Etika Dalam Negosiasi
Etika Dalam Negosiasi
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Negosiasi Bisnis
yang dibina oleh Bapak Dr. Drs. Zainul Arifin, MS.
Oleh:
1. Imam Faqihuddin R 155030201111126
2. Aya Sofia 155030207111001
3. Difka Kusita L 155030207111011
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etika dan kegunaannya dalam negosiasi?
2. Apa saja pendekatan etika dalam negosiasi?
3. Apa saja pertanyaan mengenai perilaku etis yang sering muncul dalam negosiasi?
4. Apa saja faktor-faktor yang membentuk kecenderungan sikap negosiator untuk
menggunakan taktik yang tidak etis?
5. Bagaimana cara negosiator berhubungan dengan pihak lain yang melakukan
penipuan?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika dan kegunaannya dalam
negosiasi.
2. Untuk mengetahui apa saja pendekatan etika dalam negosiasi.
3. Untuk mengetahui apa saja pertanyaan mengenai perilaku etis yang sering muncul
dalam negosiasi.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang membentuk kecenderungan sikap
negosiator untuk menggunakan taktik yang tidak etis.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara negosiator berhubungan dengan pihak lain yang
melakukan penipuan.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Etika
Etika adalah digunakan dalam standar social untuk menentukan apa yang benar dan
salah dalam situasi tertentu, atau proses untuk menetapkan standar-standar tersebut. Etika
berbeda dengan moral dimana individu yakin mengenai apa yang benar dan yang salah.
Standar etika ini biasanya dipetakan ke dalam teori klasik filosofi etika yang telah ada sejak
dulu. Mengambil kesimpulan dari penulis ini (Green, 1994; Hitt, 1990; Hosmer,2003),
berikut ini adalah empat standar evaluasi strategi dan taktik dalam bisnis serta negosiasi:
1. Serangkaian tindakan berdasarkan hasil yang ingin dicapai.
Contohnya: keuntungan investasi yang lebih besar.
2. Serangkaian tindakan berdasarkan tugas untuk mempertahankan aturan dan prinsip
yang benar.
Contohnya: hukum.
3. Serangkaian tindakan berdasarkan norma, nilai, dan strategi organisasi atau
masyarakat.
Contohnya: hal yang biasa dilakukan orang-orang di sebuah perusahaan.
4. Serangkaian tindakan berdasarkan keyakinan.
Contohnya: percaya diri dan yakin terhadap apa yang ingin dikatakan.
Pendekatan pertama disebut end result ethics, artinya kebenaran suatu tindakan
ditentukan oleh penilaian pro dan kontra dari akibatnya. Pendekatan kedua disebut duty
ethics, artinya kebenaran dari suatu tindakan ditentukan oleh kewajiban seseorang untuk
menaati konsistensi prinsip, hukum, dan standar social yang mendefinisikan apa yang benar
dan salah serta untuk mengetahui batasan di antara keduanya. Pendekatan ketiga disebut,
social contract ethics, artinya kebenaran suatu tindakan didasarkan pada kebiasaan dan
norma masyarakat tertentu. Pendekatan keempat disebut personalistic ethics, artinya
kebenaran suatu tindakan didasarkan pada suara hati dan standar moral seseorang.
Penerapan Etika dalam Negosiasi
Setiap pendekatan dapat digunakan untuk menganalisi lima situasi hipotetikal di awal.
Misalnya, dalam situasi pertama yang melibatkan penjualan stereo dan pernyataan untuk
pembeli prospektif mengenai keberadaan pembeli potensial lainnya:
1. Jika sesorang percaya pada pendekatan end result ethics, maka individu tersebut
melakukan apapun yang ia perlukan untuk mendapatkan hasil terbaik. (termasuk
berbohong mengenai pembeli alternatif)
2. Jika seorang percaya pada pendekatan duty ethics, maka individu tersebut mungkin
memiliki kewajiban untuk tidak berhubungan dengan kelicikan, dan menolak
menggunakan taktik yang kotor.
3. Jika seorang percaya pada pendekatan social contract ethics, maka individu tersebut
akan mendasari pilihan perilaku pada pandangan mengenai norma yang sesuai di
masyarakat: jika yang lain akan berbohong, maka ia juga akan melakukannya.
4. Jika seorang percaya pada pendekatan personalistic ethics, maka individu tersebut
akan mengikut kata hatinya dan memutuskan apakah ia akan memenuhi kebutuhan
uang tunai untuk perjalanannya dalam membenarkan sikap yang menggunakan taktik
tidak jujur.
Empat pendekatan ini merupakan dasar untuk melakukan praktik etika dalam
bernegosiasi.
