergantungan, se-
ment Questionnaire sama banyaknya dangkan hasil uji validitas konstruk
dengan alat ukur sebelumnya yaitu 10 menyatakan adanya faktor 3. Quick dkk.
item, namun format item diubah ke dalam (1992) berargumen bahwa faktor 3 cen-
bentuk pernyataan, misalnya item nomor derung menunjukkan karakteristik peri-
1 menjadi “I make a strong effort to work laku otonomi berdasarkan teori kelekatan,
alone and in a solitary fashion”. Nelson akan tetapi item-item tersebut juga me-
dkk. (1991) mengembangkan kembali ngindikasikan perilaku independen di
alat ukur rasa kemandirian menjadi Self- tempat kerja.
Reliance Inventory dengan menambah- Quick dkk. (1992) menguji reliabili-
kan item-item pada indikator perilaku ke- tas konsistensi internal dengan Cron-
tergantungan, sehingga terdapat 20 item bach’s alpha pada dua indikator dan tiga
dengan rentang pilihan jawaban 0-5 indikator (berdasarkan hasil analisis
dimulai dari sangat tidak setuju hingga faktor). Pada pengujian dua indikator di-
sangat setuju. Pengembangan alat ukur peroleh hasil α = 0,70 untuk indikator
tersebut dilakukan karena kedua versi perilaku tidak ketergantungan dan α =
sebelumnya lebih berfokus pada indikator 0,39 untuk indikator perilaku ketergan-
perilaku tidak ketergantungan sebagai tungan. Sementara pada pengujian tiga
alternatif rasa kemandirian, yang di- indikator diperoleh hasil α = 0,69 untuk
asumsikan mempunyai reliabilitas rendah indikator perilaku tidak ketergantungan, α
karena cenderung mengukur rasa ke- = 0,58 untuk indikator perilaku ketergan-
mandirian pada budaya tertentu. tungan, dan α = 0,51 untuk perilaku
Berdasarkan alat ukur Self-Reliance otonomi di tempat kerja. Dalam pengujian
Inventory yang dikembangkan oleh reliabilitas, Quick dkk. (1992) juga
Nelson dkk. (1991), Quick dkk. (1992) melakukan uji test-retest menggunakan
melakukan uji validitas konstruk terhadap Pearson product-moment yang menyata-
indikator perilaku tidak ketergantungan kan hasil r = 0,80 untuk indikator perilaku
dan indikator perilaku ketergantungan, uji tidak ketergantungan, r = 0,67 untuk
reliabilitas konsistensi internal, uji relia- indikator perilaku ketergantungan, dan r =
bilitas test-retest, serta uji korelasi antara 0,73 untuk perilaku otonomi di tempat
masing-masing indikator dengan variabel kerja. Pearson product-moment juga di-
kesehatan dan kesejahteraan individu. gunakan untuk menguji korelasi antara
152 Sinantia & Milla

Self-Reliance Inventory
Forming Healthy (Nelson dkk., 1991)
Attachment Attachment • Self-Reliance Inventory versi 2
Questionnaire subscales (Quick dkk., 1996)
Questionnaire
(Quick dkk., 1990) • Self-Reliance Inventory versi 3
(Quick dkk., 1987) subscales (Joplin dkk., 1999)

Gambar 2. Perkembangan alat ukur rasa kemandirian

indikator-indikator rasa kemandirian de- ngukur indikator perilaku ketergantungan.


ngan pengukuran 5 gejala kesehatan. Item-item yang menyusun faktor perilaku
Adapun hasil uji korelasi menunjukkan otonomi tidak diikutsertakan dalam revisi
adanya korelasi positif yang signifikan an- tersebut karena diasumsikan tidak relia-
tara pengukuran kesehatan dan indikator bel pada sampel partisipan (Nelson dkk.,
perilaku tidak ketergantungan, sedangkan 1995).
pada indikator perilaku ketergantungan Joplin, Nelson, dan Quick (1999)
dan perilaku otonomi di tempat kerja juga melakukan modifikasi alat ukur Self-
hanya terdapat satu gejala kesehatan Reliance Inventory versi Nelson dkk.
yang signifikan. (1991) untuk menguji hubungan antara
Hasil analisis faktor yang diperoleh orientasi kelekatan interpersonal, kese-
Quick dkk. (1992) menyatakan sebanyak hatan, dan dukungan sosial. Dalam pe-
10 item menyusun indikator perilaku tidak nelitian tersebut, Joplin dkk. (1999) me-
ketergantungan (item nomor 2, 4, 5, 6, 9, nggunakan ketiga bentuk rasa keman-
13, 14, 17, 18, 20), 6 item menyusun dirian yaitu perilaku tidak ketergantungan,
indikator perilaku ketergantungan (item perilaku ketergantungan, dan interdepen-
nomor 3, 7, 12, 16, 19, 20), serta 4 item den, karena ketiga faktor tersebut di-
menyusun faktor perilaku otonomi (item asumsikan mendasari cara individu ber-
nomor 1, 11, 15, 17). Item nomor 20 di- hubungan dengan orang lain dalam kon-
temukan pada indikator perilaku tidak teks pekerjaan maupun keluarga. Hasil
ketergantungan dan indikator perilaku penelitian Joplin dkk. (1999) menunjuk-
ketergantungan, begitu pula item nomor kan bahwa perilaku interdependen ber-
17 ditemukan pada indikator perilaku hubungan secara negatif dengan dis-
tidak ketergantungan dan faktor perilaku fungsi sosial, perilaku tidak ketergantung-
otonomi. Sementara item nomor 8 dan 10 an dan perilaku ketergantungan ber-
tidak memenuhi kriteria pada faktor hubungan secara negatif dengan kese-
manapun. Quick, Joplin, Nelson, Ma- hatan, perilaku tidak ketergantungan ber-
ngelsdorff, dan Fiedler (1996) memo- hubungan secara negatif terhadap du-
difikasi alat ukur Self-Reliance Inventory kungan sosial, serta sebaliknya, perilaku
versi Nelson dkk. (1991) berdasarkan ha- ketergantungan berhubungan secara po-
sil analisis faktor Quick dkk. (1992) untuk sitif dengan dukungan sosial.
mengukur rasa kemandirian pada pe- Sejauh ini, perkembangan alat ukur
latihan dasar militer US Air Force, serta Self-Reliance Inventory telah dimodifikasi
melihat korelasinya dengan 5 gejala ke- sebanyak empat kali (Quick dkk., 1990;
sehatan, kelelahan kerja, dan harga diri. Nelson dkk., 1991; Quick dkk., 1996;
Alat ukur Self-Reliance Inventory versi Joplin dkk., 1999) sejak pertama kali
Quick dkk. (1996) terdiri dari 10 item dikembangkan oleh Quick dkk. (1987)
untuk mengukur indikator perilaku tidak (Gambar 2). Modifikasi pertama dilakukan
ketergantungan dan 6 item untuk me- Quick dkk. (1990) dengan mengubah
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 153

