MJ Stratejik 10 IMPLEMENTASI STRATEGI
MJ Stratejik 10 IMPLEMENTASI STRATEGI
Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2019/2020
A. IMPLEMENTASI STRATEGI
1. Definisi Implementasi
Implementasi adalah pekerjaan yang dilakukan setelah merumuskan strategi.
Implementasi strategi berarti mobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Sering dianggap sebagai tahap yang
paling sulit dalam manajemen strategis, karena implementasi strategi memerlukan
disiplin pribadi, komitmen dan pengorbanan. Keberhasilan implementasi strategi
tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih
menekankan seni ketimbang pengetahuan. Strategi yang dirumuskan tetapi tidak
diimplementasikan sama sekali tidak ada gunanya. Jadi Implementasi Strategi
adalah sebuah pengembangan dalam bentuk tindakan pengelolaan bermacan- macam
sumber daya organisasi dan proses dimana manajemen mewujudkan strateginya
dalam bentuk program, prosedur dan anggaran.
Hitt, Ireland, dan Hoskisson (2000) menekankan bahwa serangkaian
tindakan strategis yang disebut formulasi strategi dan implementasi strategi harus
disatukan dengan hati-hati jika perusahaan ingin mencapai daya saing strategis dan
menghasilkan pendapatan di atas rata-rata. Kesuksesan persaingan terjadi ketika
perusahaan menggunakan perangkat dan tindakan implementasi secara konsisten
dengan strategi-strategi level-bisnis, level-perusahaan, akuisisi, internasional, dan
kerjasama yang sebelumnya dipilih. Perumusan strategi dan implementasi strategi
harus sesuai dengan tujuan strategis dan misi strategis. Tujuan strategis dan misi
strategis disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari analisis lingkungan
eksternal dan lingkungan internal. Perusahaan mempelajari lingkungan eksternal dan
internal agar dapat mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman pasarnya dan
menentukan bagaimana menggunakan kompetensi-kompetensi intinya dalam usaha
mendapatkan hasil strategisnya yang diinginkan.
B. IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN
Tahap implementasi strategi memerlukan pertimbangan dalam penyusunan
struktur organisasi, karena keselarasan struktur dengan strategi merupakan satu hal
yang penting untuk tercapainya implementasi strategi. Implementasi strategi biasanya
berkaitan erat dengan perubahan, oleh karena itu tidaklah mengherankan masalah
kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan perlu dicermati secara teliti
dalam implementasi strategi. Gaya kepemimpinanlah yang akan berpengaruh
terhadap cara-cara berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan di dalam
perusahaan di mana semua itu nantinya akan bermuara pada terbentuknya budaya
perusahaan. Terdapat berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara
umum teori-teori tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar,
yaitu:
a. Gaya kepemimpinan yang berkesan administrator. Gaya kepemimpinan tipe
ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif
serta kelihatan sekali takut dalam mengambil risiko dan mereka cenderung
mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis
perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi
Continuation, Routine change, serta Limited change.
b. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,
biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisis, terutama
analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi
pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi
jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta
kuantitatif.
c. Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih
agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian
personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe
asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul
dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul
kesimpulan yang memuaskan.
d. Gaya kepemimpinan entepreneur. Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh
perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan pada
kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasannya selalu
mencari pesaing dan menargetkan standar yang tinggi.
Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi
perusahaan tentunya membutuhkan seorang pemimpin yang dapat melaksanakan
tugas atau fungsi manajemen. Manajemen adalah suatu faktor kemanusiaan, mengikat
suatu kelompok bersama dan memberi motivasi untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan organisasi sebelumnya. Dua permasalahan utama yang terkait dengan
kepemimpinan dalam manajemen strategic adalah : 1) Kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh pemimpin strategic dalam hal ini adalah CEO (chief excecutive officer)
dan 2) Siapa yang pantas menjadi pemimpin atau penunjukkan manajer-manajer
kunci.
Peran CEO
Dalam konteks manajemen strategik, kepemimpinan merupakan elemen kunci
dari implementasi strategi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan diuraikan secara
khusus tentang kepemimpinan strategis dalam perusahaan. Kepemimpinan Strategis
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan mengantisipasi, memiliki visi,
mempertahankan fleksibilitas, dan memberi kuasa kepada orang-orang lain untuk
menciptakan perubahan strategis yang perlu. Kepemimpinan strategis menuntut
kemampuan mengakomodasi dan mengintegrasikan kondisi-kondisi eksternal maupun
internal dan kemampuan untuk mengelola ambiquitas dan terlibat dalam pemrosesan
informasi yang kompleks. Melalui kepemimpinan strategis yang efektif, organisasi
diharapkan mampu memanfaatkan proses manajemen strategis dengan sukses.
Pemimpin-pemimpin strategis yang efektif juga harus mampu mengambil
keputusan berani, tetapi pragmatis, yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Ketika mengambil keputusan berat, pemimpin strategis yang efektif
meminta masukan dari rekan-rekan dan karyawannya tentang bobot keputusan
mereka melalui komunikasi timbal balik. Sementara itu, tanggung jawab utama
implementasi strategi yang efektif terletak pada pemimpin puncak sebuah organisasi,
yaitu CEO.
Dalam perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar global, banyak
pemimpin strategis berusaha memperjuangkan inovasi. Gaya manajemen CEO dapat
mempengaruhi tingkat kinerja dari perusahaannya. Selain itu, manajer tingkat
menengah harus membangun koalisi efektif di antara rekan-rekan dan bawahan
mereka dan dengan manajer tingkat lebih atas untuk mendapatkan dukungan. Untuk
mencapai tingkat inovasi yang diharapkan, maka perusahaan harus memiliki tim
manajemen puncak yang berpendidikan tinggi dan dengan keahlian fungsional yang
lebih beragam.
1. Kelebihan:
a. Tenaga dari dalam telah mengenal karyawan dan kondisi yang ada.
b. Kualitas pribadi manajer dari dalam lebih dipahami oleh rekan-rekannya.
c. Memiliki hubungan yang mengakar dengan rekan bawahan, pemasok,
pembeli, dan sebagainya.
d. Menunjukkan manajemen memperhatikan karir anggota karyawannya.
2. Kekurangan:
a. Kurang adaptif terhadap perubahan strategi yang besar karena
pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mereka.
b. Kurang memiliki kemampuan secara kredibel mengemban tugas
pembaharuan.
c. Komitmen yang dibuat para manajer pada masa lalu menghambat
penggunaan gaya manajerial baru yang dituntut oleh pelaksanaan suatu
strategi baru.
1. Kelebihan :
a. Tenaga dari luar biasanya tidak terbebani oleh komitmen terhadap
karyawan.
b. Biasanya mereka yang berasal dari luar memiliki komitmen dan semangat
yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.
c. Kehadiran tenaga dari luar diharapkan akan mampu membawa perubahan
yang diharapkan.
d. Tenaga yang berasal dari luar akan memainkan peranan penting dalam
pelaksaan strategi baru terutama apabila mereka telah memiliki
pengalaman dalam menerapkan strategi sejenis di tempat mereka pernah
bekerja.
2. Kekurangan :
a. Diperlukan biaya yang mahal untuk menggunakan tenaga dari luar. Biaya
itu meliputi biaya perekrutan dan kompensasi.
b. Memerlukan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan budaya
kerja perusahaan.
c. Sulit untuk mendapatkan tenaga yang dimaksud karena tidak tersedia di
berbagai sumber rekrutmen.
d. Jika perusahaan menggunakan tenaga dari luar, biasanya akan
menimbulkan sentimen atau kecemburuan bagi karyawan yang sudah ada.
Apalagi posisi yang ditempati tenaga baru itu adalah posisi yang
diharapkan oleh karyawan yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA