Anda di halaman 1dari 20

Modul Alat Penukar Kalor

Disusun Oleh :
Dr. M. Burhan Rubai Wijaya, M.Pd

Sarwi Asri, M.Pd

Mata Kuliah Perpindahan Kalor


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan panas dari suatu fluida
yang temperaturnya lebih tinggi kepada fluida lain yang temperaturnya lebih rendah. Proses
perpindahan panas tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Maksudnya adalah :

• Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur secara
langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan
tertentu

• Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan langsung
dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu mempunyai media perantara,
seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnnya

a. Klasifikasi Alat Penukar

Kalor Menurut Tunggul [9] alat penukar kalor dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-
macam pertimbangan, yaitu:

1. Klasifikasi Berdasarkan Proses Perpindahan Panas

- Tipe kontak tidak langsung

Tipe yang langsung dipindahkan

§ Tipe satu fase

§ Tipe banyak fase

§ Tipe yang ditimbun (storage type)

§ Tipe fluidized bed

- Tipe yang kontak langsung

Immiscible fluids

Gas liquid
Liquid vapor

3. Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Fluida yang Mengalir - Dua jenis fluida - Tiga jenis fluida
- N-jenis fluida

4. Klasifikasi Berdasarkan Kompaknya Permukaan

2 3
- Tipe penukar kalor yang kompak, density luas permukaannya > 700 m /m

- Tipe penukar kalor yang tidak kompak, density luas permukaannya < 700 23

m /m

4. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Perpindahan Panas

- Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya

- Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya terdapat cara konveksi
dua aliran

- Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta masing-masing terdapat dua pass aliran

- Kombinasi cara konveksi dan radiasi

5. Klasifikasi Berdasarkan Konstruksi

- Konstruksi tubular (shell and tube)

Pipa ganda (Double tube) Konstruksi shell and tube

§ Sekat plat (plate baffle)

§ Sekat batang (rod baffle)

§ Konstruksi tabung spiral

- Konstruksi tipe pelat Tipe pelat Tipe lamella Tipe spiral Tipe pelat koil

- Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)

€Sirip pelat (pelat fin)


€Sirip tabung (tube fin) § Heat pipe wall § Ordinary separating wall

- Regenerative

Tipe rotari

Tipe disk (piringan)

Tipe drum

Tipe matrik tetap

6. Klasifikasi Berdasarkan Pengaturan Aliran

- Aliran dengan satu pass

Aliran berlawanan arah

Aliran paralel

Aliran melintang

Aliran split

Aliran yang dibagi (divided)

- Aliran multi pass

Permukaan yang diperbesar (extended surface)

§ Aliran counter menyilang

§ Aliran paralel menyilang

§ Aliran compound

Shell and tube

§ Aliran paralel yang berlawanan (M laluan pada cangkang dan N laluan pada
tabung)

§ Aliran split
§ Aliran dibagi (divided) Multipass pelat

§ N-paralel pelat multipass

2. Standar Alat Penukar Kalor

Menurut Tunggul standar yang umum digunakan menjadi acuan dalam merencanakan, fabrikasi
serta memelihara alat penukar kalor adalah:

a. Standards of Tubular Exchanger Manufacturers Association (TEMA Standards),


merupakan standar Amerika Serikat

b. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Code, Section VIII, Pressure Vessel-
Division I Alternative rules for pressure Vessels-Division II

c. American Petroleum Institute (API Standards) Chapter VI – Pressure Vessels (Tower, Drums,
and Reactors) Chapter VII – Heat Exchangers, Condensors, and Cooler Boxes

d. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Code, Section II – Material Spesification


Part A – Ferrous metal

Part B – Non-ferrous metal

Part C – Welding Rod, Electrods, and Filler metals

e. Standards British, seperti British Standard B S 3274, B S 5500, dan standar negara-negara
lain seperti Belgia, Jerman, Belanda, Perancis, Norwegia, Australia, Japan, dan lain-
lain Adapun standar tersebut mencakup masalah perencanaan (design), pembuatan
(fabrikasi), pemilihan material konstruksi, pengujian (testing) cangkang tabung, sekat dan
support, ujung yang bebas (floating head), saluran nosel, pelat tabung (tube sheet), dan
lain-lain.

3. Alat Penukar Kalor Tipe Cangkang dan Tabung.

Cangkang tabung adalah salah satu jenis APK yang menurut konstruksinya dicirikan oleh adanya
sekumpulan tabung (tube bundles) yang dipasangkan di dalam cangkang berbentuk silinder
dimana dua jenis fluida yang saling bertukar kalor mengalir secara terpisah, masing-masing
melalui sisi tabung dan sisi cangkang.
Begitu banyaknya jenis dari alat penukar kalor cangkang tabung yang dipergunakan pada dunia
industri. Untuk membuat pembagiannya secara pasti adalah sangat sulit. Menurut Tunggul [11]
berdasarkan pemakaian, heat exchanger diklasifikasikan dalam 3 class, yaitu : class R, class C,
dan class B. Class R adalah alat penukar kalor yang tidak mengalami pembakaran, dan secara
umum dipergunakan untuk mengolah minyak (petroleum) atau setidak-tidaknya berhubungan
dengan aplikasi dalam proses pengolahan minyak. Class C sama dengan class R, dimana dalam
penggunaannya tidak mengalami pembakaran.

Jenis ini umumnya dipergunakan pada tujuan-tujuan komersial dan dalam proses yang umum.
Class B juga sama, hanya saja dipergunakan untuk proses-proses kimia (chemical process service).

Disamping pengelompokan diatas, dari TEMA dikenal juga tipe lain, seperti:

a) Penukar kalor dengan fixed tube sheet

b) Penukar kalor dengan floating tube sheet

c) Penukar kalor dengan pipa U (hairpin tube)

d) Penukar kalor dengan fixed tube sheet dan mempunyai sambungan ekspansi (expantion
joint) pada cangkang nya

Keuntungan alat penukar kalor tipe cangkang tabung adalah :

a) Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan bentuk
atau volume yang kecil

b) Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi bertekanan

c) Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well established)

d) Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material yang
dipergunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasinya

e) Mudah membersihkannya

f) Prosedur perencanaannya sudah mapan (well established)


g) Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil

h) Prosedur mengoperasikannya tidak berbelit-belit

i) Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu kesatuan yang
utuh, sehingga pengangkutannya relatif mudah

Gambar 4. APK jenis Cangkang dan Tabung tipe BEM.

Konstruksi tipe BEM mempunyai front end Stationary B yang berbentuk Bunnet, cangkang tipe E
yaitu one pass shell dan rear end head, tipe M yaitu fixed tube shell.

Umumnya, aliran fluida dalam cangkang dan tabung dari suatu APK adalah paralel atau
berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam cangkang dan tabung menjadi aliran menyilang
(cross flow) biasanya ditambah baffle (sekat).

4. Fluida di Dalam Cangkang dan di Dalam Tabung.

Menentukan fluida di dalam tabung serta fluida diluar tabung (sisi cangkang) memerlukan
pertimbangan-pertimbangan yang khusus. Untuk menentukan hal itu dilakukan evaluasi berbagai
faktor disamping memperhatikan tipe alat penukar kalor. Tunggul mengemukakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan untuk menentukan jenis fluida dalam tabung (tube side) atau diluar tabung
(shell side) adalah:

a) Kemampuan untuk dibersihkan (cleanability) Jika dibandingkan cara membersihkan tabung


dan cangkang, maka pembersihan sisi cangkang (luar tabung) jauh lebih sulit. Untuk itu maka
fluida yang bersih biasanya dialirkan sebelah cangkang (diluar tabung) dan fluida yang kotor
melalui tabung.

b) Korosi Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari paduan
logam. Paduan logam itu mahal, karena itu fluida dialirkan melalui tabung untuk menghemat
biaya yang terjadi karena kerusakan cangkang.

c) Tekanan kerja Cangkang yang bertekanan tinggi, diameter besar, akan memerlukan dinding
yang tebal, ini akan mahal. Untuk mengatasi hal ini, apabila fluida bertekanan tinggi, lebih
baik dialirkan melalui tabung.

d) Temperatur Fluida bertemperatur tinggi lebih baik dialirkan melalui tabung. Fluida
bertemperatur tinggi juga akan menurunkan tegangan yang dibolehkan (allowable stress) pada
material peralatan, hal ini mempunyai pangaruh yang sama seperti fluida bertekanan tinggi
yang memerlukan dinding cangkang yang tebal.

e) Fluida berbahaya atau fluida mahal Untuk fluida mahal dan atau fluida yang berbahaya harus
dialirkan melalui bagian-bagian yang terikat kuat pada alat penukar kalor itu. Beberapa tipe
penukar kalor mengalirkannya pada sisi sebelah tabung.

f) Jumlah aliran fluida Suatu perencanaan yang baik akan diperoleh aliran fluida yang kecil
jumlahnya dilakukan pada sisi sebelah cangkang. Ini mempengaruhi jumlah pass aliran, tetapi
konsekuensinya ialah kerugian dan penurunan tekanan.