Tabel 1. Penilaian Self-Reliance Inventory

Perilaku tidak ketergantungan


Langkah 1 : Jumlahkan nilai pada item nomor 1, 2, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 17 dan 18.
Rentang nilai untuk indikator perilaku tidak ketergantungan adalah 0 sampai 50.
Nilai total di atas 27 mengindikasikan perilaku tidak ketergantungan.
Perilaku ketergantungan
Langkah 2 : Jumlahkan nilai pada item nomor 3, 4, 7, 8, 11, 12, 15, 16, 19, dan 20.
Rentang nilai untuk indikator perilaku ketergantungan adalah 0 sampai 50.
Nilai total di atas 27 mengindikasikan perilaku ketergantungan.

format item dari pertanyaan menjadi per- dibutuhkan dalam meneliti stres kerja,
nyataan serta mengubah format respon maka peneliti memutuskan untuk Self-
dari ya/tidak menjadi rentang skor 1-5, Reliance Inventory versi Nelson dkk.
tanpa mengubah jumlah item. Sementara (1991) dengan 20 item, karena didukung
pada modifikasi kedua, Nelson dkk. dengan teori yang menyatakan bahwa
(1991) menambahkan indikator perilaku terdapat 2 indikator pola tidak aman yaitu
ketergantungan sehingga jumlah item perilaku ketergantungan dan perilaku
menjadi 20, serta rentang skor menjadi 0- tidak ketergantungan (Nelson dkk., 1991;
5. Selanjutnya Quick dkk. (1996) dan Quick dkk., 1992; Quick dkk., 1987,
Joplin dkk. (1999) memodifikasi alat ukur 1990).
Self-Reliance Inventory sesuai dengan
kebutuhan penelitian, yaitu dengan me- Metode Penelitian
nghilangkan indikator mengenai perilaku Hasil adaptasi alat ukur diujicoba-
otonomi dan menggunakan ketiga indi- kan pada 50 partisipan dengan karak-
kator tetapi merevisi item (Joplin dkk., teristik karyawan yang bekerja di institusi
1999; Quick dkk., 1996). pemerintah maupun swasta di Indonesia
Dengan demikian, dapat disimpulkan (laki-laki=17, perempuan=33, musia=26-30
bahwa alat ukur Self-Reliance Inventory tahun, SD=2,86). Seluruh partisipan
yang mengukur rasa kemandirian secara diikutsertakan pada undian elektronik
utuh adalah Self-Reliance Inventory versi voucher sebesar Rp 25.000,00 yang
Nelson dkk. (1991) yang terdiri dari 20 kemudian diberikan kepada 5
item, yang kemudian dikembangkan partisipanberuntung. Teknik pengambilan
menjadi 2 versi yaitu 2 indikator menurut sampel yang digunakan pada pilot study
Nelson dkk. (1991) dan 3 indikator ini yaitu convenience sampling, karena
menurut Quick dkk. (1992). Meskipun penelitian dilakukan secara online.
terdapat 2 versi, Self-Reliance Inventory (Etikan, Musa, & Alkassim, 2016). Tautan
dengan 2 indikator mempunyai item-item penelitian dibagikan kepada partisipan
yang mampu mengukur kecenderungan melalui WhatsApp group, Line group,
individu dalam menghadapi situasi yang serta Instagram. Partisipan akan mengisi
mengindikasikan stress kerja. Sementara pernyataan kesediaan mengikuti
Self-Reliance Inventory dengan 3 faktor penelitian dan data demografi ketika
menambahkan item-item yang mengakses tautan yang dibagikan.
mengindikasikan kecenderungan individu Estimasi waktu untuk menyelesaikan
dalam menghadapi situasi baik secara penelitian yang terdiri dari 20 item yaitu
positif (misalnya dukungan sosial) mau- sekitar 10 menit.
pun negatif (misalnya stres kerja). Oleh Self-Reliance Inventory yang di-
karena kesenjangan alat ukur yang adaptasi dan diujicobakan pada pene
154 Sinantia & Milla

Tabel 2. Tahapan Adaptasi dan Kriteria Penerjemah

Tahapan Kriteria Penerjemah 1 Kriteria Penerjemah 2


1. Penerjemahan • Memahami bahasa asli alat • Memahami bahasa asli alat
ukur ukur
• Menguasai bahasa target • Menguasai bahasa target
• Mempunyai pengetahuan • Mempunyai pengetahuan
mengenai budaya bahasa mengenai budaya bahasa
target target
• Awam dengan konstruk • Memahami konstruk alat
alat ukur ukur
2. Sintesis 1 Melibatkan pihak ketiga yang mempunyai karakteristik
serupa dengan kriteria penerjemah 2 pada tahap
penerjemahan.
3. Penerjemahan • Menguasai bahasa asli alat • Menguasai bahasa asli alat
Kembali ukur ukur
• Memahami bahasa target • Memahami bahasa target
• Mempunyai pengetahuan • Mempunyai pengetahuan
mengenai budaya bahasa mengenai budaya bahasa
asli asli
• Awam dengan konstruk • Memahami konstruk alat
alat ukur ukur
4. Sintesis 2 Melibatkan pihak ketiga yang mempunyai karakteristik
serupa dengan kriteria penerjemah 2 pada tahap
penerjemahan kembali.
5. Uji Keterbacaan
6. Uji Coba

litian ini terdiri dari 2 indikator yaitu tidak penilaian alat ukur Self-Reliance Inven-
ketergantungan yang terdiri dari 10 item tory dapat dilihat pada tabel 1. Alat ukur
dan ketergantungan yang terdiri dari 10 Self-Reliance Inventory dapat diinterpre-
item (lihat Lampiran) (Nelson dkk., 1991). tasikan dengan melihat total nilai indikator
Perilaku tidak ketergantungan salah yang lebih tinggi untuk mengindikasikan
satunya diwakili oleh item yang berbunyi kecenderungan rasa kemandirian indi-
“Saya berusaha keras untuk bekerja vidu.
mandiri dan menggunakan cara saya Proses adaptasi dan tranlasi alat
sendiri”. Sementara perilaku ketergan- ukur Self-Reliance Inventory versi
tungan diantaranya direfleksikan pada Bahasa Inggris ke versi Bahasa Indone-
item seperti “Saya perlu memiliki rekan sia dilakukan sesuai prosedur adaptasi
kerja atau bawahan yang dekat agar saya alat ukur lintas budaya menurut Beaton,
merasa nyaman dalam bekerja”. Bombardier, Guillemin, dan Ferraz
Format respon yang digunakan (2000); Saosa dan Rojjanasrirat (2010).
dalam Self-Reliance Inventory tersebut Pertama, alat ukur diterjemahkan ke da-
adalah 6 poin skala Likert: 0 – Sangat lam bahasa Indonesia dengan melibatkan
tidak setuju; 1 – Tidak setuju; 2 – Agak 2 penerjemah yang memenuhi kriteria,
tidak setuju; 3 – Agak setuju; 4 – Setuju; kemudian hasil terjemahan tersebut di-
5 – Sangat setuju. Penilaian alat ukur diskusikan untuk menentukan hasil
Self-Reliance Inventory dilakukan dengan sintesis. Pada tahap berikutnya, hasil sin-
menjumlahkan total nilai pada masing- tesis diterjemahkan kembali ke bahasa
masing item di dalam indikator, sehingga Inggris oleh 2 penerjemah lain yang me
terdapat dua total nilai akhir. Pedoman
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 155

