Zaman yang kini berasumsi dari berita bohong (Hoax) mengajak santri
berbondong-bondong untuk membenarkan melalui cara berceramah,
menulis, tabayun, media Islam dan menyebarkan kebenaran. Banyak para
da’i dan ulama yang menyuarakan kebenaran guna mensosialisasikan nilai
kebenaran yang sering kali disalahgunakan oleh orang yang tidak
mempunyai tanggung jawab akan perbuatannya.
1
"Santri ~ Kateglo". kateglo.com. Diakses tanggal 3 Agustus 2017
2
Ferry Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 313.
1
Pemainan kata yang sering kali mengada-ngada mengajak kita untuk
percaya dengan hal yang yang jauh dari doktrin syari’at yang dibawa oleh
Rosulullah.
Dewasa ini yang sering kali menjadi diskursus dalam karakteristik negara
yang berperadaban tidak lepas dari ideologi agama yang memicu destinasi
perkembangan bernegara. Hal ini menjadi disiplin ilmu untuk membentuk
tatanan kemanusiaan lebih baik. Di antara yang terpenting adalah akhlak
yang kerap kali diperbincangkan dalam moderasi Islam. Mereposisi
keberadaan akhlak di era digital searah dengan ‘arifan fi zamanihi
(bijaksana dalam zaman ini) turunnya agama Islam jauh berbeda. Mengingat
bagaimana terwujudnya peradaban Islam menjadi tolak ukur utama dalam
Islam bermoderasi.
2
Moderasi Islam ini tercermin dalam seluruh ajarannya. Misalnya dalam
bidang Akidah, ajaran Islam sesuai dengan fitrah kemanusiaan, berada di
tengah antara mereka yang tunduk pada khurafat dan mitos, dan mereka
yang mengingkari segala sesuatu yang berwujud metafisik. Selain mengajak
beriman kepada yang ghaib, Islam pun mengajak akal manusia untuk
membuktikan ajarannya secara rasional.
3
SDM yang di negeri ini.
4
banyak mempertahankan tradisi salafnya dengan berpegangan pada
ungkapan "Al-muhafazhah alal qadimis shalih, wal akhdzu bil jadidil
ashlah", mempertahankan tradisi lama yang baik, dan mengambil yang baru
yang dianggap lebih baik. Sehingga saat ini sudah banyak sekali ulama'
pesantren yang juga ilmuan.
PERMASALAHAN PESANTREN
Dari dunia luar, pesantren memiliki potret yang tidak tampaknya cukup
memprihatinkan. Dan potret inilah yang kadang menghalagi banyak orang
untuk masuk pesantren. Seperti banyak orang luar menganggap pesantren
itu ketinggalan zaman, pesantren itu kumuh, santrinya kudisan,
pengelolanya tidak profesional, dan SDM nya tidak terpenuhi. Potret yang
demikian mungkin sudah yang perlahan tidak ada, namun kemungkinan
besar masih sangat banyak - mengingat penulis saat ini masih aktif menjadi
santri.
5
PMA, 13/2014, SK Dirjen Pendis 5877/2014, yang kesemuanya merupakan
dukungan pemerintah untuk memberikan dukungan bagi pesantren.
3
Allah tidak saja memberikan panduan hidup—seperti al-Qur’an untuk umat Nabi
Muhammad Saw—kepada salah satu agama yang diturunkan-Nya, melainkan wahyu Allah
Swt juga pernah diturunkan kepada umat-umat sebelumnya oleh nabi-nabi lainnya. Lihat
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, terj. Nawawi Rambe (Jakarta: Wijaya, t.t.),
hlm. 27.
4
Keuniversalan al-Qur’an dinyatakan melalui wahyu Tuhan dalam al-Qur’an, yaitu: Qs. al-
Baqarah/2: 213 dan 135-136, Qs. Ali Imrȃn/3: 96, Qs. al-Nisȃ’/4: 125, Qs. al-An’âm/7:
161, Qs. Yûnus/10: 19, Qs. al-Nahl/16: 123, Qs. al-Hajj/22: 78.
6
di dunia pendidikan yang memang mempunyai latar balakang kajian Islam
yang kuat, seperti pesantren dan lembaga Islam lainnya.
Islam yang juga berbicara di dunia moderat ini mengajak kita untuk
mereposisi pesantren untuk juga turut membicarakan problematika yang
biasa disebut dengan berita bohong (Hoax) yang saat ini sudah biasa
menggrogoti pemikiran awam melalui pembicara handal yakni santri yang
mempuni di bidang spiritual dan intelektual.
7
menerima panas matahari waktu siang, mudah menerima air saat hujan
melanda.
Memiliki pemikiran yang cerdas dan mental yang kuat tidak bisa
menguatkan diri tanpa adanya ideologi spiritual, guna menaungi dan
menfilter paham-paham yang jauh dari nilai kemanusiaan yang saling tolong
menolong antar sesama. Sehingga, banyak sekali kita temukan pemikir
cerdas dengan olah mental yang hebat, namun ia tidak memiliki penutup
untuk memanfaatkan secara baik, maka timbullah berbagai penyalahgunaan
pemikiran dikarenakan faktor lemahnya penutup untuk memfilter segala
aspirasi pikir melalui nilai spiritualnya.
Oleh karena itu intelektual dan emosional tidak cukup jika hanya
mengandalkan dua skill tersebut, butuh namanya spiritual guna menguatkan
pemikiran yang juga dibangun oleh perasaan. Begitulah yang dapat kita
jadikan unsur utama dalam dunia belajar santri. Santri tidak hanya spiritual
yang dihandalkan nilai intelektual juga ditopang di dunia pesantren, begitu
pula emosionalnya.
8
Nahdlatul Ulama).5 Konsep ini yang menjadi mobilisasi dalam membentuk
Negara yang progresif tanpa mengedepankan pendapat probadi. Melainkan
juga memerankan kaidah-kaidah spiritual.
5
Naskah ini merupakan pidato pengukuhan Doktor Honoris Causa (Dr.
HC) dalam Peradaban Islam yang disampaikan di hadapan rapat terbuka Senat Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, pada tanggal 02 Desember 2006.