Anda di halaman 1dari 13

TRANSFORMASI NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL

SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA


(Penelitian Studi Kasus Budaya Huyula di Kota Gorontalo)

Oleh: Rasid Yunus


Mahasiswa Magister S2 Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana UPI
Email: rasid.yunus@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini _iterat belakangi oleh keberadaan dan keragaman nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia belum optimal dalam upaya pembangunan karakter bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk
menggali, mengkaji dan memperoleh gambaran secara deskriptif tentang proses transformasi nilai-nilai
budaya Huyula sebagai upaya pembangunan karakter bangsa di Kota Gorontalo. Pendekatan penelitian ini
adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi
dan studi _iterature. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi, display dan kesimpulan.
Temuan penelitian menunjukan bahwa budaya Huyula mengandung nilai-nilai luhur Pancasila dapat
dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa di Kota Gorontalo.

Kata Kunci: Budaya Huyula, Karakter Bangsa

ABSTRACT
The Background of the research is being of culture values and its various that have been owned by Indonesia
were not optimal in growing effort of the nation character. Meanwhile the purposes of the research are for
digging, reciting, and getting a description about the process of the Huyula culture transformation as the
growing of nation character in Gorontalo. The approach that is used in the research was qualitative by a case
study method. Meanwhile, the compilation of data is gained by observation, documentary interview, and
study of literature. Whereas, the technique of analyzing the data such as reduction, display, and conclusion.
The invention of the research showed that Huyula culture contains the glorious value of Pancasila that is
able to tobe a media in the growing of nation character in Gorontalo.

Keywords: Huyula culture, nation’s character

PENDAHULUAN simbol-simbol yang ditransmisikan secara


Pada dasarnya budaya memiliki historis, suatu sistem mengenai konsepsi-
nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, konsepsi yang diwariskan dalam bentuk-
ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan bentuk simbolik yang dengan cara tersebut
proses perubahan sosial kemasyarakatan. manusia berkomunikasi, melestarikan dan
Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan mengembangkan pengetahuan dan sikap
bukti legitimasi masyarakat terhadap budaya. mereka terhadap kehidupan’. Pendapat
Eksistensi budaya dan keragaman nilai- ini menekankan bahwa kebudayaan
nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh merupakan hasil karya manusia yang dapat
bangsa Indonesia merupakan sarana dalam mengembangkan sikap mereka terhadap
membangun karakter warga negara, baik yang kehidupan dan diwariskan dari satu generasi
berhubungan dengan karakter privat maupun ke generasi berikutnya melalui proses
karakter publik. komunikasi dan belajar agar generasi yang
Menurut Geertz (1992:5) kebudayaan diwariskan memiliki karakter yang tangguh
adalah ‘pola dari pengertian-pengertian atau dalam menjalankan kehidupan.
makna yang terjalin secara menyeluruh dalam

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 65


Namun seiring perkembangan zaman, 3) Secara historis, pembangunan karakter
eksistensi budaya dan nilai-nilai budaya yang bangsa merupakan sebuah dinamika inti
dimiliki oleh bangsa Indonesia sampai saat proses kebangsaan yang terjadi tanpa
ini belum optimal dalam upaya membangun henti dalam kurun sejarah, baik pada
karakter warga negara, bahkan setiap saat kita zaman penjajah, maupan pada zaman
saksikan berbagai macam tindakan masyarakat kemerdekaan;
yang berakibat pada kehancuran suatu bangsa 4) Secara sosiokultural, pembangunan
yakni menurunnya perilaku sopan santun, karakter bangsa merupakan suatu
menurunnya perilaku kejujuran, menurunnya keharusan dari suatu bangsa yang
rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa multikultural (Desain Induk Pembangunan
gotong royong diantara anggota masyarakat. Karakter Bangsa Tahun 2010-2025:1).
Sehubungan dengan hal tersebut menurut Dalam upaya pembangunan karakter
Lickona (1992:32) terdapat 10 tanda dari bangsa apabila kurang memperhatikan nilai-
perilaku manusia yang menunjukan arah nilai budaya bangsa Indonesia maka akan
kehancuran suatu bangsa yaitu: berakibat pada ketidakpastian jati diri bangsa
1) meningkatnya kekerasan dikalangan yang menurut Desain Induk Pembangunan
remaja; 2) ketidakjujuran yang membudaya; Karakter Bangsa Pemerintah Republik
3) semakin tingginya rasa tidak hormat Indonesia Tahun 2010-2025 (2010-2025:2)
kepada orang tua, guru dan figur pemimpin; akan terjadi:
4) pengaruh peer group terhadap tindakan 1) disorientasi dan belum dihayati
kekerasan; 5) meningkatnya kecurigaan nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi
dan kebencian, 6) penggunaan bahasa yang dan ideologi bangsa, 2) keterbatasan
memburuk; 7) penurunan etos kerja; 8) perangkat kebijakan terpadu dalam
menurunnya rasa tanggungjawab individu mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila,
dan warga negara; 9) meningginya perilaku 3) bergesernya nilai etika dalam
merusak diri; dan 10) semakin kaburnya kehidupan berbangsa dan bernegara, 4)
pedoman moral. memudarnya kesadaran terhadap nilai-
Pembangunan karakter bangsa nilai budaya bangsa dan bernegara, 5)
melalui budaya lokal sangatlah dibutuhkan. ancaman disintegrasi bangsa, dan 6)
Pembangunan karakter bangsa dapat ditempuh melemahnya kemandirian bangsa.
dengan cara mentransformasi nilai-nial Berdasarkan hal tersebut di atas,
budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk pembangunan karakter bangsa melibatkan
membangun karakter bangsa. Pentingnya berbagai pihak baik keluarga, lingkungan
transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai sekolah, serta masyarakat luas. Pembangunan
salah satu sarana untuk membangun karakter karakter bangsa tidak akan berhasil selama
bangsa adalah sebagai berikut: pihak-pihak yang berkompeten untuk
1) Secara filosofis, pembangunan karakter menunjang pembangunan karakter tersebut
bangsa merupakan sebuah kebutuhan tidak saling bekerja sama. Oleh karena itu,
asasi dalam proses berbangsa karena pembangunan karakter bangsa perlu dilakukan
hanya bangsa yang memiliki karakter dan di luar sekolah atau pada masyarakat secara
jati diri yang kuat yang akan eksis; umum sesuai dengan kearifan budaya lokal
2) Secara ideologis, pembangunan karakter masing-masing. Hal yang sama disampaikan
merupakan upaya mengejewantahkan oleh Eddy (2009:5) bahwa “pelestarian
ideologi Pancasila dalam kehidupan kebudayaan daerah dan pengembangan
berbangsa dan bernegara. Secara normatif, kebudayaan nasional melalui pendidikan
pembangunan karakter bangsa merupakan baik pendidikan formal maupun nonformal,
wujud nyata langkah mencapai tujuan dengan mengaktifkan kembali segenap wadah
negara; dan kegiatan pendidikan”.

66 ISSN 1412-565 X
Salah satu sarana untuk membangun pokok tersebut dijabarkan menjadi sub
karakter bangsa dengan cara mentransformasi permasalahan penelitian sebagai berikut:
nilai-nilai budaya lokal yaitu budaya gotong (1) Bagaimana persepsi masyarakat Kota
royong (Huyula) yang dulu dikenal oleh Gorontalo terhadap budaya Huyula kaitannya
masyarakat Gorontalo sebagai sarana untuk dengan upaya pembangunan karakter
bekerja sama dalam menyelesaikan suatu bangsa?; (2) Bagaimana persepsi masyarakat
pekerjaan demi kepentingan umum. Huyula Kota Gorontalo terhadap transformasi nilai-
merupakan suatu sistem gotong royong atau nilai budaya Huyula sesuai kondisi yang
tolong menolong antara anggota masyarakat terjadi saat ini jika dikaitkan dengan upaya
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan pembangunan karakter bangsa?; (3) Apa saja
bersama yang didasarkan pada solidaritas faktor-faktor penunjang dan tantangannya
sosial. Hal ini tercermin dalam kegiatan yang dalam proses transformasi nilai-nilai budaya
dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Huyula sebagai upaya pembangunan karakter
anggota masyarakat seperti halnya dalam bangsa di Kota Gorontalo?; (4) Bagaimana
kegiatan kekeluargaan ataupun kegiatan dampak dari proses transformasi nilai-nilai
pertanian. budaya Huyula sebagai upaya pembangunan
Tetapi, dengan hadirnya globalisasi yang karakter bangsa di Kota Gorontalo; Apa saja
kurang terfilterisasi dengan baik menyebabkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
budaya Huyula sedikit demi sedikit hilang pihak-pihak yang berkompeten dalam proses
dalam kebiasaan masyarakat Gorontalo. transformasi nilai-nilai budaya Huyula sebagai
Menurut Laliyo (Mohammad, 2005:366-367) upaya pembangunan karakter bangsa di Kota
hadirnya globalisasi kearifan lokal Gorontalo Gorontalo?
semakin termarjinalkan, hal ini nampak pada Adapun tujuan penelitian ini untuk:
perilaku masyarakat Gorontalo yang sudah (1) Mengetahui persepsi masyarakat Kota
mulai mengabaikan budaya Huyula yang dulu Gorontalo terhadap Huyula kaitannya dengan
pernah dipraktekkan oleh leluhur. upaya pembangunan karakter bangsa; (2)
Berdasarkan kondisi di atas, maka Mengetahui persepsi masyarakat Kota
pembangunan karakter bangsa melalui Gorontalo terhadap transformasi nilai-nilai
budaya lokal sangatlah penting. Oleh karena budaya Huyula sesuai kondisi yang terjadi
itu, penyusun tertarik untuk melakukan saat ini kaitannya dengan upaya pembangunan
kajian tentang penelitian tesis dengan tema karakter bangsa; (3) Mengetahui faktor-
transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai faktor penunjang dan tantangannya dalam
upaya pembangunan karakter bangsa (studi proses transformasi nilai-nilai budaya Huyula
kasus budaya Huyula di Kota Gorontalo). sebagai upaya pembangunan karakter bangsa
Penelitian ini merupakan sebuah usaha di Kota Gorontalo; (4) Mengetahui dampak
untuk mengkaji dan menemukan formula baru dari proses transformasi nilai-nilai budaya
tentang budaya Huyula agar tetap bertahan di Huyula sebagai upaya pembangunan karakter
tengah-tengah terpaan arus globalisasi dan bangsa di Kota Gorontalo; dan (5) Mengetahui
informasi. Formula yang dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
mengkondisikan budaya Huyula sesuai dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam proses
konteks kekinian tanpa menghilangkan nilai- transformasi nilai-nilai budaya Huyula sebagai
nilai yang terkandung didalamnya khususnya upaya pembangunan karakter bangsa di Kota
Huyula di Kota Gorontalo. Untuk itu, masalah Gorontalo;
pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana
proses transformasi nilai-nilai budaya Huyula TINJAUAN PUSTAKA
sebagai upaya pembangunan karakter bangsa 1. Transformasi Nilai
di Kota Gorontalo?. Untuk mempermudah Transformasi menurut Kuntowijoyo
penulis dalam penelitian, maka masalah (2006:56) adalah konsep ilmiah atau alat