menuhi kriteria. Seluruh hasil terjemahan proses sintesis hasil terjemahan dari T1
kemudian didiskusikan oleh komite ahli dan T2 (Saosa dan Rojjanasrirat, 2010).
untuk menganalisis kesetaraan item-item Adapun alasan dilibatkannya pihak ketiga
antara bahasa asli (bahasa Inggris) de- dalam proses sintesis yaitu untuk me-
ngan bahasa target (bahasa Indonesia). nentukan item-item terjemahan yang
Item-item yang telah diterjemahkan se- akan digunakan pada tahap berikutnya.
lanjutnya diuji cobakan pada karyawan Kondisi tersebut memudahkan proses
yang bekerja di institusi pemerintah mau- sintesis dan tidak mengubah prosedur
pun swasta di Indonesia. adaptasi alat ukur. Selanjutnya pada
Peneliti melakukan uji reliabilitas tahap 3 peneliti mengkondisikan kriteria
berupa perhitungan koefisien Cronbach’s penerjemah sesuai dengan keadaan di
Alpha dengan batas minimum 0,5 (Cohen lapangan, dimana peneliti memutuskan
& Swerdlik, 2010) dan analisis Corrected untuk melibatkan penerjemah yang mem-
item-total correlation (Crit) dengan batas punyai kriteria serupa dengan T1 dan T2.
minimum 0,3 (Field, 2017; Nunnally & Peneliti menganggap kemampuan pe-
Bernstein, 1994). Analisis dilakukan de- nerjemah kembali (BT1 & BT2) cukup
ngan menggunakan perangkat lunak mewakili kriteria sesuai prosedur adaptasi
Statistical Package for the Social alat ukur.
Sciences (SPSS) versi 24.0. Prosedur pada tahap 4 dilakukan
dengan melibatkan 2 peninjau dan ber-
Hasil Penelitian hasil memenuhi kriteria komite ahli.
Secara keseluruhan, proses adap- Kedua peninjau mempunyai ketertarikan
tasi alat ukur dapat dilakukan sesuai topik penelitian yang relevan dengan
dengan tahapan dan kriteria dalam pro- konstruk alat ukur yang diadaptasi, se-
sedur adaptasi lintas budaya (Beaton hingga dapat dikatakan cukup menguasai
dkk., 2000; Saosa & Rojjanasrirat, 2010) konstruk rasa kemandirian. Peninjau 1
(Lihat tabel 2). Pada tahap 1, peneliti da- mempunyai fokus penelitian mengenai
pat memenuhi kriteria penerjemah (T1 & gambaran cara mengatasi stres, serta
T2) yaitu memahami bahasa asli (dibukti- telah melakukan penelitian yang artikel-
kan dengan nilai kemampuan bahasa nya terbit pada jurnal nasional ter-
Inggris pada TOEFL minimal skor 550 akreditasi dalam lima tahun terakhir,
atau IELTS minimal skor 7.0), menguasai misalnya korelasi antara cara mengatasi
bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu stres dengan kepuasan kerja pada guru,
(dibuktikan dengan status WNI yang korelasi antara cara mengatasi stres
tinggal di Indonesia), mempunyai pe- dengan empati pada perawat, serta
ngetahuan mengenai budaya bahasa korelasi antara kesesuaian karir remaja-
target (dibuktikan dengan pengalaman orang tua dengan cara mengatasi stres
tinggal di negara berbahasa Inggris untuk pada mahasiswa. Sementara peninjau 2
meningkatkan pemahaman mengenai pe- mempunyai kapasitas sebagai pengajar
ngaruh budaya setempat terhadap kons- mata kuliah perilaku organisasi pada
truk), serta awam konstruk alat ukur (T1 program magister ilmu psikologi pemi-
dengan latar belakang pendidikan non natan psikologi industri dan organisasi
psikologi) dan memahami konstruk alat yang membahas materi mengenai stres
ukur (T2 dengan latar belakang pen- kerja, serta mempunyai ketertarikan pada
didikan psikologi dan mempunyai keter- topik penelitian mengenai kepribadian
tarikan pada konstruk). dan perbedaan individu di tempat kerja.
Sementara pada tahap 2, peneliti Kedua kompetensi yang dimiliki oleh
memutuskan untuk melibatkan pihak ke- peninjau diasumsikan dapat memenuhi
tiga yang mempunyai karakteristik serupa kriteria komite ahli, terlebih didukung
dengan karakteristik T2 guna membantu dengan pengalaman lintas budaya kedua
156 Sinantia & Milla

Tabel 3. Hasil T1, T2 dan Sintesis

No.
Item Asli Hasil T1 Hasil T2 Hasil Sintesis T1-T2
Item
3 I need to have Saya membutuhkan Saya harus memiliki Saya harus memiliki
colleagues or rekan kerja atau rekan kerja atau rekan kerja atau
subordinates bawahan yang dekat bawahan yang dekat bawahan yang dekat
close in order to dengan saya, agar untuk merasa aman agar merasa aman
feel secure about merasa aman dalam dengan pekerjaan saya. dengan pekerjaan
my work. pekerjaan saya. saya.
6 Developing close Meningkatkan Mengembangkan Mengembangkan
relationships at hubungan yang dekat hubungan dekat di hubungan dekat di
work will backfire di tempat kerja akan tempat kerja akan tempat kerja akan
on you. menjadi bumerang menjadi kemunduran menjadi bumerang bagi
bagi anda. bagi Anda. Anda.
7 I become very Saya menjadi lebih Saya menjadi sangat Saya menjadi sangat
concerned when I fokus ketika saya khawatir ketika saya khawatir ketika
have conflict with mengalami konflik memiliki konflik dengan mengalami konflik
family members dengan anggota anggota keluarga di dengan anggota
at home. keluarga di rumah. rumah. keluarga di rumah.
11 I am comfortable Saya merasa Saya nyaman bekerja Saya merasa nyaman
working alone for nyaman bekerja sendiri dalam jangka bekerja sendiri untuk
extended periods sendiri dalam waktu yang panjang. jangka waktu yang
of time. yang lama. lama.
20 It is difficult for me Sulit bagi saya untuk Sulit bagi saya untuk Sulit bagi saya untuk
to leave home or meninggalkan rumah meninggalkan rumah meninggalkan rumah
work to go to the atau bekerja dengan atau bekerja untuk atau bekerja dengan
other. orang lain. pergi ke yang lain. orang lain.

peninjau yang pernah menetap di negara kendala. Pada tahap terakhir, peneliti me-
berbahasa Inggris untuk keperluan studi nyusun laporan sesuai hasil proses
lanjut. adaptasi yang dilakukan.
Peneliti berinisiatif melakukan uji Secara kontekstual, pada tahap 1
keterbacaan versi pra-akhir sebelum kedua penerjemah mengartikan sebagian
melakukan uji coba, meskipun proses besar kata dengan perbedaan padanan
tersebut seharusnya dilakukan bersama- kata tetapi tidak mengubah makna, misal-
an dengan uji coba. Adapun alasan pe- nya kata “I need to have” pada item
neliti melakukan uji keterbacaan terlebih nomor 3 diartikan sebagai “saya mem
dahulu sebelum uji coba yaitu untuk butuhkan” dan “saya harus memiliki”.
mengetahui sejauh mana sampel par- Perbedaan padanan kata juga tampak
tisipan mampu memahami item-item hasil pada hasil terjemahan item nomor 11,
terjemahan, serta meminta masukan apa- kata “for extended periods of time”
bila terdapat item-item yang sulit dipa- diartikan sebagai “dalam waktu yang
hami. Uji keterbacaan tersebut diberikan lama” dan “dalam jangka yang panjang”.
kepada lima partisipan dengan kriteria Perbedaan makna yang signifikan tam-
sesuai sampel partisipan. Berdasarkan pak pada hasil terjemahan item nomor 6,
hasil uji keterbacaan, peneliti mendis- yaitu pada kata “backfire” yang kemudian
kusikan ulang item-item dan melakukan diterjemahkan sebagai “bumerang” dan
beberapa perbaikan berdasarkan masuk- “kemunduran”. Selanjutnya pada tahap
an partisipan. Selanjutnya, sebanyak 50 sintesis, item yang dirasa sulit untuk
partisipan dilibatkan dalam proses uji disimpulkan yaitu item nomor 7 dan 20.
coba alat ukur yang dilakukan secara Kedua item tersebut diterjemahkan dalam
daring. Proses tersebut berjalan sesuai konteks yang berbeda sehingga peneliti
dengan prosedur dan tidak menemui perlu melakukan kesetaraan pengalaman
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 157

Tabel 4. Hasil BT1 dan BT2

No.
Item Asli Hasil Sintesis T1-T2 Hasil BT1 Hasil BT2
Item
4 People will always Orang lain akan selalu I will always have People would always be
be there when I ada ketika saya someone to depend there whenever I need
need them. membutuhkan mereka. on them
6 Developing close Mengembangkan Developing Developing close
relationships at hubungan dekat di relationship at work relationship at
work will backfire on tempat kerja akan will backfire for you workplace would be a
you. menjadi bumerang boomerang for you.
bagi Anda.
11 I am comfortable Saya merasa nyaman I feel comfortable if i I feel comfortable
working alone for bekerja sendiri untuk work by myself for a working on my own for a
extended periods of jangka waktu yang long period of time long time.
time. lama.
13 I avoid depending Saya menghindari I avoided people and I avoid being dependent
on other people untuk bergantung try not to depend on to others because I feel
because I feel pada orang lain karena people because i feel suffocated with close
crowded by close saya merasa tidak uncomfortable with relationship.
relationships. nyaman dengan close relationship
hubungan dekat.
14 I am frequently Saya sering curiga I have a lot suspicion I often feel suspicious
suspicious of other terhadap motif dan niat toward anybody's on others' motive and
people’s motives orang lain. motive and intention intention.
and intentions.

untuk menentukan kata yang tepat se- raan dengan item versi asli, seperti item
bagai terjemahan item. Contoh hasil ter- nomor 11. Contoh hasil terjemahan dari
jemahan dari T1, T2, dan sintesis dapat BT1 dan BT2 dapat dilihat pada tabel 3.
dilihat pada tabel 2. Koefisien Cronbach’s alpha (konsis-
Hampir semua item pada tahap tensi internal) pada alat ukur Self-Relian-
penerjemahan kembali diterjemahkan ce Inventory versi bahasa Indonesia di-
secara berbeda oleh kedua penerjemah analisis berdasarkan data yang terkumpul
(lihat lampiran), misalnya item nomor 4 pada proses uji coba (n=50), dan di-
yang berbunyi “Orang lain akan selalu peroleh hasil sebesar 0,65 pada indikator
ada ketika saya membutuhkan mereka” perilaku tidak ketergantungan dan 0,75
diterjemahkan menjadi “I will always have pada indikator perilaku ketergantungan.
someone to depend on” dan “People Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
would always be there whenever I need alat ukur Self-Reliance Inventory me-
them”. Sementara item yang diterjemah- menuhi kriteria reliabilitas dengan nilai
kan mendekati item aslinya yaitu item Cronbach Alpha > 0,5 (Cohen & Swerdlik,
nomor 14, “Saya sering curiga terhadap 2010).
motif dan niat orang lain” merupakan Selanjutnya, peneliti juga melaku-
hasil sintesis dari item asli “I am fre- kan analisis Corrected item-total corre-
quently suspicious of other people’s lation (Crit) dengan menggunakan batas
motives and intentions” yang kemudian kriteria minimum sebesar 0,3 yang berarti
pada penerjemahan kembali diterjemah- item mampu mengukur konstruk secara
kan sebagai “I often feel suspicious on akurat (Field, 2017; Nunnally & Bernstein,
others' motive and intention”. Menariknya, 1994). Hasil korelasi item keseluruhan
beberapa item yang semula ambigu pada indikator perilaku tidak ketergan-
ketika diterjemahkan dapat disimpulkan tungan memiliki rentang antara 0,03
oleh komite ahli dan memenuhi keseta- hingga 0,64. Item nomor 2, 10 dan 18
158 Sinantia & Milla

kurang mampu mengukur indikator peri- etersediaan alat ukur dalam bahasa Indo-
laku tidak ketergantungan karena mem- nesia. Peneliti memutuskan untuk meng-
punyai nilai nilai Crit di bawah batas adaptasi alat ukur rasa kemandirian versi
minimum. Apabila ketiga item yang tidak Quick dkk. (1991) setelah melakukan
memenuhi batas minimum Crit dihapus tinjauan pustaka terkait perkembangan
dan dilakukan perhitungan koefisien relia- alat ukur tersebut, karena alat ukur ter-
bilitas kembali, maka Cronbach’s Alpha sebut dianggap mempunyai item-item
menunjukkan nilai 0,75 dengan rentang yang sesuai dengan konstruk rasa ke-
Crit dari 0,3 hingga 0,67. Dengan de- mandirian. Tahapan dan kriteria adaptasi
mikian, terdapat 7 item yang mampu disesuaikan dengan prosedur adaptasi
mengukur indikator tidak ketergantungan alat ukur lintas budaya (Beaton dkk.,
dengan baik. 2000; Sousa & Rojjanasrirat, 2010).
Indikator perilaku ketergantungan Secara umum, alat ukur versi adaptasi
mempunyai nilai Crit antara 0,12 hingga mampu diterjemahkan dan memenuhi
0,59, terdapat 2 item yang kurang mampu kesetaraan dengan alat ukur versi asli.
mengukur indikator tersebut yaitu item Salah satu kendala dalam proses
nomor 7 dan 11. Apabila kedua item yang terjemahan terdapat pada item nomor 7
tidak memenuhi batas minimum Crit di- overdependent subscale, yaitu “I become
hapus dan dilakukan perhitungan koefi- very concerned when I have conflict with
sien reliabilitas kembali, maka Cron- family members at home”. Beberapa
bach’s Alpha menunjukkan nilai 0,8 de- penerjemah memaknai kata “concerned”
ngan rentang Crit dari 0,41 hingga 0,59. sebagai “fokus”, akan tetapi ketika diter-
Dengan demikian, terdapat 8 item yang jemahkan secara keseluruhan, item ter-
mampu mengukur indikator ketergan- sebut mempunyai arti yang ambigu “Saya
tungan dengan baik. menjadi lebih fokus ketika saya me-
Pada pengujian tingkat kesukaran ngalami konflik dengan anggota keluarga
item, item nomor 18 dan 19 menunjukkan di rumah”. Pada akhirnya item tersebut
persebaran data yang tidak merata. Par- diartikan sebagai “Saya menjadi sangat
tisipan mempunyai kecenderungan mem- khawatir ketika saya memiliki masalah
berikan jawaban sangat setuju pada item dengan anggota keluarga di rumah”, ber-
nomor 18 (56%) dan item nomor 19 dasarkan masukan dari komite ahli.
(72%). Selanjutnya, peneliti menguji daya Perbaikan dilakukan terhadap bebe-
beda item menggunakan analisis Pear- rapa item setelah uji keterbacaan, akan
son Correlation. Sebagian besar item tetapi perbaikan hanya sebatas meng-
menunjukkan nilai r hitung yang signifikan ubah padanan kata atau mengubah struk-
yaitu minimal 0,3, meskipun item nomor 2 tur kalimat tanpa mengubah makna yang
(r=0,05) dan 18 (r=-0,04) tidak memenuhi signifikan. Salah satu contoh item yang
kriteria daya beda item yang baik. De- diperbaiki setelah uji keterbacaan adalah
ngan demikian dapat disimpulkan bahwa item nomor 2, yaitu perubahan kata
item nomor 2 dan 18 tidak mampu meng- “mendelegasikan” menjadi “melimpah-
ukur konstruk dengan baik berdasarkan kan”. Item tersebut perlu untuk diperbaiki
pengujian daya beda dan nilai Crit, serta karena salah satu partisipan dalam uji
item no 10, 7, dan 11 juga tidak mampu keterbacaan mengasumsikan bahwa kata
mengukur konstruk dengan baik ber- “delegasi” kurang umum dan berpeluang
dasarkan nilai Crit. menimbulkan kebingungan.
Menariknya, peneliti menjumpai
Diskusi adanya perbedaan idiomatik dalam pro-
Adaptasi alat ukur rasa kemandirian ses terjemahan dari bahasa Inggris ke
diperlukan karena adanya kesenjangan bahasa Indonesia yaitu pada item nomor
antara kebutuhan penelitian dengan k- 9. Item pada versi asli mengandung
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 159