g) Viskositas Batas angka kritis bilangan Reynolds untuk aliran turbulen pada sisi cangkang
adalah 200. Karena itu aliran laminer dalam tabung dapat menjadi turbulen apabila aliran
melalui cangkang. Aliran tetap laminar dialirkan melalui cangkang, maka lebih baik aliran itu
dialirkan melalui tabung.

h) Penurunan tekanan Apabila masalah penurunan tekanan (pressure drop) merupakan hal yang
kritis dan harus ditinjau secara teliti, maka sebaiknya fluida tersebut dialirkan melalui sisi
tabung. Penurunan tekanan didalam tabung dapat dihitung dengan teliti, sedangkan pressure
drop sisi cangkang dapat menyimpang sangat besar dari nilai teoritis, tergantung dari
kelonggaran (clearance) alat penukar kalor itu.

Kemampuan melepas atau menerima panas suatu alat penukar kalor dipengaruhi oleh besarnya
luas permukaan (heating surface). Besarnya luas permukaan itu tergantung dari panjang, ukuran
dan jumlah tabung yang dipergunakan pada alat penukar kalor itu.

5. Jumlah Pass Atau Lintasan Pada Alat Penukar Kalor.

Yang dimaksud dengan pass dalam alat penukar kalor adalah lintasan yang

dilakukan oleh fluida di dalam cangkang atau dalam bundle tabung. Dikenal 2 jenis lintasan alat
penukar kalor, yaitu :

a) Shell pass atau lintasan cangkang.

b) Tube pass atau lintasan tabung.

Yang dimaksud dengan pass shell adalah lintasan yang dilakukan oleh

fluida sejak masuk mulai saluran masuk (inlet nozzle), melewati bagian dalam cangkang dan
mengelilingi tabung, keluar dari saluran buang (outlet nozzle). Apabila lintasan itu dilakukan 1
kali maka disebut 1 laluan cangkang, kalau terjadi 2 kali atau n kali melintasi bagian dalam serta
melewati tabung, disebut 2 atau n laluan cangkang.

Untuk fluida di dalam tabung, jika fluida masuk kedalam penukar kalor melalui salah satu ujung
(front head) lalu mengalir ke dalam tabung dan langsung keluar dari ujung tabung yang lain
melalui rear head, maka disebut dengan 1 laluan tabung. Apabila fluida itu membelok lagi masuk
kedalam tabung, sehingga terjadi dua kali lintasan fluida dalam tabung maka disebut 2 laluan
tabung. Biasanya laluan cangkang itu lebih sedikit daripada laluan tabung.

6. Aliran Fluida dan Distribusi Temperatur Pada Alat Penukar Kalor

Apabila ditinjau aliran fluida alat penukar kalor, maka dapat dibagi dalam

3 macam aliran, yaitu :

a) Aliran sejajar atau paralel flow.

b) Aliran berlawanan atau counter flow.

c) Aliran kombinasi, gabungan aliran sejajar dan berlawanan.


Aliran fluida dan distribusi temperatur pada penukar kalor dapat dibagi

atas :

a) Aliran dan Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor yang Langsung

Pada alat penukar kalor jenis ini, temperatur akhir fluida panas dan fluida dingin menjadi sama
karena kedua jenis fluida tersebut akan membentuk campuran (teraduk) keluar dari alat penukar
kalor itu. Hal ini berarti, panas yang diberikan oleh fluida panas diterima secara utuh atau 100%
oleh fluida dingin, tanpa ada kerugian panas.

Hubungan antara jenis aliran, distribusi temperatur dan panjang tabung (luas tabung) pada alat
penukar kalor yang kontak langsung dapat dilihat pada gambar 2.5. dan 2.6 [13].

Gambar 5. Distribusi temperatur – panjang (luas) tabung alat penukar kalor langsung, dengan
aliran fluida parallel.
Gambar 6. Distribusi temperatur – panjang (luas) tabung, alat penukar kalor langsung, dengan
aliran fluida berlawanan arah.

b) Aliran dan Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor yang Tidak Langsung Pada jenis alat
penukar kalor ini, tabung berfungsi sebagai pemisah antara fluida panas dengan fluida
dingin. Untuk itu perlu pertimbangan yang matang, untuk menentukan fluida mana yang
mengalir melalui tabung, apakah fluida panas atau fluida dingin.
7. Konstruksi Alat Penukar Kalor

Ditinjau dari segi konstruksi alat penukar kalor jenis cangkang dan tabung, Tunggul [14] membagi
konstruksinya dalam 4 bagian, yaitu:

1. Bagian depan yang tetap atau Front End Stationary Head

2. Shell atau badan alat penukar kalor

3. Bagian ujung belakang atau Rear End Head

4. Berkas tabung atau tube bundle, kumpulan tabung yang dimasukkan ke dalam tabung alat
penukar kalor

Didalam TEMA Standar, masing-masing bagian tersebut (kecuali nomor 4) telah diberi
kode masing-masing dengan mempergunakan huruf.
Gambar 7. Bagian-bagian dari alat penukar kalor (berdasarkan standar TEMA) [15].
8. Cangkang (Shell)

Secara umum lintasan fluida dalam APK dapat terjadi pada dua area lintasan yang terpisah yakni
dalam shell side (sisi cangkang) dan tube side (sisi tabung). Dalam menganalisa aliran fluida dalam
sisi cangkang bahwa, dalam sisi cangkang selain terdapat aliran utama B yakni aliran yang
melintas tegak (main cross flow) terhadap bundel tube, juga terdapat kebocoran (leakage) aliran
seperti kebocoran A antara baffle dengan tabung, dan kebocoran E antara baffle dengan cangkang,
serta aliran by pass C antara bundel tube dengan cangkang, seperti gambar 8.

Gambar 8. Aliran dalam sisi cangkang dengan baffle segmen.

Gambar 9. Cangkang APK.

9. Tabung.

Susunan tabung itu mempengaruhi besarnya penurunan tekanan aliran fluida dalam cangkang.
Penentuan susunan tabung pada alat penukar kalor sangat prinsip sekali, ditinjau dari segi operasi
dan pemeliharaan. Adapun beberapa susunan tabung alat penukar kalor menurut Tunggul [17]
meliputi:

1. Tabung (tube) dengan susunan segitiga (triangular pitch). o


2. Tabung (tube) dengan susunan segitiga diputar 30 (rotated triangular atau in-line triangular
pitch).

3. Tabung (tube) dengan susunan bujur sangkar (in-line square pitch).

4. Tabung (tube) dengan susunan berbentuk belah ketupat, atau bentuk bujur sangkar yang
diputar 45 (diamond square pitch).

Susunan tabung yang segitiga merupakan susunan yang sangat popular dan baik dipakai melayani
fluida kotor/berlumpur atau yang bersih (non-fouling or fouling). Koefisien perpindahan panasnya
lebih baik dibanding dengan susunan tabung bujur sangkar (in-line square pitch). Susunan tabung
segitiga banyak dipergunakan dan menghasilkan perpindahan panas yang baik per satu satuan
penurunan tekanan (per unit pressure drop), di samping itu letaknya lebih kompak.

Susunanbujursangkarmembentuksudut90 (in-linesquarepitch)banyak

dipergunakan, dengan pertimbangan seperti berikut:

1. Apabila penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada alat

penukar kalor itu sangat kecil.

2. Apabila pembersihan yang dilakukan pada bagian luar tabung adalah

dengan cara pembersihan mekanik (mechanical cleaning). Sebab pada

susunan seperti ini, terdapat celah anatara tabung yang dipergunakan

untuk pembersihannya.

3. Susunan ini memberikan perilaku yang baik, bila terjadi aliran turbulen, tetapi untuk laminar
akan memberikan hasil yang kurang baik.
Gambar 10. Susunan tabung alat penukar kalor.

(a) susunan tabung segitiga (triangular); (b) susunan tabung bujur sangkar
(c) susunan tabung bujursangkar diputar 45 (diamond) [18].

Tabel.1. Perbandingan dari susunan tabung pada alat penukar kalor .

Susunan tabung Kelebihan Kekurangan

Film koefisiennya lebih


tinggi daripada bujur Jatuh tekanan yang terjadi antara
sangkar menengah keatas
Segitiga
Tidak baik untuk fluida yang kotor
Dapat dibuat jumlah tabung
yang lebih banyak sebab Pembersihannya dengan cara kimia
susunannya kompak

Bagus untuk kondisi yang


memerlukan jatuh tekanan
rendah

Baik untuk pembersihan


Bujur sangkar Film koefisiennya rendah
luar tabung secara mekanik

Baik untuk melayani fluida


kotor

Film koefisiennya lebih


baik dari susunan bujur
sangkar, tetapi tidak sebaik
Film koefisiennya relatif rendah
susunan segitiga
Belah ketupat Jatuh tekanannya tidak serendah jenis
Mudah untuk pembersihan
susunan bujur sangkar
dengan mekanis

Baik untuk fluida yang


kotor
9. Baffle atau Sekat.

Umumnya, aliran fluida dalam alat penukar kalor tabung cangkang adalah paralel atau berlawanan.
Untuk membuat aliran fluida dalam alat penukar kalor tabung cangkang menjadi cross flow
biasanya ditambahkan penyekat atau baffle. Aliran cross flow yang didapat dengan menambahkan
baffle akan membuat luas kontak fluida dalam cangkang dengan dinding tabung makin besar,
sehingga perpindahan panas di antara kedua fluida meningkat. Selain untuk mengarahkan aliran
agar menjadi cross flow, bafflecut juga berguna untuk menjaga supaya tube tidak
melengkung(berfungsi sebagai penyangga)

Secara teoritis, baffle yang dipasang terlalu berdekatan akan meningkatkan perpindahan panas
yang terjadi di antara kedua fluida, namun hambatan yang terjadi pada aliran yang melalui celah
antar baffle menjadi besar sehingga penurunan tekanan menjadi besar. Sedang jika baffle dipasang
terlalu berjauhan penurunan tekanan yang terjadi akan kecil, namun perpindahan panas yang
terjadi kurang baik. Untuk itu akan dilakukan suatu penelitian untuk mempelajari pengaruh
penggunaan baffle cut pada suatu alat penukar kalor tabung cangkang.

Baffles atau sekat-sekat yang dipasang pada alat penukar kalor mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

Struktur untuk menahan berkas tabung


Damper untuk menahan atau mencegah terjadinya getaran (vibration) pada tabung
c. Sebagai alat untuk mengontrol dan mengarahkan aliran fluida yang mengalir diluar tabung
(sisi cangkang).

Gambar 11. Baffle.


Ditinjau dari segi konstruksi, sekat dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok, yaitu:

• Sekat pelat berbentuk segment (segmental baffles plate).

Sekat pelat berbentuk segmen ini adalah jenis umum yang umum dipergunakan. Dipasang dengan
posisi tegak lurus terhadap tabung.Konstruksi sekat ini terdiri dari bahan pelat yang dilubangi
untuk memasukkan tabung kedalamnya. Pada setiap alat penukar kalor dipergunakan lebih dari
satu sekat

• Sekat batang (rod baffles).

Sekat batang merupakan kombinasi sekat pelat dan rod. Konstruksinya terbuat dari rod dan pelat
yang merupakan cincin sekat dimana satu dengan yang lain dipadukan dengan skid bar.

• Sekat mendatar (longitudinal baffles).

Sekat mendatar atau longitudinal dipasang pararel dengan susunan tabung. Sekat ini
mempengaruhi aliran pada sisi aliran pada sisi sebelah luar tabung atau laluan tabung.

• Sekat impingment (impingiment baffles).

Sekat ini secara langsung akan mengena kepada aliran fluida yang masuk ke dalam cangkang alat
penukar kalor. Sekat dipasang pada saluran masuk fluida ke dalam cangkang dengan tujuan untuk
mencegah partikel-partikel padat ikut melayang atau keluar,serta untuk mencegah kecepatan yang
tinggi dari aliran cairan masuk cangkang.

Besarnya pemotongan sekat [20], berkisar antara 15-45% diameter sekat- nya,sebab pada kondisi
ini akan terjadi perpindahan panas yang baik serta penurunan tekanan tidak terlalu besar . Besarnya
bagian sekat yang dipotong adalah tergantung konstruksi sekat yang diinginkan,biasanya hal ini
dinyatakan dalam % baffle cut.

Baffle cut yang dipotong tegak biasanya dipergunakan untuk kondensor horizontal,reboiler,alat
penguap(vaporizers) dan penukar kalor yang membawa bahan-bahan suspended atau cairan
berlumpur atau kotor(fouling).Maksudnya adalah,bahwa dengan sekat yang dipotong tegak akan
membuat bagian uap yang belum terkondensasi mengalir pada bagian atas jendela sekat.

Ada 3 jenis potongan sekat yang umum dibuat yaitu:


1. Baffle cut mendatar.

2. Baffle cut vertical atau tegak.

3. Baffle cut miring (rotated).


REFERENSI
Kern, D.Q., “Process Heat Transfer”, International Student
Edition, McGraw Hill Kogakusha, Ltd., New York.
Holman, J.P., “Heat Transfer”, sixth edition, Mc Graw Hill, Ltd.,
New York, 1986.
Mikheyev, M., “Fundamentals of Heat Transfer”, John Willey &
Sons Inc., New York, 1986.
Incopera De Witt, “Fundamentals of HeatTransfer”, John Willey &
Sons Inc., New York1981.
Ozisik, “Heat Transfer, a basic approach”, 1984.
McAdams, W.H., “Heat Transmision”, 3rd edition, McGraw Hill
Book Company, Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai