Anda di halaman 1dari 35

33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografis

Kecamatan Mendahara merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak antara 0 052’ – 1027’Lintang

Selatan dan 102018’ – 103025’ Bujur Timur. Kecamatan Mendahara merupakan

daerah pesisir dengan kondisi umum dataran rendah dan rawa-rawa. Luas wilayah

911,50 km2 atau 16,74% dari luas Kabupaten Tanjung Jabung Timur

denganketinggian 2-5 m di atas permukaan laut. Kecamatan Mendahara terdiri

dari 1 kelurahan dan 8 desa dengan batas wilayah :

- Sebelah Utara : Laut Cina Selatan

- Sebelah Timur : Kecamatan Kuala Jambi dan Kecamatan Geragai

- Sebelah Selatan : Kecamatan Mendahara Ulu

- Sebelah Barat : Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Jarak antara ibukota kecamatan yaitu Mendahara Ilir ke ibukota kabupaten

yaitu Muara Sabak yaitu 47 km. Desa yang menjadi fokus penelitian adalah Desa

Sungai Tawar dan Desa Merbau. Pada umumnya alat transportasi yang digunakan

menuju Desa Sungai Tawar dan Desa Merbau yaitu kapal (sering disebut

pompong).

4.1.2.Penduduk

Penduduk merupakan orang yang tinggal di suatu daerah dan memiliki

potensi yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan daerah tersebut, karena

penduduk merupakan sumber daya manusia yang berfungsi sebagai pengelola

sumber daya alam yang dimiliki. Jumlah penduduk di Kecamatan Mendahara


34

pada tahun 2017 tercatat sebanyak 26.243 jiwa yaitu laki-laki 13.405 jiwa dan

perempuan 12.838 jiwa.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan


Mendahara Tahun 2017

Kelurahan/Desa Jenis Kelamin (Orang) Jumlah (Orang)


Laki-laki Perempuan
Mendahara Ilir 3.584 3.514 7.098
Mendahara Tengah 1.982 1.929 3.911
Pangkal Duri 1.487 1.387 2.874
Lagan Ilir 833 784 1.617
Bhakti Idaman 1.335 1.248 2.583
Merbau 1.444 1.397 2.841
Sungai Tawar 1.351 1.287 2.638
Sinar Kalimantan 615 546 1.161
Pangkal Duri Ilir 774 746 1.520
Jumlah 13.405 12.838 26.243
Sumber : Monografi Kecamatan Mendahara, 2018

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa persebaran penduduk menurut

jenis kelamin di Kecamatan Mendahara beragam pada setiap desanya, dimana

jumlah laki-laki lebih banyak 2,2% dibandingkan jumlah perempuan. Penduduk

Kecamatan Mendahara mayoritas adalalah suku Bugis, Jawa dan Banjar, dimana

masyarakat dalam kesehariannya menggunakan bahasa suku masing-masing

dalam berkomunikasi. Masyarakat Mendahara memiliki sifat gotong royong yang

masih tinggi. Hal ini terlihat dari kehidupan mereka dalam memperbaiki

infrastruktur jalan, acara-acara dan dalam berusaha tani.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Kecamatan Mendahara memiliki beberapa sarana penunjang seperti sarana

pendidikan, kesehatan dan transportasi. Sarana pendidikan merupakan sarana

penunjang yang mutlak harus disediakan oleh pemerintah sebagai wadah untuk

tempat mencari ilmu, mencerdaskan anak bangsa dan sebagai proses

pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sarana pendidikan di


35

Kecamatan Mendahara yaitu Sekolah Dasar (SD) 19 unit, Madrasah Ibtidaiyah 11

unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4 unit, Madrasah Tsanawiyah 3 unit,

Sekolah Menengah Umum (SMU) 3 unit, Madrasah Aliyah 4 unit. Adapun sarana

kesehatan juga merupakan sarana yang wajib disediakan oleh pemerintah untuk

mendukung kesehatan masyarakat. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan

Mendahara yaitu 1 unit Puskesmas, 6 unit Puskesmas Pembantu, dan2 unit

Polindes.

Sarana yang tidak kalah penting adalah sarana transportasi yang merupakan

salah satu penunjang pengembangan perekonomian suatu daerah karena dengan

semakin baiknya sarana dan prasarana transportasi ke suatu daerah maka akan

mempermudah akses bagi orang-orang atau pihak yang ingin melakukan kegiatan

usaha di daerah tersebut. Transportasi merupakan urat nadi perekonomian daerah

dan merupakan salah satu faktor strategis dalam menciptakan daerah yang

dinamis dan efektif. Transportasi yang dimaksud disini adalah untuk mengangkut

hasil kebun warga dan juga sebagai sarana dalam menunjang kebutuhan

usahataninya. Sarana transportasi yang digunakan di Kecamatan Mendahara yaitu

mobil, sepeda motor dan kapal/sampan. Kondisi jalan masih tergolong buruk

karena adanya jalan menuju beberapa desa masih jalan tanah, dan apabila musim

hujan tidak dapat dilalui. Dengan kondisi jalan yang seperti ini maka akan

memperlambat dalam melakukan aktivitas perekonomian khususnya akses

pemasaran hasil pertanian.


36

4.1.4. Keadaan Kelompok Tani

Kecamatan Mendahara memiliki 73 kelompok tani pada tahun 2018, namun

setelah didata ulang pada tahun 2019 dan diperbaharui menjadi 97 kelompok tani

yang terdapat di 9 desa. Hal ini terjadi karena semua petani di daerah tersebut

didaftarkan secara otomatis menjadi anggota kelompok tani dan mendirikan

kelompok tani yang baru. Desa yang menjadi tempat penelitian yaitu Desa Sungai

Tawar dan Desa Merbau. Desa Sungai Tawar terdiri dari 16 kelompok tani dan

Desa Merbau terdiri dari 12 kelompok tani. Kelompok tani di daerah penelitian ini

sudah beberapa kali menerima bantuan bibit dan pupuk subsidi, dan biasanya

anggota yang menerima bibit dan pupuk subsidi ini adalah petani yang

mempunyai lahan ≤ 2 ha.

4.2. Identitas Petani Responden

Identitas merupakan cerminan status sosial orang yang bersangkutan dimana

orang tersebut tinggal atau bermasyarakat. Status soasial sangat mempengaruhi

individu seseorang dalam mengambil keputusan. Apabila status sosial seseorang

dianggap baik maka biasanya orang tersebut akan diakui dalam lingkungannya.

Adapun identitas responden dalam penelitian ini yaitu meliputi: nama, umur,

tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan dan hasil produksi per panen.

4.2.1. Umur Petani

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang adalah

umur. Umur tentunya akan berdampak pada kemampuan fisik seseorang dalam

melakukan kegiatan berusahatani maupun aktivitas lainnya. Umur seseorang

menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut karena semakin tinggi umur

seseorang atau petani kemampuan untuk berdagang dan menerima teknologi baru
37

dalam menjalankan kegiatan pemasaran akan menurun. Selain itu umur juga

menentukan kemampuan petani dalam berpikir untuk mengambil keputusan

dalam penentuan pasar yang akan diambil untuk menjual hasil perkebunannya.