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 67


analisis untuk memahami dunia. Karena pemindahan (transmisi) norma dan nilai-
dengan memahami perubahan setidaknya dua nilai dari masyarakat kepada anak agar anak
kondisi/keadaan yang dapat diketahui yakni tersebut kelak menjadi anggota masyarakat
keadaan pra perubahan dan keadaan pasca yang memahami nilai dan norma yang
perubahan. Transformasi merupakan usaha terdapat dalam budaya masyarakat. Teori
yang dilakukan untuk melestarikan budaya ini menekankan pada nilai dan norma yang
lokal agar tetap bertahan dan dapat dinikmati tadinya terdapat dalam budaya masyarakat
oleh generasi berikutnya agar mereka memliliki ditransformasikan atau disampaikan kepada
karakter yang tangguh sesuai dengan karakter masyarakat lain agar masyarakat secara umum
yang disiratkan oleh ideologi Pancasila. memiliki dan memahami nilai-nilai budaya
Transformasi merupakan perpindahan dan dapat dijadikan dasar dalam kehidupan
atau pergeseran suatu hal ke arah yang lain bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
atau baru tanpa mengubah struktur yang
terkandung didalamnya, meskipun dalam 2. Budaya Huyula
bentuknya yang baru telah mengalami Bagi masyarakat Gorontalo tradisi gotong
perubahan. Kerangka transformasi budaya royong dikenal dengan istilah Huyula yang
adalah struktur dan kultur. Sementara itu menjadi ciri khas kepribadian masyarakat
menurut Capra (Pujileksono, 209:143) Gorontalo yang telah dibina secara turun
transformasi melibatkan perubahan jaring- temurun. Dalam Buku Perjuangan Rakyat di
jaring hubungan sosial dan ekologis. Apabila Daerah Gorontalo, Menentang Kolonialisme
struktur jaring-jaring tersebut diubah, maka dan Mempertahankan Negara Proklamasi
akan terdapat didalamnya sebuah transformasi (1982:9) Huyula bagi masyarakat Gorontalo
lembaga sosial, nilai-nilai dan pemikiran- merupakan suatu sistem tolong menolong
pemikiran. Transformasi budaya berkaitan antara anggota-anggota masyarakat, untuk
dengan evolusi budaya manusia. Transformasi memenuhi kebutuhan dan kepentingan
ini secara tipikal didahului oleh bermacam- bersama yang didasarkan pada solidaritas
macam indikator sosial. Transformasi budaya sosial melalui ikatan keluarga tetangga dan
semacama ini merupakan langkah-langkah kerabat.
esensial dalam perkembangan peradaban. Mochtar (Mohammad, 2005:320)
Semua peradaban berjalan melalui kemiripan mengungkapkan bahwa Huyula adalah
siklus proses-proses kejadian, pertumbuhan, ‘pernyataan kebersamaan dalam membangun,
keutuhan dan integritas. atau kebiasaan memusyawarahkan setiap
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah kebijakan yang akan diambil yang berhubungan
disimpulkan bahwa transformasi adalah dengan kepentingan dan hajat hidup orang
perpindahan dari satu tempat ke tempat yang banyak’. Berdasarkan pendapat tersebut
lain, dan menyebabkan perubahan pada satu Huyula merupakan bentuk musyawarah dalam
objek yang telah dihinggapi oleh sesuatu hal merumuskan kebijakan yang akan menjadi
tersebut. Jadi transformasi dapat menyebabkan dasar dalam pelaksanaan pembangunan
perubahan pada satu objek tertentu. Perubahan demi kepantingan bersama. Hal yang sama
tersebut terjadi pula pada masyarakat yang diungkapkan oleh Daulima (2004:82)
mampu mentransformasi nilai-nilai budaya Huyula adalah “melakukan suatu pekerjaan
lokal khususnya budaya Huyula yang berada bersama oleh sekelompok orang atau anggota
di Kota Gorontalo sebagai dasar keberhasilan masyarakat dalam arti saling membantu dan
pembangunan karakter bangsa. timbal balik”.
Dalam teori moral socialization Huyula bagi masyarakat Gorontalo
atau teori moral sosialisasi dari Hoffman penerapannya dapat dilihat dalam
(Hakam, 2007:131-132) menguraikan beberapa jenis, yaitu: 1) Ambu
bahwa perkembangan moral mengutamakan merupakan kegiatan tolong menolong

68 ISSN 1412-565 X
untuk kepentingan bersama atau lebih pertolongan yang diberikan pada
dikenal dengan istilah kerja bakti, keluarga yang mengalami kedukaan
misalnya pembuatan jalan desa, tanggul dan musibah lainnya; 3) Ti’ayo adalah
desa, jembatan dan sebagainya. Selain kegiatan tolong menolong antara
itu, ambu merupakan salah satu cara sekelompok orang untuk mengerjakan
yang digunakan oleh masyarakat pekerjaan seseorang, contohnya kegiatan
untuk menyelesaikan permasalahan di pertanian, kegiatan membangun rumah,
masyarakat seperti perkelahian antara kegiatan membangun bantayo (tenda)
warga; 2) Hileiya adalah merupakan untuk pesta perkawinan.
kegiatan tolong menolong secara Adapun jenis dan nilai-nilai yang terkandung
spontan yang dianggap kewajiban dalam budaya Huyula nampak dalam tabel
berikut ini:
sebagai anggota masyarakat, misalnya
Tabel 1. Jenis dan nilai yang terkandung dalam Huyula
No Kegiatan Huyula Maksud Nilai-nilai
1. Ambu Merupakan kegiatan tolong menolong untuk kepentingan Kerja sama,
bersama, misalnya pembuatan jalan desa, tanggul desa, kebersamaan,
dan jembatan. Selain itu, Ambu juga digunakan untuk tanggungjawab,
menyelesaikan permasalahan di masyarakat seperti tauran musyawarah,
antara kelompok pemuda. persatuan, dan
peduli.
2. Hileiya Merupakan kegiatan tolong menolong secara spontan Kebersamaan,
yang dianggap kewajiban sebagai anggota masyarakat, tanggungjawab,
misalnya pertolongan yang diberikan pada keluarga yang empati, dan peduli.
mengalami kedukaan dan musibah lainnya.
3. Ti’ayo Merupakan kegiatan tolong menolong antara sekelompok Kerja sama,
orang untuk mengerjakan pekerjaan seseorang, contohnya kebersamaan,
kegiatan pertanian, kegiatan membangun rumah, dan musyawarah,
kegiatan membangun bantayo (tenda) untuk pesta empati, persatuan,
perkawinan. dan peduli.

3. Pembangunan Karakter Bangsa characteristics and unique life style found


Istilah karakter bangsa identik dengan among the populations particular nations
“national character” yang erat kaitnnya state’ dengan kata lain bahwa karakter bangsa
dengan masalah kepribadian dalam psikologi digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri
sosial (Sapriya, 2008:205). Menurut Desain kepribadian yang tetap dan gaya hidup yang
Induk Pembangunan Karakter Bangsa khas yang ditemui pada penduduk negara
(2010:7) karakter bangsa adalah: bangsa tertentu. Karena hal ini terkait dengan
Kualitas perilaku kolektif kebangsaan masalah kepribadian yang merupakan bagian
yang unik-baik tercermin dalam dari aspek kejiwaan maka diakui oleh De
kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan Vos bahwa dalam konteks perilaku, karakter
perilaku berbangsa dan bernegara dari bangsa dianggap sebagai istilah yang abstrak
hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan yang terikat oleh aspek budaya dan termasuk
karsa, serta olah raga seseorang atau dalam mekanisme psikologis yang menjadi
sekelompok orang. karakteristik masyarakat tertentu.
De Vos (Budimansyah dan Suryadi, Pembangunan karakter bangsa
2008:77-78) menyatakan bahwa karakter merupakan hal yang sangat penting karena
bangsa yaitu ‘the term ‘national character’ berhubungan dengan proses membina,
is used describe the enduring personality memperbaiki, dan mewarisi warga negara

