Buku Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 PDF
Buku Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 PDF
PEMBANGUNAN KETAHANAN
KELUARGA 2016
ISBN :…
No. Publikasi :…
Katalog BPS :…
Naskah:
Badan Pusat Statistik
Penyunting:
Badan Pusat Statistik
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Gambar Kulit:
Badan Pusat Statistik
Gambar:
Badan Pusat Statistik
Diterbitkan oleh:
…
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dicetak oleh:
CV. Lintas Khatulistiwa
Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindaungan Anak
Republik Indonesia
Konsep
Konsepketahanan
ketahanan Konsep
keluarga ketahanan
keluargatelah telahdicantumkankeluargasecara
dicantumkan telah jelas
secara dicantumkan
jelasdalam secara
dalamberbagai
berbagai
peraturan jelas
perundang-undangan, dalam berbagai
namun peraturan
peraturan perundang-undangan, namun sejauh ini belum tersedia ukuranyang
sejauh ini perundang-undangan,
belum tersedia ukuran namun
yang
berlaku secara sejauh
universal untukini belum
mengetahuitersedia ukuran
gambaran yang
tingkat
berlaku secara universal untuk mengetahui gambaran tingkat ketahanan keluarga berlaku
ketahanansecara universal
keluarga di di
Indonesia. Untuk untuk
itu, mengetahui
Kementerian gambaran
Pemberdayaan
Indonesia. Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungantingkat
Perempuan ketahanan
dan keluarga
Perlindungan di
Anak
Anak(KPPPA)
(KPPPA)bekerja Indonesia.
bekerja sama
samadengan UntukBadan
dengan itu,
Badan Kementerian
Pusat
PusatStatistik Pemberdayaan
Statistik(BPS)
(BPS)untuk Perempuan
untukmenghitung
menghitung
berbagai indikator dan
terkaitPerlindungan
ketahanan Anak
keluarga (KPPA)
dengan
berbagai indikator terkait ketahanan keluarga dengan berbagai pendekatan bekerja
berbagai sama dengan
pendekatan Badan
dan
dan
keterbatasan
keterbatasan Pusat data.
ketersediaan
ketersediaan Statistik
data. (BPS) untuk menghitung berbagai indikator
Keluarga
Keluarga sebagai terkait
sebagai sebuah ketahanan
sebuah unit
unit
keluarga
terkecil
terkecil dalam
dalam
dengan
sistem
sistem
berbagai
sosial
sosial
pendekatan
mempunyai
mempunyai
dan
peranan
peranan
penting
pentingdalam
dalammencapai
keterbatasan
mencapaikesejahteraan
ketersediaan
kesejahteraanmasyarakat.
data.
masyarakat.Keluarga Keluargamempunyai
mempunyaiperan peran
Keluarga
dalam sebagai sebuah unit terkecil dalam sistem sosial mempunyai peranan
dalam memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan
memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan, sosial budaya dan
penting dalam mencapai kesejahteraan
sebagainya. masayarakat. Kelaurga mempunyai peran dalam
sebagainya.Keluarga
Keluargajuga jugamenjadi
menjadipertahanan
pertahananutama utamayang yangdapat dapatmenangkal
menangkal
memperkenalkan
berbagai cinta kasih, moral keagamaan,sosial sosial budaya dan sebagainya. Keluarga
berbagaipengaruh
pengaruhnegatifnegatifdaridaridinamika
dinamika sosialyang yangada.
ada.Hanya
Hanyakeluarga
keluargadengan
dengan
juga menjadi
tingkat pertahanan
ketahanan utama tinggi
keluarga yang dapat
yang menangkal
dapat menyaring berbagai
pengaruhpengaruh
negatifnegatif dari
tingkat ketahanan keluarga tinggi yang dapat menyaring pengaruh negatifdinamika
dinamika
dinamika sosial yang ada. Hanya keluarga dengan tingkat ketahanan keluarga tinggi yang
sosial.
sosial.
dapat menyaring pengaruh negatif dinamika
Publikasi sosial.
PublikasiPembangunan
PembangunanKetahanan KetahananKeluargaKeluarga2016 2016iniiniberusaha
berusahamemberikan
memberikan
Publikasi
informasi Pembangunan
mengenai tingkat Ketahanan
ketahanan Keluarga
keluarga 2016
Indonesia ini berusaha
berdasarkan memberikan
lima dimensi
informasi mengenai tingkat ketahanan keluarga Indonesia berdasarkan lima dimensi
informasi mengenai
penyusun tingkat keluarga,
ketahanan ketahananantara keluarga lain: Indonesia
Landasan berdasarkan
Legalitas danlimaKeutuhan
dimensi
penyusun ketahanan keluarga, antara lain: Landasan Legalitas dan Keutuhan
penyusun ketahanan keluarga,
Keluarga; antara lain: Landasan Legalitas danSosial-Psikologi;
Keutuhan Kelaurga;
Keluarga;Ketahanan
KetahananFisik; Fisik;Ketahanan
KetahananEkonomi; Ekonomi;KetahananKetahanan Sosial-Psikologi;dan dan
Ketahanan Fisik; Ketahanan
Ketahanan Sosial-Budaya. Ekonomi;
Data Ketyahanan
yang digunakan Sosial-Psikologi;
dalam publikasi daniniKetahanan
bersumber Sosial-
dari
Ketahanan Sosial-Budaya. Data yang digunakan dalam publikasi ini bersumber dari
Budaya. Data yang
berbagai survei digunakan
yang dalam publikasi
dilaksanakan oleh BPS inidanbersumber
instansi dariyang
lain berbagai
berkaitansurvei yang
dengan
berbagai survei yang dilaksanakan oleh BPS dan instansi lain yang berkaitan dengan
dilaksanakan
variabel oleh
dan BPS danpenyusun
indikator instansi lain yang berkaitan
ketahanan keluarga. dengan variabel dan indikator
variabel dan indikator penyusun ketahanan keluarga.
penyusun ketahanan
Publikasi keluarga.
Publikasiiniinidapat
dapatdirealisasikan
direalisasikanberkat berkatbantuan
bantuandari dariberbagai
berbagaipihak.
pihak.Kepada
Kepada
Publikasi
semua ini
pihak dapat
yang direalisasikan
telah memberikan berkat bantuan
kontribusi positif,dari berbagai
baik secara pihak.
individu Kewpada
maupun
semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif, baik secara individu maupun
semualembaga,
pihak yang
kami telah memberikan kontribusi positif,Kritik
baik secara individu maupun
lembaga, kamisampaikan
sampaikan penghargaan
penghargaan yang
yang tulus.
tulus. Kritikdan dan saran
sarandemi
demiperbaikan
perbaikan
lembaga, kamiserupa
publikasi sampaikan
di di
masa penghargaan
mendatang yang tulus.
sangat diharapkan.Kritik dan saran demi perbaikan
publikasi serupa masa mendatang sangat diharapkan.
publikasi serupa di masa mendatang sangat diharapkan.
Jakarta, November
Jakarta, November2016
2016
Kepala Badan Pusat Statistik
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr.Dr.
Suhariyanto
Suhariyanto
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 20162016|
Keluarga
Ketahanan Keluarga vii v v
2016|
TIMPENYUSUN
TIM PENYUSUN
Pengarah
Pengarah : :Prof.
Prof.Dr.Dr.
Yohana Susana
Yohana SusanaYembise, Ph.D
Yembise, Ph.D
Dr. Suryamin, M.Sc.
Dr. Suryamin, M.Sc.
Dr.
Dr.Suhariyanto
Suhariyanto
M Sairi, M.A.
M Sairi, M.A.
dr. Heru P. Kasidi, M.Sc.
dr. Heru P. Kasidi, M.Sc.
Penanggung Jawab : Ir. Thoman Pardosi, SE., M.Si.
Penanggung Jawab : Ir. Thoman Pardosi, SE., M.Si.
Budi Mardaya, SE., M.Si.
Budi Mardaya, SE., M.Si.
Editor : Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si., M.Si.
Editor :Krismawati,
Dwi RetnoM.A. Wilujeng Wahyu Utami, S.Si., M.Si.
Krismawati,
Dra. M.A. M.Sc.
Lieska Prasetya,
Dra. Lieska
Karmaji, Prasetya, M.Sc.
SE., M.A.
Karmaji, SE., M.A.
Puji Lestari, S.Si., M.Si.
Puji Lestari, S.Si., M.Si.
Diana Aryanti, S.P., M.Si.
Diana
Armi Aryanti, S.Si.
Susilowati, S.P., M.Si.
Armi
Drs. Susilowati,
Sayuti Fitri S.Si.
Drs. Sayuti Fitri
Skriptandono, SE., M.M.
Dwi Ratna Anugerah,
Skriptandono, S.Sos.
SE., M.M.
SriDwi
Lestari, SE.
Ratna Anugerah, S.Sos.
Penulis Sri Lestari,
: Anisah SE.
Cahyaningtyas, SST
Penulis :Asih Amperiana
Anisah Tenrisana,SST
Cahyaningtyas, S.Si.
Dewi Triana, S.Sos.
Asih Amperiana Tenrisana, S.Si.
Dwi Agus
Dewi Prastiwi,
Triana, SST
S.Sos.
Eko Hadi Nurcahyo, SST
Dwi Agus Prastiwi, SST
Jamilah, S.Si., M.Eng.
Eko Hadi Nurcahyo, SST
Nia Aminiah, S.Si., M.A., M.S.E.
Jamilah, S.Si., M.Eng.
Viane Dorthea Tiwa, SST
Nia Aminiah, S.Si., M.A., M.S.E.
Pengolah Data : Eko HadiDorthea
Viane Nurcahyo, SSTSST
Tiwa,
Udin Suchaini, SE.
Pengolah Data : Eko Hadi Nurcahyo, SST
Tata Letak : Anisah Cahyaningtyas, SST
Udin Suchaini, SE.
Dwi Agus Prastiwi, SST
Tata Letak :Udin
Anisah Cahyaningtyas,
Suchaini, SE. SST
Dwi Agus Prastiwi, SST
viviii
| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan UdinKeluarga 2016
Suchaini,
Ketahanan SE. 2016
Keluarga
Halaman
SAMBUTAN ............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
TIM PENYUSUN....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv
I. Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Landasan Hukum..................................................................................... 3
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 3
1.4. Sistematika Penyajian ............................................................................. 4
II. Pengukuran Ketahanan Keluarga 5
2.1. Konsep Keluarga ..................................................................................... 5
2.2. Konsep Ketahanan Keluarga ................................................................... 6
2.3. Dimensi, Variabel, Dan Indikator Ketahanan Keluarga ........................... 8
2.4. Rumah Tangga Sebagai Pendekatan Analisis Ketahanan Keluarga ........ 22
2.5. Sumber Data ........................................................................................... 23
III. Indeks Ketahanan Keluarga 27
3.1. Metodologi Pengembangan Ukuran Tingkat Ketahanan Keluarga ......... 27
3.2. Pengukuran Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga .................................. 29
3.3. Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) ........................................... 33
IV. Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga 39
4.1. Landasan Legalitas .................................................................................. 39
4.2. Keutuhan Keluarga .................................................................................. 47
4.3. Kemitraan Gender................................................................................... 50
V. Ketahanan Fisik 63
5.1. Kecukupan Pangan dan Gizi .................................................................... 63
5.2. Kesehatan Keluarga ................................................................................ 71
5.3. Ketersediaan Tempat/Lokasi Tetap untuk Tidur .................................... 75
Halaman
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Ketahanan Keluarga, Ketersediaan Data, dan Penyesuaian
Indikator Ketahanan Keluarga ................................................................ 10
Tabel 3.1 Skala Ukuran Perbandingan Dua Objektif Secara Berpasangan............. 29
Tabel 3.2 Peserta Forum WCM Penyusunan Bobot Rintisan Indeks
Ketahanan Keluarga ............................................................................... 31
Tabel 3.3 Bobot/Kontribusi Dimensi, Variabel, dan Indikator Penyusun
Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga ..................................................... 32
Tabel 3.4 Nilai Batas Kelompok Menurut Skenario Pengklasifikasian R-IKK.......... 33
Halaman
Halaman
Gambar 2.1 Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga .......... 14
Gambar 2.1 Dimensi dan Variabel Pengukur Tingkat Ketahanan Keluarga .......... 14
Gambar 3.1 Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) Menurut Provinsi
Gambar 3.1 danRintisan
KategoriIndeks
Tingkat Ketahanan
KetahananKeluarga (R-IKK) Menurut Provinsi35
Keluarga ........................................
dan Kategori Tingkat Ketahanan
Gambar 3.2 Peta Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga Indonesia Keluarga ........................................
........................ 37 35
Gambar 3.2 Peta Rintisan Indeks Ketahanan
Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga dengan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Indonesia ........................
40 37
Gambar 4.1 persen
Persentase
Terbawah Rumah SecaraTangga
Nasional dengan
Menurut Tingkat Kesejahteraan
Kepemilikan Buku 40
Nikah,
persen2015 ........................................................................................
Terbawah Secara Nasional Menurut Kepemilikan Buku40
Nikah, 2015
Gambar 4.2 Persentase ........................................................................................
Rumah Tangga Dengan Tingkat Kesejahteraan 40 40
Gambar 4.2 persen Terbawah
Persentase Rumah Secara Nasional
Tangga Dengan yang Tingkat
MemilikiKesejahteraan
Buku Nikah 40
Menurut
persen Terbawah Secara Nasional yang Memiliki Buku Nikah42
Provinsi, 2015 .....................................................................
Gambar 4.3 Persentase Rumah Tangga
Menurut Provinsi, Menurut Klasifikasi Wilayah dan
2015 ..................................................................... 42
Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART)
Gambar 4.3 Umur
Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
0-17 Tahun, 2015 .................................................................... 43
Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART)
Gambar 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Memiliki Akte
Umur 0-17 Tahun, 2015 .................................................................... 43
Kelahiran Menurut Kelompok Umur dan Target Nasional
Gambar 4.4 Kepemilikan
PersentaseAkte Penduduk
Kelahiran, Umur20150-17 Tahun yang Memiliki Akte44
....................................................
Kelahiran Rumah
Gambar 4.5 Persentase Menurut TanggaKelompokyang Semua UmurART danBerumur
Target 0-17 Nasional
Kepemilikan
Tahun MemilikiAkte AkteKelahiran,
Kelahiran Menurut 2015 ....................................................
Provinsi, 2015 .................. 46 44
Gambar 4.5 Persentase
Gambar 4.6 PersentaseRumah Rumah Tangga
Tangga yang Klasifikasi
Menurut Semua ART Berumur
Wilayah dan 0-17
Tahun Tinggal
Tempat Memiliki AkteRumah
Kepala Kelahiran TanggaMenurut Provinsi, 2015
dan Pasangannya, 2015..................
...... 48 46
Gambar 4.7
Gambar 4.6 Persentase
PersentaseKepalaRumahRumah TanggaTangga Menurut YangKlasifikasi
Tinggal Serumah Wilayah dan
Dengan
TempatPasangan
Tinggal Menurut
Kepala Rumah Provinsi, 2015 .......................................
Tangga dan Pasangannya, 2015 49 ...... 48
Gambar 4.8
Gambar 4.7 Persentase
PersentaseRumah Kepala Tangga
Rumah Menurut Tangga Klasifikasi
Yang WilayahTinggal dan Serumah
Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ...........................
Dengan Pasangan Menurut Provinsi, 2015 ....................................... 51 49
Gambar 4.9 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Waktu Luang
Gambar 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Bersama Keluarga Minimal 14 Jam dalam Seminggu Menurut
Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ...........................
Provinsi, 2014 .................................................................................... 52
51
Gambar 4.9 Persentase
Gambar 4.10 PersentaseRumah Rumah Tangga TanggaMenurut yangKlasifikasi
Memiliki Waktu
Wilayah danLuang
Bersama Keluarga Minimal 14 Jam dalam Seminggu
Orang yang Mengurus Rumah Tangga, 2015 .................................... Menurut54
Provinsi, 2014 ....................................................................................
Gambar 4.11 Persentase Rumah Tangga yang Kepala Rumah Tangga dan 52
Gambar 4.10 Pasangan
Persentase Rumah Tangga
Melakukan Kegiatan MenurutMengurusKlasifikasiRumah Menurut Wilayah dan
Orang yang
Provinsi, 2015Mengurus Rumah Tangga, 2015 ....................................
.................................................................................... 55 54
Gambar 4.12 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun
Gambar 4.11 Persentase Rumah Tangga yang Kepala Rumah Tangga dan Menurut Klasifikasi
Wilayah
Pasangan danMelakukan
Penentu Keputusan Kegiatan Penggunaan
Mengurus Rumah Pendapatan Menurut
Suami, 2012 .......................................................................................
Provinsi, 2015 .................................................................................... 56 55
x | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
Gambar 4.12 Persentase
xii Pembangunan Istri Umur
Ketahanan Keluarga 15-492016Tahun Menurut Klasifikasi
Wilayah dan Penentu Keputusan Penggunaan Pendapatan
Suami, 2012 ....................................................................................... 56
x | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
Gambar 4.13 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun Menurut Klasifikasi
Wilayah dan Penentu Keputusan Penggunaan Penghasilan
Istri, 2012........................................................................................... 57
Gambar 4.14 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun yang Menyatakan
Keputusan Penggunaan Penghasilan Suami Dilakukan Secara
Bersama oleh Suami dan Istri Menurut Provinsi, 2012 ..................... 58
Gambar 4.15 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun yang Menyatakan
Keputusan Penggunaan Penghasilannya Dilakukan oleh Secara
Bersama oleh Suami dan Istri Menurut Provinsi, 2012 ..................... 59
Gambar 4.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Penentu Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak,
2014................................................................................................... 60
Gambar 4.17 Persentase Rumah Tangga yang Suami dan Istri Menentukan
Jumlah Anak Secara Bersama Menurut Provinsi, 2014..................... 61
Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Anggota Rumah Tangga
(ART) yang Makan Makanan Pokok dengan Lauk Pauk Nabati/
Hewani Minimal 14 Kali Seminggu, 2015 .......................................... 65
Gambar 5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Banyaknya Anggota
Rumah Tangga (ART) yang Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Berdasarkan Jenis Makanan, 2015 .................................................... 65
Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga yang Seluruh Anggota Rumah
Tangga (ART) Makan Makanan Pokok dengan Lauk Pauk
Nabati/ Hewani Minimal 14 Kali Seminggu Menurut Provinsi,
2015................................................................................................... 67
Gambar 5.4 Persentase Balita Menurut Klasifikasi Wilayah dan Status Gizi
Berdasarkan Kriteria BB/U, 2013 ...................................................... 68
Gambar 5.5 Persentase Balita yang Mempunyai Status Gizi Baik Menurut
Provinsi, 2013 ................................................................................. 70
Gambar 5.6 Persentase Penduduk Menurut Klasifikasi Wilayah dan Status
Kesehatan Selama Sebulan Terakhir, 2015 ....................................... 71
Gambar 5.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah,
Keberadaan KRT/Pasangan Penderita Penyakit Kronis, dan
Disabilitas, 2014 ................................................................................ 73
Gambar 5.8 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangan Bukan
Penderita Penyakit Kronis dan Disabilitas, 2014 ............................... 74
Gambar 5.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Lokasi Tetap
Untuk Tidur dan Tempat Tidur KRT dan Klasifikasi Wilayah,
2015................................................................................................... 76
Gambar 5.10 Persentase Rumah Tangga yang KRT-nya Memiliki Tempat
Tidur dan Digunakan Maksimal 3 Orang, 2015 ................................. 77
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal, 2015 ....................... 80
Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga yang Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggalnya Milik Sendiri Menurut Provinsi, 2015 ................ 81
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| xi
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 xiii
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Kelompok Rata-Rata
Pengeluaran Perkapita Per Bulan, 2015 ............................................ 82
Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan, 2015 ........................... 84
Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Rata-rata Pengeluaran
PerKapita Per Bulan dan Provinsi, 2015 ............................................ 85
Gambar 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Kecukupan Pendapatan Rumah Tangga untuk Memenuhi
Kebutuhan Sehari-hari, 2014 ......................................................... 86
Gambar 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecukupan Pendapatan
Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dan
Kelompok Pendapatan, 2014......................................................... 87
Gambar 6.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecukupan Pendapatan
Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dan
Provinsi, 2015 .................................................................................... 88
Gambar 6.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Keberadaan Anggota Rumah Tangga Usia 7-18 Tahun yang
Bersekolah, 2015 ............................................................................... 89
Gambar 6.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Pendidikan Tertinggi KRT
dan Keberadaan Anggota Rumah Tangga Usia Sekolah (7-18
Tahun) yang Bersekolah, 2015 .......................................................... 90
Gambar 6.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Anggota
Rumah Tangga Usia 7-18 Tahun yang Bersekolah dan Provinsi,
2015 ................................................................................................... 91
Gambar 6.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Keberadaan ART Umur 7-18 Tahun yang Putus Sekolah atau
Tidak Pernah Bersekolah, 2015 ......................................................... 92
Gambar 6.13 Persentase Penduduk Putus Sekolah atau Tidak Pernah
Bersekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2015 ....... 93
Gambar 6.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Jenis Tabungan yang Dimiliki, 2015................................................... 94
Gambar 6.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Anggota
Rumah Tangga yang Mempunyai Tabungan/Simpanan dan
Provinsi, 2015 .................................................................................... 96
Gambar 6.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Kepemilikan Jaminan Kesehatan Anggota Rumah Tangga
(ART), 2015 ........................................................................................ 97
Gambar 6.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Status dalam Pekerjaan
dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Anggota Rumah Tangga
(ART), 2015 ........................................................................................ 98
Gambar 6.18 Persentase Rumah Tangga yang Semua ART-nya Memiliki
Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi, 2015..................................... 99
Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah Dan
Sikap Terhadap Tindakan Suami Memukul Istri, 2014 ...................... 102
xii | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
xiv Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya Bersikap
Membenarkan Tindakan Suami Memukul Istri Menurut Alasan
Tertentu, 2014................................................................................... 103
Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga yang Sikap KRT/Pasangannya Tidak
Membenarkan Tindakan Suami Memukul Istri dengan Alasan
Apapun Menurut Provinsi, 2014 ....................................................... 105
Gambar 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Cara Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun oleh KRT/pasangan,
2014................................................................................................... 107
Gambar 7.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Perilaku Kekerasan
yang Digunakan Dalam Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun, 2014 ..... 107
Gambar 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Tingkat Pendidikan
KRT/pasangan dan Cara Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun,
2014................................................................................................... 108
Gambar 7.7 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya Tidak
Menggunakan Kekerasan dalam Mendidik Anak Umur 1-14
Tahun Menurut Provinsi, 2014 ....................................................... 109
Gambar 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Keberadaan ART yang Menjadi Korban Tindak Pidana, 2015 .......... 111
Gambar 7.9 Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Tindak Pidana
Menurut Jenis Kejahatan, 2015 ........................................................ 112
Gambar 7.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Anggota Rumah Tangga yang Tidak Pernah Menjadi Korban
Tindak Pidana, 2015 .......................................................................... 113
Gambar 8.1 Rumah Tangga Lansia Indonesia, 2015 ............................................. 117
Gambar 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Lansia yang Tinggal Bersama ART Lain, 2015 .................................... 119
Gambar 8.3 Partisipasi Rumah Tangga dalam Kegiatan Sosial
Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014 ........ 121
Gambar 8.4 Persentase Rumah Tangga yang Berpartisipasi dalam
Kegiatan Sosial Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar
Tempat Tinggal Menurut Provinsi, 2014 ......................................... 122
Gambar 8.5 Partisipasi Rumah Tangga dalam Kegiatan Sosial
Keagamaan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014 ................ 124
Gambar 8.6 Persentase Rumah Tangga yang Berpartisipasi dalam Kegiatan
Sosial Keagamaan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal
Menurut Provinsi, 2014..................................................................... 125
Halaman
Lampiran 4.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Kepemilikan Buku/Akte Nikah Kepala Rumah Tangga dan
Pasangannya yang Berstatus Kawin, 2015 ................................ 133
Lampiran 4.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Kepemilikan Akte Kelahiran ART Umur 0-17 Tahun, 2015 ........ 134
Lampiran 4.3 Persentase Penduduk Usia 0-17 Tahun yang Memiliki
Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan Kelompok Umur,
2015 ........................................................................................... 137
Lampiran 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Tidak
Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan Alasan
Tidak Mengurus Akte Kelahiran, 2015....................................... 140
Lampiran 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat
Tinggal Kepala Rumah Tangga dan Pasangannya, 2015 ........... 143
Lampiran 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Kecukupan Waktu Luang Bersama Keluarga, 2014 ................... 146
Lampiran 4.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Orang
yang Mengurus Rumah Tangga Selama Seminggu
Terakhir, 2015 ............................................................................ 149
Lampiran 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status
Bekerja Istri, 2015 .................................................................... 152
Lampiran 4.9 Persentase Istri Umur 15 -49 yang Suaminya Memiliki
Penghasilan Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan
Penggunaan Penghasilan Suami, 2012 ...................................... 155
Lampiran 4.10 Persentase Istri Umur 15 -49 yang Menerima Penghasilan
dari Bekerja Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan
Penggunaan Penghasilan Istri, 2012 ....................................... 156
Lampiran 4.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penentu
Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak, 2014 ............ 157
xvi Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
Pembangunan
22| Pembangunan Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 20162016
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) berupaya
untuk menyusun berbagai indikator terkait ketahanan keluarga yang digunakan
sebagai bahan kajian dan penilaian tingkat ketahanan keluarga di Indonesia.
1.3 TUJUAN
Bab V. KETAHANAN FISIK, menyajikan informasi terkait kecukupan pangan dan gizi,
kesehatan keluarga, dan ketersediaan tempat/lokasi tetap untuk tidur.
Pembangunan
44| Pembangunan Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 20162016
PENGUKURAN KETAHANAN
KELUARGA 2
Keluarga sebagai sebuah sistem sosial terkecil mempunyai peranan penting
dalam mencapai kesejahteraan penduduk yang menjadi cita-cita pembangunan.
Keluarga menjadi lingkungan sosial pertama yang memperkenalkan cinta kasih, moral
keagamaan, sosial budaya dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama
yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada.
Pengaruh negatif yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara dinamika eksternal
dan internal dalam komunitas yang bersentuhan dengan sistem sosial lainnya
diharapkan dapat ditangkal oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan keluarga
yang tangguh. Oleh karena itu, pengukuran ketahanan keluarga yang dapat
menggambarkan ketangguhan keluarga di Indonesia dalam menangkal berbagai
dampak negatif yang datang dari dalam komunitas maupun dari luar komunitas
menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilakukan.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 20162016|55
Keluarga
satu rumah tangga; (3) setiap anggota keluarga saling berinteraksi, berkomunikasi,
dan menciptakan peran sosial bagi setiap anggota seperti: suami dan isteri, ayah dan
ibu, putera dan puteri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, dan sebagainya; (4)
hubungan antar anggota keluarga merupakan representasi upaya pemeliharaan pola-
pola kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum di komunitas.
Dalam konteks peraturan perundang-undangan, keluarga didefinisikan sebagai
unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari: (1) suami dan istri; (2) suami,
istri dan anaknya; (3) ayah dan anaknya; atau (4) ibu dan anaknya (Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga). Selain itu, keluarga mempunyai 8 (delapan) fungsi, seperti yang dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994, yang mencakup fungsi
pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yaitu: (1) fungsi keagamaan; (2) fungsi sosial
budaya; (3) fungsi cinta kasih; (4) fungsi perlindungan; (5) fungsi reproduksi; (6) fungsi
sosialisasi dan pendidikan; (7) fungsi ekonomi; dan (8) fungsi pembinaan lingkungan.
Dalam kaitannya dengan pengukuran tingkat ketahanan keluarga maka konsep
keluarga yang digunakan akan diupayakan untuk merujuk kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 20162016|77
Keluarga
penghidupan masyarakat lokal; dan (5) tingkat kontrol sosial terhadap kekerasan
(rumah tangga, komunitas, dan lintas budaya).
Sementara itu, dalam kaitannya dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, ketahanan keluarga diidentifikasi mengandung berbagai aspek
yang bertujuan untuk pengembangan individu di dalam keluarga maupun keluarga
tersebut secara keseluruhan. Konsep ketahanan keluarga memiliki makna yang
berbeda dengan konsep kesejahteraan keluarga, namun keduanya saling berkaitan
erat. Keluarga dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi berpotensi lebih besar
untuk dapat memiliki ketahanan keluarga yang lebih tangguh. Kedua konsep tersebut
dirumuskan menjadi satu kesatuan konsep dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yaitu pada
Pasal 1 Ayat 11. Pada ayat tersebut dituliskan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tersebut maka
ketahanan keluarga dapat diukur menggunakan pendekatan sistem yang meliputi
komponen input (sumber daya fisik dan nonfisik), proses manajemen keluarga
(permasalahan keluarga dan mekanisme penanggulangannya), dan output
(terpenuhinya kebutuhan fisik dan psiko-sosial). Atas dasar pendekatan ini, maka
ketahanan keluarga merupakan ukuran kemampuan keluarga dalam mengelola
masalah yang dihadapinya berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya (Sunarti, 2001). Dengan demikian, keluarga dikatakan
memiliki tingkat ketahanan keluarga yang tinggi apabila memenuhi beberapa aspek
yaitu: (1) ketahanan fisik yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang,
perumahan, pendidikan dan kesehatan; (2) ketahanan sosial yaitu berorientasi pada
nilai agama, komunikasi yang efektif, dan komitmen keluarga tinggi; (3) ketahanan
psikologis meliputi kemampuan penanggulangan masalah nonfisik, pengendalian
emosi secara positif, konsep diri positif, dan kepedulian suami terhadap istri.
10
Penyesuaian yang Dilakukan
Dimensi dan Ciri-Ciri Ketahanan Keluarga Ketersediaan
Variabel (KPPPA) Data
Indikator Parameter
11
Sehari-hari
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016| 11
12
Penyesuaian yang Dilakukan
Dimensi dan Ciri-Ciri Ketahanan Keluarga Ketersediaan
Variabel (KPPPA) Data
Indikator Parameter
(1) (2) (3) (4) (5)
Kemampuan Persentase Rumah Tangga yang
Keluarga pernah menunggak membayar
15. Tidak Tersedia Pembiayaan Seluruh ART Usia7-18 Tahun
iuran atau keperluan pendidikan anak
Pembiayaan Pendidikan Anak Bersekolah
Pendidikan Persentase Rumah Tangga yang
Anak Keberlangsungan Seluruh ART Usia7-18 Tahun Tidak
16. Ada anak yang putus sekolah Tersedia
Pendidikan Anak Ada yang Putus Sekolah atau Tidak
pernah Sekolah
Persentase Rumah Tangga yang
Suami dan/atau istri mempunyai tabungan
17. Tidak Tersedia Tabungan Keluarga Mempunyai Tabungan/Simpanan
Jaminan dalam bentuk uang minimal Rp. 500.000
Berupa Uang
Keuangan
Keluarga Anggota keluarga memiliki asuransi Persentase Rumah Tangga yang
Jaminan Kesehatan
3 Variabel: 3 Variabel:
1. Kepedulian sosial 1. Landasan legalitas
(1 indikator) (2 indikator)
2. Keeratan sosial 2. Keutuhan keluarga
(1 indikator) (1 indikator)
3. Ketaatan beragama 3. Kemitraan gender
(1 indikator) Dimensi 1 (4 indikator)
Landasan
Legalitas dan
Keutuhan
Keluarga
3 Variabel:
Dimensi 5
Dimensi 2 1. Kecukupan
Ketahanan
Ketahanan pangan dan gizi
Sosial-
Fisik (2 indikator)
Budaya KETAHANAN
KELUARGA 2. Kesehatan
keluarga
(1 indikator)
Dimensi 4 3. Ketersediaan
Dimensi 3 lokasi tetap
Ketahanan
Ketahanan untuk tidur
Sosial-
Ekonomi
Psikologi (1 indikator)
2 Variabel: 4 Variabel:
1. Keharmonisan keluarga 1. Tempat tinggal keluarga (1 indikator)
(2 indikator) 2. Pendapatan keluarga (2 indikator)
2. Kepatuhan terhadap 3. Pembiayaan pendidikan anak (2 indikator)
hukum (1 indikator) 4. Jaminan keuangan keluarga (2 indikator)
14
14| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Dimensi 1: Landasan Legalitas dan Keutuhan Keluarga.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016|15
15
nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”. Hal tersebut juga
ditegaskan pada pasal 27 ayat (1) yang menyatakan“Identitas diri setiap anak harus
diberikan sejak kelahirannya”, dan ayat (2) berbunyi “Identitas sebagaimana
dimaksud ayat (1) dituangkan dalam akte kelahiran”. Bukti sah mengenai status dan
peristiwa kelahiran seseorang dinyatakan dengan adanya akte kelahiran yang
dikeluarkan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Bayi yang
dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk
Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk memperoleh pelayanan masyarakat dari
pemerintah.
Keluarga yang tidak utuh akan berpotensi mempunyai ketahanan yang rendah.
Keluarga yang tidak utuh akan mempunyai kemampuan lebih rendah dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi dan psikologis anggota keluarganya, khususnya bagi
anak-anak dan orang tua. Salah satu indikasi ketidakutuhan keluarga terjadi pada
keluarga yang suami dan istrinya tidak tinggal menetap dalam satu rumah sehingga
pembinaan keluarga dan pengasuhan anak cenderung mengalami masalah dan
berpengaruh terhadap kondisi psikologis semua anggota keluarganya. Salah satu
penyebab ketidakutuhan keluarga adalah terpisahnya tempat tinggal antara suami
dan istri atau orang tua dan anak dalam waktu yang relatif lama yang pada umumnya
diakibatkan oleh terpisahnya rumah dengan tempat kerja dengan jarak yang sangat
jauh. Jika hal tersebut terjadi, maka hampir dipastikan komunikasi dan interaksi
antara sesama anggota keluarga menjadi kurang intens yang pada akhirnya berakibat
pada terganggunya proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, untuk menjamin
keutuhan keluarga tersebut maka setiap anggota keluarga harus tinggal dan menetap
dalam satu rumah sehingga terbina ikatan emosional dalam menyeimbangkan hak
dan kewajiban antar anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
3) Variabel Kemitraan Gender diukur berdasarkan 4 (empat) indikator, yaitu:
Kebersamaan Dalam Keluarga; Kemitraan Suami-Istri; Keterbukaan
Pengelolaan Keuangan; dan Pengambilan Keputusan Keluarga.
16
16| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
keluarga, agar kebersamaan dalam keluarga selalu terjalin sehingga ketahanan
keluarga dapat tercipta. Selain itu, kemitraan gender dalam keluarga juga diterapkan
dalam pengelolaan keuangan keluarga. Dimana dalam pengelolaan keuangan
keluarga ditentukan pasangan suami dan istri secara bersama-sama, meskipun istri
memegang kendali keuangan keluarga, namun ia harus selalu mengkomunikasikan
pemanfaatan uang yang dikelolanya sehingga akan menguatkan ketahanan suatu
keluarga. Selain keterbukaan pengelolaan keuangan, pengambilan keputusan dalam
keluarga juga menjadi salah satu indikator ketahanan keluarga. Meskipun suami
yang berperan sebagai kepala keluarga, namun dalam menjalankan tugasnya tidak
boleh otoriter. Tetapi, harus dijalankan secara bijaksana dan mengakomodasi saran
dan pendapat dari pasangannya, sehingga dapat menguatkan ketahanan keluarga
tersebut. Misalnya, apabila pengambilan keputusan untuk penentuan jumlah anak
dilakukan bersama-sama antara suami dan istri maka ketahanan keluarga tersebut
cukup kuat.
Kondisi fisik yang sehat bagi semua anggota keluarga merupakan syarat yang
penting bagi tercapainya ketahanan keluarga. Dengan adanya kemampuan fisik
anggota keluarga yang tercermin oleh adanya tubuh yang sehat dan terbebas dari
berbagai penyakit dan kelemahan, maka keluarga akan memiliki tingkat ketahanan
keluarga yang tinggi. Kesehatan fisik anggota keluarga secara umum dipengaruhi oleh
berbagai kondisi pemenuhan kebutuhan pangan yang sehat dan bergizi dalam jumlah
yang cukup serta istirahat yang cukup dan nyaman. Dengan adanya asupan pangan
yang sehat dan bergizi serta istirahat yang cukup dan nyaman maka diharapkan
kondisi fisik anggota keluarga tersebut akan sehat jasmaninya serta terbebas dari
berbagai penyakit dan keterbatasan (disabilitas).
Dimensi ketahanan fisik dijabarkan melalui 3 (tiga) variabel dan 4 (empat)
indikator yaitu:
1) Variabel Kecukupan Pangan Dan Gizi diukur berdasarkan 2 (dua) indikator,
yaitu: Kecukupan Pangan, dan Kecukupan Gizi.
Dalam membentuk keluarga yang mempunyai ketahanan fisik yang bagus,
maka sangat penting untuk memperhatikan kecukupan pangan dan status gizi yang
baik bagi seluruh anggota keluarga. Kondisi fisik yang tangguh, mental yang kuat,
kesehatan yang prima, serta cerdas sangat ditentukan oleh status gizi yang baik,
sedangkan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang
dikonsumsi. Kekurangan asupan pangan dan gizi dapat mengakibatkan seseorang
menjadi lebih rentan terkena berbagai macam gangguan kesehatan dan penyakit.
Sebaliknya, tercukupinya kebutuhan pangan dan status gizi yang baik dapat
meningkatkan ketahanan fisik seseorang, sehingga dia dapat beraktifitas secara
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016|17
17
normal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sejalan dengan itu, orang yang
mengalami masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi akan membawa pada kondisi
ketahanan fisik yang kurang baik sehingga berdampak pada ketahanan keluarga yang
lebih rendah. Sehingga, tercukupinya kebutuhan pangan dan status gizi yang baik
pada akhirnya membuat keluarga berpotensi membentuk ketahanan keluarga yang
cukup tinggi.
2) Variabel Kesehatan Keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:
Keterbebasan Dari Penyakit Kronis Dan Disabilitas.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016|19
19
karena alasan ekonomi, hal Ini akan mempengaruhi daya tahan keluarga yang rendah.
Sehingga, dengan kata lain keluarga yang tidak ada anak yang putus sekolah
berpotensi memiliki ketahanan keluarga yang kuat. Selain tidak ada anak yang putus
sekolah, keluarga yang mempunyai ketahanan ekonomi yang baik juga harus dapat
menjamin anggota keluarganya untuk memperoleh pendidikan sehingga tidak ada
anak yang tidak pernah sekolah.
4) Variabel Jaminan Keuangan Keluarga diukur berdasarkan 2 (dua) indikator
yaitu: Tabungan Keluarga, dan Jaminan Kesehatan Keluarga.
20
20| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
itu, perilaku anti kekerasan terhadap anak tercermin dalam cara mendidik dan
mengasuh anaknya yang tidak menggunakan kekerasan dalam jenis apapun.
2) Variabel Kepatuhan Terhadap Hukum diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
yaitu: Penghormatan Terhadap Hukum.
Keluarga yang patuh pada hukum hingga tidak pernah melakukan tindakan
kriminalitas atau pelanggaran hukum maka dapat dikatakan keluarga tersebut
memiliki ketahanan yang baik, begitu pula sebaliknya. Karena keterbatasan data maka
di proxy dengan rumah tangga yang pernah mengalami tindak kejahatan (korban
tindak pidana). Pendekatan korban tindak pidana ini dianggap dapat mewakili variabel
kepatuhan terhadap hukum karena bila keluarga tersebut tidak pernah menjadi
korban tidak pidana, maka dapat diasumsikan keluarga tersebut memiliki ketahanan
yang baik.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016|21
21
dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang cukup tinggi bila anggota keluarga selalu
berperan serta ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diadakan di
lingkungan sekitar.
3) Variabel Ketaatan Beragama diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:
Partisipasi Dalam Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan.
Ketaatan beragama menjadi salah satu komponen pembentuk keluarga yang
berkualitas. Kondisi mental dan spiritual serta penerapan nilai-nilai agama merupakan
dasar untuk mencapai keluarga yang berkualitas yang selanjutnya akan membentuk
keluarga yang sejahtera. Ketaatan beragama dapat berupa kesadaran individu untuk
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya
didasarkan pada kerelaan individu untuk hadir, terlibat, dan berperan secara langsung
dalam kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Sehingga, suatu keluarga dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang cukup tinggi
bila anggota keluarga selalu ikut berpartisipasi pada kegiatan keagamaan.
Pemanfaatan sumber data yang telah ada dari berbagai hasil survei BPS
ataupun kementerian membawa konsekuensi tersendiri, yaitu digunakannya rumah
tangga sebagai pendekatan keluarga. Selama ini, BPS tidak pernah mereferensikan
pengumpulan data dengan pendekatan keluarga dengan pertimbangan, antara lain:
(1) adanya kesimpangsiuran dalam definisi keluarga yang dimaksud, keluarga batih
atau keluarga extended, (2) kesulitan dalam operasional lapangan karena masih
umum berlaku keluarga muda yang tinggal bersama orang tua atau mertua dan
bergantung secara ekonomi. Hal tersebut menimbulkan perbedaan perspektif
responden dalam mendeskripsikan kondisi keluarga dan menjadi keterbatasan dalam
penyusunan instrumen penelitian keluarga. Oleh sebab itu, survei dengan pendekatan
keluarga sangat terbatas dan seringkali tidak dapat digunakan sebagai gambaran
kondisi keluarga secara nasional.
Penggunaan rumah tangga sebagai pendekatan keluarga tidak akan mengubah
arah hasil analisis yang dilakukan. Hal ini karena terdapat kecenderungan rumah
tangga di Indonesia yang hanya terdiri dari satu keluarga saja yaitu keluarga inti
maupun keluarga dalam arti luas (extended family). Selain itu, konsep keluarga dan
rumah tangga seringkali dianggap serupa oleh masyarakat karena pada umumnya
fungsi keluarga dan rumah tangga dianggap serupa, khususnya pada masyarakat yang
struktur keluarga batihnya masih dominan. Oleh karena itu, konsep rumah tangga
dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan untuk menganalisis keluarga dengan
memperhatikan hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala rumah
tangganya.
22
22| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Dengan memahami bahwa sumber data yang digunakan berasal dari berbagai
hasil survei yang utamanya dilakukan oleh BPS maka perlu dipertimbangkan pula
beberapa catatan penting dalam sumber data yang digunakan, yaitu:
1. Penggunaan konsep rumah tangga dalam pengumpulan data.
2. Sumber data berasal dari berbagai hasil survei dengan level estimasi provinsi
sehingga parameter dapat disajikan menurut provinsi.
3. Terdapat 8 (delapan) sumber data yang digunakan dengan tahun pengumpulan
data yang berbeda.
4. Terdapat parameter yang hanya menggambarkan kondisi populasi tertentu,
seperti kepemilikan buku/akte nikah yang hanya menggambarkan persentase
kepemilikan akte/buku nikah pada rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan
40 persen terbawah secara nasional.
Data yang digunakan untuk mengukur ketahanan keluarga ini berasal dari
berbagai hasil survei yang dilakukan oleh BPS ditambah dengan publikasi dari
kementerian. Terdapat 8 (delapan) sumber data yang digunakan, meliputi:
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016|25
25
PENGEMBANGAN UKURAN
TINGKAT KETAHANAN
KELUARGA INDONESIA
3
Ukuran tingkat ketahanan keluarga di Indonesia pada saat ini masih merupakan
proses pengembangan. Ukuran ini akan terus disempurnakan sejalan dengan
dinamika dan perkembangan zaman. Berbagai kendala yang berkaitan dengan
indikator dan ketersediaan data, menyebabkan upaya pengembangan kerangka kerja
ketahanan keluarga dan pengukurannya menjadi tantangan tersendiri yang penting
untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pembahasan terkait tahapan
pengembangan ukuran tingkat ketahanan keluarga yang digunakan pada publikasi ini
meliputi: (1) metodologi pengembangan ukuran tingkat ketahanan keluarga; (2)
penyusunan Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK), dan (3) Rintisan Indeks
Ketahanan Keluarga (R-IKK).
Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 |27
2016 27
dan indikator terhadap indeks komposit sangat mungkin berbeda-beda sesuai dengan
tingkat kepentingan/peran masing-masing dalam kerangka teori ketahanan keluarga.
Penetapan besarnya kontribusi setiap dimensi, variabel, dan indikator pengukur
tingkat ketahanan keluarga yang tepat merupakan persoalan yang kompleks. Metode
AHP digunakan untuk memutuskan secara sistematis atas berbagai kompleksitas
persoalan dan peran setiap komponen penyusun R-IKK. Berbagai persoalan yang
kompleks tersebut diuraikan ke dalam berbagai kelompok yang kemudian disusun
menjadi suatu bentuk hierarki sehingga persoalan tersebut menjadi lebih terstruktur
dan sistematis. Tahapan pemecahan persoalan terkait ukuran tingkat ketahanan
keluarga menggunakan metode AHP yang telah dilaksanakan yaitu: (1) penyusunan
hierarki persoalan (decomposition); (2) penentuan ukuran perbandingan (comparative
judgment); (3) penentuan prioritas (synthesis of priority); dan (4) evaluasi konsistensi
logis (logical consistency).
Penyusunan hierarki persoalan (decomposition) dilaksanakan untuk memecah
persoalan ukuran tingkat ketahanan keluarga yang kompleks ke dalam berbagai
bagian secara hierarki, dimulai dari persoalan yang bersifat umum hingga yang
bersifat khusus. Dalam penyusunan hierarki, persoalan yang bersifat umum biasanya
berupa konsep yang tidak terukur nilainya (unobserved) yang dikenal sebagai dimensi.
Selanjutnya, persoalan yang lebih spesifik sebagai penyusun dimensi disebut sebagai
variabel yang biasanya juga bersifat tidak terukur nilainya (unobserved). Sementara
itu, persoalan yang lebih detil dan terukur sebagai penyusun variabel dan dimensi
disebut sebagai indikator. Susunan hierarki persoalan ukuran tingkat ketahanan
keluarga telah dibahas pada bab sebelumnya yang ditampilkan pada Tabel 2.1 dan
Gambar 2.1.
Tahapan penentuan ukuran perbandingan (comparative judgment) dilakukan
oleh para ahli yang memiliki kompetensi terkait konsep ketahanan keluarga. Proses
penentuan ukuran perbandingan relatif antar persoalan dilakukan dalam suatu forum
World Cafe Method (WCM) yang dihadiri para ahli dan pelaksana kegiatan forum.
Hanya para ahli ketahanan keluarga yang diperkenankan untuk memberikan penilaian
ukuran perbandingan antar persoalan/objektif ini (pairwise comparisons). Pada setiap
pasangan objektif, setiap ahli secara mandiri menentukan objektif mana yang
dianggap lebih penting dan memberikan skor yang menggambarkan tingkat
kepentingan objektif tersebut relatif terhadap objektif pasangannya. Skor dan tingkat
kepentingan relatif antar objektif ditampilkan pada Tabel 3.1.
Tahapan penentuan prioritas (synthesis of priority) dilaksanakan untuk
menyajikan hasil ukuran perbandingan relatif dari para ahli pada forum WCM dalam
bentuk sebuah matriks perbandingan. Matriks perbandingan ini kemudian dijadikan
sebagai dasar untuk menghitung eigenvector menggunakan teknik matematika.
Eigenvector ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan urutan prioritas
28
28| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
dari berbagai objektif tersebut. Oleh karena matriks perbandingan relatif tersedia
pada setiap tingkatan hierarki (dimensi, variabel, dan indikator), maka sangat
dimungkinkan untuk disusun urutan prioritas pada untuk setiap tingkatan hierarki.
Tahapan terakhir yaitu evaluasi konsistensi logis (logical consistency) dengan
maksud untuk mendapatkan gambaran derajat konsistensi maupun inkonsistensi
penilaian pada ahli serta konsistensi logis terkait susunan prioritas keseluruhan
objektif. Pada tahapan ini dapat ditentukan apakah penilaian yang diberikan oleh
seorang ahli dapat diikutsertakan secara bersama-sama dengan penilaian para ahli
lainnya dalam forum WCM tersebut. Bagi ahli yang memiliki konsistensi penilaian
perbandingan yang rendah (inkonsisten) maka hasil penilaian ahli tersebut tidak layak
untuk digunakan bagi penentuan prioritas objektif/persoalan yang dipecahkan
dengan metode AHP ini.
Sama Penting (Equal Dua objektif memiliki derajat kepentingan yang sama
1
Important) atau setara.
Lebih Penting Secara Pengalaman dan pertimbangan secara mutlak dan tidak
9 Mutlak (Absolutely terbantahkan untuk menyokong salah satu objektif
More Important) dibanding pasangannya.
Nilai Tengah Apabila diperlukan kompromi antara dua nilai yang
2,4,6,8
(Intermediate Values) berdekatan.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |29
29
melibatkan banyak orang dalam suatu forum untuk membahas topik penting secara
terfokus. Ada 5 (lima) unsur penting untuk suksesnya forum WCM antara lain: (1)
adanya pengaturan (setting) tempat duduk dan meja untuk forum dimana setiap meja
diperuntukkan bagi 4 atau 5 peserta; (2) pengelompokkan peserta forum untuk duduk
menjadi grup-grup kecil; (3) instruksi yang sangat jelas oleh fasilitator (pimpinan
forum) terkait pelaksanaan diskusi mencakup tata cara dan etika dalam berdiskusi
sehingga dipahami oleh semua peserta; (4) setiap anggota grup dalam satu meja
diberi pertanyaan yang sama dan diperbolehkan untuk saling bertanya terkait teknik
pengisian tetapi dilarang mendiskusikan jawaban setiap pertanyaannya; dan (5)
peserta secara individual diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan
pada perbandingan antar dua dimensi atau antar dua indikator.
Forum WCM untuk menentukan bobot setiap dimensi, variabel, dan indikator
penyusun ketahanan keluarga diikuti oleh 17 orang ahli ketahanan keluarga. Para ahli
yang terlibat pada acara WCM ini dibatasi hanya bagi seseorang yang telah memiliki
pemahaman yang komprehensif terkait konsep dan pengukuran tingkat ketahanan
keluarga. Ketujuhbelas orang ahli tersebut tertera pada Tabel 3.2.
Hasil forum WCM tersebut kemudian diolah datanya menggunakan teknik
matematika untuk dihasilkan eigenvector yang pada akhirnya akan diperoleh urutan
prioritas dari berbagai dimensi, variabel, dan indikator penyusun ketahanan keluarga.
Paralel dengan penghitungan eigenvector maka dilakukan penghitungan angka rasio
konsistensi (consistency ratio) untuk menentukan ahli mana saja yang memiliki
konsistensi dalam memberikan penilaian perbandingan relatif terhadap setiap
pasangan objektif/persoalan. Ahli yang memiliki skor consistency ratio kurang dari 0,1
maka hasil penilaiannya dapat digunakan untuk menghitung bobot setiap dimensi
variabel, dan indikator penyusun ketahanan keluarga. Hasil evaluasi konsistensi
diperoleh fakta bahwa 17 ahli yang terlibat forum WCM semuanya memiliki
konsistensi yang sangat baik dalam memberikan penilaian perbandingan antar
objektif yang didiskusikan dalam forum tersebut. Dengan demikian, maka bobot
setiap dimensi, variabel, dan indikator penyusun ketahanan keluarga dapat dihasilkan
seperti pada Tabel 3.3 berikut ini. Hasil ini dikonfirmasi sebagai susunan dimensi,
variabel, dan indikator yang logis oleh semua ahli yang terlibat dalam forum WCM,
sehingga penggunaan metode AHP dinyatakan berhasil memberikan solusi bagi
penentuan bobot dimensi, variabel, dan indikator penyusun ketahanan keluarga.
Tahapan terakhir adalah penghitungan nilai R-IKK. Nilai R-IKK diperoleh dari
penjumlahan secara tertimbang terhadap setiap indikator penyusun R-IKK. Nilai yang
dijumlahkan adalah nilai setiap indikator yang sudah ditimbang/dikalikan dengan
bobot masing-masing indikator dibagi dengan jumlah bobot. Penghitungan IKK
diformulasikan sebagai berikut.
30
30| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
∑
∑
Keterangan:
R-IKK : Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga
: Bobot (penimbang) indikator ke-i
: Nilai indikator ke-i
7. Rohika Kurniadi S, SH, MSi KPPPA Asdep Pemenuhan Hak Anak APKL
15. Ir. Thoman Pardosi SE, M.Si BPS Direktur Statistik Ketahanan Sosial
Direktur Analisis dan Pengembangan
16. Sentot B. Widoyono M.A BPS
Statistik
Direktur Statistik Kesejahteraan
17. Gantjang Amannullah M.A. BPS
Rakyat
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |31
31
Tabel 3.3 Bobot/Kontribusi Dimensi, Variabel, dan Indikator Penyusun Rintisan
Indeks Ketahanan Keluarga
32
32 | Pembangunan
PembangunanKetahanan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
3.3 Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK)
Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) memiliki nilai skala antara 0 sampai
dengan 100. Semakin tinggi tingkat ketahanan keluarga maka semakin besar nilai
indeksnya hingga mendekati 100. Tingkat ketahanan keluarga yang rendah
diindikasikan dengan nilai indeks yang semakin menurut mendekati nilai 50.
Sebaliknya nilai indeks dibawah 50 dan semakin kecil mendekati nilai 0 menunjukkan
terjadinya kerentanan keluarga. Pembahasan terkait tingkat ketahanan keluarga
dilakukan dengan membagi nilai indeks menjadi 5 (lima) kategori ketahanan keluarga,
yaitu: (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) cukup, (4) tinggi, dan (5) sangat tinggi.
Eksplorasi penentuan nilai batas kelompok (cutting point) pada setiap kategori
dilakukan dengan memanfaatkan distribusi data, diantaranya berdasarkan: (1)
rentang data yang sama, (2) frekuensi (persentil), atau (3) standar deviasi. Ketiga
skenario pengklasifikasian tersebut menghasilkan nilai batas yang berbeda-beda
seperti tercantum dalam tabel berikut:
Sangat Rendah Kurang Dari 61,16 Kurang Dari 68,59 Kurang Dari 62,96
Rendah 61,16 - 65,76 68,59 - 71,17 62,96 - 67,41
Cukup 65,76 - 70,36 71,17 - 72,81 67,41 - 76,30
Tinggi 70,36 - 74,96 72,81 - 74,81 76,30 - 80,75
Lebih Dari Atau Sama Lebih Dari Atau Sama Lebih Dari Atau Sama
Sangat Tinggi
Dengan 74,96 Dengan 74,81 Dengan 80,75
34
34| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 3.1 Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga (R-IKK) Menurut Provinsi dan
Kategori Tingkat Ketahanan Keluarga
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |35
35
Penyajian peta tematik R-IKK Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.2. Terlihat
bahwa umumnya provinsi dengan kategori R-IKK sangat tinggi berbatasan dengan R-
IKK yang juga berkategori sangat tinggi atau tinggi, kecuali Provinsi Bali. Provinsi Bali
dengan R-IKK sangat tinggi ini selain berbatasan dengan provinsi dengan R-IKK
kategori tinggi (Jawa timur), ternyata juga berbatasan provinsi dengan R-IKK yang
sangat rendah, yaitu Nusa Tenggara Barat.
Pada Pulau Sumatera, terlihat bahwa hampir seluruh provinsi memiliki R-IKK
yang terkategori tinggi (atau bahkan sangat tinggi), kecuali di Provinsi Sumatera
Utara yang memiliki R-IKK kategori cukup. Pola yang sama juga terjadi di Pulau Jawa,
kecuali Provinsi Banten yang memiliki R-IKK kategori cukup. Demikian pula untuk
pulau Kalimantan dimana hampir semua provinsi memiliki R-IKK kategori tinggi atau
sangat tinggi, kecuali Provinsi Kalimantan Barat yang masih memiliki R-IKK kategori
cukup.
Pada Pulau Sulawesi berimbang antara provinsi dengan nilai R-IKK kategori
tinggi dan provinsi dengan kategori cukup, masing-masing tiga provinsi. Sementara
itu, di Pulau Maluku dan Papua, nilai R-IKK provinsinya memiliki nilai dengan kategori
beragam yaitu kategori tinggi pada Maluku Utara, kategori cukup pada Maluku dan
Papua Barat, dan kategori sangat rendah pada Papua. Di sini terlihat bahwa Provinsi
Papua dapat dikatakan memiliki nilai R-IKK yang relatif timpang dibandingkan R-IKK
provinsi-provinsi di sekitarnya, bahkan bila dibandingkan dengan R-IKK seluruh
provinsi di Indonesia.
36
36| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 3.2 Peta Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga
95 100 105 110 115 120 125 130 135 140
5 5
0 0
-5 -5
Keterangan:
< 60
60 - 65
65 - 70
-10 -10
70 - 75
> 75
95 100 105 110 115 120 125 130 135 140
37
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 37
4
LANDASAN LEGALITAS DAN
KEUTUHAN KELUARGA
Dimensi landasan legalitas dan keutuhan keluarga terdiri dari 3 variabel, yaitu
(1) landasan legalitas, (2) keutuhan keluarga, dan (3) kemitraan gender. Masing-
masing dari variabel tersebut dinilai dengan beberapa indikator. Pertama, landasan
legalitas dinilai dengan 2 indikator, yaitu legalitas perkawinan dan legalitas kelahiran.
Kedua, keutuhan keluarga dinilai dengan indikator keutuhan keluarga. Sedangkan
yang ketiga, kemitraan gender dinilai dengan 4 indikator, yaitu kemitraan suami-istri,
kebersamaan dalam keluarga, keterbukaan pengelolaan keuangan, dan pengambilan
keputusan keluarga.
15,79
84,21
Aceh 91,99
Sumatera Utara 76,14
Sumatera Barat 84,59
Riau 92,77
Jambi 84,06
Sumatera Selatan 88,86
Bengkulu 88,71
Lampung 86,17
Kep. Bangka Belitung 84,58
Kepulauan Riau 97,12
DKI Jakarta 96,09
Jawa Barat 85,72
Jawa Tengah 98,47
DI Yogyakarta 97,17
Jawa Timur 92,73
Banten 62,65
Bali 55,80
Nusa Tenggara Barat 58,83
Nusa Tenggara Timur 52,59
Kalimantan Barat 67,64
Kalimantan Tengah 81,53
Kalimantan Selatan 79,62
Kalimantan Timur 90,59
Kalimantan Utara 82,57
Sulawesi Utara 89,84
Sulawesi Tengah 77,16
Sulawesi Selatan 82,16
Sulawesi Tenggara 78,92
Gorontalo 87,48
Sulawesi Barat 70,45
Maluku 73,89
Maluku Utara 75,53
Papua Barat 59,91
Papua 21,53
Indonesia : 84,21
Sumber : PBDT 2015
42 | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
42 Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
4.1.2 Legalitas Kelahiran
Akte kelahiran merupakan bukti sah mengenai status dan peristiwa kelahiran
seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Bayi yang
dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk
Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk memperoleh pelayanan masyarakat
lainnya. Kepemilikan akte kelahiran juga merupakan salah satu bukti telah
terpenuhinya hak memiliki identitas sebagai anak. Hak identitas bagi seorang anak
dinyatakan tegas dalam pasal 5 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal tersebut menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas
suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”. Kemudian hal ini juga
ditegaskan pada pasal 27 ayat (1) dan (2) yang menyatakan, ayat (1) “Identitas diri
setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya”, dan ayat (2) berbunyi “identitas
sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan dalam akte kelahiran”.
Gambar 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan
Kepemilikan Akte Kelahiran Anggota Rumah Tangga (ART) Umur 0-17
Tahun, 2015
84,42
78,03
71,95
Gambar 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Memiliki Akte
Kelahiran Menurut Kelompok Umur dan Target Nasional
Kepemilikan Akte Kelahiran, 2015
82,98 82,82
Aceh 76,28
Sumatera Utara 61,72
Sumatera Barat 71,12
Riau 71,24
Jambi 88,18
Sumatera Selatan 82,94
Bengkulu 85,07
Lampung 79,72
Kep. Bangka Belitung 91,86
Kepulauan Riau 91,92
DKI Jakarta 92,90
Jawa Barat 76,73
Jawa Tengah 89,48
DI Yogyakarta 95,10
Jawa Timur 82,70
Banten 67,96
Bali 78,03
Nusa Tenggara Barat 63,46
Nusa Tenggara Timur 44,84
Kalimantan Barat 76,64
Kalimantan Tengah 77,17
Kalimantan Selatan 81,92
Kalimantan Timur 90,43
Kalimantan Utara 83,91
Sulawesi Utara 80,50
Sulawesi Tengah 61,17
Sulawesi Selatan 78,59
Sulawesi Tenggara 69,43
Gorontalo 79,35
Sulawesi Barat 74,13
Maluku 62,24
Maluku Utara 65,23
Papua Barat 64,03
Papua 37,46
Indonesia : 78,03
Jika dibandingkan antar provinsi, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi provinsi
yang memiliki persentase terendah untuk kepala rumah tangga yang tinggal serumah
dengan pasangannya, yaitu sebesar 88,64 persen (Gambar 4.7). Seperti diketahui,
sekitar 96 persen desa di NTB menjadi daerah asal Tenaga Kerja Indonesia (Pendataan
Potensi Desa Indonesia, 2014). Di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Tengah memiliki
persentase terendah untuk kepala rumah tangga yang tinggal serumah dengan
pasangannya, yaitu sebesar 92,15 persen (Gambar 4.7). Persentase ini juga sejalan
dengan banyaknya desa di Jawa Tengah yang menjadi daerah asal Tenaga Kerja
Indonesia, dimana sekitar 84,74 persen desa terdapat warga yang menjadi Tenaga
Kerja Indonesia (Pendataan Potensi Desa Indonesia, 2014).
Aceh 98,04
Sumatera Utara 97,45
Sumatera Barat 97,61
Riau 98,25
Jambi 97,34
Sumatera Selatan 98,20
Bengkulu 97,86
Lampung 96,25
Kep. Bangka Belitung 97,81
Kepulauan Riau 96,07
DKI Jakarta 95,26
Jawa Barat 94,88
Jawa Tengah 92,15
DI Yogyakarta 95,49
Jawa Timur 95,12
Banten 95,96
Bali 96,67
Nusa Tenggara Barat 88,64
Nusa Tenggara Timur 93,67
Kalimantan Barat 97,41
Kalimantan Tengah 96,93
Kalimantan Selatan 96,68
Kalimantan Timur 97,58
Kalimantan Utara 92,80
Sulawesi Utara 96,92
Sulawesi Tengah 97,58
Sulawesi Selatan 95,51
Sulawesi Tenggara 94,77
Gorontalo 96,89
Sulawesi Barat 97,26
Maluku 96,43
Maluku Utara 97,19
Papua Barat 93,86
Papua 96,22
Indonesia : 95,28
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 49
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 49
4.3 KEMITRAAN GENDER
28,49
25,80 27,14
22,64 23,59 23,12
Kurang (< 14 Jam) Cukup (14 - 28 Jam) Lebih dari Cukup (> 28 Jam)
Aceh 74,47
Sumatera Utara 72,07
Sumatera Barat 77,69
Riau 81,26
Jambi 84,11
Sumatera Selatan 76,95
Bengkulu 83,40
Lampung 81,62
Kep. Bangka Belitung 84,70
Kepulauan Riau 79,52
DKI Jakarta 75,91
Jawa Barat 80,89
Jawa Tengah 73,04
DI Yogyakarta 72,90
Jawa Timur 78,53
Banten 74,31
Bali 62,08
Nusa Tenggara Barat 77,15
Nusa Tenggara Timur 65,94
Kalimantan Barat 73,43
Kalimantan Tengah 78,89
Kalimantan Selatan 80,19
Kalimantan Timur 80,61
Sulawesi Utara 74,64
Sulawesi Tengah 79,30
Sulawesi Selatan 86,84
Sulawesi Tenggara 68,55
Gorontalo 72,80
Sulawesi Barat 78,57
Maluku 70,52
Maluku Utara 68,04
Papua Barat 65,53
Papua 56,92
Indonesia : 76,88
70,45 68,95
67,40
Aceh 10,21
Sumatera Utara 15,80
Sumatera Barat 25,20
Riau 25,50
Jambi 17,58
Sumatera Selatan 21,18
Bengkulu 19,76
Lampung 23,00
Kep. Bangka Belitung 24,51
Kepulauan Riau 24,29
DKI Jakarta 18,02
Jawa Barat 17,16
Jawa Tengah 31,77
DI Yogyakarta 55,32
Jawa Timur 26,02
Banten 17,22
Bali 70,45
Nusa Tenggara Barat 16,64
Nusa Tenggara Timur 24,35
Kalimantan Barat 9,81
Kalimantan Tengah 25,82
Kalimantan Selatan 23,71
Kalimantan Timur 12,82
Kalimantan Utara 12,39
Sulawesi Utara 22,20
Sulawesi Tengah 32,61
Sulawesi Selatan 14,37
Sulawesi Tenggara 37,92
Gorontalo 34,84
Sulawesi Barat 34,18
Maluku 39,32
Maluku Utara 37,48
Papua Barat 22,50
Papua 18,32
Indonesia : 23,48
49,2
44,7 46,3
43,4
41,4
38,3
31,8
28,5
25,8
Secara nasional, penghasilan suami yang dikelola secara bersama oleh suami
dan istri (46,30%) mempunyai persentase yang lebih tinggi daripada penghasilan istri
yang dikelola secara bersama (28,50%). Hal tersebut juga berlaku di seluruh provinsi.
Meskipun secara nasional pengelolaan penghasilan istri yang dilakukan secara
bersama antara suami-istri masih tergolong rendah, namun di Aceh, lebih dari 50
persen istri menyatakan bahwa pengelolaan keuangan (penghasilan istri maupun
penghasilan suami) ditentukan secara bersama oleh suami dan istri (Gambar 4.14 dan
Gambar 4.15). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Aceh telah
memiliki keterbukaan dalam pengelolaan keuangan sehingga berpotensi
meningkatkan ketahanan keluarga.