Usia produktif di Indonesia adalah orang yang bekerja pada umur 15 sampai

64 tahun, dimana pada usia tersebut seseorang dapat dikatakan memiliki

kemampuan fisik yang baik dan produktif dalam mengolah usahanya. Hernanto

(1996), mengatakan bahwa ada kecenderungan petani yang semakin tua

pertimbangan dan pengambilan keputusan lebih lama dibanding yang muda.

Sebaliknya petani yang lebih muda memiliki kemampuan bekerja yang lebih

produktif dan lebih cepat menyerap terhadap penggunaan teknologi baru. Dalam

penelitian ini umur petani bervariasi dari yang paling muda yaitu 23 tahun dan

paling tua berumur 64 tahun. Adapun distribusi frekuensi umur petani di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan


Umur di Kecamatan Mendahara Tahun 2019

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Petani Persentase (%)


1 23 – 28 4 6,3
2 29 – 34 8 12,7
3 35 – 40 17 27,0
4 41 – 46 7 11,1
5 47 – 52 11 17,5
6 53 – 58 10 15,9
7 59 – 64 6 9,5
Jumlah 63 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa umur petani responden berkisar antara

23-64 tahun (Lampiran 6). Persentase penyebaran umur petani ini diharapkan

dapat mewakili seluruh petani yang terdapat di Kecamatan Mendahara. Kelompok


38

umur terbesar berada pada kelompok umur 35-40 tahun dengan persentase 27,0%,

sedangkan kelompok umur terendah berada pada kelompok umur 23-28 yaitu

6,3%. Usia produktif tenaga kerja adalah 15-64 tahun, dengan demikian umur

petani responden di daerah penelitian tergolong petani dengan usia produktif.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Kemampuan seseorang dalam menjalankan suatu usaha sangat dipengaruhi

oleh kemampuan intelektual. Kemampuan intelektual tersebut dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan adalah hal yang paling penting sebagai

dasar dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Seseorang yang

memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentunya juga akan memiliki

kemampuan dalam menerima atau menolak suatu inovasi. Hernanto (1996)

mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan, Ia akan berhati-hati serta

menghitung kemungkinan risiko yang dihadapinya.

Pendidikan memegang peran penting dalam bidang pertanian karena akan

mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani dan memasarkan hasil

pertaniannya. Secara umum sumber mata pencaharian utama penduduk

Kecamatan Mendahara bergerak dalam bidang pertanian yaitu perkebunan. Oleh

karena itu pendidikan sangat penting untuk mengetahui tentang cara-cara

memasarkan produk dan perubahan-perubahan harga kelapa dalam yang terjadi.

Untuk lebih jelasnya mengetahui distribusi pendidikan petani responden di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.


39

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan


Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mendahara Tahun 2019

No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase (%)


1 SD 44 69,8
2 SMP 9 14,3
3 SMA 10 15,9
Jumlah 63 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa seluruh petani responden

mengikuti pendidikan formal. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian

bervariasi dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA) tetapi belum ada yang melanjutkan pendidikan ke tingkat

Sarjana. Petani yang menempuh pendidikan pada tingkat SD merupakan jumlah

yang terbanyak yaitu 44 orang dengan persentase 69,8%, dan petani yang

menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA adalah 9 orang dan 10 orang

dengan persentase 14,3% dan 15,9% (Lampiran 6). Keaadaan tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan petani responden di daerah penelitian tergolong

rendah karena rata-rata petani responden hanya menempuh pendidikan ditingkat

SD. Keadaan tingkat pendidikan seperti diatas memperlihatkan bahwa dalam

pengelolaan usaha pertanian lebih mengarah pada teknis daripada keahlian

konsep. Petani beranggapan bahwa pendidikan yang tinggi tidak terlalu penting

dan merasa lebih baik meneruskan pekerjaan orangtua sebagai petani kelapa

dalam untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

4.2.3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani seseorang akan menjadi patokan kemampuan dan

keterampilan petani memahami dan kompeten dalam hal ini yaitu sebagai petani

kelapa dalam. Pengalaman berusahatani yang dimaksud dalam penelitian ini


40

adalah lamanya petani melakukan usahatani kelapa dalam yang dinyatakan dalam

satuan tahun. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani dalam

mengusahakan usahatataninya maka diharapkan produktivitas petani akan

semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahatani akan semakin baik.

Pengalaman dapat menjadi pedoman petani dalam melakukan kegiatan pemasaran

dari hasil usahataninya yaitu kelapa dalam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan


Pengalaman Berusahatani Kelapa Dalam di Kecamatan Mendahara
Tahun 2019

No Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah Petani Persentase (%)


1 4–9 8 12,7
2 10 – 15 10 15,9
3 16 – 21 22 35,0
4 22 – 27 4 6,3
5 28 – 33 7 11,1
6 34 – 39 6 9,5
7 40–45 6 9,5
Jumlah 63 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 7 menjelaskan bahwa pengalaman berusahatani petani responden di

daerah penelitian terbilang cukup lama dengan adanya petani responden yang

sudah berpengalaman selama 40-45 tahun. Petani yang termasuk baru dalam

pengalaman berusahatani kelapa dalam ada 12,7%. Rata-rata lama berusahatani

petani kelapa dalam yaitu 21,74 tahun (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa

petani kelapa dalam di daerah penelitian memiliki pengalaman yang cukup lama

dalam memasarkan hasil produksi kelapa dalam untuk mendapatkan keuntungan.

Semakin lama petani responden dalam pengalaman berusahatani maka semakin

banyak pengetahuan yang didapat sehingga petani dapat mengatasi kemungkinan-


41

kemungkinan yang akan terjadi kedepannya termasuk dalam hal pemasaran hasil

produksinya.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan perkebunan kelapa dalam adalah luas lahan yang dikelola oleh

petani dan dimiliki oleh petani dalam satuan hektar (ha). Desa Sungai Tawar dan

Desa Merbau merupakan desa yang menjadi lokasi penelitian di Kecamatan

Mendahara. Luas lahan yang dimiliki oleh petani responden berbeda-beda dengan

status kepemilikan lahan adalah milik sendiri. Distribusi frekuensi petani

berdasarkan luas lahan kelapa dalam di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel

8 yang menjelaskan bahwa luas lahan kelapa dalam yang diusahakan petani

berbeda-beda. Luas lahan dengan jumlah terbanyak yaitu 1-2 ha yaitu sebesar

69,8%. Luas lahan terluas yang dimiliki petani responden yaitu 15 ha.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Responden Berdasarkan


Luas Lahan di Kecamatan Mendahara Tahun 2019

No Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani Persentase (%)


1 1–2 44 69,8
2 3–4 13 20,6
3 5–6 4 6,4
4 7–8 1 1,6
5 9 – 10 0 0
6 11 – 12 0 0
7 13 – 14 0 0
8 ≥ 15 1 1,6
Jumlah 63 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa luas lahan kelapa dalam yang

diusahakan petani cukup bervariasi. Luas lahan terbanyak yang dimiliki petani

responden yaitu antara 1-2 ha dengan persentase sebanyak 69,8% dan luas lahan

yang dimiliki petani responden terluas yaitu 15 ha. Rata-rata luas lahan petani
42

responden di daerah penelitian yaitu 2,82 ha. Dilihat dari rata-rata luas lahan yang

dimiliki petani menggambarkan bahwa luas lahan petani tidak terlalu besar, tetapi

petani dapat memaksimalkan penggunaan lahan tersebut sehingga tidak menutup

kemungkinan produksi yang diperoleh petanipun akan tinggi.

4.2.5. Produk yang Dipasarkan

Kegiatan pemasaran kelapa dalam di daerah penelitian dilakukan oleh petani

dengan menjual dua jenis produk kelapa dalam yaitu kelapa bulat dan kopra

mentah. Pemilihan produk yang dipasarkan oleh petani yaitu secara bebas dan

tergantung dari pilihan masing-masing petani dengan pertimbangan beberapa hal

seperti harga jual, biaya dan hal lainnya.

Tabel 9. Produk yang dipasarkan Petani di Kecamatan Mendahara

No Produk yang Dipasarkan Jumlah Petani Persentase (%)


1 Kelapa Bulat 7 11,1
2 Kopra Mentah 56 88,9
Jumlah 63 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Produk yang paling banyak dipasarkan petani di daerah penelitian yaitu

kopra mentah dengan persentase 88,9%. Alasan petani lebih banyak menjual

dalam bentuk kopra mentah yaitu karena beberapa hal seperti harga jual yang

lebih tinggi, keuntungan yang diperoleh lebih banyak, sistem pemasaran yang

mudah. Petani yang menjual dalam bentuk kelapa bulat yaitu hanya 11,1%. Hal

ini disebabkan karena sulitnya mencari tenaga kerja dan infrastruktur yang kurang

mendukung seperti jalan rusak, yang menimbulkan permintaan kelapa bulat dari

daerah penelitian terbilang sedikit, karena apabila petani menjual dengan

menggunakan alat transportasi laut (pompong) akan menimbulkan biaya yang


43

lebih tinggi. Beberapa petani tetap menjual kelapa bulat walaupun dengan harga

rendah karena adanya permintaan dari luar kabupaten.

4.3 Karakteristik Pedagang Responden

Lembaga pemasaran memberikan informasi darimana dan menuju kemana

kelapa bulat dan kopra mentah tersebut dijual. Peneliti mengikuti informasi dari

satu pedagang ke pedagang lainnya dengan menggunakan teknik bola salju

(Snowball Sampling) dan menghasilkan 11 responden dengan rincian 6 orang

agen pabrik, 1 orang pedagang pengumpul kelapa bulat (Pedagang Pengumpul

Desa),1 orang pedagang kelapa bulat (Pedagang Luar Kota), dan 3 orang

pedagang pengecer. Berikut adalah identitas lembaga pemasaran kelapa bulat di

Kecamatan Mendahara yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Umur, Lama Pendidikan dan Pengalaman Berdagang


Responden Lembaga Pemasaran Kelapa Dalam di Kecamatan
Mendahara Tahun 2019
Karakteristik
Jumlah Lama Pengalaman
Lembaga Umur
(Orang) Pendidikan Berdagang
(Tahun)
(Tahun) (Tahun)
Agen Pabrik 6 48,2 8 30,2
Pedagang Pengumpul Desa 1 37 9 25
Pedagang Luar Kota 1 40 12 10
Pedagang Pengecer 3 48,7 9 14,3
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden

tergolong usia produktif. Pedagang di wilayah penelitian masih tergolong rendah

dalam tingkat pendidikan, dimana dari 11 orang pedagang hanya 2 orang yang

menempuh sampai pendidikan 12 tahun (SMA), 7 orang menempuh pendidikan 9

tahun (SMP), bahkan masih ada 2 orang yang menempuh pendidikan 6 tahun

(SD). Lama berdagang akan mempengaruhi pengalaman pedagang kelapa dalam.


44

Semakin lama pengalaman berdagang, maka akan semakin mudah untuk

memasarkan produknya karena mempunyai langganan tetap dan lebih dikenal

konsumen. Rata-rata pengalaman berdagang pedagang kelapa dalam di daerah

penelitian cukup lamayaitu dari 10 tahun hingga 30,2 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa mayoritas pedagang sudah lama berkecimpung dalam perdagangan kelapa

dalam.

4.4. Gambaran Pemasaran Kelapa Dalam di Kecamatan Mendahara

Kelapa dalam merupakan komoditas pertanian yang unggul sekaligus

menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat di Kecamatan Mendahara. Kelapa

dalam dapat dipanen setelah berumur 6-7 tahun dan dipanen 3-4 kali per tahun.

Jumlah petani responden adalah sebanyak 63 orang. Petani kelapa dalam di daerah

penelitian menjual kelapa dalam dengan dua bentuk yaitu kelapa bulat dan kopra

mentah. Berikut adalah rata-rata luas lahan, produksi, dan harga jual petani

responden yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Luas Lahan, Produksi dan Harga Jual Petani Responden
di Kecamatan Mendahara Tahun 2019

Rata-rata
Produk yang Jumlah
Saluran
Dipasarkan Petani Luas Lahan Produksi (per Harga Jual
(Ha) Panen) (Rupiah)
Kelapa Bulat Saluran I 7 2 5.285,71 butir 700/butir
Kopra Saluran I 45 2,24 2.555,55 kg 2.219/kg
Mentah
Saluran II 11 5,73 6.454,54 kg 2.450/kg
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata luas lahan responden

terbesar terdapat pada saluran II yaitu 5,73 ha. Produksi rata-rata yang dihasilkan

petani yang menjual kelapa bulat yaitu 5.285,71 butir/panen dan produksi rata-rata

yang dihasilkan petani yang menjual kopra mentah pada saluran I dan II yaitu
45

masing-masing 2.555,55 kg/panen dan 6.454,54kg/panen. Harga jual kelapa bulat

berbeda jauh dengan harga kopra mentah. Harga kelapa bulat yang diterima petani

yaitu Rp 700 per butir sedangkan harga kopra mentah pada saluran I dan II

masing-masing yaitu Rp 2.219 per kg dan Rp 2.450 per kg.

Setiap lembaga pemasaran mempunyai peran yang berbeda-beda. Berikut

peran masing-masing lembaga pemasaran :

a. Petani kelapa dalam merupakan lembaga pemasaran yang berperan sebagai

produsen yang memproduksi kelapa dalam. Petani responden sebanyak 63

orang, yang terbagi menjadi dua menurut produk yang dipasarkan yaitu

kelapa bulat dan kopra mentah. Adapun petani yang menjual kelapa bulat

sebanyak 7 orang dan petani yang menjual kopra mentah sebanyak 56

orang.

b. Pedagang Pengumpul Desa merupakan lembaga pemasaran yang berperan

untuk membeli kelapa bulat dari petani untuk disalurkan kembali ke

lembaga pemasaran berikutnya. Pedagang pengumpul desa yang menjadi

responden sebanyak 1 orang.

c. Agen Pabrik merupakan orang yang berperan sebagai perantara antara

petani yang menjual kopra mentah dengan pabrik. Agen pabrik memiliki

hubungan kerjasama khusus dengan pabrik. Jumlah agen pabrik di daerah

penelian sebanyak 6 orang.

d. Pedagang Luar Kota merupakan lembaga pemasaran yang datang dari

kota/kabupaten lain dan membeli atau menampung kelapa bulat dari

pedagang pengumpul desa. Pedagang luar kota yang menjadi responden

yaitu 1 orang.
46

e. Pedagang Pengecer merupakan lembaga pemasaran yang menerima kelapa

bulat dari pedagang luar kota dan menjual kelapa di pasar angso duo

maupun di rumah (sebagai warung). Pedagang pengecer yang menjadi

responden yaitu 3 orang.