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 69


tentang konsep, perilaku, dan nilai luhur PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
budaya Indonesia yang dijiwai oleh nilai- 1. Persepsi Masyarakat Kota Gorontalo
nilai Pancasila dan UUD 1945 sehingga terhadap Budaya Huyula Kaitannya
terinternalisasi dalam diri individu dan dengan Upaya Pembanguan Karakter
terbentuk warga negara yang tangguh, Bangsa
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi Dalam penelitian ini peneliti
luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa menggunakan persepsi menurut Rahmat
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi (Machfiroh, 2011:117) yang dimaknai sebagai
ipteks yang semuanya didasari oleh iman dan ‘pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan
METODE PENELITIAN pesan’.
Penelitian ini dilakukan di Kota Berdasarkan hasil penelitian persepsi
Gorontalo tepatnya di tiga kecamatan masing- masyarakat Kota Gorontalo terhadap budaya
masing Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Huyula yaitu Huyula merupakan budaya kerja
Kota Timur dan Kecamatan Kota Barat. sama atau gotong royong. Selain itu, Huyula
Sumber informan dipilih secara purposif merupakan bentuk kesadaran masyarakat
sampling dari berbagai kalangan. Adapun untuk bergotong royong atau bekerja sama
sumber informan terdiri atas: pemerintah demi kepentingan umum. Sedangkan persepsi
kecamatan; budayawan; akademisi dan masyarakat terhadap pembangunan karakter
masyarakat. Masing-masing informan bangsa yakni upaya yang dilakukan untuk
terdiri dari pemerintah kecamatan 3 orang, menemukan kembali jati diri bangsa. Selain
budayawan 3 orang, akademisi 3 orang dan itu, pembangunan karakter bangsa ialah
masyarakat 6 orang. pembangunan karakter yang berbasis budaya
Penelitian ini menggunakan pendekatan lokal melalui pendidikan baik pendidikan
kualitatif, dengan metode studi kasus. formal, nonformal dan informal.
Pengumpulan data dan informasi dalam Persepsi masyarakat Kota Gorontalo
penelitian ini dilakukan dengan berbagai terhadap Huyula senada pendapat Mochtar
cara dan teknik yang berasal dari berbagai (Mohammad, 2005:320) Huyula adalah
sumber baik manusia maupun non manusia. ‘pernyataan kebersamaan dalam membangun,
Teknik pengumpulan data dan informasi atau kebiasaan memusyawarahkan setiap
dilakukan melalui observasi, wawancara, studi kebijakan yang akan diambil yang berhubungan
dokumentasi dan studi literatur. Analisis data dengan kepentingan dan hajat hidup orang
mengacu pada langkah-langkah yang dipakai banyak’. Pandangan ini menekankan bahwa
oleh Miles dan Huberman (2007:16-19) yang Huyula dari segi bahasa bukan hanya berbicara
terdiri dari tiga alur kegiatan secara bersamaan, tentang gotong royong tetapi lebih dari itu
meliputi: pengumpulan data; reduksi data; yakni pada tataran semangat kebersamaan
display dan penarikan kesimpulan/verifikasi. masyarakat untuk membangun kepentingan
Untuk meningkatkan kemampuan peneliti umum ditempuh melalui musyawarah mufakat
dalam menilai keakuratan hasil penelitian yang nantinya akan menjadi kebijakan bersama
serta meyakinkan pembaca tentang akurasi demi kepentingan bersama.
penelitian yang dilakukan, maka harus Huyula merupakan sarana melakukan
menggunakan beragam strategi dalam pekerjaan secara bersama-sama agar pekerjaan
melakukan validasi (Creswell, 2010:286). terasa ringan. Huyula bukan hanya berlaku
Untuk itu, dalam penelitian ini menggunakan pada kepentingan umum tetapi juga berlaku
tiga strategi dalam melakukan validasi data pada kepentingan pribadi, misalnya dalam
yang meliputi pengamatan terus menerus, Huyula pertanian yang bentuk kegiatannya
triangulasi dan diskusi dengan teman sejawat. membersihkan lahan, membajak, menanam

70 ISSN 1412-565 X
sampai memanen padi yang dilaksanakan 2. Persepsi Masyarakat Terhadap
secara bergiliran dan suka rela oleh petani. Transformasi Nilai-Nilai Budaya
Hal ini sesuai pernyataan Daulima (2004:82) Huyula Kaitannya terhadap Upaya
bahwa Huyula adalah “melakukan suatu Pembangunan Karakter Bangsa
pekerjaan secara bersama-sama dalam arti Menurut informan transformasi nilai-
saling membantu dan timbal balik”. nilai budaya Huyula adalah upaya yang
Kaitannya dengan pembangunan dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
karakter bangsa, budaya lokal merupakan lembaga pendidikan dalam menurunkan
salah satu dasar pembentukan karakter bangsa. atau memindahkan nilai-nilai yang
Karakter bangsa merupakan sikap dan perilaku terkandung dalam budaya Huyula ke diri
warga negara yang sesuai dengan kaidah- individu atau masyarakat agar masyarakat
kaidah yang berlaku di masyarakat. Kaidah- dapat melaksanakan nilai-nilai kebaikan
kaidah tersebut merupakan satu kesatuan sebagaimana terkandung dalam Huyula
yang ada dalam kehidupan masyarakat yang tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan
memiliki kekuatan tersendiri dalam menunjang Kuntowijoyo. Menurut Kuntowijoyo (2006:56)
keberhasilan pembangunan karakter bangsa. transformasi adalah konsep ilmiah atau alat
Karakter bangsa pula yang memberi jalan analisis untuk memahami dunia. Karena
terhadap keberhasilan suatu bangsa. Karakter dengan memahami perubahan setidaknya dua
bangsa merupakan cerminan perilaku kondisi/keadaan yang dapat diketahui yakni
seseorang dalam masyarakat. Pendapat yang keadaan pra perubahan dan keadaan pasca
sama di sampaikan oleh Sapriya (2008:2005) perubahan. Transformasi merupakan usaha
menurutnya karakter bangsa identik dengan yang dilakukan untuk melestarikan budaya
“national character” yang erat kaitannya lokal agar budaya lokal tetap bertahan dan
dengan masalah kepribadian dalam psikologi dapat dinikmati oleh generasi berikutnya agar
sosial. mereka memiliki karakter yang tangguh sesuai
De Vos (Budimansyah dan Suryadi, dengan karakter yang disiratkan oleh ideologi
2008:77-78) menjelaskan bahwa karakter Pancasila. Karakter ini dapat terwujud jika
bangsa yaitu ‘the term ‘national character’ masyarakat terbiasa mentransformasi nilai-
is used describe the enduring personality nilai yang terdapat dalam budaya lokal
characteristics and unique life style found khususnya budaya Huyula yang berada di
among the populations particular nations Kota Gorontalo.
state’ dengan kata lain bahwa karakter bangsa Transformasi nilai adalah usaha
digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri atau kegiatan yang dilakukan untuk tetap
kepribadian yang tetap dan gaya hidup yang melestarikan atau mengembangkan nilai-nilai
khas yang ditemui pada penduduk negara yang terkandung dalam budaya agar budaya
bangsa tertentu. Karena terkait dengan tersebut dapat menjawab kompleksitas
masalah kepribadian yang merupakan bagian permasalahan yang dialami oleh mansyarakat.
dari aspek kejiwaan maka diakui oleh De Dengan adanya transformasi nilai ini
Vos bahwa dalam konteks perilaku, karakter masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai yang
bangsa dianggap sebagai istilah yang abstrak menjadi acuan dalam hidup agar mereka dapat
yang terikat oleh aspek budaya dan termasuk menyesuaikan dengan perkembangan yang
dalam mekanisme psikologis yang menjadi ada tanpa melupakan nilai-nilai dasar yang
karakteristik masyarakat tertentu. terkandung dalam budaya lokalnya.
Transformasi nilai menurut Hoffman
(Hakam, 2007:156) yaitu proses internalisasi
sebagai transisi dari orientasi eksternal ke
orientasi internal dalam perkembangan nilai
dan moral, internalisasi yang awalnya eksternal

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 71


atau berdasarkan norma dan nilai budaya merupakan modal masyarakat Gorontalo yang
masyarakat berarti telah terjadi pergeseran terbangun dari zaman dahulu sampai sekarang
dari orientasi eksternal menuju orientasi diri serta memiliki akar sejarah tersendiri bagi
sendiri dalam memotivasi tindakan seseorang. masyarakat Gorontalo. Di Gorontalo ada
Sejalan dengan pernyataan ini sebagaimana institusi yang dikategorikan sebagai sosial
tedapat dalam teori moral sosialication dari kapital masyarakat dalam melestarikan
Hoffman (Hakam, 2007:131-132) bahwa budaya Huyula. Institusi atau pranata tersebut
perkembangan nilai dan moral mengutamakan adalah Bantayo Poboide (Dewan Rakyat).
pemindahan (transmisi) nilai dan moral dari Dulu Bantayo Poboide digunakan sebagai
budaya masyarakat kepada anak agar anak penentu kegiatan-kegiatan masyarakat yang
tersebut kelak menjadi anggota masyarakat berhubungan dengan budaya, ekonomi,
yang memahami nilai dan norma yang terdapat politik, pemerintahan serta sebagai wadah
dalam budaya masyarakat. dalam pembuatan aturan tentang adat dan
Kaitannya dengan penjelasan di atas, budaya. Sehubungan dengan hal ini menurut
maka eksistensi Huyula dan nilai-nilai yang Koentjaraningrat (1985:17) dalam aktivitas
terkandung didalamnya agar dapat menjadi masyarakat ada pranata yang bertujuan
perilaku atau karakter anak atau masyarakat memenuhi kebutuhan manusia untuk
maka langkah yang harus ditempuh adalah mengatur kehidupan berkelompok secara
mentransformasi nilai-nilai budaya Huyula besar-besaran atau kehidupan bernegara, ialah
sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang political institusions. Seperti pemerintahan
diperlukan masyarakat dalam konteks kekinian pemerintahan, demokrasi dan sebagainya.
agar budaya Huyula tidak ketinggalan oleh Sekarang Bantayo Poboide
perkembangan zaman. dijadikan sebagai rumah adat berfungsi sebagai
simbolisasi adat dan budaya Gorontalo serta
3. Faktor-Faktor Penunjang dan sebagai sarana untuk melaksanakan kegiatan
Tantangannya dalam Proses adat dan budaya baik yang berhubungan
Transformasi Nilai-Nilai Budaya dengan festival kesenian Gorontalo dan
Huyula sebagai Upaya Pembangunan pelestarian arsip-arsip budaya Gorontalo serta
Karakter Bangsa kegiatan lainnya. Sehubungan dengan hal ini
Berdasarkan hasil penelitian, faktor- menurut Wulansari (2009:94) fungsi pranata
faktor penunjang dalam proses transformasi sosial memberikan pedoman pada setiap
nilai-nilai budaya Huyula sebagai upaya anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
pembagunan karakter bangsa di Kota Gorontalo berbuat, bertingkah laku atau bersikap dalam
yakni faktor masyarakat, agama yang dianut menghadapi setiap masalah-masalah yang
yaitu agama Islam, sosial kapital masyarakat terdapat di dalam masyarakat terutama yang
dan faktor identitas/jati diri masyarakat menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Gorontalo. Sedangkan tantangannya yakni Artinya walaupun Bantayo Poboide dilihat
adanya pengaruh globalisasi yang kurang dari segi fungsinya tidak seperti dulu lagi,
difilter dengan baik, ketidak seriusan namun dalam melaksanakan aktivitas adat
masyarakat dalam melestarikan Huyula, dan budaya masyarakat Kota Gorontalo
kurang efektifnya lembaga pendidikan, dan masih menjadikan lembaga ini sebagai sarana
kurangnya pemahaman pemerintah terhadap pelestarian budaya. Oleh karena itu, eksistensi
Huyula. Bantayo Poboide di Gorontalo merupakan
sarana penunjang dalam proses transformasi
a. Faktor Penunjang Proses Transformasi nilai-nilai budaya agar Huyula masih tetap
Faktor penunjang dalam proses dipertahankan oleh masyarakat.
transforamsi nilai-nilai budaya Huyula Selain adanya Bantayo Poboide,
yaitu; Pertama, sosial kapital. Sosial kapital sosial kapital yang dimiliki oleh masyarakat