Mengapa beberapa negosiator memilih menggunakan taktik yang tidak etis? Ini
disebabkan karena seorang negosiator menganggap lawannya yang menggunakan taktik tidak
berprinsip yang tidak etis, berorientasi pada keuntungan, atau akan menggunakan taktik
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebaliknya, ketika mencoba untuk
menjelaskan mengapa anda sebagai seorang negosiator menggunakan taktik sama, anda akan
menjawab bahwa anda menjunjung tinggi prinsip.
Tuuan dan
Motivasi dalam
memakai Taktik
Menipu
Konsekuensi
1. Pengaruh taktik:
Seleksi dan Apakah berhasil?
Situasi Identifikasi Penggunaan 2. Evaluasi diri
Penggunaan
memengaruhi rentang Taktik yang 3. Umpan balik dan
Taktik
taktik Menipu reaksi dari
Menipu
Negosiator,
Konsituen, dan
Audiens lain.
Motif Kekuatan
Tujuan penggunan taktik negosiasi yang ambigu secara etika adalah untuk
meningkatkan kekuatan negosiator dalam posisinya melakukan tawar-menawar. Sebab
informasi merupakan sumber kekuatan utama dalam negosiasi. Informasi memiliki kekuatan
karena negosiasi dianggap sebagai kegiatan rasional yang melibatkan pertukaran informasi
dan dengan cara penggunaan persuasif dari informasi tersebut. Sehingga pihak yang memiliki
informasi lebih baik dan menggunakan cara persuasif, akan memenangkan negosiasi.
Para negosiator sangat mungkin melihat taktik yang ambigu secara etika tersebut
sesuai, jika mereka mengetahui bahwa pihak lain akan melakukan persaingan atau kerja sama
Negosiator yang menggunakan tkti yang tidak etis akan mendapatkan beberapa
akibat yang positif atau bahkan negatif, sesuai tiga aspek situasi dibawah ini :
Rangkaian akibat yang kedua datang dari dalam penilaian an evaluasi dari pihak
yang menjadi target taktik yang digunakan, dari konstituen, dan dari audiens yang mengamati
penggunaan taktik negosiator.
Reaksi Pribadi
Akibat yang ketiga dari taktik negosiasi yang digunakan : reaksi dari negosiator itu
sendiri terhadap penggunaan taktiknya. Negosiator yang tidak melihat masalah dalam
penggunaan taktik yang tidak etis dapat menolak penggunaan kembali taktik tersebut dan
mungkin melihat dan mempertimbangkan taktik yang lebih efektif. Walaupun penggunaan
taktik yang dipertanyakan etikanya mungkin memiliki akibat yang lebih parah bagi reputasi
dan tingkat kepercayaan negosiator, pihak-pihak tersebut sepertinya mempertimbangkan
akibat-akibat tersebut kedalam hasil jangka pendek. Dan khususnya jika taktiknya berhasil,
negosiator tersebut dapat membuat rasionalisasi dan justifikasi penggunaan taktik yang
digunakan.
Ketika negosiator telah menggunakan taktik yang ambigu secara etika yang mungkin
mendapatakan reaksi, negosiator harus menyiapkan pembelaan penggunaan taktik tersebut
pada dirinya sendiri. Tujuan utama utama penjelasan dan justifikasi adalah untuk
memberikan dasar, menjelaskan, atau membenarkan perilaku. Rasionalisasi sering didorong
oleh keinginan untuk menghilangkan stres atau konflik mengenai apa yaang seseorang baru
saja lakukan (Aquino dan Becker, 2005). Kebanyakan rasionalisasi berikut ini telah
diadaptasi dari Bok (1978) dan disertasinya mengenai :
Taktik tersebut tidak dapat dihindarkan
Taktik tersebut tidak berbahaya
Taktik tersebut akan membantu anda terhindar dari akibat yang negatif
Taktik tersebut akan menghasilkan konsekuensi yang baik, atau taktik tersebut tidak
memotivasi satu pihak
“Mereka mendapatkannya”, atau “mereka pantas mendapatkannya”, atau “saya
mendapatkan hak saya”
“Mereka juga akan melakukannya, jadi saya dahului.”
“Ia yang memulai”
Taktik yang digunakan sesuai atau pas dengan situasi yang ada
Faktor yang dapat mempengaruhi rangkaian akibat yang digambarkan dalam model :
Pengalaman
Insentif
Hubungan dengan
pihak lawan
Hubungan antar
negosiator
Bentuk komunikasi
Bertindak sebagai
agen
Norma kelompok dan
organisasi
Perbedaan Individu
Konsekuensi
4. Pengaruh taktik:
Penggunaan Seleksi dan
Pengaruh Identifikasi Apakah berhasil?
Taktik yang Penggunaan
situasi rentang 5. Evaluasi diri
Menipu Taktik
taktik 6. Umpan balik dan
Menipu
reaksi dari
Negosiator,
Konsituen, dan
Audiens lain.