Lembaga pemasaran merupakan lembaga yang menyelenggarakan

penyaluran produk kelapa dalam dari petani hingga ke konsumen. Untuk

melancarkan pemasaran produk kelapa dalam diperlukan tindakan dan perlakuan

dalam proses pemasaran yang disebut fungsi pemasaran. Setiap lembaga

pemasaran melakukan fungsi pemasaran untuk memperlancar aktivitas

penyampaian atau penyaluran produk kelapa dalam dari petani ke konsumen.

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di daerah penelitian

terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Fungsi pertukaran yaitu tindakan untuk memperlancar pemindahan hak atas

barang dan jasa yang meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik

yaitu tindakan atau perlakuan terhadap barang sehingga memperoleh kegunaan

kegunaan tempat dan waktu, yang meliputi fungsi penyimpanan dan fungsi

pengangkutan. Fungsi fasilitas yaitu semua kegiatan yang menunjang kelancaran

fungsi, yang meliputi fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar, fungsi

penanggungan resiko dan sortir.

4.4.1. Pemasaran Kelapa Bulat

Pemasaran kelapa bulat di daerah penelitian melibatkan petani, pedagang

pengumpul desa, pedagang luar kota, dan pedagang pengecer. Pada saat panen,

kelapa dikumpulkan di lahan dan kulit luarnya dikupas menggunakan sabik.

Setelah itu kelapa di tumpukkan di lahan dan pedagang pengumpul akan datang
47

menghitung kelapa yang akan diterima kemudian akan di angkut langsung oleh

pedagang luar kota dengan menggunakan mobil truk. Beberapa petani lain ada

yang mengantarkan langsung ke pedagang pengumpul kemudian pedagang luar

kota akan menjemput dari rumah pedagang pengumpul. Pengangkutan kelapa

biasanya dilakukan pada sore atau malam hari, dan langsung dibawa ke Kota

Jambi. Kelapa bulat dijual dengan hitungan butir, dan jumlah petani yang menjual

kelapa bulat yaitu 7 orang atau 11,1% dari jumlah sampel.

Tabel 12. Fungsi-fungsi Pemasaran Lembaga Pemasaran Kelapa Bulat di


Kecamatan Mendahara Tahun 2019
No Lembaga Fungsi Kegiatan Uraian
1 Pedagang Pertukaran Pembelian Membeli dari petani
Pengumpul Penjualan Menjual ke pedagang luar kota
Desa
Fisik Penyimpanan Menyimpan di gudang sebelum
dijual ke pedagang luar kota
Fasilitas Informasi pasar Mengetahui perkembangan
harga dari sesama pedagang
Penanggungan resiko Adanya fluktuasi harga
2 Pedagang Pertukaran Pembelian Membeli dari pedagang
Luar Kota pengumpul desa
Penjualan Menjual ke pedagang pengecer
Fisik Pengangkutan Menjemput dari gudang
pedagang pengumpul desa dan
membawa ke Kota Jambi

Fasilitas Informasi pasar Mengetahui perkembangan


harga dari sesama pedagang
Penanggungan resiko Adanya resiko transportasi
3 Pedagang Pertukaran Pembelian Membeli dari pedagang luar
Pengecer kota
Penjualan Menjual ke konsumen akhir
Fisik Penyimpanan Menyimpan digudang atau
ditempat penjualan sambil
melakukan proses penjualan

Fasilitas Informasi pasar Mengetahui perkembangan


harga
Penanggungan resiko Adanya fluktuasi harga
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 12 menunjukkan bahwa pedagang pengumpul desa melakukan fungsi

pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa penyimpanan dan
48

fungsi fasilitas berupa informasi pasar dan penanggungan resiko. Fungsi

pertukaran berupa pembelian yaitu dengan membeli kelapa bulat yang tersedia

dari petani dan fungsi pertukaran berupa penjualan yaitu dengan menjual kelapa

bulat yang sudah terkumpul ke pedagang luar kota. Fungsi fisik yang dilakukan

berupa penyimpanan yaitu gudang penyimpanan kelapa bulat yang berada di

sebelah rumah pedagang pengumpul desa sebelum dijemput atau dibeli oleh

pedagang luar kota. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar yaitu pembagian

informasi mengenai perkembangan harga yang diperoleh dari sesama lembaga

pemasaran lainnya yang telah membeli atau menjual kelapa bulat. Penanggungan

resiko yang dihadapi oleh pedagang pengumpul desa yaitu fluktuasi harga.

Pedagang luar kota melakukan fungsi pertukaran berupa pembelian dan

penjualan, fungsi fisik berupa pengangkutan, dan fungsi fasilitas berupa informasi

pasar, dan penanggungan resiko. Fungsi pertukaran berupa pembelian yaitu

dengan membeli kelapa bulat yang tersedia dari pedagang pengumpul desa dan

fungsi pertukaran berupa penjualan yaitu dengan menjual kelapa bulat ke

pedagang pengecer yang menjadi langganan yang berada di Kota Jambi. Fungsi

fisik yang dilakukan berupa pengangkutan yaitu menjemput kelapa bulat dari

gudang pedagang pengumpul desa dan dibawa ke Kota Jambi menggunakan

kendaraan roda 4 yaitu mobil truk dengan muatan 7.000 – 8.000 butir atau pick up

dengan muatan 2.000 – 4.000 butir. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar yaitu

pembagian informasi mengenai perkembangan harga yang diperoleh dari sesama

lembaga pemasaran lainnya yang telah membeli atau menjual kelapa bulat.

Penanggungan resiko yang dihadapi oleh pedagang luar kota yaitu resiko

trasportasi.
49

Pedagang pengecer melakukan fungsi pertukaran berupa pembelian dan

penjualan, fungsi fisik berupa penyimpanan, fungsi fasilitas berupa informasi

pasar dan penanggungan resiko. Fungsi pertukaran berupa pembelian yaitu

dengan membeli kelapa bulat dari pedagang luar kota dan fungsi pertukaran

berupa penjualan yaitu dengan menjual kelapa bulat ke konsumen di pasar Angso

Duo dan pasar Talang Banjar. Fungsi fisik yang dilakukan berupa penyimpanan

yaitu di gudang penyimpanan atau tempat penjualan kelapa bulat yang berada di

pasar Angso Duo dan pasar Talang Banjar sambil melakukan proses penjualan.

Fungsi fasilitas berupa informasi pasar yaitu pembagian informasi mengenai

perkembangan harga yang diperoleh dari sesame pedagang pengecer.

Penanggungan resiko yang dihadapi oleh pedagang pengecer yaitu fluktuasi

harga.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diuraikan

mengenai saluran pemasaran kelapa bulat di Kecamatan Mendahara.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mulai dari

petani hingga ke konsumen. Saluran pemasaran kelapa bulat yang terdapat di

daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Pedagang Pedagang Luar


Petani
Pengumpul Desa Kota

Konsumen Pedagang
Pengecer

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Kelapa Bulat di Kecamatan


Mendahara
50

Saluran pemasaran kelapa bulat terdiri dari petani, pedagang pengumpul

desa, pedagang luar kota, pedagang pengecer dan konsumen. Petani kelapa bulat

sebanyak 7 orang atau 11,1% dari total responden yang menjual ke pedagang

pengumpul desa dengan volume penjualan sebanyak 37.000 butir dengan

persentase 100%. Pedagang pengumpul desa kemudian menjual ke pedagang luar

kota yang datang dari Kota Jambi. Kemudian pedagang luar kota membagikan ke

beberapa pedagang pengecerdi Kota Jambi yang sudah menjadi langganan.

4.4.2. Pemasaran Kopra Mentah

Selain kelapa bulat, petani juga menjual dalam bentuk kopra mentah dengan

alasan harga lebih tinggi. Awalnya petani menjual kelapa dengan bentuk kopra

kering tetapi pada tahun 1998 petani mulai menjual kopra mentah. Hal ini

dikarenakan proses pembuatan kopra kering tidak memperhatikan aspek higienis

sehingga kopra kotor, terkontaminasi aflatoxin (asap, jamur kuning-hijau –

aspergillus), PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon), kadar air, FFA (Free

Fatty Acid) tinggi, serta kotoran-kotoran lain selama proses pembuatan dan

penjemuran, dan tingginya kemungkinan kebakaran terjadi pada saat pembakaran

kopra. Dengan adanya hal tersebut pihak pabrik mengadakan kesepakatan dengan

petani akan menerima dalam bentuk kopra mentah. Hal ini lebih menguntungkan

dan meringankan petani.

Jumlah petani yang menjual kopra mentah yaitu 45 orang pada saluran I

atau 71,4% dan 11 orang pada saluran II atau 17,5% dari jumlah sampel.

Pemasaran kopra mentah melibatkan petani, agen pabrik dan pabrik. Proses

pengolahan kelapa menjadi kopra mentah dikerjakan di lahan. Dari kelapa bulat,

dilakukan pembelahan menjadi dua bagian untuk membuang air kelapa, kemudian
51

dicungkil menggunakan pisau cungkil. Setelah dicungkil petani melakukan

pengemasan dengan menggunakan karung. Setelah dikemas, petani mengantar

kopra mentah ke pabrik lewat jalur laut menggunakan pompong. Pompong

digunakan petani dengan sistem sewa. Muatan pompong yaitu sebanyak 30 – 50

karung atau setara dengan 2.100 – 3.500 kg dengan harga hitungan per karung

yaitu Rp 6.000. Petani mengantar kopra ke pabrik dengan mengatasnamakan agen

masing-masingdan menerima kwitansi tanda serah terima. Petani menyerahkan

kwitansi ke agen pabrik dan ditukar sesuai harga yang disepakati. Adapun biaya

yang dikelurkan petani untuk pengangkutan kopra mentah ke pabrik akan diganti

oleh agen pabrik pada saat penyerahan kwitansi.

Beberapa petani lainnya ada yang menjual langsung ke pabrik tanpa

perantara agen pabrik. Petani yang menjual langsung ke pabrik rata-rata adalah

petani yang memiliki luas lahan yang lebih besar dari petani yang menjual melalui

agen pabrik. Sama halnya dengan petani yang melalui agen pabrik, petani yang

langsung menjual kopra mentah ke pabrik juga menggunakan pompong sebagai

alat transportasi.
52

Tabel 13. Fungsi-fungsi Pemasaran Lembaga Pemasaran Kopra Mentah di


Kecamatan Mendahara Tahun 2019

No Lembaga Fungsi Kegiatan Uraian


1 Petani Pertukaran Penjualan Menjual ke agen atau
ke pabrik
Fisik Pengangkutan Mengantarkan
langsung ke pabrik
Pengemasan Mengemas kopra
mentah ke dalam
karung isi 70 kg
Fasilitas Informasi pasar Mengetahui
perkembangan harga
dari agen ataupun
pabrik
Penanggungan Adanya resiko
resiko transportasi
2 Agen Pertukaran Pembelian Membeli dari petani
Pabrik Penjualan Menjual ke pabrik
Fasilitas Informasi pasar Mengetahui
perkembangan harga
dari pabrik
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 13 menunjukkan bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

petani yang menjual kopra mentah yaitu fungsi pertukaran berupa penjualan,

fungsi fisik berupa pengangkutan dan pengemasan, fungsi fasilitas berupa

informasi pasar dan penanggungan resiko. Fungsi pertukaran berupa penjualan

kopra mentah ke agen pabrik dengan menjual hasil panen. Fungsi fisik berupa

pengangkutan yang dilakukan petani yaitu dilakukan oleh petani yang menjual

langsung ke pabrik dan petani yang melalui agen. Perbedaannya adalah biaya

pengangkutan kopra mentah pada petani yang melalui agen, akan diganti oleh

agen itu sendiri. Petani yang menjual kopra mentah melalui agen akan mengantar

langsung kopra mentah tersebut ke pabrik dengan mengatasnamakan agen

masing-masing. Setelah diterima oleh pabrik, maka petani akan menerima

kwitansi dan menukarkannya ke agen sesuai harga yang disepakati. Fungsi fisik

berupa pengemasan dilakukan oleh petani dengan mengemas kopra mentah ke


53

dalam karung dengan isi 70 kg kemudian diikat menggunakan tali rafiah. Fungsi

fasilitas berupa informasi pasar yaitu pembagian informasi mengenai

perkembangan harga yang diperoleh dari sesama petani yang telah menjual kopra

mentah. Fungsi fasilitas berupa penanggungan resiko yaitu harga jual kopra

mentah lebih rendah dari biaya produksi.

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh agen pabrik yaitu fungsi

pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengangkutan,

fungsi fasilitas berupa informasi pasar dan penanggungan resiko. Fungsi

pertukaran berupa pembelian yaitu membeli kopra mentah dari petani dan fungsi

pertukaran berupa penjualan yaitu menjual kopra mentah ke pabrik melalui petani

yang mengantar langsung ke pabrik dengan mengatasnamakan agen tersebut.

Fungsi fasilitas berupa informasi pasar yaitu pembagian informasi mengenai

perkembangan harga yang diperoleh dari sesama agen yang telah menjual kopra

mentah. Fungsi fasilitas berupa penanggungan resiko yaitu harga jual.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diuraikan

mengenai saluran pemasaran kopra mentah di Kecamatan Mendahara.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mulai dari

petani hingga ke konsumen. Saluran pemasaran kopra mentah yang terdapat di

daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.


54

Petani

(1)

(2)
Agen Pabrik

Pabrik

Keterangan : = Saluran Pemasaran I

= Saluran Pemasaran II

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Kopra Mentah di Kecamatan Mendahara

a. Saluran Pemasaran I

Saluran pemasaran I terdiri dari petani, agen pabrik dan pabrik. Petani yang

terlibat dalam saluran pemasaran I sebanyak 45 orang atau 71,4% dari

jumlah responden. Petani yang terdapat pada saluran I merupakan petani

dengan luas lahan yang lebih kecil dari petani pada saluran II serta yang

membutuhkan uang dengan cepat dan jumlah yang besar. Setelah kelapa

dicungkil, kopra mentah tersebut di masukkan ke dalam karung dan

dikumpulkan hingga beberapa karung. Setelah itu petani mengantarkan

langsung ke pabrik dengan mengatasnamakan agen masing-masing. Volume

penjualan kopra mentah pada saluran I yaitu115 ton dengan persentase

61,83%.

Proses pembayaran kopra mentah pada saluran I:

- Petani mengemas kopra mentah kedalam karung 70 kg


55

- Petani mengantar kopra mentah ke pabrik dengan mengatasnamakan

agen masing-masing

- Petani menerima kwitansi

- Petani menukar kwitansi dengan mendatangi agen

- Petani menerima uang

b. Saluran Pemasaran II

Saluran pemasaran II merupakan saluran yang dimana petani langsung

menjual kopra mentah ke pabrik. Petani yang terlibat dalam saluran ini lebih

sedikit dibandingkan dengan saluran I yaitu sebanyak 11 orang atau 17,5%.

Volume penjualan kopra mentah pada saluran II yaitu71ton dengan

persentase 38,17%. Petani yang terdapat pada saluran ini merupakan petani

yang memiliki luas lahan tertinggi.

Proses pembayaran kopra mentah pada saluran II:

- Petani mengemas kopra mentah kedalam karung 70 kg

- Petani mengantar kopra mentah ke pabrik

- Petani langsung menerima uang tunai

4.4.3. Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran

Cara penentuan harga di Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung

Timur dilakukan dengan kesepakatan bersama berdasarkan harga pasar yang

berlaku. Sistem pembayaran kelapa bulat diberbagai tingkat lembaga pemasaran

adalah tunai. Berbeda dengan kopra mentah, sistem pembayaran pada produk ini

ada dua bentuk yaitu menggunakan kwitansi pada petani yang melalui agen pabrik

dan tunai pada petani yang langsung menjual ke pabrik. Untuk mengetahui harga
56

kelapa bulat dan kopra mentah pada masing-masing lembaga dapat dilihat pada

Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Rata-rata Harga Jual Kelapa Bulat dan Kopra Mentah di
Kecamatan Mendahara Tahun 2019

Rata-Rata Harga Jual (Rp)


Produk
Pedagang
yang Saluran Pedagang Pedagang
Petani Pengumpul
Dipasarkan Luar Kota Pengecer
Desa
Kelapa Bulat I 700/butir 1.300/butir 2.300/butir 4.300/butir
Kopra
I 2.219/kg 2.500/kg - -
Mentah
II 2.450/kg - - -
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 14 menjelaskan bahwa harga jual petani kelapa bulat yaitu Rp 700 per

butir yang dijual ke pedagang pengumpul desa. Kemudian pedagang pengumpul

desa mejual ke pedagang luar kota dengan harga rata-rata Rp 1.300 per butir yang

kemudian akan dijual kembali oleh ke pedagang luar kota ke pedagang pengecer

dengan harga rata-rata Rp 2.300 per butir. Pedagang pengecer kemudian akan

menjual ke konsumen dengan harga rata-rata Rp 4.300 per butir. Harga jual rata-

rata kopra mentah yang diperoleh petani yaitu Rp 2.450 per kg dimana petani

langsung menjual ke pabrik tanpa perantara, sedangkan petani yang menjual kopra

mentah ke agen pabrikmemperoleh harga rata-rataRp 2.219 per kg.

4.5. Marjin Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan

pemasaran yang meliputi biaya pengangkutan, biaya pengumpulan, retribusi dan

lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan karena

macam produk yang dipasarkan, lokasi pemasaran, banyaknya lembaga yang

terlibat dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Semakin efektif pemasaran


57

yang dilakukan, semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga

pemasaran (Soetriono dan Anik Suwandri, 2016). Biaya yang dikeluarkan pada

pemasaran kelapa bulat yaitu biaya pengumpulan, biaya pengangkutan, dan biaya

penyimpanan, sedangkan pada pemasaran kopra mentah yaitu biaya

pengangkutan. Adapun biaya pemasaran kelapa bulat dan kopra mentah setiap

saluran pemasaran di Kecamatan Mendahara dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Biaya Pemasaran Kelapa Bulat dan Kopra Mentah setiap Saluran
Pemasaran di Kecamatan Mendahara Tahun 2019

Kelapa Bulat
Komponen Biaya Pemasaran
Saluran Lembaga
Biaya (Rp/Butir)
I Pedagang Tenaga Kerja 100
Pengumpul Desa Penyimpanan 65
Jumlah 165
Pedagang Luar Kota Tenaga Kerja 100
Pengangkutan 150
Retribusi 20
Jumlah 270
Pedagang Pengecer Tenaga Kerja 100
Penyimpanan 80
Retribusi 15
Jumlah 195
Total 630
Kopra Mentah
Komponen Biaya Pemasaran
Saluran Lembaga
Biaya (Rp/kg)
I Agen Pabrik Pengangkutan 86
Jumlah 86
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 15 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran

kelapa bulat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran kopra

mentah. Pada saluran I kelapa bulat total biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu

sebesar Rp 630 per butir, dimana lembaga dengan biaya paling besar yaitu

pedagang luar kota sebesar Rp 270 per butir. Biaya yang dikeluarkan oleh
58

lembaga lain yaitu pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer yaitu

masing-masing sebesar Rp 165 per butir dan Rp 195 per butir. Pada pemasaran

produk kopra mentah, biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu untuk biaya

pengangkutan sebesar Rp 86 per kg.

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan konsumen

dengan harga yang diterima produsen (petani). Marjin pemasaran digunakan

untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan

dari lembaga-lembaga perantara yang berperan dalam pemasaran kelapa di daerah

penelitian. Saluran pemasaran di Kecamatan Mendahara terdapat 1 saluran pada

kelapa bulat dan 2 saluran pada kopra mentah. Besarnya marjin pemasaran pada

masing-masing saluran pemasaran berbeda-beda, tergantung pada saluran yang

dilalui dan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat. Perhitungan marjin

pemasaran dimulai dari tingkatan pedagang. Oleh karena itu biaya pemasaran

tingkat petani tidak dimuat pada tabel marjin pemasaran untuk menghindari

kerancuan dalam perhitungan marjin karena marjin di tingkat petani tidak

diketahui. Hasil perhitungan marjin pemasaran pada setiap lembaga dapat dilihat

pada Tabel 16 dan Tabel 17.


59

Tabel 16. Marjin Pemasaran Kelapa Bulat di Kecamatan Mendahara


Tahun 2019

Lembaga Pemasaran Nilai (Rp/butir)


Petani
Harga Jual 700
Pedagang Pengumpul Desa
Biaya Pemasaran 165
Harga Beli 700
Harga Jual 1.300
Keuntungan 435
Marjin 600
Pedagang Luar Kota
Biaya Pemasaran 270
Harga Beli 1.300
Harga Jual 2.300
Keuntungan 730
Marjin 1.000
Pedagang Pengecer
Biaya Pemasaran 195
Harga Beli 2.300
Harga Jual 4.300
Keuntungan 1.805
Marjin 2.000
Konsumen
Harga Beli 4.300
Total Biaya Pemasaran (Rp/butir) 630
Total Keuntungan (Rp/butir) 2.970
Total Marjin Pemasaran (Rp/butir) 3.600
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Saluran pemasaran kelapa bulat di kecamatan Mendahara hanya terdapat

satu saluran. Saluran ini merupakan saluran pemasaran yang cukup panjang yang

dimana terdiri dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang luar kota,

pedagang pengecer, hingga konsumen. Petani menjual kelapa bulat ke pedagang

pengumpul desa dengan harga Rp 700/butir dan akan dijual ke pedagang luar kota

dengan harga Rp 1.300/butir dengan biaya pemasaran Rp 165/butir. Kemudian

pedagang luar kota akan menjual ke beberapa pedagang pengecer dengan harga

Rp 2.300/butir dengan biaya pemasaran Rp 270/butir. Kemudian pedagang


60

pengecer menjual langsung ke konsumen akhir dengan harga Rp 4.300/butir dan

biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu Rp 195/butir. Lembaga pemasaran

dengan marjin pemasaran tertinggi terdapat pada lembaga pedagang pengecer

yaitu sebesar Rp 2.000/butir. Total marjin pemasaran pada saluran pemasaran

kelapa bulat sebesar Rp 3.600/butir. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman

(2014) yang menyatakan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat akan

mengakibatkan marjin pemasaran yang semakin besar dan sebaliknya semakin

sedikit lembaga pemasaran yang terlibat akan mengakibatkan marjin pemasaran

yang semakin kecil.

Tabel 17. Marjin Pemasaran Kopra Mentah di Kecamatan Mendahara


Tahun 2019

Saluran
Lembaga Pemasaran I II
Nilai (Rp/kg) Nilai (Rp/kg)
Petani
Harga Jual 2.219 2.450
Agen Pabrik
Biaya Pemasaran 86 -
Harga Beli 2.219 -
Harga Jual 2.500 -
Keuntungan 195 -
Marjin 281
Pabrik
Harga Beli 2.500 2.450
Total Biaya (Rp/kg) 86 0
Total Keuntungan (Rp/kg) 195 0
Total Marjin Pemasaran (Rp/kg) 281 0
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Saluran pemasaran kopra mentah terdiri dari dua saluran. Saluran

pemasaran I terdiri dari petani, agen pabrik dan pabrik yang menjadi konsumen

akhir. Harga beli agen pabrik ke petani yaitu Rp 2.219/kg dan dijual ke pabrik

dengan harga Rp 2.500/kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan agen pabrik yaitu

Rp 86/kg. Marjin pemasaran pada saluran I yaitu Rp 281/kg.


61

Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran tanpa perantara

dimana petani menjual kopra mentah langsung ke pabrik. Harga jual dari petani ke

pabrik yaitu Rp 2.450/kg. Harga kopra mentah yang diterima petani dari pabrik

berbeda dengan harga yang diterima agen pabrik. Hal ini dikarenakan adanya

hubungan kerjasama antara agen dengan pabrik tersebut.

Pemasaran kopra mentah saluran I melibatkan satu lembaga pemasaran

sedangkan saluran II tidak melibatkan lembaga pemasaran. Hal ini menyebabkan

kecilnya marjin pemasaran yang diperoleh. Sejalan dengan penelitian Rahman

(2014) yang menyatakan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat akan

mengakibatkan marjin pemasaran yang semakin besar dan sebaliknya semakin

sedikit lembaga pemasaran yang terlibat akan mengakibatkan marjin pemasaran

yang semakin kecil.

4.6. Farmer’s Share

Farmer’s Share merupakan persentase harga yang diterima oleh petani dari

harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk mengkonsumsi produk.

Perhitungan yang dilakukan yaitu harga jual ditingkat petani dibagi dengan harga

beli konsumen akhir. Bagian yang diterima petani tersebut dinyatakan dalam

bentuk persen. Harga yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga

ditingkat petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen sehingga akan

menurunkan nilai farmer’s share. Hasil perhitungan farmer’s share setiap saluran

pemasaran kelapa bulat dan kopra mentah di Kecamatan Mendahara Kabupaten

Tanjung Jabung Timur berdasarkan harga yang ada pada tingkat petani dan harga

yang berlaku ditingkat konsumen dapat dilihat pada Tabel 18.


62

Tabel 18. Rata-rata Harga Ditingkat Petani, Rata-rata Harga Ditingkat


Konsumen dan Farmer’s Share di Kecamatan Mendahara Tahun
2019
Rata-rata
Produk yang Rata-rata Harga Harga Farmer’s
Saluran
Dipasarkan Ditingkat Petani Ditingkat Share (%)
Konsumen
Kelapa Bulat I Rp 700/butir Rp 4.300/butir 16
Kopra Mentah I Rp 2.219/kg Rp 2.500/kg 89
II Rp 2.450/kg Rp 2.450/kg 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Penerimaan petani (farmer’s share) yang diterima oleh petani pada saluran

pemasaran yang terbentuk di lokasi penelitian hanya ada satu saluran untuk kelapa

bulat dan dua saluran untuk kopra mentah. Penerimaan petani kopra mentah pada

saluran I dan saluran II masing-masing sebesar 100% dan 89%. Hal ini

menunjukkan penerimaan petani kopra mentah saluran I terbilang tinggi karena

rantai pemasaran yang tidak banyak melibatkan lembaga pemasaran dan pada

saluran II merupakan saluran yang sangat menguntungkan dimana penerimaan

100% untuk petani karena petani langsung menjual ke pabrik yang merupakan

konsumen akhir. Pada saluran pemasaran kelapa bulat, untuk mencapai konsumen

akhir harus melewati lembaga pemasaran yang cukup panjang yaitu dari petani ke

pedagang pengumpul desa, pedagang luar kota, pedagang pengecer hingga sampai

ke konsumen. Hal ini mengakibatkan farmer’s share pada saluran pemasaran

kelapa dalam sangat rendah dengan persentase 16%. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Erzal (2015) mengenai besaran farmer’s share, semakin

pendek saluran pemasaran maka nilai farmer’s share akan semakin tinggi karena

lebih sedikitnya bagian yang diambil oleh lembaga pemasaran.


63

4.7. Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan terhadap biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran

keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat pada

setiap saluran (Ali et al, 2017). Biaya yang dikeluarkan oleh anggota saluran

pemasaran pada pengaliran komoditas kelapa dalam merupakan biaya yang

ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani sebagai

produsen dengan konsumen akhir. Sebaran biaya dan keuntungan akan

mempengaruhi tingkat rasio di antara saluran pemasaran. Rasio keuntungan

terhadap biaya pada masing-masing lembaga pemasaran yang terdapat pada

saluran pemasaran kelapa bulat dan kopra mentah dapat dilihat pada Tabel 19

berikut.