72 ISSN 1412-565 X
Kota Gorontalo yakni dari segi agama. satu dengan yang lain karena telah terbangun
Masyarakat Kota Gorontalo secara mayoritas basis kebersamaan kesukuan. Pada level ini
pemeluk agama Islam walaupun dari segi proses transformasi nilai-nilai budaya Huyula
ketaatan masih tergolong belum sempurna. tidak mendapat hambatan. (2) Gorontalo
Hal yang menarik dalam konteks ini adalah merupakan daerah pertanian. Dilhat dari mata
ada satu kebiasaan di masyarakat Gorontalo pencaharian, mayoritas masyarakat Gorontalo
jika ada anggota masyarakat yang mengalami adalah petani. Artinya kegiatan Huyula dalam
kedukaan maka anggota masyarakat lain konteks Ti’ayo merupakan satu kebiasaan
datang ke rumah keluarga yang mengalami masyarakat pertanian. Jauh sebelum kebiasaan
kedukaan dengan membawa uang, makanan berhuyula dilaksanakan dalam bentuk Ambu
maupun bantuan lainnya untuk diberikan dan Hileiya sesungguhnya pelaksanaan Huyula
secara suka rela kepada anggota keluarga pertama kalinya dilaksanakan oleh masyarakat
yang ditinggalkan dengan harapan untuk pertanian. Mengingat begitu pentingnya pula
mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan. kebutuhan-kebutuhan lain seperti Ambu dan
Kegiatan ini dikenal dengan sebutan Huyula Hileiya maka Huyula dilaksanakan dalam
dalam jenis Hileiya yang dilaksanakan oleh kegiatan tersebut. (3) Adanya budaya Huyula di
masyarakat yang menganut agama Islam. Hal Gorontalo. Satu-satunya budaya di Gorontalo
ini merupakan gambaran bahwa keberadaan khususnya budaya dalam wujud aktivitas
pranata sosial sangat berpengaruh pada masyarakat yaitu budaya Huyula. Hal yang
aktivitas keagamaan masyarakat. Hal yang sama disampaikan oleh Daulima (2004:82)
sama disampaikan oleh Koentjaraningrat bahwa pada sistem ekonomi peninggalan
(1985:17) bahwa dalam masyarakat ada pranata leluhur suku Gorontalo terdapat kegiatan-
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia kegiatan sosial baik yang terkoordinir maupun
untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan suka rela. Kegaiatan tersebut adalah Huyula.
alam gaib, ialah religius institusions. seperti
tempat-tempat ibadah, doa, kenduri, upacara b. Tantangan dalam Proses Transformasi
penyiaran agama dan sebagainya. Tantangan dalam proses transformasi
Pada saat sekarang Hileiya masih nilai-nilai budaya Huyula sebagai upaya
tetap dilaksanakan oleh masyarakat walaupun pembangunan karakter bangsa di Kota
dalam bentuk pengorganisasian kegiatannya Gorontalo adalah sebagai berikut:
tidak seperti dulu. Di zaman dahulu kegiatan Pertama, adanya pengaruh globalisasi.
Hileiya dilaksanakan secara spontanitas dan Globalisasi mempengaruhi hampir seluruh
masyarakat langsung datang secara perorangan aspek kehidupan masyarakat termasuk
di rumah kedukaan dengan membawa uang, dintaranya aspek budaya. Globalisasi sebagai
makanan atau bantuan lainnya. Tapi di era sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya
sekarang Hileiya dilaksanakan oleh anggota tertentu ke seluruh dunia. Kontak melalui
PKK yang dalam pelaksanaannya, anggota media menggantikan fisik sebagai sarana
tersebut terkadang tidak menghadiri langsung, utama komunikasi antar bangsa. Kondisi ini
dan hanya menitipkan uang atau bantuan mengakibatkan komunikasi antar bangsa lebih
lainnya pada anggota PKK yang berkenan mudah dilakukan dan hal ini menyebabkan
hadir pada Hileiya tersebut. semakin cepatnya perkembangan globalisasi
Faktor penunjang kedua, dalam proses kebudayaan. Dalam teori dependensi dari
transformasi nilai-nilai budaya Huyula yaitu Qordoso et al (Syam, 2009-344) bahwa
adanya identitas sosial/jati diri. Adapun globalisasi dalam arti yang negatif adalah bila
identitas sosial yang di miliki oleh masyarakat yang terjadi bukan heterogenitas melainkan
Kota Gorontalo yaitu; (1) terdapatnya satu homogenisasi budaya dan gaya hidup dengan
suku di Gorontalo, kondisi ini mempermudah menempatkan nilai-nilai universal menjadi
relasi, komunikasi antara masyarakat yang tereduksi oleh suatu kepentingan kekuatan

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 73


dunia yang memang ingin memaksakan 4. Dampak dari Proses Transformasi Nilai-
kehendaknya. Teori ini mengisyaratkan bahwa Nilai Budaya Huyula sebagaiUpaya
globalisasi menyebabkan homogenisasi Pembangunan Karakter Bangsa
budaya, dan negara-negara adikuasalah yang Berdasarkan hasil penelitian di
memgang kendali kebudayaan di dunia. lapangan, para informan menyatakan
Sartini (2004:45) menyatakan bahwa bahwa dampak yang dapat diperoleh dari
globalisasi sebagai gejala perubahan di proses transformasi nilai-nilai budaya
masyarakat yang hampir melanda seluruh Huyula sebagai upaya pembagunan karakter
bangsa sering dianggap ancaman dan tantangan bangsa di Kota Gorontalo meliputi: dalam
terhadap integritas suatu negara. Dengan kegiatan Ambu, yakni tolong menolong untuk
demikian, bila suatu negara mempunyai kepentingan umum misalnya pembuatan
identitas tertentu, dalam hal ini budaya lokal ia jalan desa/kelurahan, tanggul, jamban umum
tidak mungkin lepas dari pengaruh globalisasi serta sebagai sarana dalam penyelesaian
ini sehingga budaya lokal harus tetap hidup antar konflik masyarakat, akan terjalin sifat
dan dapat mengikuti perkembangan zaman. kerja sama, kebersamaan, tanggung jawab,
Faktor kedua, tantangan dalam proses musyawarah. Dampaknya dapat menjadikan
transforamsi nilai-nilai budaya Huyula sebagai terbiasa bekerja sama, memiliki kepekaan
upaya pembangunan karakter bangsa di Kota sosial, terbiasa melaksanakan tanggung jawab
Gorontalo yakni kurangnya pemahaman dalam masyarakat serta terbiasa menyelesaikan
pemerintah daerah terhadap eksistensi budaya konflik di masyarakat.
Huyula di Gorontalo. Pembagunan karakter Selanjutnya kegiatan Hileiya,
bangsa merupakan upaya yang dilakukan merupakan kegiatan tolong menolong secara
untuk menjadikan warga negara memiliki spontan yang dinggap satu kewajiban sebagai
karakter yang baik. Pembangunan karakter anggota masyarakat, misalnya pertolongan
bangsa dapat dilakukan melalui budaya yang diberikan pada keluarga yang mengalami
lokal karena karakter yang diperlukan untuk kedukaan dan musibah lainnya. Dampak yang
hidup berbangsa dan bernegara sebenarnya dapat diperoleh dari kegiatan ini tercipta rasa
terkandung dalam budaya lokal yang dimiliki kepedulian, merekatkan rasa persatuan dan
oleh masing-masaing daerah di Indonesia kesatuan yang dijiwai oleh rasa ketaqwaan
yang merupakan bentuk kristalisasi dari nilai- terhadap Tuhan yang Maha Esa.
nilai Pancasila. Kemudian, Huyula dalam
Dalam pembangunan karakter bangsa, bentuk Ti’ayo. Kegiatan ini merupakan tolong
peran pemerintah memiliki tempat yang menolong antara sekelompok orang untuk
sangat strategis. Oleh karena itu, pemerintah mengerjakan pekerjaan seseorang, contohnya
dituntut untuk memahami segala potensi tolong menolong dalam kegiatan pertanian,
daerah yang dapat menunjang pembangunan membangun rumah dan kegiatan membangun
karakter bangsa. Tetapi, yang terjadi bantayo (tenda) untuk pesta perkawinan.
sekarang ini nampaknya pemerintah kurang Dampak yang dapat diperoleh yakni
memperhatikan potensi-potensi lokal yang masyarakat dapat mengetahui, melaksanakan
dimiliki daerahnya sehingga menyebabkan dan melestarikan budaya Huyula serta
pembangunan karakter bangsa tidak berjalan menjadikan pekerjaan masyarakat terasa
dengan baik. Mana mungkin pemerintah ringan.
dapat melangsungkan pembangunan karakter Berdasarkan penjelasan tersebut
bangsa sementara potensi-potensi pendukung di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
yang berada di sekitarnya tidak diberdayakan dampak yang dapat diperoleh dari proses
dengan optimal. transformasi nilai-nilai budaya Huyula baik
dalam kegaiatan Ambu, Hileiya dan Ti’ayo
masyarakat terbiasa melaksanakan nilai-nilai

74 ISSN 1412-565 X
Pancasila yang menjadi dasar utama dalam a. Kegiatan dalam bentuk Hileiya
upaya pembangunan karakter bangsa. Hileiya merupakan kegiatan tolong
menolong yang diberikan kepada keluarga
5. Kegiatan-Kegiatan yang dilaksanakan yang mengalami kedukaan atau musibah
oleh Pihak-Pihak yang Berkompeten lainnya. Bantuan yang diberikan berupa
dalam Proses Transformasi Nilai- uang, pakaian dan benda material lainnya
Nilai Budaya Huyula sebagai Upaya sesuai dengan kebutuhan orang yang terkena
Pembangunan Karakter Bangsa musibah serta disesuaikan pula kemampuan
Pada bagian ini akan disajikan masyarakat. Hasil penelitian menunjukan
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan bahwa seluruh kecamatan yang dijadikan
dalam proses transformasi nilai-nilai budaya lokasi penelitian masih melaksanakan kegiatan
Huyula. Sebagian kegiatannya masih seperti ini yang dilaksanakan oleh ibu-ibu PKK,
dulu, namun sebagin lagi dilaksanakan sesuai walaupun dilihat dari partisipasi masyarakat
dengan konteks kekinian tanpa mengabaikan mulai berkurang.
nilai-nilai yang terkandung dalam Huyula.
c. Kegiatan dalam bentuk Ti’ayo
a. Kegiatan dalam bentuk Ambu Dalam kehidupan masyarakat pertanian,
Di Kota Gorontalo masih menjadikan Ambu Ti’ayo merupakan suatu sistem pengerahan
sebagai suatu kewajiban untuk dikerjakan. tanaga tambahan dari luar keluarga untuk
Tingkat partisipasi masyarakat dalam bekerja mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa
bakti untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi
dapat dikatakan cukup tinggi walaupun dilihat bercocok tanam di sawah. Hasil penelitian
dari tingkat partisipasi masyarakat sekarang menunjukan bahwa kegiatan Ti’ayo masih
ini sudah mulai berkurang. dilaksanakan di Kota Gorontalo seperti di
Di Kecamatan Kota Timur kegiatan Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Kota
kerja bakti diarahkan pada pembersihan Barat. Namun dalam bentuk pengorganisasian
selokan-selokan air yang dilaksanakan setiap kegiatannya berbeda dengan yang dilakukan
hari jum’at (kegiatan jum’at bersih) oleh sebelumnya. Jika dahulu kegiatan ini
pemerintah kecamatan dan masyarakat. Tetapi dilaksanakan oleh semua petani, namun di
dalam pelaksanaannya masyarakat kurang era sekarang kegiatan ini dilaksakan melalui
melibatkan diri karena terkontaminasi dengan kelompok-kelompok tani sehingga ketika
kondisi sekarang bahwa jika bekerja maka ada kegiatan Ti’ayo yang hadir bukan lagi
ada imbalan atau sewa. Demikian pula di perindividu melainkan perwakilan masing-
Kecamatan Kota Barat, Ambu termanifestasikan masing kelompok tani. Selain itu, kelompok
dalam bentuk kerja bakti dan telah dijadikan tani ini mempermudah Ti’ayo pada era
sebagai suatu kebiasaan untuk membangun sekarang mulai ditinggalkan oleh masyarakat
kantor kelurahan. Dalam pembangunan maupun mempermudah komunikasi jika ada
kantor kelurahan masyarakat sendiri yang bantuan dari pemerintah baik bantuan pupuk
menyumbangkan dana untuk pembelian maupun bantuan lainnya. Sehubungan dengan
bahan-bahan bangunan, serta masyarakat hal ini menurut Koentjaraningrat (1985:16)
bergotong royong menyumbangkan tenaga bahwa dalam kegiatan sosial ada pranata
secara bergantian untuk membangun kantor sosial yang berdasarkan kebutuhan hidup
kelurahan tersebut. Dan di Kecamatan Kota dan kesejahteraan manusia yakni economic
Selatan kegiatan Ambu dilaksanakan dalam institusions yang berarti pranata-pranata yang
bentuk kegiatan kepemudaan yaitu Pemilihan bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk
Putra Putri Terbaik tingkat Kota Gorontalo pencarian hidup, memproduksi, menimbun
(Pemilihan Nou dan Uti), serta Pemilihan dan mendistribusi harta dan benda. Contoh
Putra Putri Islam Berprestasi (PPIB). yang dilaksanakan oleh pranata ini adalah

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 75


pertanian, peternakan, perburuan, industri, bangsa mencakup: masyarakat terbiasa
barter, koperasi, penjualan dan sebagainya. bermusyawarah, bertanggung jawab,
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dan memahami budayanya dalam hal
menyimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang pemenuhan kebutuhan hidup berbangsa
telah dilaksanakan dalam proses transformasi dan bernegara, memiliki karakter yang
nilai-nilai budaya Huyula meliputi: kegiatan peduli terhadap sesama manusia serta taat
jum’at bersih; membangun kantor kelurahan; terhadap ajaran agama, dan melestarikan
Pemilihan Putra Putri Islam Berprestasi budaya Huyula, serta menjadikan
(PPIB) tingkat Kota Gorontalo; kegiatan yang pekerjaan terasa ringan; dan
dilakukan oleh ibu-ibu PKK terhadap keluarga e. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
yang anggota keluarga/masyarakat mengalami dalam proses transformasi mencakup:
kedukaan dan kegiatan gotong royong di jum’at bersih, pemilihan Putra Putri Islam
sawah yang dilakukan oleh kelompok tani. Berprestasi (PPIB), membangun kantor
kelurahan, membantu masyarakat yang
KESIMPULAN mengalami musibah dan kegiatan gotong
Merujuk pada hasil temuan dan royong di sawah yang dilaksanakan oleh
pembahasan, peneliti merumuskan kesimpulan kelompok tani.
penelitian sebagai berikut:
a. Persepsi masyarakat Kota Gorontalo DAFTAR PUSTAKA
terhadap Huyula yaitu masyarakat Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008). PKn
memahami budaya Huyula dan dapat dan Masyarakat Multikultural. Bandung:
dijadikan sebagai sarana pembangunan Sekolah Pascasarjana Program Pendidikan
karakter bangsa; Kewarganegaraan Universitas Pendidikan
b. Masyarakat Kota Gorontalo mempersepsikan Indonesia.
transformasi nilai-nilai budaya Huyula Creswell, W.J. (2010). Reseach Design
merupakan upaya yang dilakukan oleh Qualitative and Quantitative Approach.
pemerintah, masyarakat dan lembaga Penerjemah Achmad Fawaid. Yogyakarta:
pendidikan untuk menjadikan nilai-nilai Pustaka Pelajar.
budaya Huyula sebagai dasar dalam upaya Daulima, F. (2004). Aspek-Aspek Budaya
pembangunan karakter bangsa; Masyarakat Gorontalo. Banthayo
c. Faktor penunjang dan tantangan dalam Pobo’ide Limboto: Fitrah
proses transformasi nilai-nilai budaya Geertz, C. (1992). Tafsir Kebudayaan (Refleksi
Huyula yaitu: Budaya). KANISIUS: Yogyakarta.
a). Faktor penunjang, yakni sosial kapital Hakam, A.K. (2007). Bunga Rampai
yang terdiri dari; (1) adanya Bantayo Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas
Poboide (rumah adat), (2) faktor agama. Pendidikan Indonesia.
Adanya identitas sosial/jati diri terdiri Keontjaraningrat. (1985). Kebudayaan
dari; (1) suku Gorontalo, (2) Gorontalo Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
daerah pertanian, dan (3) budaya Huyula. Gramedia.
b). Tantangan dalam proses transformasi Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat
budaya Huyula yakni; (1) pengaruh (Edisi Paripurna). Yogyakarta: Tiara
globalisasi; dan (2) kurangnya pemahaman Wacana.
pemerintah daerah terhadap budaya Lickona, T. (1992). Educating For Character
Huyula di Kota Gorontalo; How Our Schools Can Teach Respect and
d. Dampak dari proses transformasi nilai- Responsibility. New York-Toronto-London-
nilai budaya Huyula di Kota Gorontalo Sydney-Auckland: Bantam Books.
sebagai upaya pembangunan karakter Miles, M dan Huberman, A.M. (2007).

76 ISSN 1412-565 X
Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tesis dan Jurnal
Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Eddy. (2009). “Kontinuitas Sejarah dan
Universitas Indonesia Press. Pengembangan Kebudayaan Nasional
Mohammad, F. et al. (2005). Menggagas Masa dalam Pembinaan Persatuan dan Kesatuan
Depan Gorontalo.Yogyakarta: HPMIG Bangsa”. Jurnal IPS. “vol” 17, (32), 1-6.
Press. Machfiroh, R. (2011). Revitalisasi
Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Karakter Bangsa Melalui Pendidikan
Desain Induk Pembangunan Karakter Kewarganegaraan dengan Pengembangan
Bangsa Tahun 2010-2025. Budaya lokal (Studi Kasus Budaya
Pujileksono, S. (2009). Antropologi (Edisi Macapat di Masyarakat Kota Surakarta
Revisi). Malang: UMM Press. Jawa Tengah).Tesis Magister pada SPS
Syam, F. (2009). Renungan BJ. Habibie UPI Bandung: Sekolah Pascasarjana
Membangun Peradaban Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Gema Insani. Sapriya. (2008). “Perspektif Pemikiran Pakar
Wulansari, D.C. (2009). Sosiologi Konsep dan tentang Pendidikan Kewarganegaraan
Teori. Bandung: Rafika Aditama. dalam Pembangunan Karakter Bangsa
Yayasan 23 Januari 1942. (1982). Perjuangan (Sebuah Kajian Konseptual-Filosofis
Rakyat di Daerah Gorontalo, Menentang dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Kolonialisme dan Mempertahankan dalam Konteks Pendidikan IPS”. Jurnal
Negara Proklamasi. Jakarta: Gobel Acta Civicus. “Vol” 1, ( 2).
Dharma Nusantara. Sartini. (2004). “Menggali Kearifan Lokal”.
Jurnal Filsafat, Jilid 37, ( 2).

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Mahasiswa S2 Program
Studi PKn Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013 77

Anda mungkin juga menyukai