makna kiasan yang cenderung ambigu ke dalam bahasa Indonesia sesuai pro-
ketika diterjemahkan ke dalam bahasa sedur adaptasi lintas budaya Beaton dkk.
Indonesia, akan tetapi item tersebut (2000) dan Sousa & Rojjanasrirat (2010),
berhasil memenuhi kesetaraan idiomatik akan tetapi masih memerlukan validasi
setelah diperbaiki oleh komite ahli. Se- dari peneliti lain supaya alat ukur mem-
mula, “I trust at least two other people to punyai tingkat validitas dan reliabilitas
have my best interests at heart” diter- yang mendekati versi aslinya. Pengujian
jemahkan sebagai “Saya setidaknya per- validitas berupa confirmatory factor ana-
caya ada dua orang terbaik di hati saya”, lysis perlu dilakukan pada studi men-
oleh karena item tersebut mengandung datang, dengan melibatkan sampel par-
makna kiasan, maka diterjemahkan men- tisipan yang lebih besar. Kendala yang
jadi “Saya mempercayai sedikitnya 2 dihadapi dalam mencari penerjemah
orang untuk menjaga rahasia-rahasia yang sesuai kriteria diharapkan dapat di-
saya”. atasi pada penelitian berikutnya, supaya
Dalam melakukan proses adaptasi hasil adaptasi alat ukur lebih valid dan
alat ukur Self-Reliance Inventory versi reliabel.
bahasa Indonesia, peneliti berfokus pada
pemilihan kata yang mudah dipahami dan Ucapan Terima Kasih
sering digunakan dalam percakapan Penulis mengucapkan terima kasih
sehari-hari, tetapi tidak mengubah makna kepada dosen pengampu mata kuliah
item versi asli. Setidaknya dua pener- Psikologi Lintas Budaya Lanjut pada
jemah yang dilibatkan dalam proses program magister Ilmu Psikologi, Fakul-
adaptasi (satu penerjemah dan satu pe- tas Psikologi, Universitas Indonesia (Dr.
nerjemah kembali) merupakan WNI, Mirra Noor Milla, S. Sos., M.Si. dan Dra.
supaya item-item terjemahan dalam versi Amarina M. Psi., Ph.D.) yang telah mem-
bahasa Indonesia dapat dipahami oleh fasilitasi ide penulisan artikel ini.
partisipan.
Berdasarkan uji reliabilitas dan nilai Daftar Pustaka
Crit, terdapat 3 item yang tidak mampu Ainsworth, M. D., Blehar, M., Waters, E.,
mengukur indikator tidak ketergantungan, & Wall, S. (1987). Patterns of
yaitu item 2, 10, dan 18, dimana item 2 Attachment: A Psychological Ana-
dan 18 juga tidak memenuhi nilai indeks lysis of the Strange Situation.
daya beda, dan terdapat 2 item yang Hillsdale, NJ: Erlbaum.
tidak mampu mengukur indikator keter- Ainsworth, M. D., Blehar, M., Waters, E.,
gantungan, yaitu item 7 dan 11. Se- & Wall, S. (2015). Patterns of
lanjutnya item 18 dan 19 juga mempunyai Attachment: A Psychological Ana-
persebaran respon yang tidak merata lysis of the Strange Situation. NY:
dimana partisipan cenderung memilih Psychology Press.
jawaban yang sama, meskipun demikian Ainsworth, M. D., & Bowlby, J. (1991). An
item 19 mempunyai nilai Crit yang me- ethological approach to personality
menuhi batas minimum, sehingga item 19 development. American Psycholo-
tetap dipertahankan. Secara keseluruhan, gist, 46, 333-341.
alat ukur Self-Reliance Inventory hasil Beaton, D. E., Bombardier, C., Guillemin,
adaptasi ke bahasa Indonesia diukur F., & Ferraz, M. B. (2000). Guide-
dengan 2 faktor yang terdiri dari 7 item lines for the process of cross-cul-
menyusun indikator tidak ketergantungan tural adaptation of self-report mea-
dan 8 item menyusun indikator keter- sures. Spine, 25, 3186-3191.
gantungan. Bowlby, J. (1982). Attachment and loss:
Keterbatasan dan saran. Alat ukur Retrospect and prospect. American
Self-Reliance Inventory telah diadaptasi
160 Sinantia & Milla

Journal of Orthopsyciatry, 52, 664- Psychology, 1, 18-21. doi:


678. 10.1016/j.copsyc.2015.01.008
Cohen, R, J. & Swerdlik, M. E. (2010). Nelson, D. L., & Quick, J. C. (2013).
Psychological Testing & Assesment: Organizational Behavior: Science,
An Introduction to Tests and Mea- the Real World, and You (8th ed.).
surement (7th Edition). New York: USA: Cengage Learning.
McGraw-Hill. Nelson, D. L., Quick, J. C., Eakin, M. E.,
Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. & Matuszek, P. A. (1995). Beyond
(2016). Comparison of convenience organizational entry and newcomer
sampling and purposive sampling. stress: Building a self-reliant work-
American Journal of Theoretical and force. International Journal of Stress
Applied Statistics, 5, 1-4. doi: Management, 2, 1-14. doi:
10.11648/j.ajtas.20160501.11 10.1007/BF01701947
Field, A. (2017). Discovering Statistics Noviawati, D. R. (2016). Pengaruh self-
Using IBM SPSS Statistics (4th efficacy terhadap kinerja karyawan
Edition). London: SAGE. dengan motivasi sebagai variabel
Harms, P. D., Bai, Y., & Han, G. (2016). intervening. Jurnal Ilmu Manajemen,
How leader and follower attachment 4, 1-12.
styles are mediated by trust. Human Nunnally, J. & Bernstein, I. (1994).
Relations: Studies Toward the Integ- Psychometric Theory. New York:
ration of Social Sciences, 69, 1853- McGraw-Hill.
1876. doi: 10.1177/0018726716628968 Quick, J. C., Joplin, J. R., Nelson, D. L.,
Indrawati, Y. (2014). Pengaruh self Mangelsdorff, A. D., & Fiedler, E.
esteem, self efficacy dan kepuasan (1996). Self-reliance and military
kerja terhadap kinerja karyawan. service training outcomes. Military
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, Psychology, 8, 279-293. doi:
2, 12-24. 10.1207/s15327876mp0804_2
Johnstone, M., & Feeney, J. A. (2015). Quick, J. C., Joplin, J. R., Nelson, D. L., &
Individual differences in responses Quick, J. D. (1992). Behavioral res-
to workplace stress: The contribu- ponses to anxiety: Self-reliance, coun-
tion of attachment theory. Journal of terdependence, and overdependen-
Applied Social Psychology, 45, 412- ce. Anxiety, Stress, & Coping, 5, 41-
424. doi: 10.1111/jasp.12308 Quick, J. C., Nelson, D. L., & Quick, J. D.
Joplin, J. R., Nelson, D. L., & Quick, J. C. (1987). Successful executives: How
(1999). Attachment behavior and independent? Academy of Manage-
health: Relationships at work and ment Executive, 1, 139-145.
home. Journal of Organizational Quick, J. C., Nelson, D. L., & Quick, J. D.
Behavior, 20, 783-796. (1990). Stress and Challenge at the
Martak, M. N. M. (2015). Analisis Top: The Paradox of the Successful
pengaruh profesionalisme dan ko- Executive. Chichester: John Wiley &
mitmen organisasi terhadap prestasi Sons.
kerja melalui kepuasan kerja pada Quick, J. C., Nelson, D. L., & Quick, J. D.
auditor kantor akuntan publik di (1991). The Self-Reliance Inventory.
Surabaya. Jurnal Ekonomi dan In Pfeiffer, J. W. (Ed.) The 1991
Bisnis, 1, 54-68. Annual: Developing Human Re-
Mikulincer, M., & Shaver, P. R. (2015). sources (20th annual). San Diego:
The psychological effects of the University Associates.
contextual activation of security- Ronen, S., & Zuroff, D. C. (2017). How
enhancing mental representations does secure attachment affect job
in adulthood. Current Opinion in performance and job promotion? The
Self-reliance inventory versi bahasa Indonesia 161

role of social-rank behaviors. Journal use in cross-cultural health care re-


of Vocational Behavior, 100, 137-148. search: A clear and user-friendly
Doi: 10.1016/j.jvb.2017.03.006 guideline. Journal of Evaluation in
Sousa, V. D., & Rojjanasrirat, W. (2010). Clinical Practice, 17, 268-274. doi:
Translation, adaptation and vali- 10.1111/j.1365-2753.2010.01434.x
dation of instruments or scales for

Lampiran A
Tabel A1. Final version Self-Reliance Inventory versi bahasa Indonesia

No. Versi asli No. Versi terjemahan


Counterdependence Counterdependence
1 I make a strong effort to work alone 1 Saya berusaha keras untuk bekerja sendiri
and in a solitary fashion. dengan cara saya sendiri
2* It is difficult for me to delegate work to 2* Sulit bagi saya untuk melimpahkan pekerjaan
others. kepada orang lain.
5 I regularly and easily spend time with 5 Saya biasa dengan mudah menghabiskan waktu
other people during the work day. bersama orang lain selama jam kerja.
6 Developing close relationships at work 6 Mengembangkan hubungan terlalu dekat di
will backfire on you. tempat kerja dapat merugikan diri sendiri.
9 I trust at least two other people to 9 Saya memercayai sedikitnya 2 orang untuk
have my best interests at heart. menjaga rahasia-rahasia saya.
10* I think I am the only one who can do a 10* Saya pikir, hanya saya yang dapat melakukan
job right. pekerjaan dengan tepat.
13 I avoid depending on other people 13 Saya menghindari untuk bergantung pada orang
because I feel crowded by close lain karena saya merasa tidak nyaman
relationships. berhubungan dekat dengan orang lain.
14 I am frequently suspicious of other 14 Saya sering curiga terhadap motif dan niat orang
people’s motives and intentions. lain.
17 Asking for help makes me feel needy, 17 Meminta bantuan membuat saya merasa tidak
and I do not like that. mampu dan saya tidak menyukainya.
18* I have a healthy, happy home life. 18* Saya memiliki kehidupan rumah tangga yang
sehat dan bahagia.
Overdependence Overdependence
3 I need to have colleagues or 3 Saya membutuhkan kedekatan dengan rekan
subordinates close in order to feel kerja atau bawahan yang dekat agar merasa
secure about my work. aman dalam bekerja.
4 People will always be there when I 4 Orang lain akan selalu ada ketika saya
need them. membutuhkan mereka.
7* I become very concerned when I have 7* Saya menjadi sangat khawatir ketika saya
conflict with family members at home. memiliki masalah dengan anggota keluarga di
rumah.
8 I have little difficulty leaving an old job 8 Agak sulit bagi saya untuk meninggalkan
and friends for a new job. pekerjaan dan teman-teman lama untuk
mendapatkan pekerjaan baru.
11* I am comfortable working alone for 11* Saya merasa nyaman bekerja sendiri untuk
extended periods of time. jangka waktu yang lama.
12 I get upset and disturbed if i have 12 Saya merasa kesal dan terganggu jika mengalami
conflicts in relationship(s) at work. konflik di tempat kerja.
15 On some tasks I can work effectively 15 Pada beberapa tugas, saya dapat bekerja dengan
without other people. efektif tanpa bantuan orang lain.
16 I prefer frequent feedback from my 16 Saya lebih suka memperoleh umpan balik dari
boss to know I am performing well. atasan secara teratur untuk mengetahui bahwa
saya memiliki kinerja yang baik.
19 I always consult others when I make 19 Saya selalu berkonsultasi dengan orang lain
decisions. ketika membuat keputusan.
20 It is difficult for me to leave home or 20 Sulit bagi saya untuk meninggalkan rumah atau
work to go to the other. pekerjaan lama untuk mendapatkan yang baru.
Keterangan: (*)=item dihapus

Anda mungkin juga menyukai