Penjelasan dan Justifikasi
Faktor Demografis
Sejumlah penelitian berorientasi pada survei tentang perilaku etis telah mencoba
untuk menghubungkan perbedaan-perbedaan perilaku etis pada latar belakang orang-orang,
orientasi religi, usia, jenis kelamin, kewarganegaraan, dan pendidikan yang berbeda.
Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antaara faktor demografis dan penggunaan
taktik tidak etis dalam negosiasi. Faktor demografis memiliki kecenderungan nampak reliabel
dan konsisten dalam sejumlah situasi pilihan etis yang berbeda.
Jenis kelamin
Usia dan pengalaman
Orientasi profesional
Kewarganegaraan dan kebudayaan
Perbedaan Kepribadian
Para peneliti telah mencari identifikasi dimensi kepribadian yang akan memprediksi
secara benar kecenderungan seseorang untuk bertindak tidak etis. Temuan terpilih
digambarkan sebagai berikut.
Machiavellanisme
Lokus Kendali
Setiap inividu berbeda dalam lokus kendali mereka masing-masing yaitu, tingkat
dimana mereka percaya bahwa hasil yang mereka dapaatkan kebanyakan hasil dari
kemampuan mereka sendiri dan usaha (kendali intenal) lawan, takdir, kesempatan, atau
keadaan (kendali eksternal). Lokus kendali muncul sebagai pemberi kontribusi yang cukup
kuat dalam pengambilan keputusan etis, walaupun masih perlu diuji sebagai suatu faktor
dalam pemilihan taktik bernegosiasi.
Kohlberg (1969) mengajukan bahwa moral dan penelitian etis individu merupakan
akibat dari pencapaian tingkat atau tahapan perkembangan moral tertentu. Kohlberg
mengajukan enam tahapan perkembangan moral, dikelompokkan kedalam tiga tingkatan :
1. Tingkat pre-konvensional (tahap 1 dan 2), dimana individu lebih fokus pada hasil
konkret yang sesuai dengan keperluan individu, khususnya hadiah dan hukuman
eksternal
2. Tingkat konvensional (tahap 3 dan 4), dimana sang individu menentukan apa yang benar
berdasarkan keadaan sosial dan lingkungan teman-teman atau apa yang secara umum
diinginkan
3. Tingkat prinsipiil (tahap 5 dan 6), dimana sang individu menentukan apa yang benar
berdasarkan nilai atau prinsip universal
Semakin tinggi tingkat yang dicapai seseorang maka, seharusnya semakin rumit
daya bernalar mereka dan semakin etis keputusan yang dibuat. Perkembangan moral pada
level-level tinggi lebih berhubungan dengan keputusan yang lebih etis, kurangnya perilaku
menyontek, perilaku membantu yang lebih menonjol, dan rasa penolakan yang lebih besar
terhadap para tokoh yang memiliki otoritas dan bertujuan untuk memimpin secara tidak etis.
Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah kekuatan sosial dapat mendorong para negosiator
untuk menangguhkan standar mereka sendiri pribadi dan berkomitmen pada tindakan etis
yang dipertanyakan. Pengaruh ini meliputi :
Bertindak sebagai agen untuk orang lain dan menanggapi tekanan mereka untuk suatu
pencapaian
Melihat transaksi bisnis, seperti negosiasi sebagai sebuah permaian dan karena itu
dengan asumsi bahwa aturan permaian adalah hal-hal yang harus diterapkan
Menjai anggota sebuah kelompok, departemen, tim, atau unit organisasi yang nilai-nilai
keberhasilan dan menoleransi bahkan mendorong dan melanggar aturan untuk mencapai
keberhasilan
Menjadi begitu setia kepada kelompok atau organisasi dimana anda bersedia melakukan
sesuatu yang tidak akan lakukan sebagai individu, atau menyakinkan diri sendiri bahwa
hal tersebut dibolehkan untuk melanggar aturan agar dihargai untuk kesaktian anda
Bersedia mengikuti perintah langsug atau tersirat dari pejabat senior dalam organisasi
yang memberitahu anda untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dan tidak
khawatir tentang bagaimana hal tersebut akan dilakukan
Setiap kekuatan tersebut cukup dibawah situasi yang tepat, untuk memungkinkan
individu untuk menangguhkan moral mereka dalam pelayanan organisasi untuk melakukan
apa yang dibutuhkan, diingnkan, atau diminta.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses negosiasi sering menimbulkan masalah etika dan kritis. Bekerja dari model
yang sederhana dari pembuatan keputusan secara etika, kami menganalisis motif-motif untuk
konsekuensi dari keterlibatan dalam perilaku negosiasi yang tidak etis. Negosiasi sering
mengabaikan fakta bahwa, walaupun taktik yang tidak etis atau bijaksana membantu mereka
mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara singkat, terdapat beberapa taktik serupa
yang membawa kearah reputasi yang tercoreng dan keefektifan yang berkurang dalam cara
yang tak singkat.
DAFTAR PUSTAKA