Aceh 67,3
Sumatera Utara 45,9
Sumatera Barat 63,4
Riau 47,0
Jambi 70,0
Sumatera Selatan 38,7
Bengkulu 54,8
Lampung 43,5
Kep. Bangka Belitung 46,5
Kepulauan Riau 57,2
DKI Jakarta 34,3
Jawa Barat 40,5
Jawa Tengah 57,6
DI Yogyakarta 64,4
Jawa Timur 41,7
Banten 36,0
Bali 41,9
Nusa Tenggara Barat 51,5
Nusa Tenggara Timur 44,6
Kalimantan Barat 71,6
Kalimantan Tengah 68,5
Kalimantan Selatan 50,8
Kalimantan Timur 60,9
Sulawesi Utara 45,3
Sulawesi Tengah 56,8
Sulawesi Selatan 25,9
Sulawesi Tenggara 29,3
Gorontalo 38,8
Sulawesi Barat 55,1
Maluku 49,3
Maluku Utara 59,0
Papua Barat 50,2
Papua 30,5
Indonesia : 46,3
Sumber : Publikasi SDKI 2012
58 | Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
58 Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016
Gambar 4.15 Persentase Istri Umur 15-49 Tahun yang Menyatakan Keputusan
Penggunaan Penghasilannya Dilakukan Secara Bersama oleh Suami
dan Istri Menurut Provinsi, 2012
Aceh 53,2
Sumatera Utara 30,5
Sumatera Barat 44,2
Riau 31,3
Jambi 44,7
Sumatera Selatan 27,9
Bengkulu 33,0
Lampung 25,5
Kep. Bangka Belitung 26,3
Kepulauan Riau 31,4
DKI Jakarta 17,6
Jawa Barat 27,4
Jawa Tengah 36,9
DI Yogyakarta 33,8
Jawa Timur 21,3
Banten 18,0
Bali 29,0
Nusa Tenggara Barat 26,5
Nusa Tenggara Timur 31,7
Kalimantan Barat 25,6
Kalimantan Tengah 44,0
Kalimantan Selatan 23,8
Kalimantan Timur 38,2
Sulawesi Utara 33,9
Sulawesi Tengah 37,7
Sulawesi Selatan 18,1
Sulawesi Tenggara 19,3
Gorontalo 22,3
Sulawesi Barat 33,2
Maluku 38,9
Maluku Utara 47,2
Papua Barat 29,4
Papua 21,1
Indonesia : 28,5
Sumber : Publikasi SDKI 2012
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |59
59
4.3.4 Pengambilan Keputusan Keluarga
Selain keterbukaan dalam pengelolaan keuangan, pengambilan keputusan
keluarga juga menjadi salah satu indikator ketahanan keluarga. Pengambilan
keputusan keluarga yang dimaksud disini adalah adanya pembahasan mengenai
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keluarga. Jadi, meskipun suami yang
berperan sebagai kepala keluarga, namun dalam menjalankan tugasnya tidak boleh
otoriter, namun harus dijalankan secara bijaksana dan mengakomodasi saran dan
ide baik dari pasangan maupun anak-anaknya. Dalam pembahasan selanjutnya,
pengambilan keputusan keluarga akan dilihat melalui pengambilan keputusan untuk
penentuan jumlah anak.
Gambar 4.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Penentu
Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak, 2014
Aceh 60,52
Sumatera Utara 57,31
Sumatera Barat 64,84
Riau 66,77
Jambi 67,60
Sumatera Selatan 68,23
Bengkulu 64,64
Lampung 66,82
Kep. Bangka Belitung 62,96
Kepulauan Riau 62,47
DKI Jakarta 55,93
Jawa Barat 63,03
Jawa Tengah 62,40
DI Yogyakarta 57,62
Jawa Timur 60,59
Banten 60,83
Bali 69,32
Nusa Tenggara Barat 60,60
Nusa Tenggara Timur 64,91
Kalimantan Barat 62,10
Kalimantan Tengah 67,03
Kalimantan Selatan 66,57
Kalimantan Timur 63,42
Sulawesi Utara 61,97
Sulawesi Tengah 64,34
Sulawesi Selatan 57,56
Sulawesi Tenggara 64,74
Gorontalo 46,94
Sulawesi Barat 57,53
Maluku 63,09
Maluku Utara 59,48
Papua Barat 64,75
Papua 50,39
Indonesia : 61,99
Sumber : SPTK 2014
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |61
61
KETAHANAN FISIK 5
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa ketahanan dan kesejahteraan
keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri
dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
kebahagiaan lahir dan batin. Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa ‘kemampuan
fisik materil’ merupakan syarat utama tercapainya ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Ketahanan fisik dapat tercapai jika keluarga telah terpenuhi kebutuhan
pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan (indikator: pendapatan per
kapita melebihi kebutuhan fisik minimum) dan terbebas dari masalah ekonomi
(indikator: terbebas dari masalah ekonomi) (Sunarti dalam Puspitawati, 2012).
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa pembahasan mengenai ketahanan fisik
sangat luas dan tidak terlepas dengan kondisi ekonomi keluarga. Oleh karena itu,
pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada ulasan tentang kecukupan pangan
dan gizi, kesehatan keluarga, dan ketersediaan tempat/lokasi tetap untuk tidur.
Sedangkan pembahasan terkait kondisi ekonomi keluarga akan dijelaskan dalam bab
ketahanan ekonomi.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |63
63
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
status gizi seseorang. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi
akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu
dan masyarakat. Untuk itu, pemerintah telah memberikan panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi aneka
ragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan
secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal, yang tertuang
dalam Pedoman Gizi Seimbang (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang).
5.1.1 Kecukupan Pangan
Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Padahal tidak semua zat gizi yang
diperlukan tubuh terdapat dalam satu jenis makanan, oleh karena itu, pemerintah
sangat menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang beraneka-
ragam. Dalam Pedoman Gizi Seimbang disebutkan bahwa setiap hari tubuh
membutuhkan asupan protein nabati sebanyak 2-3 porsi, protein hewani 2-3 porsi,
makanan pokok 3-8 porsi, sayuran 3-5 porsi, buah 3-5 porsi dan minum air mineral
minimal 8 gelas. Asupan gizi tersebut dapat terpenuhi dari makanan pokok dan lauk-
pauk yang biasa dikonsumsi setiap hari.
Informasi mengenai kecukupan pangan dan gizi tidak dikumpulkan secara rinci
dalam survei-survei yang dilakukan BPS. Satu-satunya data yang dapat dimanfaatkan
adalah data Susenas 2015 yang mengumpulkan informasi terkait pola konsumsi
makanan seluruh anggota rumah tangga. Makanan yang dikonsumsi hanya dibedakan
menjadi makanan pokok, lauk pauk nabati, dan lauk pauk hewani yang berprotein
tinggi. Selain itu, informasi yang dikumpulkan hanya mencakup frekuensi konsumsi
makanan selama seminggu terakhir. Oleh karena itu, rumah tangga yang cenderung
memiliki ketahanan keluarga yang lebih tangguh apabila seluruh ART-nya dapat
mengkonsumsi makanan pokok dengan lauk nabati atau hewani minimal dua kali
sehari atau setara dengan 14 kali dalam seminggu. Informasi tersebut diharapkan
sudah dapat digunakan untuk menggambarkan kecukupan pangan keluarga di
Indonesia.
Terdapat fakta bahwa hanya 28,84 persen rumah tangga yang seluruh anggota
rumah tangganya mengkonsumsi makanan pokok dengan lauk pauk protein nabati
atau protein hewani sebanyak 14 kali dalam seminggu (Gambar 5.1). Jika satu kali
konsumsi makanan setara dengan satu porsi, maka masih banyak rumah tangga di
Indonesia yang berpotensi mengalami masalah kekurangan gizi karena kebutuhan
minimum asupan makanan pokok dan protein (nabati maupun hewani) per hari
belum terpenuhi. Kondisi tersebut terjadi hampir di seluruh provinsi. Bahkan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya sekitar 9,52 persen rumah tangga yang seluruh
64
64| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
anggota rumah tangganya mengkonsumsi makanan pokok dengan lauk protein nabati
atau protein hewani sebanyak 14 kali dalam seminggu (Gambar 5.3).
Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Anggota Rumah Tangga (ART)
yang Makan Makanan Pokok dengan Lauk Pauk Nabati/ Hewani
Minimal 14 Kali Seminggu, 2015
32,32 28,84
25,33
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |65
65
Jika dilihat secara terpisah menurut pola konsumsi makanan pokok, protein
nabati dan protein hewani terlihat bahwa konsumsi makanan pokok jauh lebih besar
daripada konsumsi protein nabati maupun hewani. Sekitar 86 persen rumah tangga di
Indonesia telah memenuhi kebutuhan asupan makanan pokok minimal 14 kali dalam
seminggu (Gambar 5.2). Namun hanya sekitar 17-18 persen rumah tangga yang
semua anggota rumah tangganya mengkonsumsi protein nabati dan hewani minimal
14 kali dalam seminggu. Hal ini mengakibatkan kebutuhan asupan makanan demi
tercapainya gizi seimbang berpotensi tidak terpenuhi. Jika kondisi ini dibiarkan terus
menerus dalam jangka waktu yang lama, maka akan berdampak pada status gizi dan
ketahanan fisik seseorang, yang pada akhirnya berpotensi mengganggu ketahanan
keluarga. Pola konsumsi yang sama terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Hanya Papua (71,10%) dan Maluku Utara (79,17%) yang konsumsi terhadap makanan
pokok anggota rumah tangganya masih di bawah 80 persen.
66
66| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga yang Seluruh Anggota Rumah Tangga
(ART) Makan Makanan Pokok dengan Lauk Pauk Nabati/
Hewani Minimal 14 Kali Seminggu Menurut Provinsi, 2015
Aceh 34,36
Sumatera Utara 26,50
Sumatera Barat 25,71
Riau 23,40
Jambi 15,24
Sumatera Selatan 16,71
Bengkulu 13,75
Lampung 15,57
Kep. Bangka Belitung 36,91
Kepulauan Riau 37,97
DKI Jakarta 25,03
Jawa Barat 18,27
Jawa Tengah 31,65
DI Yogyakarta 32,41
Jawa Timur 37,07
Banten 25,86
Bali 30,48
Nusa Tenggara Barat 26,22
Nusa Tenggara Timur 9,52
Kalimantan Barat 13,61
Kalimantan Tengah 45,97
Kalimantan Selatan 69,78
Kalimantan Timur 34,54
Kalimantan Utara 41,15
Sulawesi Utara 45,74
Sulawesi Tengah 32,27
Sulawesi Selatan 55,28
Sulawesi Tenggara 52,05
Gorontalo 61,04
Sulawesi Barat 49,06
Maluku 53,02
Maluku Utara 37,54
Papua Barat 32,44
Papua 10,68
Indonesia : 28,84
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |67
67
5.1.2 Kecukupan Gizi
Masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi sering luput dari penglihatan atau
pengamatan secara kasat mata sehingga tidak cepat ditanggulangi. Kekurangan gizi
dapat menyebabkan terganggunya sistem imun pada tubuh seseorang sehingga
mereka lebih mudah terkena penyakit. Demikian pula dengan kelebihan gizi yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang beragam. Jika masalah gizi pada
penduduk baik gizi buruk maupun gizi lebih dibiarkan maka dapat membawa dampak
(i) rendahnya produktivitas kerja; (ii) kehilangan kesempatan sekolah; dan (iii)
kehilangan sumberdaya karena biaya kesehatan yang tinggi (World Bank, 2006).
Sejalan dengan itu, orang yang mengalami masalah kekurangan gizi atau kelebihan
gizi akan membawa pada kondisi ketahanan fisik yang kurang baik sehingga
berdampak pada ketahanan keluarga yang lebih rendah.
Informasi mengenai masalah gizi penduduk dikumpulkan secara menyeluruh
oleh Kementerian Kesehatan melalui kegiatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilaksanakan secara berkala setiap 3 tahun sekali. Indikator status gizi yang
dikumpulkan mencakup status gizi berdasarkan hasil pengukuran antropometri, yaitu
berat badan (BB) terhadap umur (BB/U), tinggi badan (TB) terhadap umur (TB/U),
berat badan terhadap tinggi badan BB/TB dan indeks massa tubuh (IMT). Dalam
pembahasan selanjutnya, kecukupan gizi keluarga akan difokuskan pada masalah
status gizi balita karena umur di bawah lima tahun merupakan umur penting dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan fisik dan otak anak sehingga balita
memerlukan asupan gizi yang cukup untuk mencapai perkembangan dan
pertumbuhan anak yang optimal. Status gizi balita akan dilihat berdasarkan indikator
berat badan terhadap umur (BB/U) yang memberikan indikasi masalah gizi secara
umum.
Gambar 5.4 Persentase Balita Menurut Klasifikasi Wilayah dan Status Gizi
Berdasarkan Kriteria BB/U, 2013
78,4 75,9
73,4
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |69
69
Gambar 5.5 Persentase Balita yang Mempunyai Status Gizi Baik Menurut
Provinsi, 2013
Aceh 70,7
Sumatera Utara 72,8
Sumatera Barat 76,0
Riau 70,8
Jambi 75,6
Sumatera Selatan 74,5
Bengkulu 73,3
Lampung 73,7
Kep. Bangka Belitung 80,4
Kepulauan Riau 81,7
DKI Jakarta 78,5
Jawa Barat 79,9
Jawa Tengah 78,9
DI Yogyakarta 80,3
Jawa Timur 76,7
Banten 78,1
Bali 81,4
Nusa Tenggara Barat 71,5
Nusa Tenggara Timur 64,4
Kalimantan Barat 68,5
Kalimantan Tengah 72,3
Kalimantan Selatan 69,2
Kalimantan Timur 77,6
Sulawesi Utara 79,0
Sulawesi Tengah 73,5
Sulawesi Selatan 71,5
Sulawesi Tenggara 72,2
Gorontalo 70,9
Sulawesi Barat 66,9
Maluku 67,2
Maluku Utara 71,7
Papua Barat 66,2
Papua 71,9
Indonesia : 75,9
70
70| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
5.2 KESEHATAN KELUARGA
16,89 16,14
14,93 15,41 13,46 14,20
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |71
71
Selain kondisi fisik yang sakit, keberadaan penyakit kronis ataupun kesulitan
fungsional yang diderita oleh seseorang juga dapat menjadi hambatan untuk
melaksanakan peran dan fungsi dalam keluarga. Tidak berarti penderita penyakit
kronis ataupun kesulitan fungsional pasti mempunyai ketahanan keluarga yang
rendah. Namun, keberadaan anggota keluarga yang menderita penyakit kronis dan
kesulitan fungsional dapat meningkatkan peluang keluarga tersebut untuk
mempunyai ketahanan keluarga yang lebih rendah. Oleh karena itu variabel pada
dimensi ketahanan fisik selanjutnya adalah kesehatan keluarga yang diukur melalui
keterbebasan dari penyakit dan disabilitas (kesulitan fungsional).
72
72| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 5.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah,
Keberadaan KRT/Pasangan Penderita Penyakit Kronis, dan
Disabilitas, 2014
7,02
4,74 1,94 5,16 6,98 1,75 6,09 5,86
1,84
Pada tahun 2014, sekitar 86,21 persen rumah tangga di Indonesia, KRT atau
pasangannya tidak mempunyai masalah penyakit kronis dan penyandang disabilitas.
Sedangkan sisanya sekitar 13,79 merupakan rumah tangga yang KRT atau
pasangannya menderita penyakit kronis, penyandang disabilitas, maupun keduanya.
Persentase rumah tangga yang KRT atau pasangannya menderita penyakit kronis di
perkotaan lebih besar daripada perdesaan. Sebaliknya persentase rumah tangga yang
KRT atau pasangannya menyandang disabilitas di perkotaan lebih kecil daripada di
perdesaan. Jika dilihat menurut wilayah, Provinsi Papua dan Kepulauan Riau
merupakan provinsi dengan persentase rumah tangga yang terbebas dari penyakit
kronis dan disabilitas tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 96,17 persen dan 91,96
persen. Sementara itu Aceh dan Bengkulu adalah provinsi dengan persentase rumah
tangga yang terbebas dari penyakit kronis dan disabilitas terendah, yaitu masing-
masing sebesar 79,44 persen dan 81,96 persen.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |73
73
Gambar 5.8 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangan Bukan Penderita
Penyakit Kronis dan Disabilitas, 2014
Aceh 79,44
Sumatera Utara 86,71
Sumatera Barat 82,22
Riau 89,06
Jambi 89,59
Sumatera Selatan 85,55
Bengkulu 81,96
Lampung 89,27
Kep. Bangka Belitung 87,97
Kepulauan Riau 91,96
DKI Jakarta 89,82
Jawa Barat 85,71
Jawa Tengah 86,07
DI Yogyakarta 86,00
Jawa Timur 85,67
Banten 85,42
Bali 88,69
Nusa Tenggara Barat 83,46
Nusa Tenggara Timur 85,39
Kalimantan Barat 86,43
Kalimantan Tengah 85,10
Kalimantan Selatan 86,90
Kalimantan Timur 85,52
Sulawesi Utara 83,67
Sulawesi Tengah 86,40
Sulawesi Selatan 85,28
Sulawesi Tenggara 89,24
Gorontalo 81,98
Sulawesi Barat 86,82
Maluku 88,34
Maluku Utara 87,64
Papua Barat 87,30
Papua 96,17
Indonesia : 86,21
74
74| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
5.3 KETERSEDIAAN TEMPAT/LOKASI TETAP UNTUK TIDUR
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |75
75
Gambar 5.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Lokasi Tetap untuk
Tidur dan Tempat Tidur KRT dan Klasifikasi Wilayah, 2015
Rumah tangga yang berpotensi mempunyai ketahanan keluarga yang lebih baik
tidak hanya mempunyai lokasi tetap untuk tidur, namun suami-istri juga harus
mempunyai kamar tidur yang terpisah dari anak-anak ataupun anggota keluarga
lainnya. Dalam hal ini, diproksi dengan kepala rumah tangga atau pasangan yang
mempunyai tempat tidur dan digunakan tidak lebih dari 3 orang. Dimana secara
nasional, terdapat sekitar 76,63 persen rumah tangga yang KRT dan pasangan
mempunyai tempat tidur yang digunakan maksimal oleh 3 orang. Kemudian, sekitar
15,96 persen rumah tangga mempunyai tempat tidur namun digunakan lebih dari 3
orang, sehingga disinyalir tidak mempunyai keleluasaan untuk beristirahat karena
harus berbagi tempat dengan lainnya. Jika dibandingkan menurut klasifikasi wilayah,
maka persentase rumah tangga yang KRT dan pasangan mempunyai tempat tidur
digunakan maksimal 3 orang di perkotaan lebih besar daripada di perdesaan.
Pada Gambar 5.10, disajikan persentase rumah tangga yang KRT dan
pasangannya mempunyai tempat tidur dan digunakan maksimal oleh 3 orang
menurut provinsi. Hasilnya, terdapat enam provinsi yang mencapai persentase di
atas 80 persen, yaitu Lampung (82,03), Jawa Tengah (82,66%), DI Yogyakarta
(84,19%), Jawa Timur (81,84%), Bali (87,83%), dan Kalimantan Selatan (84,48%).
Sementara, terdapat delapan provinsi yang memiliki persentase di bawah 70 persen,
yaitu Nusa Tenggara Timur (60,34%), Kalimantan Barat (69,60%), Kalimantan Utara
(64,67%), Sulawesi Tengah (68,48%), Gorontalo (50,83%), Sulawesi Barat (57,69%),
Papua Barat (59,00%) dan Papua (31,11%).
76
76| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 5.10 Persentase Rumah Tangga yang KRT-nya Memiliki Tempat Tidur dan
Digunakan Maksimal 3 Orang, 2015
Aceh 75,46
Sumatera Utara 71,18
Sumatera Barat 75,79
Riau 71,86
Jambi 74,47
Sumatera Selatan 73,98
Bengkulu 76,92
Lampung 82,03
Kep. Bangka Belitung 78,92
Kepulauan Riau 79,67
DKI Jakarta 72,47
Jawa Barat 77,18
Jawa Tengah 82,66
DI Yogyakarta 84,19
Jawa Timur 81,84
Banten 74,46
Bali 87,83
Nusa Tenggara Barat 70,57
Nusa Tenggara Timur 60,34
Kalimantan Barat 69,60
Kalimantan Tengah 78,68
Kalimantan Selatan 84,48
Kalimantan Timur 73,57
Kalimantan Utara 64,67
Sulawesi Utara 74,95
Sulawesi Tengah 68,48
Sulawesi Selatan 73,56
Sulawesi Tenggara 73,43
Gorontalo 50,83
Sulawesi Barat 57,69
Maluku 71,59
Maluku Utara 74,86
Papua Barat 59,00
Papua 31,11
Indonesia : 76,63
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |77
77
KETAHANAN EKONOMI 6
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ketahanan keluarga juga
mengandung makna kemampuan materil keluarga untuk hidup mandiri dan
mengembangkan keluarga (Undang-undang Nomor 52 tahun 2009). Kemampuan
materil keluarga ini dapat dipahami sebagai ketahanan ekonomi keluarga dalam
mengatasi permasalahan ekonomi berdasarkan sumber daya yang mereka miliki.
Untuk itu, pembahasan ketahanan ekonomi akan menyajikan beberapa variabel yang
berpotensi mempengaruhi tingkat ketahanan ekonomi keluarga. Dimensi tersebut
dibangun dari empat variabel, antara lain (1) tempat tinggal keluarga, (2) pendapatan
keluarga, (3) pembiayaan pendidikan anak, dan (4) jaminan keuangan keluarga.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |79
79
sebab mengapa ketersediaan lahan untuk bangunan tempat tinggal di wilayah
perkotaan lebih sedikit dibandingkan di perdesaan.
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Status
Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal, 2015
91,44
82,63
73,87
26,13
17,37
8,56
80
80| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga yang Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggalnya Milik Sendiri Menurut Provinsi, 2015
Aceh 82,36
Sumatera Utara 71,09
Sumatera Barat 74,13
Riau 71,56
Jambi 83,94
Sumatera Selatan 83,02
Bengkulu 85,52
Lampung 90,35
Kep. Bangka Belitung 87,85
Kepulauan Riau 67,67
DKI Jakarta 51,09
Jawa Barat 80,63
Jawa Tengah 90,93
DI Yogyakarta 76,99
Jawa Timur 90,46
Banten 80,94
Bali 77,31
Nusa Tenggara Barat 87,85
Nusa Tenggara Timur 88,52
Kalimantan Barat 90,07
Kalimantan Tengah 77,99
Kalimantan Selatan 79,22
Kalimantan Timur 72,69
Kalimantan Utara 74,77
Sulawesi Utara 80,44
Sulawesi Tengah 87,14
Sulawesi Selatan 86,85
Sulawesi Tenggara 86,47
Gorontalo 81,66
Sulawesi Barat 91,47
Maluku 81,51
Maluku Utara 87,84
Papua Barat 74,57
Papua 81,69
Indonesia : 82,63
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |81
81
6.2 PENDAPATAN KELUARGA
3,54
29,78
42,04
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |83
83
Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Rata-
rata Pengeluaran Perkapita Per Bulan, 2015
71,77
64,64
57,47
19,24 16,52
13,83 12,18
11,11 9,60 9,23
7,05 7,36
84
84| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Rata-rata Pengeluaran
Perkapita Per Bulan dan Provinsi, 2015
Aceh 1,51
Sumatera Utara 1,27
Sumatera Barat 0,34
Riau 0,38
Jambi 1,14
Sumatera Selatan 3,69
Bengkulu 2,19
Lampung 2,82
Kep. Bangka Belitung 0,02
Kepulauan Riau 0,17
DKI Jakarta 0,00
Jawa Barat 3,10
Jawa Tengah 6,06
DI Yogyakarta 4,10
Jawa Timur 4,28
Banten 0,78
Bali 0,96
Nusa Tenggara Barat 5,88
Nusa Tenggara Timur 10,80
Kalimantan Barat 1,77
Kalimantan Tengah 0,58
Kalimantan Selatan 0,59
Kalimantan Timur 0,08
Kalimantan Utara 0,00
Sulawesi Utara 2,55
Sulawesi Tengah 2,63
Sulawesi Selatan 8,78
Sulawesi Tenggara 8,86
Gorontalo 12,84
Sulawesi Barat 8,09
Maluku 1,13
Maluku Utara 0,28
Papua Barat 3,91
Papua 9,29
64,89 62,01
59,15
34,34
29,73
25,09
86
86| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecukupan Pendapatan Rumah
Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dan Kelompok
Pendapatan, 2014
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |87
87
Gambar 6.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecukupan Pendapatan
Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari dan
Provinsi, 2015
88
88| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
6.3 PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANAK
Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan Indonesia
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan menjadi
kebutuhan yang sangat penting saat ini. Status pendidikan dalam rumah tangga dapat
menjadi salah satu cara untuk menggambarkan kondisi ketahanan ekonomi rumah
tangga tersebut karena dapat dijadikan pendekatan untuk mengetahui kecukupan
pendapatan rumah tangga secara objektif. Pendidikan anak sebagai variabel
penyusun dimensi ketahanan ekonomi untuk mengukur ketahanan keluarga disusun
dari dua indikator, yaitu (1) kemampuan pembiayaan pendidikan anak, dan (2)
keberlangsungan pendidikan anak.
6.3.1 Kemampuan Pembiayaan Pendidikan Anak
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP sederajat) tanpa
memungut biaya (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Namun, kebijakan biaya sekolah gratis hanya berlaku bagi murid yang
bersekolah di SD ataupun SMP negeri, itupun belum berlaku secara nasional. Pada
sekolah tertentu masih terdapat pungutan biaya yang besarnya bervariasi yang
ditentukan oleh komite sekolah. Selain itu, sekolah negeri belum mampu menampung
seluruh siswa usia sekolah, sehingga hanya siswa dengan nilai yang bagus yang
mampu bersaing untuk diterima di sekolah negeri. Hal ini mengakibatkan sebagian
siswa harus melanjutkan di sekolah swasta yang membutuhkan biaya yang lebih besar
daripada sekolah negeri.
Gambar 6.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Keberadaan
Anggota Rumah Tangga Usia 7-18 Tahun yang Bersekolah, 2015
Gambar 6.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Pendidikan Tertinggi KRT dan
Keberadaan Anggota Rumah Tangga Usia Sekolah (7-18 Tahun)
yang Bersekolah, 2015
90
90| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Gambar 6.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Anggota
Rumah Tangga Usia 7-18 Tahun yang Bersekolah dan Provinsi,
2015
Aceh 92,06
Sumatera Utara 89,15
Sumatera Barat 91,61
Riau 89,60
Jambi 89,34
Sumatera Selatan 87,31
Bengkulu 91,72
Lampung 88,65
Kep. Bangka Belitung 87,12
Kepulauan Riau 94,34
DKI Jakarta 89,71
Jawa Barat 87,21
Jawa Tengah 88,48
DI Yogyakarta 95,46
Jawa Timur 89,76
Banten 87,66
Bali 93,03
Nusa Tenggara Barat 91,56
Nusa Tenggara Timur 87,36
Kalimantan Barat 85,92
Kalimantan Tengah 87,38
Kalimantan Selatan 87,97
Kalimantan Timur 93,26
Kalimantan Utara 87,89
Sulawesi Utara 89,76
Sulawesi Tengah 87,88
Sulawesi Selatan 86,55
Sulawesi Tenggara 88,12
Gorontalo 86,68
Sulawesi Barat 83,50
Maluku 89,92
Maluku Utara 90,02
Papua Barat 89,04
Papua 69,64
Seluruh ART Bersekolah Sebagian ART Bersekolah Semua ART Tidak Bersekolah
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |91
91
6.3.2 Keberlangsungan Pendidikan Anak
Keberlangsungan pendidikan anak akan digambarkan melalui besarnya
persentase rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga yang putus sekolah.
Putus sekolah adalah suatu kondisi dimana seseorang yang berusia sekolah (7-18
tahun) tidak dapat menamatkan jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya. Dalam
hal ini, mereka yang telah menamatkan sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu
tetapi tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak termasuk
sebagai putus sekolah. Selain tidak ada anak yang putus sekolah, rumah tangga yang
mempunyai ketahanan ekonomi yang baik juga harus dapat menjamin anggota rumah
tangganya untuk memperoleh pendidikan sehingga tidak ada anak yang tidak pernah
sekolah.
Keberadaan anak usia 7-18 tahun yang putus sekolah atau bahkan tidak pernah
bersekolah merupakan salah satu indikasi adanya masalah ekonomi dalam rumah
tangga tersebut. Dari 54,52 persen rumah tangga yang memiliki ART usia 7-18 tahun,
sekitar 2,67 persen rumah tangga di antaranya terdapat ART yang putus sekolah atau
tidak pernah bersekolah. Jika dibandingkan menurut klasifikasi wilayah maka
persentase rumah tangga yang terdapat ART putus sekolah atau tidak pernah
bersekolah di perdesaan (3,41%) lebih tinggi daripada di perkotaan (1,92%). Ini
menunjukkan bahwa rumah tangga di perdesaan cenderung mempunyai ketahanan
ekonomi yang lebih rendah sehingga berpotensi untuk mempunyai ketahanan
keluarga yang lebih rendah pula (Gambar 6.12).
92
92| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
Penduduk yang putus sekolah dan tidak pernah sekolah mempunyai
kecenderungan yang berbeda menurut umur dan jenis kelamin. Jika dilihat menurut
kelompok umur, semakin tua usia penduduk maka semakin tinggi persentase mereka
yang putus sekolah atau tidak pernah sekolah (Gambar 6.13). Lebih jauh, pada
kelompok umur 7-12 tahun, perbedaan persentase antara anak laki-laki dan
perempuan yang putus sekolah atau tidak pernah bersekolah masih dapat dikatakan
seimbang. Namun pada kelompok umur selanjutnya, perbedaan persentase tersebut
semakin nyata.
10,96
9,32
7,54
4,37
3,81
3,23
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |93
93
6.4.1 Tabungan Keluarga
Gambar 6.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Jenis
Tabungan yang Dimiliki, 2015
69,08
56,74
40,95
13,10 11,75
10,01
94
94| Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016
perkotaan lebih cenderung untuk menyimpan tabungannya dalam bentuk produk
bank dan non bank.
Jika dilihat menurut provinsi, persentase rumah tangga berdasarkan
kepemilikan tabungan dapat dilihat pada Gambar 6.15. Bali menjadi provinsi dengan
persentase rumah tangga yang memiliki tabungan tertinggi yakni 87,82 persen.
Sebaliknya, Aceh, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Papua merupakan provinsi-
provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki tabungan lebih kecil
dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dengan masing-
masing persentase rumah tangga yang memiliki tabungan sebesar 47,32 persen,
42,84 persen, 49,83 persen, dan 42,91 persen. Sedangkan jika dilihat dari jenis
tabungan yang dimiliki, seluruh provinsi di Indonesia memiliki pola yang sama dengan
pola nasional yakni persentase terbesarnya ada di jenis tabungan lainnya.
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016 |95
95
Gambar 6.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Anggota Rumah
Tangga yang Mempunyai Tabungan/Simpanan dan Provinsi,
2015
Aceh 47,32
Sumatera Utara 58,77
Sumatera Barat 60,40
Riau 60,14
Jambi 56,52
Sumatera Selatan 57,19
Bengkulu 57,47
Lampung 42,84
Kep. Bangka Belitung 76,98
Kepulauan Riau 80,89
DKI Jakarta 81,84
Jawa Barat 56,89
Jawa Tengah 67,58
DI Yogyakarta 80,72
Jawa Timur 64,41
Banten 56,63
Bali 87,82
Nusa Tenggara Barat 49,83
Nusa Tenggara Timur 61,30
Kalimantan Barat 66,88
Kalimantan Tengah 76,15
Kalimantan Selatan 66,45
Kalimantan Timur 84,52
Kalimantan Utara 75,87
Sulawesi Utara 58,61
Sulawesi Tengah 64,38
Sulawesi Selatan 76,25
Sulawesi Tenggara 73,01
Gorontalo 55,45
Sulawesi Barat 60,06
Maluku 57,96
Maluku Utara 64,92
Papua Barat 71,21
Papua 42,91
Indonesia : 62,97
Aceh 47,32
Sumatera Utara 58,77
Sumatera Barat 60,40
Riau 60,14
Jambi 56,52
Sumatera Selatan 57,19
Bengkulu 57,47
Lampung 42,84
Kep. Bangka Belitung 76,98
Kepulauan Riau 80,89
DKI Jakarta 81,84
Jawa Barat 56,89
Jawa Tengah 67,58
DI Yogyakarta 80,72
Jawa Timur 64,41
Banten 56,63
Bali 87,82
Nusa Tenggara Barat 49,83
Nusa Tenggara Timur 61,30
Kalimantan Barat 66,88
Kalimantan Tengah 76,15
Kalimantan Selatan 66,45
Kalimantan Timur 84,52
Kalimantan Utara 75,87
Sulawesi Utara 58,61
Sulawesi Tengah 64,38
Sulawesi Selatan 76,25
Sulawesi Tenggara 73,01
Gorontalo 55,45
Sulawesi Barat 60,06
Maluku 57,96
Maluku Utara 64,92
Papua Barat 71,21
Papua 42,91
Indonesia : 62,97
43,89 46,39
39,38 39,26 42,88 41,58
30,33
36,66 37,23 39,21 38,86
15,08 48,76
13,81 13,51 14,40
15,30
16,59
Jika dilihat menurut karakteristik kepala rumah tangga maka rumah tangga
yang seluruh ART-nya memiliki jaminan kesehatan cenderung adalah rumah tangga
dengan kepala rumah tangga berstatus buruh/karyawan/pegawai. Sedangkan rumah
tangga yang seluruh ART tidak mempunyai jaminan kesehatan cenderung adalah
rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang bekerja dengan status berusaha
dibantu buruh tetap/dibayar (Gambar 6.17). Jika dilihat menurut provinsi diketahui
bahwa Bali merupakan provinsi dengan persentase rumah tangga yang seluruh
anggota rumah tangganya memiliki jaminan kesehatan paling tinggi yakni sebesar
80,68 persen. Sebaliknya, Jambi menjadi provinsi dengan persentase rumah tangga
yang seluruh anggota rumah tangganya memiliki jaminan kesehatan paling rendah
yakni sebesar 27,70 persen. Selain itu, terdapat tiga provinsi yang mempunyai
persentase rumah tangga yang seluruh ART-nya memiliki jaminan kesehatan di atas
70 persen, yaitu Aceh (75,29%), Sumatera Selatan (76,27%), dan Bali (80,68%).
Aceh 75,29
Sumatera Utara 32,29
Sumatera Barat 37,78
Riau 39,53
Jambi 27,70
Sumatera Selatan 76,27
Bengkulu 36,11
Lampung 31,90
Kep. Bangka Belitung 43,64
Kepulauan Riau 57,60
DKI Jakarta 51,13
Jawa Barat 36,89
Jawa Tengah 40,93
DI Yogyakarta 63,51
Jawa Timur 31,56
Banten 35,06
Bali 80,68
Nusa Tenggara Barat 33,55
Nusa Tenggara Timur 40,78
Kalimantan Barat 23,91
Kalimantan Tengah 34,28
Kalimantan Selatan 48,33
Kalimantan Timur 65,81
Kalimantan Utara 47,78
Sulawesi Utara 39,52
Sulawesi Tengah 39,54
Sulawesi Selatan 65,99
Sulawesi Tenggara 42,21
Gorontalo 54,15
Sulawesi Barat 43,24
Maluku 33,50
Maluku Utara 48,44
Papua Barat 50,52
Papua 56,70
Indonesia : 41,58
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016 |101
101
7.1.1 Sikap Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan merupakan setiap tindakan yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual
atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam
lingkungan kehidupan pribadi. Umumnya, kekerasan terhadap perempuan telah
dimulai dalam lingkup kehidupan keluarga yang disebabkan karena adanya
ketimpangan atau ketidakadilan gender dalam pandangan kehidupan bermasyarakat.
Perbedaan peran dan hak antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga, seringkali
menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari laki-laki, sehingga
perempuan seringkali diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.
Sampai saat ini, belum tersedia data yang dapat menggambarkan angka
kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri dalam skala
nasional. Beberapa lembaga seperti kepolisian ataupun komisi nasional anti
kekerasan terhadap perempuan hanya memiliki data terkait jumlah kasus kekerasan
berdasarkan pengaduan korban, sehingga data tersebut tidak dapat digunakan secara
umum untuk menggambarkan angka kekerasan terhadap perempuan dalam skala
nasional maupun provinsi. Namun, gambaran kekerasan dalam rumah tangga yang
dilakukan suami terhadap istri dapat diproksi dengan sikap terkait tindakan
pemukulan istri yang dilakukan oleh suami. Informasi tersebut dikumpulkan dalam
Susenas-Modul Ketahanan Sosial 2014. Terdapat enam alasan tindakan pemukulan
istri yang diajukan, yaitu 1) istri pergi tanpa pamit, 2) istri tidak mengerjakan
pekerjaan rumah dengan baik, 3) istri membantah suami, 4) istri tidak mengurus anak
dengan baik, 5) istri diduga selingkuh, dan 6) istri menolak berhubungan intim.
Semua pertanyaan tersebut diajukan kepada semua responden, baik laki-laki maupun
perempuan.
Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Sikap
Terhadap Tindakan Suami Memukul Istri, 2014
102
102| Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016
Keluarga yang memperlakukan perempuan dengan cara-cara kekerasan akan
menurunkan tingkat keharmonisan keluarga yang pada akhirnya berdampak pada
ketahanan keluarga yang kurang baik. Oleh karena itu, sikap anti kekerasan terhadap
perempuan harus ditanamkan pada setiap individu sejak dini, agar perempuan tidak
lagi menjadi korban kekerasan karena praktek kultural di masyarakat. Data
menunjukkan, sekitar 74,14 persen rumah tangga tidak membenarkan tindakan suami
memukul istri untuk keenam alasan di atas (Gambar 7.1). Selain itu, terdapat
kecenderungan yang berbeda terkait sikap anti kekerasan menurut klasifikasi wilayah
dan tingkat pendidikan. Rumah tangga yang bertempat tinggal di perkotaan lebih
cenderung memiliki sikap tidak membenarkan tindakan suami memukul terhadap istri
(78,35%) dibandingkan di daerah perdesaan (69,96%). Kemudian berdasarkan tingkat
pendidikan, data menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan
maka lebih cenderung untuk tidak membenarkan tindakan suami memukul istri
(Lampiran 7.3). Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di perdesaan cenderung masih
memiliki pemahaman yang salah terkait tindakan kekerasan dalam rumah tangga dan
pendidikan mempunyai peranan penting dalam memberikan pemahaman yang benar
bahwa tindakan kekerasan dengan alasan apapun tidak boleh dibiarkan, apalagi
dalam kehidupan rumah tangga.
Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016 |103
103
Masih ada sekitar seperempat rumah tangga di Indonesia yang mempunyai
sikap membenarkan tindakan suami memukul istri sebagai ganjaran/hukuman atas
perbuatan istri yang dianggap kurang baik. Sehingga sangat menarik untuk
mengetahui alasan tindakan suami memukul istri yang membuat rumah tangga
membenarkan tindakan tersebut. Terdapat enam alasan penyebab suami memukul
istri yang ditanyakan, yaitu istri pergi tanpa memberitahu suami, istri tidak
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan baik, istri membantah suami, istri tidak
mengurus anak dengan baik, istri diduga/dicurigai selingkuh, dan istri menolak
berhubungan seks dengan suami. Alasan sikap pembenaran tindakan suami memukul
istri yang mempunyai persentase tertinggi adalah karena istri yang diduga selingkuh
(22,68%). Sedangkan sikap pembenaran tindakan suami karena istri tidak dapat
melaksanakan pekerjaan rumah tangga dengan baik mempunyai persentase
terendah, yaitu sebesar 4,43 persen (Gambar 7.2).
Persentase rumah tangga yang tidak membenarkan tindakan suami memukul
istri sangat bervariasi antar provinsi. Daerah Istimewa Yogyakarta menempati posisi
pertama sebagai provinsi dengan persentase tertinggi untuk rumah tangga yang
memiliki sikap tidak membenarkan tindakan suami memukul istri (88,45%). Selain itu,
terdapat lima provinsi lain yang mempunyai persentase di atas delapan puluh persen,
yaitu Bali (87,69%), DKI Jakarta (84,15%), Sumatera Barat (83,10%), Kalimantan
Selatan (80,34%) dan Jawa Tengah (80,16%). Sementara, Papua menjadi provinsi
dengan persentase terendah untuk rumah tangga yang memiliki sikap tidak
membenarkan tindakan suami memukul istri (36,89%). Dan terdapat satu provinsi lagi
yang mempunyai persentase di bawah lima puluh persen, yaitu Nusa Tenggara Barat
(45,61%). Sugandi (2008) menyebutkan tingginya ketergantungan alkohol dan tradisi
mas kawin perempuan menjadi salah satu penyebab timbulnya tindak kekerasan
rumah tangga yang dialami oleh perempuan di Papua.
104
104| Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016
Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga yang Sikap KRT/Pasangannya Tidak
Membenarkan Tindakan Suami Memukul Istri dengan Alasan Apapun
Menurut Provinsi, 2014
Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016 |105
105
7.1.2 Perilaku Anti Kekerasan Terhadap Anak
Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak tidak terlepas dari
lingkungan yang merawat dan membesarkannya. Pola asuh dalam keluarga, sebagai
lingkungan pertama yang dikenalnya, akan sangat berpengaruh dalam pembentukan
kepribadian anak. Dalam hal ini orangtua sangat berperan sebagai panutan anak-
anaknya dan setiap orangtua tentu memiliki caranya sendiri dalam mendidik dan
mengasuh anak.
Secara garis besar, Menurut Fahrizal Effendi (2013) terdapat tiga pola asuh
orangtua yang berlaku di masyarakat yaitu 1) Pola asuh permisif, yaitu pola asuh yang
menerapkan kebebasan. Dalam pola asuh ini anak berhak menentukan apa yang akan
ia lakukan dan orang tua memberikan fasilitas sesuai kemauan anak. 2) Pola asuh
demokratis, yaitu pola asuh yang menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam keluarga.
Anak dihargai haknya oleh orang tua, dan orang tua menerapkan peraturan-peraturan
yang dipatuhi anak selama tidak memberatkan anak. Sedangkan 3) pola asuh otoriter,
yaitu pola asuh yang menegaskan akan kekuasaan orang tua dalam mendidik anak-
anaknya. Orang tua menerapkan peraturan tegas dengan sanksi-sanksi, dan anak
wajib patuh. Dalam pola asuh ini anak sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk
memperoleh haknya.
Masing-masing pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua tergantung dari kultur, tradisi, dan
lingkungan masyarakat yang ada. Namun, seringkali dalam mendidik anak, orangtua
menerapkan sangsi atau hukuman yang mengakibatkan anak menderita secara fisik
ataupun psikis. Padahal hak anak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi secara
tegas telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
perlindungan anak.
Informasi terkait adanya tindakan kekerasan yang dilakukan orangtua dalam
mendidik anak dikumpulkan dalam Susenas Modul Ketahanan Sosial pada tahun
2014. Adapun jenis perilaku kekerasan yang dikumpulkan dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu 1) kekerasan psikologis dan 2) kekerasan fisik. Kekerasan
psikologis yang dikumpulkan adalah perilaku orangtua yang sering memanggil anak
dengan sebutan bodoh, pemalas, tidak sayang lagi, tidak berguna dan perkataan
kasar/negatif lainnya, membentak serta menakuti anak. Sedangkan kekerasan fisik
mencakup mengurung atau meninggalkan anak sendirian dalam kamar,
mendorong/mengguncang badan, mencubit, menjewer, bahkan sampai menampar,
memukul, menjambak dan menendang anak. Dalam hal ini, responden dalam
pengumpulan data Susenas Modul Hansos 2014 adalah kepala rumah tangga atau
pasangannya.
106
106| Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016
Gambar 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Klasifikasi Wilayah dan Cara
Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun oleh KRT/Pasangan, 2014
Gambar 7.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Perilaku Kekerasan yang
Digunakan dalam Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun, 2014
Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016 |107
107
Mayoritas orangtua di Indonesia masih menggunakan cara-cara kekerasan,
baik kekerasan psikologis maupun fisik dalam mendidik anaknya (54,80%).
Berdasarkan jenis kekerasan yang digunakan, 23,17 persen rumah tangga
menggunakan cara-cara kekerasan psikologis dan fisik untuk mendidik anak,
sedangkan persentase rumah tangga yang hanya menggunakan kekerasan psikologis
sebesar 21,48 persen dan hanya menggunakan kekerasan fisik sebesar 10,16 persen.
Cara-cara yang mengandung kekerasan psikologis yang paling sering digunakan untuk
mendidik anak adalah dengan membentak atau menakutinya, yaitu sebesar 41,86
persen, sedangkan cara kekerasan fisik yang paling sering dilakukan kepala rumah
tangga/pasangannya adalah dengan mencubit atau menjewer anak sebesar 30,97%.
(Lampiran 7.5 ).
Lebih jauh, cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh orangtua dalam mendidik
anak ternyata berhubungan positif dengan tingkat pendidikan orangtua. Gambar 7.6
menunjukkan lebih dari 50 persen rumah tangga dengan kepala rumah
tangga/pasangan yang mempunyai pendidikan tinggi tidak menggunakan cara-cara
kekerasan dalam mendidik anak mereka. Terlihat pula semakin tinggi tingkat
pendidikan maka persentase rumah tangga yang tidak menggunakan cara-cara
kekerasan dalam mendidik anak umur 1-14 tahun semakin tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan orangtua mempunyai korelasi positif terhadap pencegahan
cara-cara kekerasan dalam mendidik anak.
Gambar 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Tingkat Pendidikan
KRT/Pasangan dan Cara Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun, 2014
108
108| Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016
Gambar 7.7 menunjukkan persentase rumah tangga yang KRT/pasangannya
tidak menggunakan kekerasan dalam mendidik anak umur 1-14 Tahun menurut
provinsi. Seperti halnya dengan sikap anti kekerasan terhadap perempuan, Daerah
Istimewa Yogyakarta menempati posisi pertama sebagai provinsi dengan persentase
tertinggi untuk rumah tangga yang memiliki perilaku tidak menggunakan kekerasan
dalam mendidik anak umur 1-14 tahun (59.07%). Selain itu, terdapat enam provinsi
lain yang juga memiliki persentase di atas lima puluh persen, yaitu Jambi (58,09%),
Kepulauan Riau (55,20%), Kalimantan Tengah (53,06%), DKI Jakarta (52,65%),
Kalimantan Selatan (52,41%), dan Lampung (51,69%). Sedangkan lima provinsi lain
yang memiliki persentase di bawah tiga puluh persen adalah provinsi Nusa Tenggara
Timur (24,02%), Papua Barat (24,45%), Maluku (25,53%), Sulawesi Utara (29,86%),
dan Papua (29,87%).
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016109
| 109
Gambar 7.7 Persentase Rumah Tangga yang KRT/Pasangannya Tidak
Menggunakan Kekerasan dalam Mendidik Anak Umur 1-14 Tahun
Menurut Provinsi, 2014
Gambar 7.9 Persentase Rumah Tangga yang Menjadi Korban Tindak Pidana
Menurut Jenis Kejahatan, 2015
Dalam kaitannya dengan ketahanan keluarga maka rumah tangga yang tidak
pernah menjadi korban tindak pidana diharapkan memiliki ketahanan keluarga yang
lebih baik. Atau dengan kata lain, keluarga yang seluruh anggota rumah tangganya
tidak pernah menjadi korban tindak pidana akan mempunyai ketahanan keluarga
yang lebih tinggi. Untuk itu, pada Gambar 7.10, disajikan persentase rumah tangga
yang tidak pernah menjadi korban tindak pidana menurut provinsi. Secara nasional,
sekitar 96,52 persen rumah tangga tidak pernah menjadi korban tindak pidana. Bila
dibandingkan dengan angka nasional, sebanyak 16 provinsi besarnya persentase
tersebut berada di atas angka nasional, dengan persentase tertinggi berada di
Provinsi Kalimantan Timur (97,86%). Sementara itu, sebanyak 18 provinsi persentase
tersebut berada di bawah angka nasional, dengan persentase terendah berada di
Provinsi Nusa Tenggara Barat (94,18%).
112
112| Pembangunan
PembangunanKetahanan
KetahananKeluarga
Keluarga2016
2016
Gambar 7.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Anggota Rumah Tangga yang Tidak Pernah Menjadi Korban Tindak
Pidana, 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016113
| 113
KETAHANAN
KETAHANAN SOSIAL
SOSIAL
BUDAYA
BUDAYA
8
Sejalan dengan kerangka kerja dan konsep ketahanan keluarga, ketahanan
Sejalan dengan kerangka kerja dan konsep ketahanan keluarga, ketahanan
sosial budaya pada tataran keluarga menempati dimensi kelima dalam membangun
sosial budaya pada tataran keluarga menempati dimensi kelima dalam membangun
ketahanan keluarga yang tangguh. Dimensi ketahanan sosial budaya diukur
ketahanan keluarga yang tangguh. Dimensi ketahanan sosial budaya diukur
menggunakan tiga variabel, yaitu (1) variabel kepedulian sosial (dilihat dari
menggunakan tiga variabel, yaitu (1) variabel kepedulian sosial (dilihat dari
penghormatan terhadap lansia), (2) variabel keeratan sosial (dilihat dari partisipasi
penghormatan terhadap lansia), (2) variabel keeratan sosial (dilihat dari partisipasi
dalam kegiatan sosial di lingkungan), dan (3) variabel ketaatan beragama (dilihat dari
dalam kegiatan sosial di lingkungan), dan (3) variabel ketaatan beragama (dilihat dari
partisipasi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan). Selanjutnya indikator terkait
partisipasi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan). Selanjutnya indikator terkait
ketahanan sosial budaya ini, bersama dengan berbagai indikator yang ada pada
ketahanan sosial budaya ini, bersama dengan berbagai indikator yang ada pada
variabel dan dimensi lain, akan mengukur tingkat ketahanan dari suatu keluarga
variabel dan dimensi lain, akan mengukur tingkat ketahanan dari suatu keluarga
secara utuh.
secara utuh.
8.1 KEPEDULIAN SOSIAL
8.1 KEPEDULIAN SOSIAL
Salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat ketahanan sosial
Salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat ketahanan sosial
budaya suatu keluarga adalah kepedulian sosial keluarga yang dipahami sebagai sikap
budaya suatu keluarga adalah kepedulian sosial keluarga yang dipahami sebagai sikap
kemanusiaan yang meliputi minat dan ketertarikan untuk membantu sesama
kemanusiaan yang meliputi minat dan ketertarikan untuk membantu sesama
manusia. Keluarga yang selalu memelihara hubungan baik dengan sesama anggota
manusia. Keluarga yang selalu memelihara hubungan baik dengan sesama anggota
keluarga maupun orang lain akan menciptakan ikatan emosional untuk terus
keluarga maupun orang lain akan menciptakan ikatan emosional untuk terus
merespon kehadiran dan kebutuhan orang lain sebagai bentuk kepedulian mereka.
merespon kehadiran dan kebutuhan orang lain sebagai bentuk kepedulian mereka.
Dalam lingkup keluarga, kepedulian sosial dapat terlihat dari adanya kepedulian dan
Dalam lingkup keluarga, kepedulian sosial dapat terlihat dari adanya kepedulian dan
perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang telah berusia lanjut (kaum lanjut
perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang telah berusia lanjut (kaum lanjut
usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
(Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia).
(Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia).
Persentase penduduk lansia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Persentase penduduk lansia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penuaan penduduk tersebut membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerintah dan
Penuaan penduduk tersebut membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerintah dan
masyarakat, apalagi Indonesia masih menghadapi permasalahan kependudukan
masyarakat, apalagi Indonesia masih menghadapi permasalahan kependudukan
lainnya, seperti tingginya angka kelahiran dan kematian bayi. Pada tataran keluarga,
lainnya, seperti tingginya angka kelahiran dan kematian bayi. Pada tataran keluarga,
keberadaan lansia terkadang dianggap sebagai beban karena lansia umumnya sudah
keberadaan lansia terkadang dianggap sebagai beban karena lansia umumnya sudah
tidak mampu lagi berpartisipasi secara aktif dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
tidak mampu lagi berpartisipasi secara aktif dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga. Apalagi lansia yang tinggal sendirian, mereka terpaksa memenuhi
keluarga. Apalagi lansia yang tinggal sendirian, mereka terpaksa memenuhi
kebutuhan makan, kesehatan maupun kebutuhan sosialnya secara mandiri. Oleh
kebutuhan makan, kesehatan maupun kebutuhan sosialnya secara mandiri. Oleh
karena itu rumah tangga yang terdapat lansia dianggap memiliki kepedulian sosial
karena itu rumah tangga yang terdapat lansia dianggap memiliki kepedulian sosial
yang lebih baik daripada rumah tangga lansia yang tinggal sendirian.
yang lebih baik daripada rumah tangga lansia yang tinggal sendirian.
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 115
Sikap dan cara keluarga menangani atau merawat lansia dengan baik dapat
menjadi pembelajaran bagi anggota keluarga yang masih muda untuk selalu
memberikan penghargaan dengan menghormati orangtua lansia dengan cara
merawat dengan sebaik-baiknya para lansia tersebut di rumah dan bukan dititipkan di
panti jompo. Pelestarian budaya ini jika terus dapat dipertahankan maka berpotensi
meningkatkan ketahanan keluarga. Bentuk perhatian dan perawatan yang diberikan
kepada orangtua lansia mempunyai lingkup yang sangat luas. Oleh karena itu, ciri ini
kemudian berusaha digambarkan melalui pendekatan keberadaan lansia di dalam
rumah tangga. Dengan keberadaan lansia dalam rumah tangga dapat menunjukkan
adanya kesediaan anggota rumah tangga untuk memberikan perhatian dan mengurus
kebutuhan lansia. Sangat dipahami bahwa pendekatan ini sangat lemah karena tidak
menjamin sepenuhnya bahwa lansia yang tinggal di rumah tangga akan mendapatkan
perhatian dan dirawat sesuai dengan kebutuhannya.
116 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Gambar 8.1 Rumah Tangga Lansia Indonesia, 2015
Su 8,43
% PENDUDUK LANSIA
Persentase lansia di Indonesia
terus meningkat
LANSIA adalah seseorang yang telah
8,05 8,03 mencapai usia 60 tahun ke atas
(UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia).
86,20
Perdesaan Lansia yang TINGGAL
13,80 SENDIRIAN lebih tinggi di
PERDESAAN
88,86
Perkotaan
11,14
Tinggal bersama ART lain
Tinggal sendiri
118 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Gambar 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Lansia yang Tinggal Bersama ART Lain, 2015
Aceh 82,85
Sumatera Utara 86,08
Sumatera Barat 87,24
Riau 91,38
Jambi 90,79
Sumatera Selatan 92,80
Bengkulu 88,46
Lampung 91,53
Kep. Bangka Belitung 86,99
Kepulauan Riau 89,41
DKI Jakarta 93,48
Jawa Barat 83,24
Jawa Tengah 86,64
DI Yogyakarta 84,01
Jawa Timur 86,48
Banten 91,07
Bali 92,09
Nusa Tenggara Barat 86,62
Nusa Tenggara Timur 92,48
Kalimantan Barat 92,64
Kalimantan Tengah 89,56
Kalimantan Selatan 86,33
Kalimantan Timur 92,70
Kalimantan Utara1 92,49
Sulawesi Utara 91,33
Sulawesi Tengah 92,41
Sulawesi Selatan 91,52
Sulawesi Tenggara 89,73
Gorontalo 92,06
Sulawesi Barat 90,58
Maluku 92,76
Maluku Utara 93,91
Papua Barat 93,98
Papua 93,94
Indonesia : 87,45
120 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Gambar 8.3 Partisipasi Rumah Tangga dalam Kegiatan Sosial Kemasyarakatan di
Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014
Perkotaan Perdesaan
Jika dilihat menurut provinsi, persentase rumah tangga yang ikut berpartisipasi
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar tempat tinggal dapat
dilihat pada Gambar 8.4. D.I.Yogyakarta menjadi provinsi dengan persentase tertinggi
untuk rumah tangga yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di
lingkungan sekitar tempat tinggal yakni 86,14 persen. Sebaliknya, Sulawesi Selatan
(49,57%), Nusa Tenggara Barat (51,24%) dan Papua Barat (53,51%) merupakan
provinsi-provinsi dengan persentase terkecil untuk rumah tangga yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar tempat
tinggal.
Aceh 61,32
Sumatera Utara 63,65
Sumatera Barat 65,24
Riau 72,51
Jambi 79,48
Sumatera Selatan 68,00
Bengkulu 64,01
Lampung 63,08
Kep. Bangka Belitung 57,54
Kepulauan Riau 68,94
DKI Jakarta 57,30
Jawa Barat 62,72
Jawa Tengah 75,20
DI Yogyakarta 86,14
Jawa Timur 67,66
Banten 62,98
Bali 55,01
Nusa Tenggara Barat 51,24
Nusa Tenggara Timur 70,93
Kalimantan Barat 68,11
Kalimantan Tengah 74,02
Kalimantan Selatan 70,02
Kalimantan Timur 67,02
Sulawesi Utara 78,66
Sulawesi Tengah 64,67
Sulawesi Selatan 49,57
Sulawesi Tenggara 56,42
Gorontalo 66,40
Sulawesi Barat 55,10
Maluku 65,42
Maluku Utara 65,99
Papua Barat 53,51
Papua 74,45
Indonesia : 66,36
122 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
8.3 KEERATAN BERAGAMA
Salah satu ciri ketahanan keluarga yang tangguh adalah adanya ketaatan
anggota keluarga untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau pun
kepercayaan yang dianutnya. Agama ataupun kepercayaan yang dianut oleh
seseorang mengandung sejumlah aturan/cara hidup manusia di dunia yang wajib di
ikuti dan ditaati sebagai konsekuensi dari urgensi keyakinan pada Sang Pencipta.
Ketaatan beragama dapat dilihat dari rutinitas ibadah, baik yang dilakukan secara
pribadi (langsung antara individu dengan Tuhannya) maupun secara bersama-sama
(komunal). Ibadah yang dilaksanakan secara pribadi merupakan rahasia antara
individu dan Tuhannya sementara ibadah yang dilakukan secara komunal dapat
meningkatkan keeratan sosial rumah tangga sehingga berpotensi memperkuat
ketahanan keluarga. Rumah tangga yang taat menjalankan ibadah dianggap
mempunyai ketaatan beragama yang lebih baik sehingga berpotensi memiliki
ketahanan keluarga yang lebih tangguh pula.
Ketaatan beragama akan dilihat dari partisipasi rumah tangga dalam kegiatan
sosial keagamaan di lingkungan tempat tinggal, seperti pengajian atau pun kegiatan
sosial keagamaan lainnya. Partisipasi tersebut diyakini didasarkan pada kerelaan
individu untuk hadir, terlibat, dan berperan secara langsung dalam kegiatan sosial
keagamaan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Frekuensi keterlibatan
individu terhadap kegiatan sosial keagamaan selanjutnya digambarkan oleh
persentase kehadiran rumah tangga pada kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang
berlangsung di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Pada tahun 2015, tercatat sekitar 98,14 persen rumah tangga di Indonesia
menyatakan terdapat kegiatan sosial keagamaan di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya, dan 90,96 persen rumah tangga diantaranya turut berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut (Gambar 8.5). Tingkat partisipasi rumah tangga dalam kegiatan
sosial keagamaan tersebut sangat beragam, hanya 12,55 persen rumah tangga yang
menyatakan selalu berpartisipasi dan 48,88 persen rumah tangga yang menyatakan
sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan di lingkungan tempat tinggal.
Sedangkan persentase rumah tangga yang menyatakan jarang dan tidak pernah
berpartisipasi masing masing sebesar 29,54 persen dan 9,04 persen. Jika
dibandingkan menurut klasifikasi wilayah, persentase rumah tangga yang selalu dan
sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan lebih tinggi di perdesaan
daripada di perkotaan (Gambar 8.5).
90,96%
Frekuensi Partisipasi Rumah Tangga
52,81%
Selalu
Berpartisipasi
44,91%
Sering Tidak berpartisipasi
Jarang 32,08%
Perkotaan Perdesaan
Jika dilihat menurut provinsi, persentase rumah tangga yang ikut berpartisipasi
dalam kegiatan sosial keagamaan di lingkungan sekitar tempat tinggal dapat dilihat
pada Gambar 8.6, Jambi menjadi provinsi dengan persentase tertinggi untuk rumah
tangga yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan di lingkungan sekitar
tempat tinggal yaitu 96,69 persen. Sebaliknya, DKI Jakarta (80,19%), Sulawesi
Tenggara (81,95%) dan Sulawesi Selatan (83,15%) merupakan provinsi-provinsi
dengan persentase terkecil untuk rumah tangga yang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar tempat tinggal.
124 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Gambar 8.6 Persentase Rumah Tangga yang Berpartisipasi dalam Kegiatan
Sosial Keagamaan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal Menurut
Provinsi, 2014
Aceh 94,15
Sumatera Utara 94,54
Sumatera Barat 91,67
Riau 91,81
Jambi 96,69
Sumatera Selatan 86,60
Bengkulu 88,31
Lampung 94,81
Kep. Bangka Belitung 84,36
Kepulauan Riau 86,01
DKI Jakarta 80,19
Jawa Barat 91,54
Jawa Tengah 93,52
DI Yogyakarta 90,17
Jawa Timur 90,27
Banten 91,18
Bali 88,36
Nusa Tenggara Barat 93,40
Nusa Tenggara Timur 95,93
Kalimantan Barat 88,27
Kalimantan Tengah 94,82
Kalimantan Selatan 92,10
Kalimantan Timur 89,92
Sulawesi Utara 96,58
Sulawesi Tengah 89,95
Sulawesi Selatan 83,15
Sulawesi Tenggara 81,95
Gorontalo 89,23
Sulawesi Barat 85,65
Maluku 95,25
Maluku Utara 91,04
Papua Barat 86,63
Papua 94,31
Indonesia : 90,96
Pembangunan
134Pembangunan
134| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.2.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kepemilikan Akte Kelahiran ART
Umur 0-17 Tahun, 2015
Perkotaan
Rumah Tangga Kepemilikan Akte Kelahiran ART Umur 0 -17 Tahun
Provinsi yang Terdapat
ART 0-17 Tahun Seluruh ART Sebagian ART Tidak Ada Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 72,77 86,87 7,04 6,09 100,00
Sumatera Utara 71,22 68,62 10,93 20,45 100,00
Sumatera Barat 70,19 79,71 8,19 12,10 100,00
Riau 72,64 79,95 7,85 12,21 100,00
Jambi 73,27 95,15 3,05 1,81 100,00
Sumatera Selatan 73,74 85,24 7,17 7,60 100,00
Bengkulu 74,95 91,06 4,68 4,27 100,00
Lampung 75,53 83,05 8,06 8,90 100,00
Kep. Bangka Belitung 70,47 94,27 3,20 2,54 100,00
Kepulauan Riau 67,26 92,47 3,49 4,04 100,00
DKI Jakarta 61,86 92,90 3,72 3,38 100,00
Jawa Barat 69,81 80,72 6,07 13,21 100,00
Jawa Tengah 66,75 90,83 4,12 5,06 100,00
DI Yogyakarta 53,09 94,54 2,08 3,38 100,00
Jawa Timur 63,97 87,45 4,51 8,04 100,00
Banten 75,17 80,57 8,73 10,70 100,00
Bali 63,52 85,94 4,60 9,45 100,00
Nusa Tenggara Barat 71,85 74,48 8,00 17,51 100,00
Nusa Tenggara Timur 74,02 69,32 14,38 16,30 100,00
Kalimantan Barat 74,57 88,15 5,90 5,95 100,00
Kalimantan Tengah 72,72 87,57 4,60 7,83 100,00
Kalimantan Selatan 69,72 86,21 4,98 8,82 100,00
Kalimantan Timur 72,10 91,80 4,16 4,05 100,00
Kalimantan Utara 76,26 88,63 8,54 2,83 100,00
Sulawesi Utara 66,26 86,85 6,41 6,74 100,00
Sulawesi Tengah 71,56 76,27 13,90 9,83 100,00
Sulawesi Selatan 71,57 85,44 7,25 7,31 100,00
Sulawesi Tenggara 71,86 75,79 13,13 11,08 100,00
Gorontalo 71,98 88,58 5,49 5,93 100,00
Sulawesi Barat 73,31 86,33 8,87 4,80 100,00
Maluku 74,71 76,13 16,11 7,75 100,00
Maluku Utara 76,80 81,63 10,42 7,95 100,00
Papua Barat 74,38 77,66 10,82 11,52 100,00
Papua 68,45 80,91 7,23 11,86 100,00
Indonesia 68,31 84,42 6,04 9,54 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
136Pembangunan
136| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.3 Persentase Penduduk Usia 0-17 Tahun yang Memiliki Akte Kelahiran Menurut
Provinsi dan Kelompok Umur, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Penduduk Umur 0 -17 Tahun yang Memiliki Akte
Penduduk Umur 0- Kelahiran
Provinsi
17 Tahun
0 -5 Tahun 6 - 11 Tahun 12 - 17 Tahun 0 - 17 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 37,34 72,91 85,65 84,90 81,15
Sumatera Utara 38,33 57,07 69,44 71,68 66,07
Sumatera Barat 36,28 66,61 80,99 80,05 75,95
Riau 37,21 67,55 79,15 77,32 74,67
Jambi 34,18 83,21 92,38 92,97 89,64
Sumatera Selatan 34,77 81,53 88,66 87,91 86,10
Bengkulu 34,57 83,58 90,61 89,85 88,06
Lampung 33,66 78,37 86,48 83,62 82,81
Kep. Bangka Belitung 33,54 91,24 95,62 93,42 93,49
Kepulauan Riau 34,64 89,63 96,98 97,88 94,49
DKI Jakarta 28,89 91,89 97,15 95,83 94,90
Jawa Barat 33,09 75,38 80,84 78,19 78,24
Jawa Tengah 30,42 88,20 93,39 92,55 91,43
DI Yogyakarta 25,87 94,13 97,53 96,74 96,17
Jawa Timur 28,41 80,52 87,04 85,67 84,49
Banten 34,44 68,46 73,36 69,85 70,61
Bali 29,24 72,83 86,20 86,09 81,59
Nusa Tenggara Barat 36,17 58,92 72,09 75,82 68,72
Nusa Tenggara Timur 42,48 37,18 59,14 64,79 53,80
Kalimantan Barat 35,92 73,61 82,24 83,12 79,77
Kalimantan Tengah 34,78 74,27 81,09 81,75 79,11
Kalimantan Selatan 34,20 78,86 88,62 85,81 84,40
Kalimantan Timur 34,21 87,27 95,74 95,45 92,88
Kalimantan Utara 38,64 78,62 93,25 96,01 89,28
Sulawesi Utara 31,34 69,18 88,90 94,13 84,46
Sulawesi Tengah 35,42 50,53 72,97 78,63 67,37
Sulawesi Selatan 35,34 73,38 88,69 89,63 84,16
Sulawesi Tenggara 40,09 62,68 79,66 83,40 75,35
Gorontalo 34,98 73,75 89,82 87,58 84,07
Sulawesi Barat 39,52 67,20 85,83 86,08 80,09
Maluku 40,28 45,45 77,34 90,05 71,53
Maluku Utara 40,37 54,26 75,59 84,55 72,01
Papua Barat 37,89 53,34 70,62 80,45 67,72
Papua 38,24 40,30 37,38 41,05 39,41
Indonesia 33,12 74,46 82,98 82,82 80,15
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016137
|137
Lampiran 4.3.1 Persentase Penduduk Usia 0-17 Tahun yang Memiliki Akte Kelahiran Menurut
Provinsi dan Kelompok Umur, 2015
Perkotaan
Penduduk Umur 0 -17 Tahun yang Memiliki Akte
Penduduk Umur 0- Kelahiran
Provinsi
17 Tahun
0 -5 Tahun 6 - 11 Tahun 12 - 17 Tahun 0 - 17 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 36,09 83,86 94,35 94,21 90,74
Sumatera Utara 35,88 63,45 77,79 79,07 73,42
Sumatera Barat 34,54 75,76 89,18 89,11 84,94
Riau 36,00 76,40 88,55 87,17 83,85
Jambi 33,32 94,03 97,97 97,69 96,59
Sumatera Selatan 34,14 83,57 92,59 91,33 89,20
Bengkulu 34,34 89,34 94,74 98,02 94,12
Lampung 33,22 80,34 89,65 87,83 85,95
Kep. Bangka Belitung 32,94 92,14 97,39 96,50 95,40
Kepulauan Riau 34,49 89,95 97,39 98,57 94,90
DKI Jakarta 28,89 91,89 97,15 95,83 94,90
Jawa Barat 32,95 78,71 84,41 82,05 81,85
Jawa Tengah 30,14 89,42 94,79 93,98 92,77
DI Yogyakarta 26,06 93,10 97,04 97,28 95,84
Jawa Timur 28,44 85,48 92,58 91,27 89,85
Banten 33,26 79,76 86,77 84,68 83,70
Bali 29,08 80,98 93,09 92,88 88,91
Nusa Tenggara Barat 35,45 71,68 85,05 81,80 79,35
Nusa Tenggara Timur 39,18 64,54 82,77 85,75 78,06
Kalimantan Barat 34,45 84,91 94,30 95,44 91,53
Kalimantan Tengah 33,99 86,11 90,44 91,13 89,28
Kalimantan Selatan 33,55 82,78 91,52 90,61 88,18
Kalimantan Timur 33,45 89,48 96,60 97,00 94,31
Kalimantan Utara 39,35 86,87 98,25 98,43 94,57
Sulawesi Utara 30,55 77,43 93,22 96,53 89,38
Sulawesi Tengah 34,00 66,18 90,34 94,96 83,84
Sulawesi Selatan 34,38 81,12 92,94 94,55 89,69
Sulawesi Tenggara 37,36 67,49 84,69 91,60 81,40
Gorontalo 33,36 84,19 97,20 94,82 92,30
Sulawesi Barat 38,60 85,32 96,12 95,92 92,85
Maluku 37,01 61,08 92,60 98,17 84,50
Maluku Utara 36,66 74,32 92,42 94,01 87,45
Papua Barat 36,46 67,56 85,23 91,76 81,27
Papua 34,36 74,34 86,28 89,25 82,92
Indonesia 32,04 81,63 89,60 88,77 86,71
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
138Pembangunan
138| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.3.2 Persentase Penduduk Usia 0-17 Tahun yang Memiliki Akte Kelahiran Menurut
Provinsi dan Kelompok Umur, 2015
Perdesaan
Penduduk Umur 0 -17 Tahun yang Memiliki Akte
Penduduk Umur 0- Kelahiran
Provinsi
17 Tahun
0 -5 Tahun 6 - 11 Tahun 12 - 17 Tahun 0 - 17 Tahun
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 37,84 68,69 82,37 81,46 77,53
Sumatera Utara 40,74 51,43 62,49 65,21 59,73
Sumatera Barat 37,43 61,45 75,87 74,29 70,49
Riau 37,97 61,80 73,48 71,87 69,13
Jambi 34,55 78,47 90,12 90,98 86,72
Sumatera Selatan 35,12 80,42 86,76 85,86 84,43
Bengkulu 34,68 81,03 88,92 85,88 85,36
Lampung 33,81 77,69 85,34 82,15 81,70
Kep. Bangka Belitung 34,13 90,40 93,95 90,55 91,69
Kepulauan Riau 35,45 87,94 94,87 94,94 92,50
DKI Jakarta na na na na na
Jawa Barat 33,36 68,64 73,37 70,48 70,90
Jawa Tengah 30,65 87,18 92,22 91,36 90,30
DI Yogyakarta 25,50 96,30 98,45 95,57 96,84
Jawa Timur 28,38 75,84 81,87 80,64 79,54
Banten 36,98 45,14 48,13 42,31 45,31
Bali 29,49 60,20 75,18 75,31 70,04
Nusa Tenggara Barat 36,69 49,57 63,50 71,40 61,18
Nusa Tenggara Timur 43,30 31,19 54,05 59,54 48,29
Kalimantan Barat 36,57 68,61 77,68 77,85 74,90
Kalimantan Tengah 35,19 68,37 76,47 76,88 73,99
Kalimantan Selatan 34,68 76,00 86,70 82,23 81,72
Kalimantan Timur 35,49 83,34 94,42 93,07 90,60
Kalimantan Utara 37,75 67,90 86,80 92,71 82,31
Sulawesi Utara 32,01 62,49 85,67 92,09 80,53
Sulawesi Tengah 35,90 45,56 68,01 73,08 62,22
Sulawesi Selatan 35,92 68,83 86,33 86,77 81,00
Sulawesi Tenggara 41,20 60,95 77,81 80,32 73,12
Gorontalo 35,84 68,48 86,28 83,94 80,00
Sulawesi Barat 39,76 63,02 83,20 83,65 76,96
Maluku 42,37 36,55 69,37 85,31 64,32
Maluku Utara 41,76 47,41 70,66 81,05 66,92
Papua Barat 38,76 45,35 61,89 74,09 59,93
Papua 39,64 25,41 24,26 27,02 25,49
Indonesia 34,21 67,47 76,75 77,17 73,90
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 139
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 |139
Lampiran 4.4 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan
Alasan Tidak Mengurus Akte Kelahiran, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Alasan
Penduduk Tidak
Umur 0-17 Tidak Tahu
Merasa
Provinsi Tahun yang Akte Tempat Harus
Tidak Ada Perlu,
Tidak Punya Belum Penguru- Dicatat dan Lainnya Total
Biaya Malas/
Akte Kelahiran Terbit san jauh Cara Mengu-
Tidak
rusnya
Mau
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 18,85 24,30 29,03 9,74 6,04 10,73 20,15 100,00
Sumatera Utara 33,93 17,79 42,28 5,65 7,19 11,64 15,45 100,00
Sumatera Barat 24,05 17,09 24,03 13,86 7,22 11,41 26,39 100,00
Riau 25,33 20,78 34,39 10,11 8,35 9,20 17,18 100,00
Jambi 10,36 28,12 22,79 9,55 9,87 13,92 15,75 100,00
Sumatera Selatan 13,90 16,15 37,08 8,78 7,21 12,93 17,86 100,00
Bengkulu 11,94 21,19 36,61 7,93 5,74 12,21 16,32 100,00
Lampung 17,19 16,85 45,71 5,44 7,04 11,62 13,35 100,00
Kep. Bangka Belitung 6,51 19,84 24,95 4,70 8,63 19,27 22,61 100,00
Kepulauan Riau 5,51 40,71 15,76 5,77 11,88 5,39 20,49 100,00
DKI Jakarta 5,10 25,97 25,87 7,84 8,00 13,46 18,86 100,00
Jawa Barat 21,76 13,33 53,43 2,88 8,28 10,62 11,46 100,00
Jawa Tengah 8,57 22,47 37,52 3,16 5,54 12,06 19,26 100,00
DI Yogyakarta 3,83 21,02 25,97 7,26 10,58 10,93 24,23 100,00
Jawa Timur 15,51 18,22 34,30 3,27 10,38 19,45 14,38 100,00
Banten 29,39 13,97 54,91 3,60 6,89 9,69 10,94 100,00
Bali 18,41 22,72 26,86 6,20 11,84 17,66 14,72 100,00
Nusa Tenggara Barat 31,28 12,47 42,97 4,09 10,01 10,06 20,40 100,00
Nusa Tenggara Timur 46,20 21,67 25,18 11,84 10,92 4,15 26,24 100,00
Kalimantan Barat 20,23 12,90 29,81 14,38 13,75 11,26 17,89 100,00
Kalimantan Tengah 20,89 16,51 34,14 14,72 10,37 12,05 12,20 100,00
Kalimantan Selatan 15,60 19,26 30,00 7,83 12,58 11,18 19,16 100,00
Kalimantan Timur 7,12 23,54 19,87 17,25 13,46 8,35 17,53 100,00
Kalimantan Utara 10,72 22,91 5,50 12,45 11,69 6,39 41,05 100,00
Sulawesi Utara 15,54 30,98 21,74 7,63 4,79 8,90 25,96 100,00
Sulawesi Tengah 32,63 24,15 21,22 11,54 12,70 6,82 23,57 100,00
Sulawesi Selatan 15,84 19,20 19,56 8,87 11,70 16,53 24,13 100,00
Sulawesi Tenggara 24,65 18,77 22,92 15,85 12,98 7,84 21,63 100,00
Gorontalo 15,93 25,44 22,25 10,86 4,11 9,38 27,95 100,00
Sulawesi Barat 19,91 31,44 24,47 7,75 16,31 6,31 13,71 100,00
Maluku 28,47 19,93 14,06 22,24 7,07 10,56 26,14 100,00
Maluku Utara 27,99 19,64 17,16 23,34 7,53 10,18 22,15 100,00
Papua Barat 32,28 14,44 12,65 20,44 9,37 13,54 29,55 100,00
Papua 60,59 2,65 8,98 18,46 40,78 14,69 14,44 100,00
Indonesia 19,85 17,14 37,19 7,23 10,09 11,65 16,70 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
140Pembangunan
140| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.4.1 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan
Alasan Tidak Mengurus Akte Kelahiran, 2015
Perkotaan
Alasan
Penduduk Tidak
Umur 0-17 Tidak Tahu
Merasa
Provinsi Tahun yang Akte Tempat Harus
Tidak Ada Perlu,
Tidak Punya Belum Penguru- Dicatat dan Lainnya Total
Biaya Malas/
Akte Kelahiran Terbit san jauh Cara Mengu-
Tidak
rusnya
Mau
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 9,26 30,04 25,32 3,41 3,48 7,62 30,13 100,00
Sumatera Utara 26,58 17,18 40,38 1,75 6,15 15,35 19,19 100,00
Sumatera Barat 15,06 17,99 20,26 8,01 6,19 13,14 34,41 100,00
Riau 16,15 24,22 27,56 4,94 6,78 9,01 27,49 100,00
Jambi 3,41 46,24 19,29 3,67 8,20 3,72 18,88 100,00
Sumatera Selatan 10,80 15,41 29,52 6,35 13,56 9,16 26,00 100,00
Bengkulu 5,88 38,55 18,95 0,38 7,59 21,90 12,63 100,00
Lampung 14,05 18,99 32,41 6,52 10,95 19,33 11,81 100,00
Kep. Bangka Belitung 4,60 22,14 27,65 3,64 9,15 15,72 21,70 100,00
Kepulauan Riau 5,10 34,62 19,29 6,33 13,92 6,07 19,77 100,00
DKI Jakarta 5,10 25,97 25,87 7,84 8,00 13,46 18,86 100,00
Jawa Barat 18,15 15,19 52,43 2,20 8,56 10,27 11,35 100,00
Jawa Tengah 7,23 23,07 33,13 2,84 7,51 11,98 21,48 100,00
DI Yogyakarta 4,16 25,72 19,32 9,98 5,76 9,18 30,04 100,00
Jawa Timur 10,15 20,11 34,34 4,23 8,41 14,54 18,38 100,00
Banten 16,30 18,60 42,12 2,72 8,30 13,49 14,77 100,00
Bali 11,09 24,76 18,67 7,51 13,06 13,88 22,12 100,00
Nusa Tenggara Barat 20,65 13,11 38,90 3,00 10,50 9,19 25,31 100,00
Nusa Tenggara Timur 21,94 19,28 17,81 3,83 5,12 4,51 49,44 100,00
Kalimantan Barat 8,47 14,59 35,03 5,09 6,16 5,78 33,36 100,00
Kalimantan Tengah 10,72 21,05 28,59 5,44 8,27 11,53 25,12 100,00
Kalimantan Selatan 11,82 19,59 28,14 5,78 10,07 14,87 21,55 100,00
Kalimantan Timur 5,69 27,24 14,65 8,04 11,95 11,81 26,30 100,00
Kalimantan Utara 5,43 24,60 4,62 4,66 8,37 5,08 52,67 100,00
Sulawesi Utara 10,62 30,41 18,45 2,50 5,52 7,43 35,69 100,00
Sulawesi Tengah 16,16 25,36 16,04 4,37 8,93 7,80 37,50 100,00
Sulawesi Selatan 10,31 16,22 23,67 3,94 5,38 16,95 33,83 100,00
Sulawesi Tenggara 18,60 19,30 20,63 3,58 15,17 12,12 29,19 100,00
Gorontalo 7,70 26,89 11,38 3,87 6,32 12,56 38,97 100,00
Sulawesi Barat 7,15 24,57 4,94 2,66 16,12 7,59 44,12 100,00
Maluku 15,50 29,32 11,71 4,55 3,30 16,24 34,87 100,00
Maluku Utara 12,55 26,87 17,59 12,66 6,89 11,76 24,23 100,00
Papua Barat 18,73 8,74 13,78 3,90 2,08 12,95 58,55 100,00
Papua 17,08 15,23 8,42 16,83 10,83 17,77 30,92 100,00
Indonesia 13,29 18,45 38,85 3,50 8,20 12,09 18,91 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 141
|141
Lampiran 4.4.2 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran Menurut Provinsi dan
Alasan Tidak Mengurus Akte Kelahiran, 2015
Perdesaan
Alasan
Penduduk Tidak
Umur 0-17 Tidak Tahu
Merasa
Provinsi Tahun yang Akte Tempat Harus
Tidak Ada Perlu,
Tidak Punya Belum Penguru- Dicatat dan Lainnya Total
Biaya Malas/
Akte Kelahiran Terbit san jauh Cara Mengu-
Tidak
rusnya
Mau
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 22,47 23,41 29,61 10,73 6,44 11,22 18,60 100,00
Sumatera Utara 40,27 18,13 43,36 7,88 7,78 9,53 13,32 100,00
Sumatera Barat 29,51 16,81 25,20 15,68 7,54 10,87 23,90 100,00
Riau 30,87 19,69 36,54 11,74 8,85 9,26 13,92 100,00
Jambi 13,28 26,16 23,17 10,19 10,05 15,02 15,41 100,00
Sumatera Selatan 15,57 16,42 39,91 9,69 4,83 14,34 14,81 100,00
Bengkulu 14,64 18,09 39,77 9,27 5,41 10,47 16,98 100,00
Lampung 18,30 16,28 49,29 5,14 5,99 9,55 13,76 100,00
Kep. Bangka Belitung 8,31 18,65 23,55 5,25 8,36 21,11 23,09 100,00
Kepulauan Riau 7,50 61,26 3,85 3,88 5,00 3,11 22,91 100,00
DKI Jakarta na na na na na na na na
Jawa Barat 29,10 10,97 54,69 3,76 7,92 11,05 11,61 100,00
Jawa Tengah 9,70 22,10 40,26 3,36 4,31 12,11 17,87 100,00
DI Yogyakarta 3,16 8,47 43,72 0,00 23,46 15,63 8,72 100,00
Jawa Timur 20,46 17,35 34,29 2,83 11,29 21,70 12,55 100,00
Banten 54,69 11,30 62,28 4,10 6,08 7,51 8,73 100,00
Bali 29,96 21,53 31,64 5,44 11,12 19,86 10,40 100,00
Nusa Tenggara Barat 38,82 12,23 44,50 4,49 9,83 10,40 18,55 100,00
Nusa Tenggara Timur 51,71 21,90 25,89 12,61 11,48 4,12 24,00 100,00
Kalimantan Barat 25,10 12,67 29,09 15,68 14,81 12,03 15,73 100,00
Kalimantan Tengah 26,01 15,57 35,30 16,65 10,80 12,16 9,52 100,00
Kalimantan Selatan 18,28 19,10 30,85 8,77 13,74 9,48 18,06 100,00
Kalimantan Timur 9,40 19,94 24,94 26,18 14,92 5,00 9,02 100,00
Kalimantan Utara 17,69 22,23 5,86 15,60 13,04 6,92 36,35 100,00
Sulawesi Utara 19,47 31,23 23,18 9,87 4,47 9,54 21,71 100,00
Sulawesi Tengah 37,78 23,99 21,91 12,50 13,20 6,69 21,71 100,00
Sulawesi Selatan 19,00 20,13 18,29 10,40 13,67 16,40 21,12 100,00
Sulawesi Tenggara 26,88 18,64 23,50 18,97 12,43 6,76 19,70 100,00
Gorontalo 20,00 25,16 24,33 12,20 3,69 8,78 25,85 100,00
Sulawesi Barat 23,04 31,96 25,96 8,14 16,33 6,22 11,40 100,00
Maluku 35,68 17,66 14,63 26,52 7,98 9,19 24,03 100,00
Maluku Utara 33,08 18,73 17,11 24,68 7,61 9,98 21,89 100,00
Papua Barat 40,07 15,97 12,35 24,89 11,33 13,70 21,75 100,00
Papua 74,51 1,73 9,02 18,57 42,98 14,46 13,23 100,00
Indonesia 26,10 16,50 36,38 9,04 11,01 11,44 15,62 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
142Pembangunan
142| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Tinggal Kepala Rumah
Tangga dan Pasangannya, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Rumah Tangga Tempat Tinggal KRT dan Pasangannya
Provinsi dengan KRT
Berstatus Kawin Serumah Tidak Serumah Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 76,32 98,04 1,96 100,00
Sumatera Utara 80,82 97,45 2,55 100,00
Sumatera Barat 79,55 97,61 2,39 100,00
Riau 85,24 98,25 1,75 100,00
Jambi 85,77 97,34 2,66 100,00
Sumatera Selatan 85,78 98,20 1,80 100,00
Bengkulu 86,65 97,86 2,14 100,00
Lampung 87,68 96,25 3,75 100,00
Kep. Bangka Belitung 85,03 97,81 2,19 100,00
Kepulauan Riau 80,56 96,07 3,93 100,00
DKI Jakarta 78,20 95,26 4,74 100,00
Jawa Barat 81,59 94,88 5,12 100,00
Jawa Tengah 81,34 92,15 7,85 100,00
DI Yogyakarta 72,21 95,49 4,51 100,00
Jawa Timur 79,12 95,12 4,88 100,00
Banten 84,80 95,96 4,04 100,00
Bali 84,62 96,67 3,33 100,00
Nusa Tenggara Barat 82,87 88,64 11,36 100,00
Nusa Tenggara Timur 79,32 93,67 6,33 100,00
Kalimantan Barat 84,14 97,41 2,59 100,00
Kalimantan Tengah 85,19 96,93 3,07 100,00
Kalimantan Selatan 80,10 96,68 3,32 100,00
Kalimantan Timur 83,93 97,58 2,42 100,00
Kalimantan Utara 85,81 92,80 7,20 100,00
Sulawesi Utara 82,17 96,92 3,08 100,00
Sulawesi Tengah 84,35 97,58 2,42 100,00
Sulawesi Selatan 77,29 95,51 4,49 100,00
Sulawesi Tenggara 80,85 94,77 5,23 100,00
Gorontalo 85,26 96,89 3,11 100,00
Sulawesi Barat 81,05 97,26 2,74 100,00
Maluku 80,65 96,43 3,57 100,00
Maluku Utara 84,12 97,19 2,81 100,00
Papua Barat 85,16 93,86 6,14 100,00
Papua 85,81 96,22 3,78 100,00
Indonesia 81,45 95,28 4,72 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 143
|143
Lampiran 4.5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Tinggal Kepala Rumah
Tangga dan Pasangannya, 2015
Perkotaan
Rumah Tangga Tempat Tinggal KRT dan Pasangannya
Provinsi dengan KRT
Berstatus Kawin Serumah Tidak Serumah Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 75,11 97,79 2,21 100,00
Sumatera Utara 80,10 97,24 2,76 100,00
Sumatera Barat 78,47 97,29 2,71 100,00
Riau 82,40 97,98 2,02 100,00
Jambi 83,09 96,75 3,25 100,00
Sumatera Selatan 82,61 97,57 2,43 100,00
Bengkulu 83,59 96,34 3,66 100,00
Lampung 86,31 97,48 2,52 100,00
Kep. Bangka Belitung 84,27 97,24 2,76 100,00
Kepulauan Riau 80,45 95,89 4,11 100,00
DKI Jakarta 78,20 95,26 4,74 100,00
Jawa Barat 80,99 95,84 4,16 100,00
Jawa Tengah 79,10 93,04 6,96 100,00
DI Yogyakarta 67,98 94,72 5,28 100,00
Jawa Timur 77,92 95,07 4,93 100,00
Banten 85,25 97,19 2,81 100,00
Bali 82,84 95,45 4,55 100,00
Nusa Tenggara Barat 79,81 89,66 10,34 100,00
Nusa Tenggara Timur 74,48 93,59 6,41 100,00
Kalimantan Barat 79,36 96,68 3,32 100,00
Kalimantan Tengah 84,40 95,79 4,21 100,00
Kalimantan Selatan 78,36 95,45 4,55 100,00
Kalimantan Timur 82,71 97,10 2,90 100,00
Kalimantan Utara 85,62 91,26 8,74 100,00
Sulawesi Utara 77,97 96,41 3,59 100,00
Sulawesi Tengah 79,12 96,77 3,23 100,00
Sulawesi Selatan 75,50 95,85 4,15 100,00
Sulawesi Tenggara 72,96 94,09 5,91 100,00
Gorontalo 79,97 95,89 4,11 100,00
Sulawesi Barat 76,53 97,52 2,48 100,00
Maluku 77,68 94,20 5,80 100,00
Maluku Utara 75,92 95,21 4,79 100,00
Papua Barat 83,03 92,99 7,01 100,00
Papua 84,45 93,27 6,73 100,00
Indonesia 79,83 95,49 4,51 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
144Pembangunan
144| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Tinggal Kepala Rumah
Tangga dan Pasangannya, 2015
Perdesaan
Rumah Tangga Tempat Tinggal KRT dan Pasangannya
Provinsi dengan KRT
Berstatus Kawin Serumah Tidak Serumah Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 76,80 98,13 1,87 100,00
Sumatera Utara 81,52 97,65 2,35 100,00
Sumatera Barat 80,24 97,81 2,19 100,00
Riau 87,04 98,42 1,58 100,00
Jambi 86,86 97,57 2,43 100,00
Sumatera Selatan 87,42 98,50 1,50 100,00
Bengkulu 87,96 98,48 1,52 100,00
Lampung 88,12 95,86 4,14 100,00
Kep. Bangka Belitung 85,74 98,34 1,66 100,00
Kepulauan Riau 81,17 96,99 3,01 100,00
DKI Jakarta na na na na
Jawa Barat 82,76 93,09 6,91 100,00
Jawa Tengah 83,20 91,45 8,55 100,00
DI Yogyakarta 81,33 96,86 3,14 100,00
Jawa Timur 80,20 95,16 4,84 100,00
Banten 83,84 93,25 6,75 100,00
Bali 87,51 98,54 1,46 100,00
Nusa Tenggara Barat 85,05 87,96 12,04 100,00
Nusa Tenggara Timur 80,57 93,68 6,32 100,00
Kalimantan Barat 86,14 97,69 2,31 100,00
Kalimantan Tengah 85,60 97,51 2,49 100,00
Kalimantan Selatan 81,39 97,57 2,43 100,00
Kalimantan Timur 85,97 98,37 1,63 100,00
Kalimantan Utara 86,04 94,66 5,34 100,00
Sulawesi Utara 85,76 97,31 2,69 100,00
Sulawesi Tengah 86,01 97,81 2,19 100,00
Sulawesi Selatan 78,30 95,32 4,68 100,00
Sulawesi Tenggara 84,05 95,01 4,99 100,00
Gorontalo 88,06 97,37 2,63 100,00
Sulawesi Barat 82,11 97,20 2,80 100,00
Maluku 82,62 97,82 2,18 100,00
Maluku Utara 87,23 97,84 2,16 100,00
Papua Barat 86,39 94,35 5,65 100,00
Papua 86,25 97,17 2,83 100,00
Indonesia 83,07 95,09 4,91 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 145
|145
Lampiran 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kecukupan Waktu Luang Bersama
Keluarga, 2014
Perkotaan + Perdesaan
Kecukupan Waktu Luang Selama Seminggu
Provinsi Lebih dari Cukup Cukup Kurang Total
( > 28 Jam) (14 - 28 Jam) ( < 14 Jam)
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 27,68 46,79 25,53 100,00
Sumatera Utara 26,95 45,12 27,93 100,00
Sumatera Barat 23,25 54,45 22,31 100,00
Riau 30,40 50,87 18,74 100,00
Jambi 30,90 53,21 15,89 100,00
Sumatera Selatan 22,08 54,87 23,05 100,00
Bengkulu 32,18 51,22 16,60 100,00
Lampung 33,28 48,34 18,38 100,00
Kep. Bangka Belitung 39,56 45,14 15,30 100,00
Kepulauan Riau 40,41 39,11 20,48 100,00
DKI Jakarta 32,76 43,15 24,09 100,00
Jawa Barat 28,18 52,72 19,11 100,00
Jawa Tengah 18,50 54,54 26,96 100,00
DI Yogyakarta 16,94 55,97 27,10 100,00
Jawa Timur 30,94 47,59 21,47 100,00
Banten 26,35 47,96 25,69 100,00
Bali 10,78 51,31 37,92 100,00
Nusa Tenggara Barat 19,76 57,39 22,85 100,00
Nusa Tenggara Timur 11,28 54,66 34,06 100,00
Kalimantan Barat 24,27 49,16 26,57 100,00
Kalimantan Tengah 29,80 49,09 21,11 100,00
Kalimantan Selatan 33,47 46,71 19,81 100,00
Kalimantan Timur 44,25 36,36 19,39 100,00
1
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 29,64 45,01 25,36 100,00
Sulawesi Tengah 25,42 53,88 20,70 100,00
Sulawesi Selatan 40,90 45,94 13,16 100,00
Sulawesi Tenggara 19,03 49,52 31,45 100,00
Gorontalo 27,77 45,02 27,20 100,00
Sulawesi Barat 36,87 41,71 21,43 100,00
Maluku 29,29 41,23 29,48 100,00
Maluku Utara 27,76 40,28 31,96 100,00
Papua Barat 32,14 33,39 34,47 100,00
Papua 25,86 31,06 43,08 100,00
Indonesia 27,14 49,74 23,12 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan
146Pembangunan
146| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kecukupan Waktu Luang
Bersama Keluarga, 2014
Perkotaan
Kecukupan Waktu Luang Selama Seminggu
Provinsi Lebih dari Cukup Cukup Kurang Total
( > 28 Jam) (14 - 28 Jam) ( < 14 Jam)
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 34,82 42,50 22,68 100,00
Sumatera Utara 32,77 40,94 26,30 100,00
Sumatera Barat 24,30 54,26 21,44 100,00
Riau 29,39 51,61 18,99 100,00
Jambi 38,14 47,80 14,06 100,00
Sumatera Selatan 16,98 51,96 31,07 100,00
Bengkulu 43,71 44,24 12,06 100,00
Lampung 38,23 49,02 12,75 100,00
Kep. Bangka Belitung 30,95 47,04 22,02 100,00
Kepulauan Riau 41,09 37,95 20,96 100,00
DKI Jakarta 32,76 43,15 24,09 100,00
Jawa Barat 27,82 53,31 18,88 100,00
Jawa Tengah 19,42 54,67 25,91 100,00
DI Yogyakarta 16,30 53,43 30,27 100,00
Jawa Timur 31,11 47,49 21,40 100,00
Banten 29,54 44,74 25,71 100,00
Bali 12,67 45,99 41,35 100,00
Nusa Tenggara Barat 23,44 55,93 20,63 100,00
Nusa Tenggara Timur 18,04 60,57 21,39 100,00
Kalimantan Barat 27,34 45,31 27,35 100,00
Kalimantan Tengah 32,97 44,47 22,56 100,00
Kalimantan Selatan 37,97 43,43 18,60 100,00
Kalimantan Timur 45,19 35,80 19,01 100,00
Kalimantan Utara1 na na na na
Sulawesi Utara 42,32 32,99 24,69 100,00
Sulawesi Tengah 33,95 48,37 17,67 100,00
Sulawesi Selatan 34,44 50,83 14,73 100,00
Sulawesi Tenggara 17,71 46,09 36,19 100,00
Gorontalo 26,00 45,90 28,10 100,00
Sulawesi Barat 43,22 43,93 12,85 100,00
Maluku 36,29 37,42 26,28 100,00
Maluku Utara 19,83 46,86 33,31 100,00
Papua Barat 40,96 28,53 30,51 100,00
Papua 31,19 36,79 32,02 100,00
Indonesia 28,49 48,87 22,64 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 147
|147
Lampiran 4.6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kecukupan Waktu Luang
Bersama Keluarga, 2014
Perdesaan
Kecukupan Waktu Luang Selama Seminggu
Provinsi Lebih dari Cukup Cukup Kurang Total
( > 28 Jam) (14 - 28 Jam) ( < 14 Jam)
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 24,90 48,46 26,64 100,00
Sumatera Utara 21,47 49,07 29,47 100,00
Sumatera Barat 22,58 54,56 22,86 100,00
Riau 31,03 50,40 18,57 100,00
Jambi 27,86 55,48 16,66 100,00
Sumatera Selatan 24,76 56,40 18,84 100,00
Bengkulu 27,02 54,35 18,63 100,00
Lampung 31,67 48,12 20,22 100,00
Kep. Bangka Belitung 48,21 43,23 8,56 100,00
Kepulauan Riau 36,70 45,43 17,87 100,00
DKI Jakarta na na na na
Jawa Barat 28,85 51,61 19,54 100,00
Jawa Tengah 17,76 54,43 27,81 100,00
DI Yogyakarta 18,29 61,32 20,39 100,00
Jawa Timur 30,79 47,67 21,53 100,00
Banten 18,98 55,39 25,63 100,00
Bali 7,71 59,95 32,34 100,00
Nusa Tenggara Barat 17,14 58,43 24,43 100,00
Nusa Tenggara Timur 9,63 53,22 37,15 100,00
Kalimantan Barat 22,98 50,78 26,25 100,00
Kalimantan Tengah 28,18 51,44 20,38 100,00
Kalimantan Selatan 30,22 49,09 20,69 100,00
Kalimantan Timur 42,72 37,28 20,00 100,00
1
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 19,19 54,91 25,90 100,00
Sulawesi Tengah 22,68 55,65 21,67 100,00
Sulawesi Selatan 44,58 43,16 12,26 100,00
Sulawesi Tenggara 19,54 50,86 29,60 100,00
Gorontalo 28,71 44,56 26,73 100,00
Sulawesi Barat 35,07 41,08 23,86 100,00
Maluku 24,51 43,82 31,66 100,00
Maluku Utara 30,80 37,76 31,44 100,00
Papua Barat 28,39 35,45 36,16 100,00
Papua 24,09 29,16 46,75 100,00
Indonesia 25,80 50,61 23,59 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan
148Pembangunan
148| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Orang yang Mengurus Rumah Tangga
Selama Seminggu Terakhir, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Orang yang Mengurus Rumah Tangga
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 149
|149
Lampiran 4.7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Orang yang Mengurus Rumah Tangga
Selama Seminggu Terakhir, 2015
Perkotaan
Orang yang Mengurus Rumah Tangga
Pembangunan
150Pembangunan
150| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.7.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Orang yang Mengurus Rumah Tangga
Selama Seminggu Terakhir, 2015
Perdesaan
Orang yang Mengurus Rumah Tangga
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 151
|151
Lampiran 4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status Bekerja Istri, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Istri
Provinsi Total
Bekerja Tidak Bekerja
(1) (2) (3) (4)
Aceh 50,30 49,70 100,00
Sumatera Utara 54,62 45,38 100,00
Sumatera Barat 59,24 40,76 100,00
Riau 43,42 56,58 100,00
Jambi 51,64 48,36 100,00
Sumatera Selatan 58,80 41,20 100,00
Bengkulu 64,41 35,59 100,00
Lampung 51,77 48,23 100,00
Kep. Bangka Belitung 43,82 56,18 100,00
Kepulauan Riau 36,31 63,69 100,00
DKI Jakarta 40,88 59,12 100,00
Jawa Barat 40,23 59,77 100,00
Jawa Tengah 61,50 38,50 100,00
DI Yogyakarta 66,63 33,37 100,00
Jawa Timur 57,46 42,54 100,00
Banten 40,39 59,61 100,00
Bali 74,16 25,84 100,00
Nusa Tenggara Barat 55,46 44,54 100,00
Nusa Tenggara Timur 67,45 32,55 100,00
Kalimantan Barat 61,39 38,61 100,00
Kalimantan Tengah 53,44 46,56 100,00
Kalimantan Selatan 55,81 44,19 100,00
Kalimantan Timur 37,29 62,71 100,00
Kalimantan Utara 41,98 58,02 100,00
Sulawesi Utara 40,57 59,43 100,00
Sulawesi Tengah 53,66 46,34 100,00
Sulawesi Selatan 44,98 55,02 100,00
Sulawesi Tenggara 57,82 42,18 100,00
Gorontalo 50,55 49,45 100,00
Sulawesi Barat 59,01 40,99 100,00
Maluku 54,08 45,92 100,00
Maluku Utara 54,08 45,92 100,00
Papua Barat 51,81 48,19 100,00
Papua 73,29 26,71 100,00
Indonesia 52,11 47,89 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
152Pembangunan
152| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.8.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status Bekerja Istri, 2015
Perkotaan
Istri
Provinsi Total
Bekerja Tidak Bekerja
(1) (2) (3) (4)
Aceh 47,52 52,48 100,00
Sumatera Utara 46,37 53,63 100,00
Sumatera Barat 53,01 46,99 100,00
Riau 43,01 56,99 100,00
Jambi 49,96 50,04 100,00
Sumatera Selatan 46,83 53,17 100,00
Bengkulu 58,20 41,80 100,00
Lampung 47,16 52,84 100,00
Kep. Bangka Belitung 40,91 59,09 100,00
Kepulauan Riau 35,24 64,76 100,00
DKI Jakarta 40,88 59,12 100,00
Jawa Barat 38,48 61,52 100,00
Jawa Tengah 58,74 41,26 100,00
DI Yogyakarta 61,17 38,83 100,00
Jawa Timur 52,66 47,34 100,00
Banten 37,57 62,43 100,00
Bali 71,28 28,72 100,00
Nusa Tenggara Barat 51,70 48,30 100,00
Nusa Tenggara Timur 51,26 48,74 100,00
Kalimantan Barat 45,30 54,70 100,00
Kalimantan Tengah 51,49 48,51 100,00
Kalimantan Selatan 46,51 53,49 100,00
Kalimantan Timur 35,11 64,89 100,00
Kalimantan Utara 40,88 59,12 100,00
Sulawesi Utara 44,11 55,89 100,00
Sulawesi Tengah 55,37 44,63 100,00
Sulawesi Selatan 41,47 58,53 100,00
Sulawesi Tenggara 53,70 46,30 100,00
Gorontalo 55,14 44,86 100,00
Sulawesi Barat 50,69 49,31 100,00
Maluku 50,76 49,24 100,00
Maluku Utara 47,61 52,39 100,00
Papua Barat 43,00 57,00 100,00
Papua 40,04 59,96 100,00
Indonesia 46,50 53,50 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 153
|153
Lampiran 4.8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status Bekerja Istri, 2015
Perdesaan
Istri
Provinsi Total
Bekerja Tidak Bekerja
(1) (2) (3) (4)
Aceh 51,35 48,65 100,00
Sumatera Utara 62,39 37,61 100,00
Sumatera Barat 63,20 36,80 100,00
Riau 43,67 56,33 100,00
Jambi 52,30 47,70 100,00
Sumatera Selatan 64,65 35,35 100,00
Bengkulu 66,94 33,06 100,00
Lampung 53,24 46,76 100,00
Kep. Bangka Belitung 46,48 53,52 100,00
Kepulauan Riau 41,81 58,19 100,00
DKI Jakarta na na na
Jawa Barat 43,53 56,47 100,00
Jawa Tengah 63,69 36,31 100,00
DI Yogyakarta 76,41 23,59 100,00
Jawa Timur 61,64 38,36 100,00
Banten 46,64 53,36 100,00
Bali 78,46 21,54 100,00
Nusa Tenggara Barat 57,98 42,02 100,00
Nusa Tenggara Timur 71,26 28,74 100,00
Kalimantan Barat 67,56 32,44 100,00
Kalimantan Tengah 54,41 45,59 100,00
Kalimantan Selatan 62,41 37,59 100,00
Kalimantan Timur 40,80 59,20 100,00
Kalimantan Utara 43,31 56,69 100,00
Sulawesi Utara 37,82 62,18 100,00
Sulawesi Tengah 53,17 46,83 100,00
Sulawesi Selatan 46,90 53,10 100,00
Sulawesi Tenggara 59,26 40,74 100,00
Gorontalo 48,37 51,63 100,00
Sulawesi Barat 60,81 39,19 100,00
Maluku 56,12 43,88 100,00
Maluku Utara 56,17 43,83 100,00
Papua Barat 56,69 43,31 100,00
Papua 83,58 16,42 100,00
Indonesia 57,52 42,48 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
154Pembangunan
154| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.9 Persentase Istri Umur 15 -49 Tahun Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan
Penggunaan Pendapatan Suami, 2012
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 155
|155
Lampiran 4.10 Persentase Istri Umur 15 -49 Tahun Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan
Penggunaan Penghasilan Istri, 2012
Pembangunan
156Pembangunan
156| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan dalam Hal
Menentukan Jumlah Anak, 2014
Perkotaan + Perdesaan
Penentu Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak
Provinsi Suami dan Total
Suami Istri Pihak Lain
Istri
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 11,30 24,17 60,52 4,00 100,00
Sumatera Utara 18,17 23,04 57,31 1,48 100,00
Sumatera Barat 11,55 21,38 64,84 2,23 100,00
Riau 13,90 18,56 66,77 0,77 100,00
Jambi 13,95 17,23 67,60 1,23 100,00
Sumatera Selatan 15,32 14,97 68,23 1,48 100,00
Bengkulu 11,71 22,92 64,64 0,74 100,00
Lampung 15,26 16,92 66,82 1,00 100,00
Kep. Bangka Belitung 15,62 18,88 62,96 2,54 100,00
Kepulauan Riau 18,17 18,94 62,47 0,42 100,00
DKI Jakarta 16,76 25,70 55,93 1,61 100,00
Jawa Barat 16,00 19,39 63,03 1,58 100,00
Jawa Tengah 15,05 20,85 62,40 1,70 100,00
DI Yogyakarta 13,92 18,38 57,62 10,08 100,00
Jawa Timur 14,44 22,77 60,59 2,21 100,00
Banten 15,76 22,60 60,83 0,81 100,00
Bali 18,24 10,60 69,32 1,84 100,00
Nusa Tenggara Barat 16,71 19,09 60,60 3,60 100,00
Nusa Tenggara Timur 12,35 17,17 64,91 5,58 100,00
Kalimantan Barat 16,07 20,68 62,10 1,15 100,00
Kalimantan Tengah 14,02 16,45 67,03 2,50 100,00
Kalimantan Selatan 11,86 20,34 66,57 1,23 100,00
Kalimantan Timur 17,14 18,96 63,42 0,48 100,00
1 na na na
Kalimantan Utara na na
Sulawesi Utara 16,86 20,25 61,97 0,92 100,00
Sulawesi Tengah 16,76 16,83 64,34 2,07 100,00
Sulawesi Selatan 14,39 24,53 57,56 3,51 100,00
Sulawesi Tenggara 12,69 19,32 64,74 3,26 100,00
Gorontalo 27,33 23,59 46,94 2,13 100,00
Sulawesi Barat 19,05 21,52 57,53 1,90 100,00
Maluku 13,26 22,75 63,09 0,90 100,00
Maluku Utara 18,58 20,43 59,48 1,51 100,00
Papua Barat 15,87 18,80 64,75 0,57 100,00
Papua 28,24 21,19 50,39 0,18 100,00
Indonesia 15,45 20,61 61,99 1,95 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016157
|157
Lampiran 4.11.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan dalam Hal
Menentukan Jumlah Anak, 2014
Perkotaan
Penentu Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak
Provinsi Suami dan Total
Suami Istri Pihak Lain
Istri
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 12,69 21,63 59,32 6,36 100,00
Sumatera Utara 22,26 23,58 52,49 1,66 100,00
Sumatera Barat 12,32 22,08 63,55 2,06 100,00
Riau 11,94 16,00 71,29 0,77 100,00
Jambi 12,56 19,36 65,75 2,33 100,00
Sumatera Selatan 16,07 15,74 65,07 3,11 100,00
Bengkulu 10,47 24,21 65,21 0,11 100,00
Lampung 15,64 18,82 64,02 1,52 100,00
Kep. Bangka Belitung 18,58 21,17 56,00 4,25 100,00
Kepulauan Riau 15,86 18,55 65,15 0,44 100,00
DKI Jakarta 16,76 25,70 55,93 1,61 100,00
Jawa Barat 16,08 18,93 63,59 1,40 100,00
Jawa Tengah 15,21 22,91 60,26 1,62 100,00
DI Yogyakarta 15,69 17,36 52,82 14,12 100,00
Jawa Timur 14,76 21,80 61,48 1,96 100,00
Banten 16,34 23,49 59,66 0,51 100,00
Bali 20,21 12,17 65,56 2,06 100,00
Nusa Tenggara Barat 14,68 21,82 57,40 6,10 100,00
Nusa Tenggara Timur 12,06 20,40 61,14 6,39 100,00
Kalimantan Barat 20,35 29,59 47,95 2,11 100,00
Kalimantan Tengah 16,63 17,16 63,08 3,12 100,00
Kalimantan Selatan 14,45 23,38 60,61 1,56 100,00
Kalimantan Timur 15,77 21,50 62,28 0,46 100,00
Kalimantan Utara1 na na na na na
Sulawesi Utara 19,51 21,35 57,63 1,51 100,00
Sulawesi Tengah 21,08 17,57 57,79 3,56 100,00
Sulawesi Selatan 17,12 21,25 56,87 4,76 100,00
Sulawesi Tenggara 18,66 25,67 49,60 6,07 100,00
Gorontalo 23,93 23,43 47,98 4,65 100,00
Sulawesi Barat 21,94 16,07 60,84 1,15 100,00
Maluku 15,56 25,14 58,34 0,96 100,00
Maluku Utara 21,61 17,01 58,27 3,10 100,00
Papua Barat 13,04 14,90 71,64 0,43 100,00
Papua 18,69 18,48 62,51 0,32 100,00
Indonesia 16,11 21,12 60,66 2,11 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan
158Pembangunan
158| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 4.11.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penentu Keputusan dalam Hal
Menentukan Jumlah Anak, 2014
Perdesaan
Penentu Keputusan dalam Hal Menentukan Jumlah Anak
Provinsi Suami dan Total
Suami Istri Pihak Lain
Istri
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 10,77 25,15 60,99 3,09 100,00
Sumatera Utara 14,31 22,54 61,85 1,30 100,00
Sumatera Barat 11,08 20,95 65,64 2,34 100,00
Riau 15,12 20,17 63,94 0,77 100,00
Jambi 14,52 16,34 68,37 0,77 100,00
Sumatera Selatan 14,92 14,57 69,88 0,63 100,00
Bengkulu 12,26 22,34 64,39 1,02 100,00
Lampung 15,14 16,31 67,73 0,83 100,00
Kep. Bangka Belitung 12,66 16,59 69,92 0,83 100,00
Kepulauan Riau 30,82 21,06 47,77 0,35 100,00
DKI Jakarta na na na na na
Jawa Barat 15,84 20,24 62,00 1,92 100,00
Jawa Tengah 14,92 19,19 64,13 1,76 100,00
DI Yogyakarta 10,13 20,55 67,87 1,45 100,00
Jawa Timur 14,15 23,61 59,82 2,42 100,00
Banten 14,42 20,54 63,54 1,50 100,00
Bali 15,06 8,05 75,40 1,48 100,00
Nusa Tenggara Barat 18,18 17,12 62,90 1,80 100,00
Nusa Tenggara Timur 12,42 16,38 65,82 5,38 100,00
Kalimantan Barat 14,27 16,95 68,05 0,74 100,00
Kalimantan Tengah 12,70 16,09 69,03 2,18 100,00
Kalimantan Selatan 10,00 18,16 70,84 1,00 100,00
Kalimantan Timur 19,38 14,85 65,27 0,50 100,00
1 na na na
Kalimantan Utara na na
Sulawesi Utara 14,68 19,34 65,55 0,43 100,00
Sulawesi Tengah 15,37 16,59 66,44 1,59 100,00
Sulawesi Selatan 12,85 26,40 57,95 2,80 100,00
Sulawesi Tenggara 10,34 16,83 70,67 2,16 100,00
Gorontalo 29,13 23,68 46,39 0,80 100,00
Sulawesi Barat 18,23 23,05 56,60 2,12 100,00
Maluku 11,70 21,13 66,32 0,85 100,00
Maluku Utara 17,41 21,74 59,95 0,90 100,00
Papua Barat 17,07 20,45 61,84 0,64 100,00
Papua 31,41 22,09 46,37 0,14 100,00
Indonesia 14,79 20,11 63,31 1,79 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016159
|159
Lampiran 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga (ART) yang
Makan Minimal Empat Belas Kali Seminggu, 2015
Perkotaan + Perdesaan
ART Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Makanan Pokok
dengan Lauk Nabati Makanan Pokok Lauk Pauk Nabati Lauk Pauk Hewani
Provinsi Atau Hewani
Tidak Tidak Tidak Tidak
Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
ART ART ART ART
ART ART ART ART
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 34,36 65,64 84,19 15,81 7,70 92,30 34,22 65,78
Sumatera Utara 26,50 73,50 88,66 11,34 7,62 92,38 24,42 75,58
Sumatera Barat 25,71 74,29 86,42 13,58 15,41 84,59 23,23 76,77
Riau 23,40 76,60 84,69 15,31 10,46 89,54 21,12 78,88
Jambi 15,24 84,76 84,76 15,24 11,95 88,05 10,01 89,99
Sumatera Selatan 16,71 83,29 84,61 15,39 8,41 91,59 11,66 88,34
Bengkulu 13,75 86,25 85,36 14,64 6,42 93,58 10,60 89,40
Lampung 15,57 84,43 89,87 10,13 15,12 84,88 3,59 96,41
Kep. Bangka Belitung 36,91 63,09 85,93 14,07 5,00 95,00 37,73 62,27
Kepulauan Riau 37,97 62,03 87,09 12,91 13,72 86,28 34,29 65,71
DKI Jakarta 25,03 74,97 81,45 18,55 17,78 82,22 17,38 82,62
Jawa Barat 18,27 81,73 83,75 16,25 15,35 84,65 8,66 91,34
Jawa Tengah 31,65 68,35 90,29 9,71 30,69 69,31 6,26 93,74
DI Yogyakarta 32,41 67,59 91,84 8,16 29,23 70,77 13,14 86,86
Jawa Timur 37,07 62,93 88,67 11,33 34,11 65,89 12,85 87,15
Banten 25,86 74,14 84,70 15,30 20,92 79,08 15,47 84,53
Bali 30,48 69,52 91,97 8,03 17,50 82,50 20,77 79,23
Nusa Tenggara Barat 26,22 73,78 88,26 11,74 14,13 85,87 19,62 80,38
Nusa Tenggara Timur 9,52 90,48 83,91 16,09 2,86 97,14 7,72 92,28
Kalimantan Barat 13,61 86,39 84,97 15,03 5,13 94,87 11,03 88,97
Kalimantan Tengah 45,97 54,03 86,81 13,19 19,17 80,83 39,77 60,23
Kalimantan Selatan 69,78 30,22 88,93 11,07 12,21 87,79 68,27 31,73
Kalimantan Timur 34,54 65,46 85,26 14,74 14,79 85,21 29,06 70,94
Kalimantan Utara 41,15 58,85 84,35 15,65 11,12 88,88 39,49 60,51
Sulawesi Utara 45,74 54,26 90,97 9,03 6,16 93,84 45,26 54,74
Sulawesi Tengah 32,27 67,73 86,99 13,01 3,26 96,74 31,55 68,45
Sulawesi Selatan 55,28 44,72 85,69 14,31 7,55 92,45 55,24 44,76
Sulawesi Tenggara 52,05 47,95 84,80 15,20 5,48 94,52 52,90 47,10
Gorontalo 61,04 38,96 90,54 9,46 8,18 91,82 59,07 40,93
Sulawesi Barat 49,06 50,94 90,15 9,85 4,92 95,08 49,28 50,72
Maluku 53,02 46,98 86,41 13,59 5,06 94,94 55,82 44,18
Maluku Utara 37,54 62,46 79,17 20,83 3,30 96,70 38,70 61,30
Papua Barat 32,44 67,56 83,28 16,72 10,60 89,40 27,32 72,68
Papua 10,68 89,32 71,10 28,90 5,14 94,86 8,63 91,37
Indonesia 28,84 71,16 86,58 13,42 18,78 81,22 17,10 82,90
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan
160Pembangunan
160| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.1.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga (ART) yang
Makan Minimal Empat Belas Kali Seminggu, 2015
Perkotaan
ART Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Makanan Pokok
dengan Lauk Nabati Makanan Pokok Lauk Pauk Nabati Lauk Pauk Hewani
Provinsi Atau Hewani
Tidak Tidak Tidak Tidak
Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
ART ART ART ART
ART ART ART ART
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 46,25 53,75 85,95 14,05 15,98 84,02 46,71 53,29
Sumatera Utara 34,55 65,45 89,13 10,87 10,76 89,24 31,30 68,70
Sumatera Barat 44,79 55,21 85,97 14,03 25,99 74,01 41,94 58,06
Riau 32,52 67,48 81,53 18,47 10,50 89,50 31,90 68,10
Jambi 29,65 70,35 83,57 16,43 22,82 77,18 23,57 76,43
Sumatera Selatan 22,83 77,17 77,72 22,28 9,46 90,54 19,07 80,93
Bengkulu 32,11 67,89 81,25 18,75 12,58 87,42 28,43 71,57
Lampung 25,89 74,11 88,97 11,03 25,59 74,41 7,83 92,17
Kep. Bangka Belitung 37,34 62,66 83,83 16,17 5,25 94,75 38,61 61,39
Kepulauan Riau 35,63 64,37 87,07 12,93 13,99 86,01 31,27 68,73
DKI Jakarta 25,03 74,97 81,45 18,55 17,78 82,22 17,38 82,62
Jawa Barat 22,01 77,99 84,69 15,31 17,90 82,10 11,36 88,64
Jawa Tengah 33,75 66,25 89,76 10,24 31,91 68,09 8,61 91,39
DI Yogyakarta 38,35 61,65 90,88 9,12 34,03 65,97 17,32 82,68
Jawa Timur 38,52 61,48 87,15 12,85 35,48 64,52 14,53 85,47
Banten 30,14 69,86 84,91 15,09 23,61 76,39 19,55 80,45
Bali 35,39 64,61 91,81 8,19 20,34 79,66 25,56 74,44
Nusa Tenggara Barat 30,87 69,13 88,32 11,68 17,37 82,63 24,70 75,30
Nusa Tenggara Timur 19,85 80,15 89,16 10,84 6,83 93,17 15,59 84,41
Kalimantan Barat 24,97 75,03 83,77 16,23 7,78 92,22 22,00 78,00
Kalimantan Tengah 60,95 39,05 89,56 10,44 25,85 74,15 58,46 41,54
Kalimantan Selatan 68,06 31,94 88,01 11,99 14,28 85,72 68,17 31,83
Kalimantan Timur 37,26 62,74 86,28 13,72 18,16 81,84 31,87 68,13
Kalimantan Utara 54,27 45,73 86,11 13,89 15,91 84,09 51,73 48,27
Sulawesi Utara 52,49 47,51 89,45 10,55 9,20 90,80 52,09 47,91
Sulawesi Tengah 44,09 55,91 85,66 14,34 4,94 95,06 41,73 58,27
Sulawesi Selatan 56,24 43,76 83,13 16,87 7,13 92,87 56,07 43,93
Sulawesi Tenggara 58,54 41,46 86,19 13,81 4,95 95,05 58,72 41,28
Gorontalo 73,23 26,77 91,87 8,13 10,05 89,95 71,07 28,93
Sulawesi Barat 69,25 30,75 90,98 9,02 3,26 96,74 70,25 29,75
Maluku 64,12 35,88 87,77 12,23 7,60 92,40 67,94 32,06
Maluku Utara 46,07 53,93 77,09 22,91 3,37 96,63 46,21 53,79
Papua Barat 42,14 57,86 86,64 13,36 15,01 84,99 34,18 65,82
Papua 19,25 80,75 76,56 23,44 13,45 86,55 15,08 84,92
Indonesia 32,32 67,68 86,04 13,96 21,74 78,26 19,96 80,04
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016161
|161
Lampiran 5.1.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga (ART) yang
Makan Minimal Empat Belas Kali Seminggu, 2015
Perdesaan
ART Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Makanan Pokok
dengan Lauk Nabati Makanan Pokok Lauk Pauk Nabati Lauk Pauk Hewani
Provinsi Atau Hewani
Tidak Tidak Tidak Tidak
Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
Seluruh Seluruh Seluruh Seluruh
ART ART ART ART
ART ART ART ART
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 29,78 70,22 83,52 16,48 4,51 95,49 29,40 70,60
Sumatera Utara 18,87 81,13 88,22 11,78 4,65 95,35 17,92 82,08
Sumatera Barat 13,49 86,51 86,70 13,30 8,64 91,36 11,24 88,76
Riau 17,54 82,46 86,72 13,28 10,43 89,57 14,20 85,80
Jambi 9,31 90,69 85,25 14,75 7,48 92,52 4,43 95,57
Sumatera Selatan 13,47 86,53 88,26 11,74 7,85 92,15 7,73 92,27
Bengkulu 5,62 94,38 87,19 12,81 3,68 96,32 2,69 97,31
Lampung 12,25 87,75 90,16 9,84 11,75 88,25 2,23 97,77
Kep. Bangka Belitung 36,49 63,51 88,00 12,00 4,75 95,25 36,85 63,15
Kepulauan Riau 50,48 49,52 87,20 12,80 12,29 87,71 50,47 49,53
DKI Jakarta na na na na na na na na
Jawa Barat 11,19 88,81 81,97 18,03 10,52 89,48 3,54 96,46
Jawa Tengah 29,88 70,12 90,74 9,26 29,67 70,33 4,28 95,72
DI Yogyakarta 19,45 80,55 93,92 6,08 18,76 81,24 4,02 95,98
Jawa Timur 35,78 64,22 90,02 9,98 32,88 67,12 11,35 88,65
Banten 16,02 83,98 84,22 15,78 14,73 85,27 6,08 93,92
Bali 22,46 77,54 92,23 7,77 12,87 87,13 12,95 87,05
Nusa Tenggara Barat 22,96 77,04 88,22 11,78 11,85 88,15 16,05 83,95
Nusa Tenggara Timur 7,02 92,98 82,64 17,36 1,90 98,10 5,82 94,18
Kalimantan Barat 9,03 90,97 85,46 14,54 4,06 95,94 6,60 93,40
Kalimantan Tengah 38,39 61,61 85,42 14,58 15,79 84,21 30,31 69,69
Kalimantan Selatan 71,09 28,91 89,63 10,37 10,62 89,38 68,35 31,65
Kalimantan Timur 30,05 69,95 83,58 16,42 9,24 90,76 24,45 75,55
Kalimantan Utara 24,34 75,66 82,10 17,90 4,98 95,02 23,82 76,18
Sulawesi Utara 39,97 60,03 92,27 7,73 3,55 96,45 39,42 60,58
Sulawesi Tengah 28,40 71,60 87,43 12,57 2,71 97,29 28,22 71,78
Sulawesi Selatan 54,76 45,24 87,08 12,92 7,78 92,22 54,80 45,20
Sulawesi Tenggara 49,58 50,42 84,28 15,72 5,68 94,32 50,69 49,31
Gorontalo 54,68 45,32 89,85 10,15 7,20 92,80 52,82 47,18
Sulawesi Barat 43,96 56,04 89,94 10,06 5,33 94,67 43,98 56,02
Maluku 45,49 54,51 85,49 14,51 3,35 96,65 47,60 52,40
Maluku Utara 34,12 65,88 80,00 20,00 3,27 96,73 35,69 64,31
Papua Barat 26,54 73,46 81,24 18,76 7,92 92,08 23,16 76,84
Papua 7,71 92,29 69,21 30,79 2,28 97,72 6,40 93,60
Indonesia 25,33 74,67 87,13 12,87 15,79 84,21 14,21 85,79
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan
162Pembangunan
162| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Banyaknya Anggota Rumah
Tangga (ART) yang Makan Minimal Empat Belas Kali Seminggu, 2015
Perkotaan + Perdesaan
ART Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Makanan Pokok Makanan Pokok
Makanan Pokok
Provinsi dengan Lauk Nabati dengan Lauk Hewani
Tidak Tidak Tidak
Seluruh Seluruh Seluruh
Seluruh Seluruh Seluruh
ART ART ART
ART ART ART
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 84,19 15,81 7,22 92,78 32,64 67,36
Sumatera Utara 88,66 11,34 7,36 92,64 23,32 76,68
Sumatera Barat 86,42 13,58 14,99 85,01 22,15 77,85
Riau 84,69 15,31 10,07 89,93 19,06 80,94
Jambi 84,76 15,24 11,30 88,70 9,52 90,48
Sumatera Selatan 84,61 15,39 8,07 91,93 11,04 88,96
Bengkulu 85,36 14,64 6,42 93,58 10,44 89,56
Lampung 89,87 10,13 14,79 85,21 3,59 96,41
Kep. Bangka Belitung 85,93 14,07 4,54 95,46 35,96 64,04
Kepulauan Riau 87,09 12,91 13,23 86,77 33,01 66,99
DKI Jakarta 81,45 18,55 16,77 83,23 16,55 83,45
Jawa Barat 83,75 16,25 14,73 85,27 8,43 91,57
Jawa Tengah 90,29 9,71 29,73 70,27 5,97 94,03
DI Yogyakarta 91,84 8,16 28,59 71,41 12,73 87,27
Jawa Timur 88,67 11,33 32,79 67,21 12,14 87,86
Banten 84,70 15,30 19,60 80,40 14,62 85,38
Bali 91,97 8,03 17,30 82,70 20,55 79,45
Nusa Tenggara Barat 88,26 11,74 14,00 86,00 18,98 81,02
Nusa Tenggara Timur 83,91 16,09 2,64 97,36 7,21 92,79
Kalimantan Barat 84,97 15,03 4,95 95,05 10,57 89,43
Kalimantan Tengah 86,81 13,19 18,98 81,02 38,47 61,53
Kalimantan Selatan 88,93 11,07 12,02 87,98 66,87 33,13
Kalimantan Timur 85,26 14,74 14,31 85,69 28,18 71,82
Kalimantan Utara 84,35 15,65 10,49 89,51 38,00 62,00
Sulawesi Utara 90,97 9,03 6,06 93,94 43,59 56,41
Sulawesi Tengah 86,99 13,01 3,13 96,87 30,54 69,46
Sulawesi Selatan 85,69 14,31 7,47 92,53 53,37 46,63
Sulawesi Tenggara 84,80 15,20 5,12 94,88 50,89 49,11
Gorontalo 90,54 9,46 7,90 92,10 58,27 41,73
Sulawesi Barat 90,15 9,85 4,92 95,08 47,30 52,70
Maluku 86,41 13,59 5,06 94,94 52,73 47,27
Maluku Utara 79,17 20,83 2,93 97,07 36,97 63,03
Papua Barat 83,28 16,72 10,37 89,63 26,63 73,37
Papua 71,10 28,90 4,81 95,19 8,03 91,97
Indonesia 86,58 13,42 18,09 81,91 16,40 83,60
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016163
|163
Lampiran 5.2.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Banyaknya Anggota Rumah
Tangga (ART) yang Makan Minimal Empat Belas Kali Seminggu, 2015
Perkotaan
ART Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Makanan Pokok Makanan Pokok
Makanan Pokok
Provinsi dengan Lauk Nabati dengan Lauk Hewani
Tidak Tidak Tidak
Seluruh Seluruh Seluruh
Seluruh Seluruh Seluruh
ART ART ART
ART ART ART
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 85,95 14,05 15,05 84,95 44,54 55,46
Sumatera Utara 89,13 10,87 10,50 89,50 30,06 69,94
Sumatera Barat 85,97 14,03 25,64 74,36 40,50 59,50
Riau 81,53 18,47 10,14 89,86 28,37 71,63
Jambi 83,57 16,43 20,95 79,05 22,23 77,77
Sumatera Selatan 77,72 22,28 9,02 90,98 17,72 82,28
Bengkulu 81,25 18,75 12,58 87,42 27,93 72,07
Lampung 88,97 11,03 24,39 75,61 7,83 92,17
Kep. Bangka Belitung 83,83 16,17 4,78 95,22 36,55 63,45
Kepulauan Riau 87,07 12,93 13,41 86,59 29,99 70,01
DKI Jakarta 81,45 18,55 16,77 83,23 16,55 83,45
Jawa Barat 84,69 15,31 17,26 82,74 11,10 88,90
Jawa Tengah 89,76 10,24 30,84 69,16 8,21 91,79
DI Yogyakarta 90,88 9,12 33,33 66,67 16,72 83,28
Jawa Timur 87,15 12,85 33,90 66,10 13,87 86,13
Banten 84,91 15,09 22,37 77,63 18,55 81,45
Bali 91,81 8,19 20,07 79,93 25,28 74,72
Nusa Tenggara Barat 88,32 11,68 17,17 82,83 24,09 75,91
Nusa Tenggara Timur 89,16 10,84 6,21 93,79 14,20 85,80
Kalimantan Barat 83,77 16,23 7,36 92,64 20,41 79,59
Kalimantan Tengah 89,56 10,44 25,44 74,56 55,72 44,28
Kalimantan Selatan 88,01 11,99 13,84 86,16 66,01 33,99
Kalimantan Timur 86,28 13,72 17,73 82,27 30,75 69,25
Kalimantan Utara 86,11 13,89 14,79 85,21 49,82 50,18
Sulawesi Utara 89,45 10,55 8,99 91,01 50,07 49,93
Sulawesi Tengah 85,66 14,34 4,94 95,06 40,18 59,82
Sulawesi Selatan 83,13 16,87 7,02 92,98 53,89 46,11
Sulawesi Tenggara 86,19 13,81 4,49 95,51 57,46 42,54
Gorontalo 91,87 8,13 10,05 89,95 70,37 29,63
Sulawesi Barat 90,98 9,02 3,26 96,74 65,38 34,62
Maluku 87,77 12,23 7,60 92,40 64,08 35,92
Maluku Utara 77,09 22,91 2,97 97,03 45,28 54,72
Papua Barat 86,64 13,36 14,57 85,43 33,77 66,23
Papua 76,56 23,44 12,38 87,62 14,05 85,95
Indonesia 86,04 13,96 20,90 79,10 19,15 80,85
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan
164Pembangunan
164| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.2.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Banyaknya Anggota Rumah
Tangga (ART) yang Makan Minimal Empat Belas Kali Seminggu, 2015
Perdesaan
ART Makan Minimal 14 Kali Seminggu
Makanan Pokok Makanan Pokok
Makanan Pokok
Provinsi dengan Lauk Nabati dengan Lauk Hewani
Tidak Tidak Tidak
Seluruh Seluruh Seluruh
Seluruh Seluruh Seluruh
ART ART ART
ART ART ART
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 83,52 16,48 4,20 95,80 28,05 71,95
Sumatera Utara 88,22 11,78 4,39 95,61 16,93 83,07
Sumatera Barat 86,70 13,30 8,17 91,83 10,40 89,60
Riau 86,72 13,28 10,02 89,98 13,08 86,92
Jambi 85,25 14,75 7,33 92,67 4,28 95,72
Sumatera Selatan 88,26 11,74 7,57 92,43 7,51 92,49
Bengkulu 87,19 12,81 3,68 96,32 2,69 97,31
Lampung 90,16 9,84 11,69 88,31 2,23 97,77
Kep. Bangka Belitung 88,00 12,00 4,31 95,69 35,38 64,62
Kepulauan Riau 87,20 12,80 12,29 87,71 49,17 50,83
DKI Jakarta na na na na na na
Jawa Barat 81,97 18,03 9,94 90,06 3,36 96,64
Jawa Tengah 90,74 9,26 28,80 71,20 4,08 95,92
DI Yogyakarta 93,92 6,08 18,26 81,74 4,02 95,98
Jawa Timur 90,02 9,98 31,81 68,19 10,61 89,39
Banten 84,22 15,78 13,22 86,78 5,58 94,42
Bali 92,23 7,77 12,78 87,22 12,84 87,16
Nusa Tenggara Barat 88,22 11,78 11,77 88,23 15,39 84,61
Nusa Tenggara Timur 82,64 17,36 1,77 98,23 5,51 94,49
Kalimantan Barat 85,46 14,54 3,98 96,02 6,60 93,40
Kalimantan Tengah 85,42 14,58 15,70 84,30 29,74 70,26
Kalimantan Selatan 89,63 10,37 10,62 89,38 67,53 32,47
Kalimantan Timur 83,58 16,42 8,67 91,33 23,95 76,05
Kalimantan Utara 82,10 17,90 4,98 95,02 22,86 77,14
Sulawesi Utara 92,27 7,73 3,55 96,45 38,05 61,95
Sulawesi Tengah 87,43 12,57 2,53 97,47 27,39 72,61
Sulawesi Selatan 87,08 12,92 7,71 92,29 53,09 46,91
Sulawesi Tenggara 84,28 15,72 5,35 94,65 48,39 51,61
Gorontalo 89,85 10,15 6,78 93,22 51,97 48,03
Sulawesi Barat 89,94 10,06 5,33 94,67 42,73 57,27
Maluku 85,49 14,51 3,35 96,65 45,03 54,97
Maluku Utara 80,00 20,00 2,91 97,09 33,63 66,37
Papua Barat 81,24 18,76 7,80 92,20 22,28 77,72
Papua 69,21 30,79 2,19 97,81 5,95 94,05
Indonesia 87,13 12,87 15,26 84,74 13,63 86,37
Sumber : Susenas MSBP 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016165
|165
Lampiran 5.3 Persentase Balita Menurut Provinsi dan Status Gizi Berdasarkan Kriteria BB/U
Pembangunan
166Pembangunan
166| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.4 Persentase Penduduk Menurut Provinsi dan Keberadaan Gangguan Kesehatan,
2015
Perkotaan + Perdesaan
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016167
|167
Lampiran 5.4.1 Persentase Penduduk Menurut Provinsi dan Keberadaan Gangguan Kesehatan,
2015
Perkotaan
Pembangunan
168Pembangunan
168| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.4.2 Persentase Penduduk Menurut Provinsi dan Keberadaan Gangguan Kesehatan,
2015
Perdesaan
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016169
|169
Lampiran 5.5 Persentase Rumah Tangga yang Terbebas dari Penyakit Kronis dan Disabilitas
Sedang Atau Berat Menurut Provinsi, 2014
Perkotaan + Perdesaan
Keberadaan ART Penderita Penyakit Kronis/Disabilitas
Provinsi Tidak Kronis Total
Kronis dan
dan Kronis Disabiltas
Disabilitas
Disabilitas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 79,44 4,44 12,54 3,57 100,00
Sumatera Utara 86,71 4,84 6,35 2,10 100,00
Sumatera Barat 82,22 5,56 10,36 1,87 100,00
Riau 89,06 3,64 5,91 1,38 100,00
Jambi 89,59 3,51 5,07 1,83 100,00
Sumatera Selatan 85,55 8,15 4,95 1,35 100,00
Bengkulu 81,96 6,42 8,88 2,75 100,00
Lampung 89,27 4,59 4,81 1,34 100,00
Kep. Bangka Belitung 87,97 5,11 4,70 2,22 100,00
Kepulauan Riau 91,96 3,52 3,33 1,19 100,00
DKI Jakarta 89,82 4,68 2,95 2,55 100,00
Jawa Barat 85,71 6,95 5,59 1,76 100,00
Jawa Tengah 86,07 6,85 5,30 1,78 100,00
DI Yogyakarta 86,00 7,74 4,16 2,11 100,00
Jawa Timur 85,67 6,46 5,97 1,90 100,00
Banten 85,42 6,01 6,85 1,72 100,00
Bali 88,69 6,73 2,87 1,72 100,00
Nusa Tenggara Barat 83,46 7,47 6,75 2,33 100,00
Nusa Tenggara Timur 85,39 4,76 8,68 1,17 100,00
Kalimantan Barat 86,43 4,88 6,95 1,74 100,00
Kalimantan Tengah 85,10 5,98 6,43 2,50 100,00
Kalimantan Selatan 86,90 6,98 5,20 0,92 100,00
Kalimantan Timur 85,52 7,84 4,47 2,17 100,00
Kalimantan Utara1 na na na na na
Sulawesi Utara 83,67 8,00 6,07 2,26 100,00
Sulawesi Tengah 86,40 6,57 5,53 1,50 100,00
Sulawesi Selatan 85,28 4,54 8,27 1,91 100,00
Sulawesi Tenggara 89,24 3,79 5,63 1,34 100,00
Gorontalo 81,98 7,67 5,96 4,39 100,00
Sulawesi Barat 86,82 4,25 7,16 1,77 100,00
Maluku 88,34 2,44 6,86 2,36 100,00
Maluku Utara 87,64 2,94 8,11 1,30 100,00
Papua Barat 87,30 3,84 7,00 1,86 100,00
Papua 96,17 1,20 2,49 0,14 100,00
Indonesia 86,21 6,09 5,86 1,84 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan: 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Catatan: 2Mengacu pada kondisi responden (Kepala Rumah Tangga atau Pasangannya)
Catatan: Disabiltas = sedang/berat
Catatan: Tidak disabilitas = tidak/ringan
Pembangunan
170Pembangunan
170| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.5.1 Persentase Rumah Tangga yang Terbebas dari Penyakit Kronis dan Disabilitas
Sedang Atau Berat Menurut Provinsi, 2014
Perkotaan
Keberadaan ART Penderita Penyakit Kronis/Disabilitas
Provinsi Tidak Kronis Total
Kronis dan
dan Kronis Disabiltas
Disabilitas
Disabilitas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 81,80 5,90 9,73 2,58 100,00
Sumatera Utara 85,26 6,50 5,58 2,66 100,00
Sumatera Barat 84,00 6,91 7,56 1,53 100,00
Riau 88,97 3,85 5,22 1,95 100,00
Jambi 89,73 4,49 4,09 1,68 100,00
Sumatera Selatan 80,65 12,49 5,04 1,81 100,00
Bengkulu 81,29 8,97 7,41 2,32 100,00
Lampung 89,87 4,64 3,49 1,99 100,00
Kep. Bangka Belitung 86,21 5,46 4,86 3,48 100,00
Kepulauan Riau 93,35 3,20 2,55 0,90 100,00
DKI Jakarta 89,82 4,68 2,95 2,55 100,00
Jawa Barat 86,94 7,06 4,45 1,55 100,00
Jawa Tengah 84,59 8,61 4,71 2,09 100,00
DI Yogyakarta 86,68 7,85 3,66 1,82 100,00
Jawa Timur 84,39 8,00 5,33 2,28 100,00
Banten 87,18 5,74 5,85 1,22 100,00
Bali 89,96 6,27 2,24 1,53 100,00
Nusa Tenggara Barat 84,13 7,53 5,73 2,61 100,00
Nusa Tenggara Timur 87,60 7,36 4,02 1,01 100,00
Kalimantan Barat 88,69 4,88 5,15 1,28 100,00
Kalimantan Tengah 82,64 7,57 6,23 3,56 100,00
Kalimantan Selatan 86,40 8,20 4,26 1,14 100,00
Kalimantan Timur 85,29 8,67 3,85 2,19 100,00
Kalimantan Utara1 na na na na na
Sulawesi Utara 84,09 10,06 4,32 1,53 100,00
Sulawesi Tengah 85,01 8,62 5,59 0,79 100,00
Sulawesi Selatan 86,10 5,77 6,07 2,06 100,00
Sulawesi Tenggara 89,12 6,03 4,38 0,47 100,00
Gorontalo 78,96 12,94 3,00 5,10 100,00
Sulawesi Barat 92,92 4,70 1,62 0,77 100,00
Maluku 84,01 1,95 9,14 4,90 100,00
Maluku Utara 88,84 3,21 6,94 1,01 100,00
Papua Barat 80,82 5,07 11,66 2,44 100,00
Papua 96,40 2,75 0,75 0,11 100,00
Indonesia 86,30 7,02 4,74 1,94 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan: 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Catatan: 2Mengacu pada kondisi responden (Kepala Rumah Tangga atau Pasangannya)
Catatan: Disabiltas = sedang/berat
Catatan: Tidak disabilitas = tidak/ringan
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016171
|171
Lampiran 5.5.2 Persentase Rumah Tangga yang Terbebas dari Penyakit Kronis dan Disabilitas
Sedang Atau Berat Menurut Provinsi, 2014
Perdesaan
Keberadaan ART Penderita Penyakit Kronis/Disabilitas
Provinsi Tidak Kronis Total
Kronis dan
dan Kronis Disabiltas
Disabilitas
Disabilitas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 78,53 3,88 13,62 3,96 100,00
Sumatera Utara 88,07 3,28 7,07 1,57 100,00
Sumatera Barat 81,11 4,72 12,10 2,08 100,00
Riau 89,12 3,51 6,35 1,02 100,00
Jambi 89,53 3,11 5,47 1,89 100,00
Sumatera Selatan 88,10 5,88 4,90 1,11 100,00
Bengkulu 82,26 5,28 9,53 2,94 100,00
Lampung 89,07 4,57 5,23 1,12 100,00
Kep. Bangka Belitung 89,73 4,77 4,54 0,96 100,00
Kepulauan Riau 84,32 5,28 7,62 2,78 100,00
DKI Jakarta na na na na na
Jawa Barat 83,44 6,75 7,67 2,14 100,00
Jawa Tengah 87,28 5,42 5,77 1,53 100,00
DI Yogyakarta 84,54 7,50 5,22 2,74 100,00
Jawa Timur 86,78 5,13 6,54 1,56 100,00
Banten 81,36 6,63 9,13 2,88 100,00
Bali 86,62 7,47 3,88 2,02 100,00
Nusa Tenggara Barat 82,98 7,43 7,48 2,12 100,00
Nusa Tenggara Timur 84,86 4,12 9,81 1,21 100,00
Kalimantan Barat 85,48 4,89 7,70 1,94 100,00
Kalimantan Tengah 86,34 5,17 6,53 1,96 100,00
Kalimantan Selatan 87,26 6,11 5,87 0,76 100,00
Kalimantan Timur 85,90 6,49 5,46 2,15 100,00
Kalimantan Utara1 na na na na na
Sulawesi Utara 83,32 6,30 7,52 2,86 100,00
Sulawesi Tengah 86,84 5,91 5,52 1,73 100,00
Sulawesi Selatan 84,82 3,85 9,51 1,82 100,00
Sulawesi Tenggara 89,28 2,91 6,13 1,68 100,00
Gorontalo 83,57 4,89 7,52 4,02 100,00
Sulawesi Barat 85,11 4,13 8,72 2,05 100,00
Maluku 91,28 2,77 5,31 0,64 100,00
Maluku Utara 87,18 2,84 8,56 1,42 100,00
Papua Barat 90,04 3,32 5,02 1,62 100,00
Papua 96,10 0,69 3,07 0,15 100,00
Indonesia 86,11 5,16 6,98 1,75 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan: 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Catatan: 2Mengacu pada kondisi responden (Kepala Rumah Tangga atau Pasangannya)
Catatan: Disabiltas = sedang/berat
Catatan: Tidak disabilitas = tidak/ringan
Pembangunan
172Pembangunan
172| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur
dan Tempat Tidur di Rumah, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur dan Tempat Tidur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016173
|173
Lampiran 5.6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur
dan Tempat Tidur di Rumah, 2015
Perkotaan
Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur dan Tempat Tidur
Pembangunan
174Pembangunan
174| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 5.6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur
dan Tempat Tidur di Rumah, 2015
Perdesaan
Keberadaan Lokasi Tetap untuk Tidur dan Tempat Tidur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016175
|175
Lampiran 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal yang Ditempati, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Status Kepemilikan Bangunan Tempat
Tinggal
Provinsi Total
Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri
(1) (2) (3) (4)
Aceh 82,36 17,64 100,00
Sumatera Utara 71,09 28,91 100,00
Sumatera Barat 74,13 25,87 100,00
Riau 71,56 28,44 100,00
Jambi 83,94 16,06 100,00
Sumatera Selatan 83,02 16,98 100,00
Bengkulu 85,52 14,48 100,00
Lampung 90,35 9,65 100,00
Kep. Bangka Belitung 87,85 12,15 100,00
Kepulauan Riau 67,67 32,33 100,00
DKI Jakarta 51,09 48,91 100,00
Jawa Barat 80,63 19,37 100,00
Jawa Tengah 90,93 9,07 100,00
DI Yogyakarta 76,99 23,01 100,00
Jawa Timur 90,46 9,54 100,00
Banten 80,94 19,06 100,00
Bali 77,31 22,69 100,00
Nusa Tenggara Barat 87,85 12,15 100,00
Nusa Tenggara Timur 88,52 11,48 100,00
Kalimantan Barat 90,07 9,93 100,00
Kalimantan Tengah 77,99 22,01 100,00
Kalimantan Selatan 79,22 20,78 100,00
Kalimantan Utara 72,69 27,31 100,00
Kalimantan Timur 74,77 25,23 100,00
Sulawesi Utara 80,44 19,56 100,00
Sulawesi Tengah 87,14 12,86 100,00
Sulawesi Selatan 86,85 13,15 100,00
Sulawesi Tenggara 86,47 13,53 100,00
Gorontalo 81,66 18,34 100,00
Sulawesi Barat 91,47 8,53 100,00
Maluku 81,51 18,49 100,00
Maluku Utara 87,84 12,16 100,00
Papua Barat 74,57 25,43 100,00
Papua 81,69 18,31 100,00
Indonesia 82,63 17,37 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
176Pembangunan
176| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 20162016
Lampiran 6.1.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal yang Ditempati, 2015
Perkotaan
Status Kepemilikan Bangunan Tempat
Tinggal
Provinsi Total
Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri
(1) (2) (3) (4)
Aceh 71,80 28,20 100,00
Sumatera Utara 64,72 35,28 100,00
Sumatera Barat 65,17 34,83 100,00
Riau 56,88 43,12 100,00
Jambi 73,60 26,40 100,00
Sumatera Selatan 71,36 28,64 100,00
Bengkulu 74,41 25,59 100,00
Lampung 80,55 19,45 100,00
Kep. Bangka Belitung 82,59 17,41 100,00
Kepulauan Riau 63,22 36,78 100,00
DKI Jakarta 51,09 48,91 100,00
Jawa Barat 74,72 25,28 100,00
Jawa Tengah 85,14 14,86 100,00
DI Yogyakarta 70,16 29,84 100,00
Jawa Timur 84,27 15,73 100,00
Banten 74,89 25,11 100,00
Bali 67,28 32,72 100,00
Nusa Tenggara Barat 81,89 18,11 100,00
Nusa Tenggara Timur 71,16 28,84 100,00
Kalimantan Barat 79,63 20,37 100,00
Kalimantan Tengah 70,53 29,47 100,00
Kalimantan Selatan 67,26 32,74 100,00
Kalimantan Utara 64,39 35,61 100,00
Kalimantan Timur 65,65 34,35 100,00
Sulawesi Utara 72,18 27,82 100,00
Sulawesi Tengah 71,57 28,43 100,00
Sulawesi Selatan 75,71 24,29 100,00
Sulawesi Tenggara 69,95 30,05 100,00
Gorontalo 72,94 27,06 100,00
Sulawesi Barat 83,58 16,42 100,00
Maluku 70,13 29,87 100,00
Maluku Utara 73,47 26,53 100,00
Papua Barat 56,66 43,34 100,00
Papua 54,36 45,64 100,00
Indonesia 73,87 26,13 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016177
|177
Lampiran 6.1.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal yang Ditempati, 2015
Perdesaan
Status Kepemilikan Bangunan Tempat
Tinggal
Provinsi Total
Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri
(1) (2) (3) (4)
Aceh 86,46 13,54 100,00
Sumatera Utara 77,17 22,83 100,00
Sumatera Barat 79,97 20,03 100,00
Riau 80,91 19,09 100,00
Jambi 88,14 11,86 100,00
Sumatera Selatan 89,05 10,95 100,00
Bengkulu 90,28 9,72 100,00
Lampung 93,52 6,48 100,00
Kep. Bangka Belitung 92,78 7,22 100,00
Kepulauan Riau 90,88 9,12 100,00
DKI Jakarta na na na
Jawa Barat 91,94 8,06 100,00
Jawa Tengah 95,72 4,28 100,00
DI Yogyakarta 91,70 8,30 100,00
Jawa Timur 96,01 3,99 100,00
Banten 94,06 5,94 100,00
Bali 93,59 6,41 100,00
Nusa Tenggara Barat 92,09 7,91 100,00
Nusa Tenggara Timur 93,00 7,00 100,00
Kalimantan Barat 94,43 5,57 100,00
Kalimantan Tengah 81,78 18,22 100,00
Kalimantan Selatan 88,08 11,92 100,00
Kalimantan Utara 86,65 13,35 100,00
Kalimantan Timur 85,85 14,15 100,00
Sulawesi Utara 87,48 12,52 100,00
Sulawesi Tengah 92,07 7,93 100,00
Sulawesi Selatan 93,20 6,80 100,00
Sulawesi Tenggara 93,16 6,84 100,00
Gorontalo 86,27 13,73 100,00
Sulawesi Barat 93,31 6,69 100,00
Maluku 89,06 10,94 100,00
Maluku Utara 93,27 6,73 100,00
Papua Barat 84,98 15,02 100,00
Papua 90,62 9,38 100,00
Indonesia 91,44 8,56 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
178 Pembangunan
178| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 20162016
Lampiran 6.2 Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi, 2015
2
Provinsi Kepadatan Penduduk per km
(1) (2)
Aceh 86
Sumatera Utara 191
Sumatera Barat 124
Riau 73
Jambi 68
Sumatera Selatan 88
Bengkulu 94
Lampung 234
Kep. Bangka Belitung 84
Kepulauan Riau 241
DKI Jakarta 15.328
Jawa Barat 1.320
Jawa Tengah 1.030
DI Yogyakarta 1.174
Jawa Timur 813
Banten 1.237
Bali 718
Nusa Tenggara Barat 260
Nusa Tenggara Timur 105
Kalimantan Barat 33
Kalimantan Tengah 16
Kalimantan Selatan 103
Kalimantan Timur 27
Kalimantan Utara 9
Sulawesi Utara 174
Sulawesi Tengah 47
Sulawesi Selatan 182
Sulawesi Tenggara 66
Gorontalo 101
Sulawesi Barat 76
Maluku 36
Maluku Utara 36
Papua Barat 9
Papua 10
Indonesia 134
Sumber : Publikasi Statistik Indonesia 2016
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016179
|179
Lampiran 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita
Per Bulan, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Per Bulan
Provinsi Total
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Pembangunan
180Pembangunan
180| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 6.3.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita
Per Bulan, 2015
Perkotaan
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Per Bulan
Provinsi Total
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Provinsi Total
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Pembangunan
182Pembangunan
182| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 6.4 Persentase Penduduk Miskin dan Besarnya Garis Kemiskinan Menurut
Provinsi dan Klasifikasi Wilayah, 2015
Perkotaan Perdesaan
Provinsi Penduduk Garis Penduduk Garis
Miskin Kemiskinan Miskin Kemiskinan
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 10,92 420.324 19,56 394.419
Sumatera Utara 10,51 379.898 11,06 352.637
Sumatera Barat 5,73 423.339 7,35 391.178
Riau 7,05 417.768 9,95 416.780
Jambi 12,11 423.855 7,82 329.895
Sumatera Selatan 12,51 378.739 14,47 319.994
Bengkulu 18,15 425.642 16,71 404.179
Lampung 9,25 386.728 15,05 346.088
Kep. Bangka Belitung 2,77 516.835 6,83 542.732
Kepulauan Riau 5,00 485.496 9,75 456.933
DKI Jakarta 3,61 503.038 na na
Jawa Barat 8,58 318.297 11,61 319.228
Jawa Tengah 11,50 308.163 14,86 310.295
DI Yogyakarta 11,93 359.470 15,62 324.386
Jawa Timur 8,41 314.320 15,84 318.443
Banten 5,11 365.672 7,12 336.592
Bali 4,52 341.554 6,42 314.218
Nusa Tenggara Barat 18,40 335.284 15,18 313.466
Nusa Tenggara Timur 9,41 374.355 25,89 290.363
Kalimantan Barat 6,00 347.516 9,51 337.288
Kalimantan Tengah 5,68 339.239 6,02 374.938
Kalimantan Selatan 4,27 371.793 5,06 352.972
Kalimantan Utara 3,73 504.551 10,13 476.614
Kalimantan Timur 3,68 505.262 9,67 477.645
Sulawesi Utara 5,26 302.378 12,10 311.068
Sulawesi Tengah 11,06 376.496 15,07 353.080
Sulawesi Selatan 4,93 274.140 13,22 254.524
Sulawesi Tenggara 7,84 282.230 16,12 264.371
Gorontalo 6,84 274.581 24,17 275.163
Sulawesi Barat 8,69 269.080 12,70 279.594
Maluku 7,83 404.929 26,70 405.502
Maluku Utara 2,61 378.538 7,57 356.325
Papua Barat 5,68 478.699 37,94 457.222
Papua 3,61 445.057 37,34 392.446
Indonesia 8,22 356.378 14,09 333.034
Sumber : BPS 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016 2016
Keluarga 183 |183
Lampiran 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-Rata Pengeluaran Per
Kapita Per Bulan, 2015
Perkotaan + Perdesaan
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Per Bulan
Provinsi Hampir Rentan Miskin Total
Miskin Tidak Miskin
Miskin Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 14,46 11,76 24,49 49,29 100,00
Sumatera Utara 8,01 9,83 17,24 64,92 100,00
Sumatera Barat 6,06 9,69 19,98 64,27 100,00
Riau 6,63 8,23 16,70 68,44 100,00
Jambi 6,99 9,06 16,45 67,50 100,00
Sumatera Selatan 12,03 10,56 17,81 59,60 100,00
Bengkulu 15,88 11,69 20,77 51,66 100,00
Lampung 12,59 11,88 21,66 53,88 100,00
Kep. Bangka Belitung 4,16 7,78 15,98 72,08 100,00
Kepulauan Riau 4,82 5,50 12,83 76,85 100,00
DKI Jakarta 3,02 6,26 10,27 80,44 100,00
Jawa Barat 8,16 8,31 15,24 68,30 100,00
Jawa Tengah 12,22 10,74 18,67 58,38 100,00
DI Yogyakarta 12,93 8,74 14,40 63,94 100,00
Jawa Timur 11,35 10,49 15,82 62,35 100,00
Banten 4,58 6,88 14,25 74,29 100,00
Bali 4,06 5,37 12,24 78,33 100,00
Nusa Tenggara Barat 15,10 10,84 20,50 53,56 100,00
Nusa Tenggara Timur 18,32 12,28 23,20 46,20 100,00
Kalimantan Barat 6,56 7,67 17,47 68,29 100,00
Kalimantan Tengah 4,54 6,64 13,99 74,83 100,00
Kalimantan Selatan 3,98 6,11 14,70 75,21 100,00
Kalimantan Timur 4,96 6,62 14,16 74,26 100,00
Kalimantan Utara 4,58 7,76 20,73 66,93 100,00
Sulawesi Utara 6,55 6,69 14,90 71,85 100,00
Sulawesi Tengah 11,78 11,11 17,87 59,24 100,00
Sulawesi Selatan 7,93 7,51 15,62 68,93 100,00
Sulawesi Tenggara 9,64 8,10 15,05 67,21 100,00
Gorontalo 15,06 9,43 14,78 60,73 100,00
Sulawesi Barat 10,19 10,01 17,71 62,09 100,00
Maluku 14,83 10,37 18,97 55,84 100,00
Maluku Utara 5,42 7,95 11,91 74,72 100,00
Papua Barat 21,31 9,54 11,35 57,80 100,00
Papua 22,97 10,02 16,92 50,09 100,00
Indonesia 9,60 9,23 16,52 64,64 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
184Pembangunan
184| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 6.5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-Rata Pengeluaran Per
Kapita Per Bulan, 2015
Perkotaan
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Per Bulan
Provinsi Hampir Rentan Miskin Total
Miskin Tidak Miskin
Miskin Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 9,62 9,70 17,03 63,65 100,00
Sumatera Utara 8,05 9,71 17,36 64,88 100,00
Sumatera Barat 4,55 8,01 13,86 73,58 100,00
Riau 5,08 6,76 13,51 74,65 100,00
Jambi 9,20 9,85 15,97 64,98 100,00
Sumatera Selatan 11,54 8,89 15,66 63,91 100,00
Bengkulu 16,60 11,01 12,75 59,64 100,00
Lampung 9,38 9,66 16,64 64,32 100,00
Kep. Bangka Belitung 2,19 5,51 14,32 77,98 100,00
Kepulauan Riau 4,25 5,06 11,44 79,24 100,00
DKI Jakarta 3,02 6,26 10,27 80,44 100,00
Jawa Barat 6,95 6,87 13,89 72,29 100,00
Jawa Tengah 10,61 9,47 14,75 65,17 100,00
DI Yogyakarta 11,34 7,07 11,88 69,71 100,00
Jawa Timur 7,60 7,92 14,77 69,71 100,00
Banten 3,76 5,63 12,49 78,12 100,00
Bali 3,62 4,45 11,52 80,42 100,00
Nusa Tenggara Barat 17,53 9,84 17,04 55,59 100,00
Nusa Tenggara Timur 8,58 7,79 12,50 71,13 100,00
Kalimantan Barat 4,37 6,22 11,39 78,02 100,00
Kalimantan Tengah 3,97 6,60 11,41 78,02 100,00
Kalimantan Selatan 3,02 4,08 13,99 78,92 100,00
Kalimantan Timur 3,29 5,19 12,98 78,54 100,00
Kalimantan Utara 2,51 5,40 18,83 73,27 100,00
Sulawesi Utara 3,64 5,43 11,52 79,41 100,00
Sulawesi Tengah 8,67 8,70 12,20 70,43 100,00
Sulawesi Selatan 3,91 5,16 13,16 77,77 100,00
Sulawesi Tenggara 4,50 4,59 12,78 78,13 100,00
Gorontalo 5,21 5,88 12,81 76,11 100,00
Sulawesi Barat 8,73 7,14 12,85 71,27 100,00
Maluku 5,87 6,33 10,81 76,99 100,00
Maluku Utara 2,64 3,28 13,32 80,76 100,00
Papua Barat 3,71 5,27 10,81 80,20 100,00
Papua 2,69 4,03 12,19 81,09 100,00
Indonesia 7,05 7,36 13,83 71,77 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016185
|185
Lampiran 6.5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Rata-Rata Pengeluaran Per
Kapita Per Bulan, 2015
Perdesaan
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Perkapita Per Bulan
Provinsi Hampir Rentan Miskin Total
Miskin Tidak Miskin
Miskin Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 16,34 12,56 27,39 43,71 100,00
Sumatera Utara 7,97 9,94 17,12 64,96 100,00
Sumatera Barat 7,04 10,78 23,97 58,21 100,00
Riau 7,62 9,18 18,73 64,48 100,00
Jambi 6,08 8,75 16,64 68,53 100,00
Sumatera Selatan 12,28 11,42 18,93 57,37 100,00
Bengkulu 15,57 11,98 24,20 48,24 100,00
Lampung 13,62 12,59 23,28 50,51 100,00
Kep. Bangka Belitung 6,00 9,92 17,53 66,56 100,00
Kepulauan Riau 7,76 7,76 20,11 64,36 100,00
DKI Jakarta na na na na na
Jawa Barat 10,46 11,06 17,83 60,66 100,00
Jawa Tengah 13,54 11,79 21,91 52,76 100,00
DI Yogyakarta 16,35 12,32 19,81 51,51 100,00
Jawa Timur 14,72 12,79 16,76 55,74 100,00
Banten 6,35 9,59 18,07 65,99 100,00
Bali 4,79 6,86 13,41 74,93 100,00
Nusa Tenggara Barat 13,38 11,55 22,97 52,11 100,00
Nusa Tenggara Timur 20,83 13,43 25,96 39,77 100,00
Kalimantan Barat 7,48 8,28 20,02 64,22 100,00
Kalimantan Tengah 4,82 6,66 15,31 73,21 100,00
Kalimantan Selatan 4,69 7,61 15,23 72,46 100,00
Kalimantan Timur 7,77 9,03 16,14 67,07 100,00
Kalimantan Utara 7,09 10,63 23,05 59,23 100,00
Sulawesi Utara 9,04 7,77 17,80 65,40 100,00
Sulawesi Tengah 12,77 11,87 19,66 55,70 100,00
Sulawesi Selatan 10,22 8,85 17,03 63,90 100,00
Sulawesi Tenggara 11,73 9,52 15,97 62,78 100,00
Gorontalo 20,27 11,30 15,83 52,60 100,00
Sulawesi Barat 10,53 10,68 18,84 59,95 100,00
Maluku 20,76 13,04 24,37 41,82 100,00
Maluku Utara 6,47 9,72 11,38 72,43 100,00
Papua Barat 31,54 12,03 11,66 44,77 100,00
Papua 29,59 11,98 18,46 39,97 100,00
Indonesia 12,18 11,11 19,24 57,47 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Pembangunan
186Pembangunan
186| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kecukupan Pendapatan Rumah
Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari, 2014
Perkotaan + Perdesaan
Kemampuan Mencukupi Kebutuhan Sehari-Hari
Provinsi Total
Lebih dari Cukup Cukup Kurang
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 5,62 52,51 41,87 100,00
Sumatera Utara 7,09 65,25 27,67 100,00
Sumatera Barat 11,54 60,43 28,03 100,00
Riau 11,65 67,25 21,10 100,00
Jambi 9,43 71,04 19,53 100,00
Sumatera Selatan 10,62 60,38 29,00 100,00
Bengkulu 6,93 59,04 34,03 100,00
Lampung 5,84 63,86 30,30 100,00
Kep. Bangka Belitung 6,99 75,29 17,72 100,00
Kepulauan Riau 13,31 71,48 15,21 100,00
DKI Jakarta 8,72 68,58 22,70 100,00
Jawa Barat 6,10 60,31 33,59 100,00
Jawa Tengah 7,75 60,92 31,32 100,00
DI Yogyakarta 7,89 64,89 27,22 100,00
Jawa Timur 9,16 61,29 29,56 100,00
Banten 6,31 60,08 33,61 100,00
Bali 11,25 63,03 25,72 100,00
Nusa Tenggara Barat 8,91 47,73 43,36 100,00
Nusa Tenggara Timur 4,94 55,07 39,99 100,00
Kalimantan Barat 8,91 65,86 25,23 100,00
Kalimantan Tengah 11,84 67,77 20,38 100,00
Kalimantan Selatan 11,47 68,96 19,57 100,00
Kalimantan Timur 14,59 70,00 15,41 100,00
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 9,36 67,86 22,78 100,00
Sulawesi Tengah 7,79 65,41 26,81 100,00
Sulawesi Selatan 11,25 60,60 28,15 100,00
Sulawesi Tenggara 11,09 59,36 29,55 100,00
Gorontalo 5,64 62,26 32,11 100,00
Sulawesi Barat 5,17 61,18 33,65 100,00
Maluku 9,20 59,45 31,36 100,00
Maluku Utara 10,38 65,37 24,25 100,00
Papua Barat 12,90 65,27 21,83 100,00
Papua 9,70 65,51 24,79 100,00
Indonesia 8,26 62,01 29,73 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016187
|187
Lampiran 6.6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kecukupan Pendapatan Rumah
Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari, 2014
Perkotaan
Kemampuan Mencukupi Kebutuhan Sehari-Hari
Provinsi Total
Lebih dari Cukup Cukup Kurang
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 7,61 61,17 31,22 100,00
Sumatera Utara 8,97 68,83 22,20 100,00
Sumatera Barat 16,15 63,35 20,49 100,00
Riau 13,56 68,80 17,64 100,00
Jambi 14,87 71,36 13,76 100,00
Sumatera Selatan 15,07 61,87 23,07 100,00
Bengkulu 12,67 66,42 20,91 100,00
Lampung 8,57 67,53 23,91 100,00
Kep. Bangka Belitung 7,61 76,13 16,26 100,00
Kepulauan Riau 14,63 71,13 14,24 100,00
DKI Jakarta 8,72 68,58 22,70 100,00
Jawa Barat 6,85 64,33 28,81 100,00
Jawa Tengah 10,34 62,29 27,37 100,00
DI Yogyakarta 7,29 67,20 25,51 100,00
Jawa Timur 11,62 63,40 24,98 100,00
Banten 7,48 65,46 27,05 100,00
Bali 13,57 67,34 19,08 100,00
Nusa Tenggara Barat 10,47 52,67 36,86 100,00
Nusa Tenggara Timur 10,12 59,30 30,58 100,00
Kalimantan Barat 16,49 63,28 20,23 100,00
Kalimantan Tengah 17,59 66,80 15,61 100,00
Kalimantan Selatan 13,50 67,41 19,09 100,00
Kalimantan Timur 14,60 71,96 13,44 100,00
Kalimantan Utara 0,00 0,00 0,00 na
Sulawesi Utara 13,15 70,53 16,32 100,00
Sulawesi Tengah 9,80 66,76 23,44 100,00
Sulawesi Selatan 14,45 63,42 22,13 100,00
Sulawesi Tenggara 17,21 51,38 31,40 100,00
Gorontalo 9,27 64,92 25,81 100,00
Sulawesi Barat 5,05 67,92 27,03 100,00
Maluku 9,73 60,35 29,92 100,00
Maluku Utara 12,22 71,63 16,15 100,00
Papua Barat 19,04 54,08 26,88 100,00
Papua 23,29 67,51 9,20 100,00
Indonesia 10,02 64,89 25,09 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan
188Pembangunan
188| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 6.6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kecukupan Pendapatan Rumah
Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari, 2014
Perdesaan
Kemampuan Mencukupi Kebutuhan Sehari-Hari
Provinsi Total
Lebih dari Cukup Cukup Kurang
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 4,85 49,16 45,98 100,00
Sumatera Utara 5,31 61,86 32,82 100,00
Sumatera Barat 8,67 58,62 32,71 100,00
Riau 10,45 66,28 23,26 100,00
Jambi 7,16 70,90 21,94 100,00
Sumatera Selatan 8,31 59,60 32,09 100,00
Bengkulu 4,38 55,76 39,86 100,00
Lampung 4,95 62,67 32,38 100,00
Kep. Bangka Belitung 6,36 74,46 19,18 100,00
Kepulauan Riau 6,05 73,42 20,53 100,00
DKI Jakarta na na na na
Jawa Barat 4,72 52,94 42,34 100,00
Jawa Tengah 5,67 59,82 34,52 100,00
DI Yogyakarta 9,17 59,94 30,89 100,00
Jawa Timur 7,02 59,45 33,53 100,00
Banten 3,61 47,67 48,72 100,00
Bali 7,49 56,04 36,46 100,00
Nusa Tenggara Barat 7,79 44,17 48,04 100,00
Nusa Tenggara Timur 3,68 54,04 42,28 100,00
Kalimantan Barat 5,73 66,95 27,33 100,00
Kalimantan Tengah 8,93 68,27 22,80 100,00
Kalimantan Selatan 10,02 70,07 19,92 100,00
Kalimantan Timur 14,57 66,83 18,60 100,00
Kalimantan Utara 0,00 0,00 0,00 na
Sulawesi Utara 6,24 65,65 28,12 100,00
Sulawesi Tengah 7,14 64,97 27,88 100,00
Sulawesi Selatan 9,44 59,00 31,56 100,00
Sulawesi Tenggara 8,69 62,49 28,83 100,00
Gorontalo 3,72 60,85 35,43 100,00
Sulawesi Barat 5,21 59,28 35,51 100,00
Maluku 8,84 58,83 32,33 100,00
Maluku Utara 9,67 62,97 27,36 100,00
Papua Barat 10,30 70,00 19,70 100,00
Papua 5,19 64,85 29,97 100,00
Indonesia 6,51 59,15 34,34 100,00
Sumber : SPTK 2014
Catatan : 1Data tidak tersedia, Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016189
|189
Lampiran 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Kelompok Pendapatan, dan Kecukupan
Pendapatan Rumah Tangga untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari, 2014
Pembangunan
190Pembangunan
190| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 6.7 (Sambungan)
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga2016
2016 191
|191
Lampiran 6.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Anggota Rumah
Tangga Umur 7-18 Tahun yang Bersekolah, 2015
Perkotaan + Perdesaan
SMP/Sederajat SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
Perkotaan + Perdesaan
Alasan
Tidak
Tidak
Provinsi Mengerjakan Menolak
Pergi Tanpa Membantah Mengurus Diduga
Pekerjaan Berhubungan
Pamit Suami Anak Dengan Selingkuh
Rumah Dengan Intim
Baik
Baik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 8,36 5,73 10,53 8,32 25,27 9,12
Sumatera Utara 5,05 4,04 7,34 7,02 25,96 6,85
Sumatera Barat 4,89 3,59 5,36 5,15 14,59 5,96
Riau 3,70 2,99 5,56 4,17 18,38 3,19
Jambi 4,29 3,94 6,78 5,44 20,79 4,00
Sumatera Selatan 9,75 7,00 9,67 8,84 28,97 6,57
Bengkulu 7,85 7,76 10,72 9,35 24,03 9,62
Lampung 7,92 6,21 11,62 9,47 29,97 9,26
Kep. Bangka Belitung 3,52 3,19 5,13 5,66 18,77 4,51
Kepulauan Riau 3,12 5,21 7,56 8,44 23,94 7,48
DKI Jakarta 2,90 2,25 6,49 4,85 13,62 5,22
Jawa Barat 5,24 3,53 6,94 5,75 20,43 5,80
Jawa Tengah 3,34 2,01 4,24 4,13 17,04 3,47
DI Yogyakarta 2,65 0,55 2,10 1,83 9,51 1,82
Jawa Timur 5,82 3,83 7,77 6,97 21,69 5,22
Banten 7,98 7,30 10,39 9,73 23,15 8,26
Bali 3,15 2,01 3,67 3,28 10,11 2,04
Nusa Tenggara Barat 14,91 10,35 16,30 14,81 49,92 14,57
Nusa Tenggara Timur 17,43 13,85 15,97 17,86 40,19 13,32
Kalimantan Barat 5,47 3,84 6,33 6,34 23,10 5,79
Kalimantan Tengah 4,89 4,99 7,06 7,27 17,57 4,72
Kalimantan Selatan 3,26 3,02 5,47 4,57 17,02 5,36
Kalimantan Timur 4,02 3,08 6,32 5,00 20,37 4,11
Kalimantan Utara na na na na na na
Sulawesi Utara 9,06 7,42 8,42 7,73 19,48 6,49
Sulawesi Tengah 11,20 7,30 11,42 9,99 34,22 8,43
Sulawesi Selatan 6,29 4,04 6,59 5,12 29,89 5,86
Sulawesi Tenggara 10,51 7,49 12,77 11,79 45,16 8,35
Gorontalo 6,77 5,27 7,79 6,13 31,42 6,12
Sulawesi Barat 8,28 6,88 8,90 10,44 37,18 6,91
Maluku 7,23 4,80 9,60 5,89 31,65 5,75
Maluku Utara 11,01 7,88 16,50 13,26 40,96 10,49
Papua Barat 11,21 10,44 19,12 13,69 39,40 7,11
Papua 27,47 24,14 32,77 31,48 55,09 27,37
Indonesia 6,07 4,43 7,76 6,91 22,68 6,12
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perkotaan
Alasan
Tidak
Tidak
Provinsi Mengerjakan Menolak
Pergi Tanpa Membantah Mengurus Diduga
Pekerjaan Berhubungan
Pamit Suami Anak Dengan Selingkuh
Rumah Dengan Intim
Baik
Baik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 8,42 6,41 11,23 8,82 25,11 9,55
Sumatera Utara 3,08 2,27 4,13 3,10 24,76 3,98
Sumatera Barat 2,45 1,64 3,54 2,66 8,05 5,20
Riau 1,42 1,38 2,88 2,16 14,23 1,88
Jambi 3,89 4,10 5,63 6,01 18,62 6,46
Sumatera Selatan 11,33 7,60 11,25 8,72 20,01 5,79
Bengkulu 4,34 5,52 6,61 7,86 20,70 4,42
Lampung 6,78 6,08 11,11 8,42 22,59 9,83
Kep. Bangka Belitung 3,38 4,11 4,79 6,03 19,51 5,66
Kepulauan Riau 3,07 5,45 7,58 9,30 24,79 7,80
DKI Jakarta 2,90 2,25 6,49 4,85 13,62 5,22
Jawa Barat 5,10 3,25 6,47 5,49 19,40 5,64
Jawa Tengah 2,84 1,70 3,39 4,07 15,30 2,83
DI Yogyakarta 3,20 0,43 1,65 1,56 10,18 1,07
Jawa Timur 4,61 2,52 5,60 5,16 17,09 3,93
Banten 8,08 7,38 10,79 10,11 22,08 7,77
Bali 3,43 1,97 4,05 3,36 12,59 2,16
Nusa Tenggara Barat 14,38 10,79 17,05 16,67 46,61 13,94
Nusa Tenggara Timur 7,19 5,88 7,39 6,79 28,06 2,93
Kalimantan Barat 8,75 4,04 6,95 7,64 18,60 7,13
Kalimantan Tengah 5,37 3,24 7,17 6,64 14,87 4,51
Kalimantan Selatan 4,01 3,75 4,18 4,40 16,56 6,95
Kalimantan Timur 3,28 2,19 6,02 3,75 18,45 2,11
Kalimantan Utara na na na na na na
Sulawesi Utara 6,12 5,62 7,50 6,55 14,89 4,63
Sulawesi Tengah 8,41 4,20 10,43 5,09 21,24 3,25
Sulawesi Selatan 6,60 4,22 5,52 4,86 24,24 5,79
Sulawesi Tenggara 5,86 3,72 7,12 6,53 30,62 6,49
Gorontalo 6,97 5,93 8,44 5,08 23,59 9,23
Sulawesi Barat 14,03 9,72 11,70 12,08 48,42 12,55
Maluku 5,15 2,78 6,31 3,40 23,17 2,07
Maluku Utara 5,45 2,79 7,03 4,90 40,06 4,65
Papua Barat 6,45 6,39 8,85 6,80 21,60 5,42
Papua 13,25 11,13 19,22 17,27 31,16 15,00
Indonesia 4,90 3,39 6,32 5,61 18,83 5,06
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perdesaan
Alasan
Tidak
Tidak
Provinsi Mengerjakan Menolak
Pergi Tanpa Membantah Mengurus Diduga
Pekerjaan Berhubungan
Pamit Suami Anak Dengan Selingkuh
Rumah Dengan Intim
Baik
Baik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 8,34 5,48 10,26 8,13 25,33 8,95
Sumatera Utara 6,91 5,71 10,37 10,72 27,09 9,56
Sumatera Barat 6,42 4,79 6,49 6,70 18,65 6,43
Riau 5,12 4,00 7,24 5,43 20,98 4,01
Jambi 4,46 3,88 7,25 5,20 21,69 2,98
Sumatera Selatan 8,92 6,69 8,84 8,90 33,64 6,97
Bengkulu 9,40 8,76 12,55 10,01 25,51 11,93
Lampung 8,30 6,25 11,79 9,82 32,38 9,07
Kep. Bangka Belitung 3,66 2,26 5,46 5,29 18,04 3,36
Kepulauan Riau 3,41 3,86 7,47 3,70 19,22 5,72
DKI Jakarta na na na na na na
Jawa Barat 5,48 4,05 7,81 6,24 22,30 6,09
Jawa Tengah 3,74 2,27 4,93 4,18 18,45 3,99
DI Yogyakarta 1,46 0,81 3,06 2,41 8,08 3,41
Jawa Timur 6,88 4,97 9,64 8,55 25,69 6,34
Banten 7,73 7,11 9,47 8,85 25,64 9,38
Bali 2,70 2,09 3,06 3,14 6,08 1,84
Nusa Tenggara Barat 15,29 10,04 15,77 13,47 52,31 15,03
Nusa Tenggara Timur 19,92 15,79 18,05 20,55 43,14 15,85
Kalimantan Barat 4,09 3,75 6,07 5,79 24,99 5,22
Kalimantan Tengah 4,65 5,87 7,00 7,59 18,94 4,83
Kalimantan Selatan 2,71 2,49 6,39 4,69 17,36 4,22
Kalimantan Timur 5,22 4,51 6,79 7,01 23,48 7,36
Kalimantan Utara na na na na na na
Sulawesi Utara 11,49 8,92 9,18 8,71 23,26 8,03
Sulawesi Tengah 12,09 8,30 11,73 11,56 38,38 10,09
Sulawesi Selatan 6,11 3,93 7,20 5,27 33,09 5,90
Sulawesi Tenggara 12,33 8,96 14,98 13,86 50,87 9,08
Gorontalo 6,66 4,93 7,44 6,68 35,56 4,48
Sulawesi Barat 6,66 6,08 8,11 9,98 34,01 5,32
Maluku 8,65 6,19 11,84 7,58 37,44 8,27
Maluku Utara 13,15 9,83 20,14 16,48 41,30 12,74
Papua Barat 13,23 12,16 23,46 16,61 46,95 7,82
Papua 32,19 28,46 37,27 36,20 63,04 31,48
Indonesia 7,22 5,46 9,18 8,20 26,50 7,17
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perkotaan + Perdesaan
Pendidikan KRT/Pasangan
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Provinsi
Tidak Tidak
Membenarkan Membenarkan
Membenarkan Membenarkan
(1) (8) (9) (10) (11)
Aceh 29,84 70,16 22,98 77,02
Sumatera Utara 27,28 72,72 28,99 71,01
Sumatera Barat 14,62 85,38 13,22 86,78
Riau 16,67 83,33 11,39 88,61
Jambi 28,58 71,42 35,44 64,56
Sumatera Selatan 27,54 72,46 24,47 75,53
Bengkulu 30,36 69,64 10,20 89,80
Lampung 33,19 66,81 28,90 71,10
Kep. Bangka Belitung 21,99 78,01 15,17 84,83
Kepulauan Riau 24,16 75,84 29,70 70,30
DKI Jakarta 17,36 82,64 15,51 84,49
Jawa Barat 21,11 78,89 15,26 84,74
Jawa Tengah 14,73 85,27 16,24 83,76
DI Yogyakarta 10,98 89,02 9,75 90,25
Jawa Timur 18,06 81,94 15,60 84,40
Banten 22,32 77,68 20,19 79,81
Bali 14,24 85,76 7,93 92,07
Nusa Tenggara Barat 50,66 49,34 41,22 58,78
Nusa Tenggara Timur 32,43 67,57 36,45 63,55
Kalimantan Barat 23,90 76,10 19,91 80,09
Kalimantan Tengah 17,76 82,24 11,25 88,75
Kalimantan Selatan 17,46 82,54 12,36 87,64
Kalimantan Timur 24,00 76,00 15,60 84,40
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 17,45 82,55 7,05 92,95
Sulawesi Tengah 30,78 69,22 21,85 78,15
Sulawesi Selatan 30,98 69,02 27,06 72,94
Sulawesi Tenggara 44,62 55,38 35,33 64,67
Gorontalo 24,86 75,14 34,14 65,86
Sulawesi Barat 51,63 48,37 36,02 63,98
Maluku 35,48 64,52 16,33 83,67
Maluku Utara 42,06 57,94 33,32 66,68
Papua Barat 37,68 62,32 32,40 67,60
Papua 45,15 54,85 33,51 66,49
Indonesia 22,27 77,73 18,86 81,14
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perkotaan
Pendidikan KRT/Pasangan
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Provinsi
Tidak Tidak
Membenarkan Membenarkan
Membenarkan Membenarkan
(1) (8) (9) (10) (11)
Aceh 30,93 69,07 23,54 76,46
Sumatera Utara 24,78 75,22 27,23 72,77
Sumatera Barat 7,33 92,67 9,07 90,93
Riau 13,77 86,23 7,11 92,89
Jambi 28,43 71,57 31,63 68,37
Sumatera Selatan 21,70 78,30 23,87 76,13
Bengkulu 30,52 69,48 11,45 88,55
Lampung 26,52 73,48 22,31 77,69
Kep. Bangka Belitung 25,32 74,68 15,83 84,17
Kepulauan Riau 24,53 75,47 28,59 71,41
DKI Jakarta 17,36 82,64 15,51 84,49
Jawa Barat 21,25 78,75 15,01 84,99
Jawa Tengah 12,90 87,10 11,18 88,82
DI Yogyakarta 10,66 89,34 9,82 90,18
Jawa Timur 16,85 83,15 13,31 86,69
Banten 22,95 77,05 21,38 78,62
Bali 16,79 83,21 7,39 92,61
Nusa Tenggara Barat 42,85 57,15 41,52 58,48
Nusa Tenggara Timur 23,45 76,55 38,08 61,92
Kalimantan Barat 23,10 76,90 13,85 86,15
Kalimantan Tengah 16,08 83,92 16,24 83,76
Kalimantan Selatan 18,19 81,81 12,91 87,09
Kalimantan Timur 23,64 76,36 16,73 83,27
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 14,12 85,88 5,70 94,30
Sulawesi Tengah 24,49 75,51 22,34 77,66
Sulawesi Selatan 25,88 74,12 26,01 73,99
Sulawesi Tenggara 35,40 64,60 23,99 76,01
Gorontalo 20,07 79,93 28,64 71,36
Sulawesi Barat 58,57 41,43 33,43 66,57
Maluku 31,90 68,10 14,41 85,59
Maluku Utara 38,81 61,19 20,93 79,07
Papua Barat 23,41 76,59 24,67 75,33
Papua 32,34 67,66 26,81 73,19
Indonesia 20,01 79,99 16,86 83,14
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perdesaan
Pendidikan KRT/Pasangan
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Provinsi
Tidak Tidak
Membenarkan Membenarkan
Membenarkan Membenarkan
(1) (8) (9) (10) (11)
Aceh 29,01 70,99 22,27 77,73
Sumatera Utara 31,34 68,66 33,57 66,43
Sumatera Barat 25,20 74,80 21,75 78,25
Riau 20,36 79,64 24,47 75,53
Jambi 28,72 71,28 41,80 58,20
Sumatera Selatan 36,33 63,67 26,44 73,56
Bengkulu 30,23 69,77 7,77 92,23
Lampung 37,42 62,58 36,46 63,54
Kep. Bangka Belitung 13,88 86,12 11,39 88,61
Kepulauan Riau 14,94 85,06 86,61 13,39
DKI Jakarta na na na na
Jawa Barat 19,98 80,02 17,81 82,19
Jawa Tengah 18,46 81,54 28,96 71,04
DI Yogyakarta 12,61 87,39 9,12 90,88
Jawa Timur 21,27 78,73 23,60 76,40
Banten 9,14 90,86 0,00 100,00
Bali 5,84 94,16 11,39 88,61
Nusa Tenggara Barat 60,66 39,34 40,79 59,21
Nusa Tenggara Timur 40,53 59,47 34,04 65,96
Kalimantan Barat 24,77 75,23 30,66 69,34
Kalimantan Tengah 19,89 80,11 5,51 94,49
Kalimantan Selatan 16,02 83,98 11,02 88,98
Kalimantan Timur 25,39 74,61 11,52 88,48
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 23,51 76,49 9,52 90,48
Sulawesi Tengah 34,39 65,61 21,09 78,91
Sulawesi Selatan 37,57 62,43 29,48 70,52
Sulawesi Tenggara 53,65 46,35 52,14 47,86
Gorontalo 29,71 70,29 43,76 56,24
Sulawesi Barat 47,69 52,31 38,06 61,94
Maluku 42,53 57,47 21,10 78,90
Maluku Utara 45,54 54,46 46,97 53,03
Papua Barat 48,30 51,70 38,08 61,92
Papua 58,60 41,40 50,94 49,06
Indonesia 28,06 71,94 26,36 73,64
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perkotaan + Perdesaan
Jenis Tindakan Kekerasan
Perkotaan
Jenis Tindakan Kekerasan
Perdesaan
Jenis Tindakan Kekerasan
Perkotaan + Perdesaan
Pendidikan KRT/Pasangan
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Provinsi Tidak Tidak
Menggunakan Menggunakan
Menggunakan Menggunakan
Kekerasan Kekerasan
Kekerasan Kekerasan
(1) (8) (9) (10) (11)
Aceh 43,09 56,91 43,09 56,91
Sumatera Utara 62,81 37,19 46,59 53,41
Sumatera Barat 48,11 51,89 36,16 63,84
Riau 64,16 35,84 51,97 48,03
Jambi 36,13 63,87 27,09 72,91
Sumatera Selatan 56,49 43,51 48,96 51,04
Bengkulu 55,76 44,24 45,61 54,39
Lampung 36,76 63,24 43,16 56,84
Kep. Bangka Belitung 55,46 44,54 34,74 65,26
Kepulauan Riau 37,09 62,91 38,07 61,93
DKI Jakarta 44,29 55,71 41,46 58,54
Jawa Barat 48,75 51,25 41,66 58,34
Jawa Tengah 50,60 49,40 40,93 59,07
DI Yogyakarta 42,06 57,94 30,90 69,10
Jawa Timur 50,80 49,20 46,51 53,49
Banten 48,45 51,55 37,83 62,17
Bali 56,65 43,35 39,91 60,09
Nusa Tenggara Barat 49,54 50,46 44,53 55,47
Nusa Tenggara Timur 69,19 30,81 69,97 30,03
Kalimantan Barat 58,99 41,01 53,70 46,30
Kalimantan Tengah 47,17 52,83 40,55 59,45
Kalimantan Selatan 48,03 51,97 34,46 65,54
Kalimantan Timur 50,20 49,80 42,61 57,39
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 66,94 33,06 65,70 34,30
Sulawesi Tengah 67,61 32,39 59,55 40,45
Sulawesi Selatan 60,77 39,23 45,90 54,10
Sulawesi Tenggara 65,64 34,36 61,29 38,71
Gorontalo 59,21 40,79 56,30 43,70
Sulawesi Barat 61,34 38,66 41,84 58,16
Maluku 74,77 25,23 72,33 27,67
Maluku Utara 67,68 32,32 69,43 30,57
Papua Barat 75,54 24,46 69,06 30,94
Papua 67,47 32,53 58,43 41,57
Indonesia 51,87 48,13 44,07 55,93
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perkotaan
Pendidikan KRT/Pasangan
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Provinsi Tidak Tidak
Menggunakan Menggunakan
Menggunakan Menggunakan
Kekerasan Kekerasan
Kekerasan Kekerasan
(1) (8) (9) (10) (11)
Aceh 41,64 58,36 37,98 62,02
Sumatera Utara 57,58 42,42 41,42 58,58
Sumatera Barat 46,14 53,86 30,17 69,83
Riau 60,76 39,24 50,55 49,45
Jambi 33,96 66,04 24,06 75,94
Sumatera Selatan 60,86 39,14 51,15 48,85
Bengkulu 49,10 50,90 35,38 64,62
Lampung 30,74 69,26 25,83 74,17
Kep. Bangka Belitung 52,11 47,89 35,78 64,22
Kepulauan Riau 35,74 64,26 37,76 62,24
DKI Jakarta 44,29 55,71 41,46 58,54
Jawa Barat 47,98 52,02 41,57 58,43
Jawa Tengah 49,71 50,29 40,60 59,40
DI Yogyakarta 44,24 55,76 32,08 67,92
Jawa Timur 49,79 50,21 46,50 53,50
Banten 46,80 53,20 39,09 60,91
Bali 57,19 42,81 37,22 62,78
Nusa Tenggara Barat 49,26 50,74 35,56 64,44
Nusa Tenggara Timur 63,10 36,90 61,18 38,82
Kalimantan Barat 50,78 49,22 42,37 57,63
Kalimantan Tengah 45,27 54,73 44,91 55,09
Kalimantan Selatan 49,93 50,07 33,70 66,30
Kalimantan Timur 48,53 51,47 32,99 67,01
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 55,91 44,09 70,34 29,66
Sulawesi Tengah 57,11 42,89 65,99 34,01
Sulawesi Selatan 53,53 46,47 45,46 54,54
Sulawesi Tenggara 66,23 33,77 67,86 32,14
Gorontalo 47,73 52,27 47,77 52,23
Sulawesi Barat 76,25 23,75 52,69 47,31
Maluku 72,16 27,84 76,27 23,73
Maluku Utara 51,86 48,14 72,47 27,53
Papua Barat 79,86 20,14 78,04 21,96
Papua 66,70 33,30 52,40 47,60
Indonesia 49,47 50,53 42,22 57,78
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perdesaan
Pendidikan KRT/Pasangan
SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi
Provinsi Tidak Tidak
Menggunakan Menggunakan
Menggunakan Menggunakan
Kekerasan Kekerasan
Kekerasan Kekerasan
(1) (8) (9) (10) (11)
Aceh 43,91 56,09 49,11 50,89
Sumatera Utara 69,50 30,50 57,46 42,54
Sumatera Barat 50,56 49,44 45,20 54,80
Riau 67,33 32,67 54,83 45,17
Jambi 37,94 62,06 32,23 67,77
Sumatera Selatan 50,70 49,30 43,60 56,40
Bengkulu 60,05 39,95 68,42 31,58
Lampung 39,89 60,11 58,21 41,79
Kep. Bangka Belitung 62,69 37,31 29,51 70,49
Kepulauan Riau 62,45 37,55 49,24 50,76
DKI Jakarta na na na na
Jawa Barat 53,29 46,71 42,48 57,52
Jawa Tengah 52,14 47,86 41,85 58,15
DI Yogyakarta 36,33 63,67 17,88 82,12
Jawa Timur 52,96 47,04 46,56 53,44
Banten 78,27 21,73 23,04 76,96
Bali 55,21 44,79 55,21 44,79
Nusa Tenggara Barat 49,82 50,18 53,96 46,04
Nusa Tenggara Timur 73,21 26,79 79,61 20,39
Kalimantan Barat 66,66 33,34 75,53 24,47
Kalimantan Tengah 49,49 50,51 36,55 63,45
Kalimantan Selatan 44,30 55,70 36,19 63,81
Kalimantan Timur 55,20 44,80 66,75 33,25
Kalimantan Utara na na na na
Sulawesi Utara 79,99 20,01 59,20 40,80
Sulawesi Tengah 71,41 28,59 52,18 47,82
Sulawesi Selatan 68,65 31,35 46,67 53,33
Sulawesi Tenggara 65,19 34,81 54,24 45,76
Gorontalo 66,76 33,24 66,02 33,98
Sulawesi Barat 53,88 46,12 35,51 64,49
Maluku 77,97 22,03 64,94 35,06
Maluku Utara 79,01 20,99 66,38 33,62
Papua Barat 72,32 27,68 61,52 38,48
Papua 68,12 31,88 73,92 26,08
Indonesia 56,76 43,24 49,93 50,07
Sumber : Susenas Modul Hansos 2014
Perkotaan + Perdesaan
Rumah Tangga Jenis Tindak Pidana
yang Menjadi Pencurian
Provinsi
Korban Tindak Pencurian Penganiayaan dengan Pelecehan Lainnya
Pidana Seksual
Kekerasan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aceh 2,44 2,14 0,04 0,03 0,00 0,25
Sumatera Utara 3,13 2,80 0,09 0,07 0,05 0,33
Sumatera Barat 2,90 2,39 0,24 0,08 0,09 0,45
Riau 3,94 3,50 0,11 0,09 0,03 0,42
Jambi 3,58 3,16 0,05 0,12 0,00 0,40
Sumatera Selatan 4,81 4,25 0,09 0,24 0,01 0,28
Bengkulu 4,69 4,21 0,20 0,12 0,00 0,19
Lampung 4,53 3,74 0,15 0,17 0,00 0,64
Kep. Bangka Belitung 3,61 3,05 0,15 0,17 0,08 0,56
Kepulauan Riau 2,57 2,23 0,14 0,00 0,00 0,22
DKI Jakarta 4,44 3,59 0,09 0,13 0,06 0,81
Jawa Barat 3,37 2,81 0,10 0,06 0,02 0,53
Jawa Tengah 3,08 2,35 0,12 0,09 0,02 0,61
DI Yogyakarta 4,35 3,30 0,17 0,11 0,00 0,77
Jawa Timur 3,23 2,66 0,06 0,07 0,04 0,53
Banten 3,58 3,07 0,03 0,09 0,01 0,49
Bali 2,49 2,14 0,02 0,10 0,02 0,33
Nusa Tenggara Barat 5,82 5,24 0,11 0,21 0,05 0,56
Nusa Tenggara Timur 3,94 3,53 0,27 0,08 0,08 0,21
Kalimantan Barat 2,20 2,04 0,00 0,00 0,00 0,19
Kalimantan Tengah 2,36 2,02 0,04 0,03 0,02 0,37
Kalimantan Selatan 3,27 2,85 0,05 0,06 0,04 0,34
Kalimantan Timur 2,14 1,83 0,05 0,05 0,00 0,21
Kalimantan Utara 3,41 3,05 0,16 0,00 0,00 0,34
Sulawesi Utara 4,07 3,59 0,30 0,05 0,02 0,18
Sulawesi Tengah 4,75 4,30 0,08 0,00 0,02 0,45
Sulawesi Selatan 3,27 2,83 0,20 0,11 0,04 0,36
Sulawesi Tenggara 4,56 3,84 0,37 0,02 0,00 0,38
Gorontalo 3,86 3,38 0,30 0,00 0,02 0,29
Sulawesi Barat 2,47 2,27 0,05 0,00 0,00 0,15
Maluku 3,92 2,99 0,42 0,00 0,01 0,55
Maluku Utara 2,75 2,55 0,10 0,03 0,01 0,15
Papua Barat 4,67 3,94 0,55 0,07 0,15 0,28
Papua 4,42 3,91 0,33 0,22 0,00 0,37
Indonesia 3,48 2,92 0,11 0,09 0,03 0,49
Sumber: Susenas KOR 2015
Perkotaan + Perdesaan
Lansia
Rumah Tangga yang
Provinsi Ada, Tinggal Ada, Tinggal Total
Terdapat Lansia
Sendirian Bersama ART Lain
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 21,60 17,15 82,85 100,00
Sumatera Utara 22,07 13,92 86,08 100,00
Sumatera Barat 28,55 12,76 87,24 100,00
Riau 15,61 8,62 91,38 100,00
Jambi 19,73 9,21 90,79 100,00
Sumatera Selatan 21,56 7,20 92,80 100,00
Bengkulu 19,57 11,54 88,46 100,00
Lampung 23,30 8,47 91,53 100,00
Kep. Bangka Belitung 20,05 13,01 86,99 100,00
Kepulauan Riau 11,51 10,59 89,41 100,00
DKI Jakarta 18,99 6,52 93,48 100,00
Jawa Barat 22,95 16,76 83,24 100,00
Jawa Tengah 33,02 13,36 86,64 100,00
DI Yogyakarta 32,82 15,99 84,01 100,00
Jawa Timur 32,31 13,52 86,48 100,00
Banten 17,45 8,93 91,07 100,00
Bali 28,22 7,91 92,09 100,00
Nusa Tenggara Barat 21,08 13,38 86,62 100,00
Nusa Tenggara Timur 26,87 7,52 92,48 100,00
Kalimantan Barat 21,97 7,36 92,64 100,00
Kalimantan Tengah 15,65 10,44 89,56 100,00
Kalimantan Selatan 19,19 13,67 86,33 100,00
Kalimantan Timur 15,92 7,30 92,70 100,00
Kalimantan Utara 17,68 7,51 92,49 100,00
Sulawesi Utara 28,14 8,67 91,33 100,00
Sulawesi Tengah 23,42 7,59 92,41 100,00
Sulawesi Selatan 29,14 8,48 91,52 100,00
Sulawesi Tenggara 21,53 10,27 89,73 100,00
Gorontalo 22,04 7,94 92,06 100,00
Sulawesi Barat 21,56 9,42 90,58 100,00
Maluku 23,70 7,24 92,76 100,00
Maluku Utara 20,17 6,09 93,91 100,00
Papua Barat 13,63 6,02 93,98 100,00
Papua 8,11 6,06 93,94 100,00
Indonesia 25,14 12,55 87,45 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Perkotaan
Lansia
Rumah Tangga yang
Provinsi Ada, Tinggal Ada, Tinggal Total
Terdapat Lansia
Sendirian Bersama ART Lain
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 19,54 10,91 89,09 100,00
Sumatera Utara 21,93 10,14 89,86 100,00
Sumatera Barat 25,63 8,98 91,02 100,00
Riau 14,85 6,05 93,95 100,00
Jambi 21,49 6,41 93,59 100,00
Sumatera Selatan 22,25 5,21 94,79 100,00
Bengkulu 17,04 8,71 91,29 100,00
Lampung 22,19 6,71 93,29 100,00
Kep. Bangka Belitung 21,04 9,52 90,48 100,00
Kepulauan Riau 10,15 6,42 93,58 100,00
DKI Jakarta 18,99 6,52 93,48 100,00
Jawa Barat 21,61 14,10 85,90 100,00
Jawa Tengah 32,09 13,70 86,30 100,00
DI Yogyakarta 28,20 18,03 81,97 100,00
Jawa Timur 30,28 11,87 88,13 100,00
Banten 15,71 5,91 94,09 100,00
Bali 24,18 4,85 95,15 100,00
Nusa Tenggara Barat 21,30 13,22 86,78 100,00
Nusa Tenggara Timur 23,23 5,50 94,50 100,00
Kalimantan Barat 23,56 6,42 93,58 100,00
Kalimantan Tengah 14,98 6,87 93,13 100,00
Kalimantan Selatan 17,82 10,32 89,68 100,00
Kalimantan Timur 15,81 4,71 95,29 100,00
Kalimantan Utara 17,60 7,37 92,63 100,00
Sulawesi Utara 27,08 8,19 91,81 100,00
Sulawesi Tengah 22,20 7,07 92,93 100,00
Sulawesi Selatan 26,13 6,47 93,53 100,00
Sulawesi Tenggara 18,33 7,32 92,68 100,00
Gorontalo 22,47 8,04 91,96 100,00
Sulawesi Barat 25,08 8,55 91,45 100,00
Maluku 22,03 5,69 94,31 100,00
Maluku Utara 19,60 3,07 96,93 100,00
Papua Barat 13,39 2,40 97,60 100,00
Papua 13,02 2,95 97,05 100,00
Indonesia 23,55 11,14 88,86 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Perdesaan
Lansia
Rumah Tangga yang
Provinsi Ada, Tinggal Ada, Tinggal Total
Terdapat Lansia
Sendirian Bersama ART Lain
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 22,40 19,26 80,74 100,00
Sumatera Utara 22,22 17,49 82,51 100,00
Sumatera Barat 30,45 14,83 85,17 100,00
Riau 16,10 10,13 89,87 100,00
Jambi 19,01 10,50 89,50 100,00
Sumatera Selatan 21,20 8,29 91,71 100,00
Bengkulu 20,65 12,54 87,46 100,00
Lampung 23,65 9,00 91,00 100,00
Kep. Bangka Belitung 19,13 16,62 83,38 100,00
Kepulauan Riau 18,58 22,49 77,51 100,00
DKI Jakarta na na na na
Jawa Barat 25,52 21,08 78,92 100,00
Jawa Tengah 33,78 13,10 86,90 100,00
DI Yogyakarta 42,78 13,10 86,90 100,00
Jawa Timur 34,13 14,84 85,16 100,00
Banten 21,22 13,79 86,21 100,00
Bali 34,77 11,38 88,62 100,00
Nusa Tenggara Barat 20,92 13,50 86,50 100,00
Nusa Tenggara Timur 27,81 7,95 92,05 100,00
Kalimantan Barat 21,31 7,79 92,21 100,00
Kalimantan Tengah 16,00 12,13 87,87 100,00
Kalimantan Selatan 20,22 15,86 84,14 100,00
Kalimantan Timur 16,11 11,58 88,42 100,00
Kalimantan Utara 17,77 7,67 92,33 100,00
Sulawesi Utara 29,04 9,05 90,95 100,00
Sulawesi Tengah 23,81 7,74 92,26 100,00
Sulawesi Selatan 30,86 9,45 90,55 100,00
Sulawesi Tenggara 22,83 11,23 88,77 100,00
Gorontalo 21,81 7,89 92,11 100,00
Sulawesi Barat 20,74 9,66 90,34 100,00
Maluku 24,81 8,15 91,85 100,00
Maluku Utara 20,38 7,19 92,81 100,00
Papua Barat 13,77 8,07 91,93 100,00
Papua 6,51 8,08 91,92 100,00
Indonesia 26,75 13,80 86,20 100,00
Sumber : Susenas KOR 2015
Klasifikasi Wilayah
Klasifikasi Wilayah
Pembangunan
248Pembangunan
248| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Frekuensi Partisipasi Kegiatan Sosial
Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014
Perkotaan + Perdesaan
Pembangunan
250Pembangunan
250| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 8.3.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Frekuensi Partisipasi Kegiatan Sosial
Kemasyarakatan di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014
Perdesaan
Pembangunan
252Pembangunan
252| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 8.4.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Frekuensi Partisipasi Kegiatan Keagamaan di
Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014
Perkotaan
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Keluarga
Ketahanan 2016
Keluarga 2016253
|253
Lampiran 8.4.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Frekuensi Partisipasi Kegiatan Keagamaan di
Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal, 2014
Perdesaan
Pembangunan
254Pembangunan
254| Ketahanan
Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016 2016
Lampiran 9 Intrumen Analytic Hierarchy Process (AHP)
KEMENTERIAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
REPUBLIK INDONESIA
No: …
Pembangunan Ketahanan
Pembangunan Ketahanan Keluarga
Keluarga 2016
2016 | 255255
256 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Pembangunan Ketahanan Keluarga
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 257
3
258 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
4
260 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Pembangunan Ketahanan Keluarga
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 261
262 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Pembangunan Ketahanan Keluarga
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 263
264 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Pembangunan Ketahanan Keluarga
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 265
266 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016
Pembangunan Ketahanan Keluarga
Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016 | 267
268 | Pembangunan
Pembangunan Ketahanan
KetahananKeluarga
Keluarga 2016
2016