Tabel 19. Data Rasio Keuntungan Setiap Lembaga Pemasaran Kelapa Bulat
dan Kopra Mentah di Kecamatan Mendahara Tahun 2019
Produk Rasio
Keuntungan
yang Saluran Lembaga Biaya Keuntungan
Pemasaran
dipasarkan dan Biaya
Kelapa Bulat I PPD Rp 435/butir Rp 165/butir 2,6
PLK Rp 730/butir Rp 270/butir 2,7
PP Rp 1.805/butir Rp 195/butir 9,3
Kopra I Agen Rp 195/kg Rp 86/kg 2,3
Mentah Pabrik
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran kelapa dalam terbesar

ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada lembaga pedagang pengecer dengan

mencapai 9,3. Hal ini berarti bahwa besar keuntungan yang didapat tiap satu

satuan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar 9,3 rupiah.

Sedangkan pada lembaga lainnya yaitu pedagang pengumpul desa, pedagang luar

kota, dan agen pabrik memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang jauh
64

berbeda dengan pedagang pengecer. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rasio

keuntungan terhadap biaya tidak merata pada setiap lembaga pemasaran.

Tabel 20. Data Rasio Keuntungan Setiap Saluran Pemasaran Kelapa Bulat
dan Kopra Mentah di Kecamatan Mendahara Tahun 2019

Produk yang Saluran Total Total Biaya Rasio


Dipasarkan Keuntungan Keuntungan
Pemasaran dan Biaya
Kelapa Bulat I Rp 2.970/butir Rp 630/butir 4,7
Kopra Mentah I Rp 195/kg Rp 86/kg 2,3
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019

Tabel 20 menunjukkan bahwa nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang

terdapat di dalam masing-masing saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan

Mendahara yaitu berbeda antara kelapa bulat dan kopra mentah. Rasio keuntungan

terhadap biaya pada kelapa bulat yaitu 4,7 yang berarti besar keuntungan yang

didapat tiap satu satuan biaya yang dikeluarkan pada saluran pemasaran kelapa

bulat sebesar 4,7 rupiah. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran

I kopra mentah yaitu 2,3 yang artinya besar keuntungan yang didapat tiap satu

satuan biaya yang dikeluarkan pada saluran pemasaran I sebesar 2,3 rupiah. Selain

itu terdapat satu saluran kopra mentah yaitu saluran II yang tidak dimuat pada

Tabel 20 dikarenakan saluran tersebut (saluran II) tidak melibatkan pedagang

perantara, sehingga biaya pemasaran dan keuntungan adalah nol yang

menyebabkan perhitungan rasio keuntungan terhadap biaya menjadi tidak

terdefenisi seperti pada hasil penelitian Safira (2018). Saluran pemasaran kelapa

bulat maupun kopra mentah yang ada di Kecamatan Mendahara, Kabupaten

Tanjung Jabung Timur menunjukkan bahwa rasio keuntungan terhadap biaya

memiliki nilai diatas satu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran

tersebut menguntungkan sesuai dengan pernyataan Situmorang (2015).


65

Setelah menggambarkan pemasaran kelapa bulat dan kopra mentah yang

terjadi di Kecamatan Mendahara yaitu terdapat satu saluran kelapa bulat dan dua

saluran kopra mentah. Kemudian akan dibandingkan produk yang lebih

menguntungkan antara kelapa bulat dan kopra mentah dengan penyetaraan harga

jual sebagai berikut.

Kelapa bulat Kopra mentah


(Rp 700/ butir) (Rp 2.335/kg)
3 butir = 1kg
3 x Rp 700 = Rp 2.100
Gambar 4. Konversi Harga Kelapa Bulat dan Kopra Mentah
Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa 1 kg kopra mentah terdiri dari 3 butir

kelapa. Harga 1 kg kopra mentah yaitu Rp 2.335 sedangkan harga kelapa per butir

yaitu Rp 700. Apabila kelapa bulat dikonversikan menjadi kopra mentah, maka

harga yang diterima yaitu Rp 2.100. Dari hal ini dapat dilihat bahwa produk yang

menguntungkan adalah kopra mentah, dimana harga kopra mentah lebih tinggi

dari kelapa bulat dengan selisih harga sebesar Rp 235/kg.

4.8. Implikasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pemasaran kelapa

dalam di Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang selama

ini terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan terdapat dua produk

kelapa dalam yang dipasarkan petani yaitu kelapa bulat dan kopra mentah. Kelapa

bulat terdiri dari satu saluran pemasaran yaitu petani-pedagang pengumpul desa-

pedagang luar kota-pedagang pengecer-konsumen. Sedangkan kopra mentah

terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu petani-agen pabrik-pabrik dan petani-

pabrik. Pilihan produk yang akan dipasarkan dan saluran pemasaran ditambah
66

dengan perhitungan biaya dan perbedaan harga akan meyakinkan petani untuk

mengubah kebiasaan pemasaran yang kurang menguntungkan.

Analisis pemasaran menunjukkan bahwa adanya perbedaan marjin

pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya antar produk

yang dipasarkan. Hasil perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio

keuntungan terhadap biaya antar produk yang dipasarkan akan meyakinkan petani

untuk memilih salah satu produk yang lebih menguntungkan. Petani seharusnya

memilih marjin pemasaran yang lebih rendah, farmer’s share yang tinggi dan nilai

rasio keuntungan terhadap biaya yang lebih tinggi. Pemasaran kopra mentah

memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari kelapa bulat dengan selisih harga

Rp 235/kg.

Implikasi penelitian bagi pedagang yaitu memberikan informasi keuntungan

dan biaya dalam pemasaran kelapa sehingga bagi pedagang yang sudah

memasarkan kelapa dan yang akan menjual kelapa memiliki gambaran

perhitungan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kelapa bulat memiliki saluran pemasaran yang

cukup panjang mulai dari petani – pedagang pengumpul desa – pedagang luar

kota – pedagang pengecer – konsumen. Panjangnya saluran pemasaran pada

kelapa bulat mengakibatkan rendahnya harga yang diterima petani. Upaya yang

harus dilakukan pemerintah untuk memutus saluran pemasaran yang panjang

yaitu dengan mengadakan program pemasaran seperti pasar lelang. Keberadaan

pasar lelang kelapa bulat akan menjadi fasilitator dan intermediasi antar petani

dan pembeli baik pedagang pengumpul desa, pedagang luar kota, pedagang
67

pengecer, dan konsumen akhir dengan jaringan pemasaran yang lebih pendek dan

harga yang transparan.

Perlu adanya perhatian pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur

kepada para petani dalam kegiatan usahatani kelapa dalam sampai pemasarannya

supaya dapat tetap mempertahankan komoditas kelapa dalam yang menjadi

komoditas unggulan didaerah penelitian. Pemerintah harus mampu

memperhatikan perkembangan hal-hal yang dapat mendukung kegiatan

pemasaran seperti infratruktur jalan, pelabuhan, dan peran Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL).

Anda mungkin juga menyukai