daerah pesisir dengan kondisi umum dataran rendah dan rawa-rawa. Luas wilayah
911,50 km2 atau 16,74% dari luas Kabupaten Tanjung Jabung Timur
yaitu Muara Sabak yaitu 47 km. Desa yang menjadi fokus penelitian adalah Desa
Sungai Tawar dan Desa Merbau. Pada umumnya alat transportasi yang digunakan
menuju Desa Sungai Tawar dan Desa Merbau yaitu kapal (sering disebut
pompong).
4.1.2.Penduduk
pada tahun 2017 tercatat sebanyak 26.243 jiwa yaitu laki-laki 13.405 jiwa dan
Kecamatan Mendahara mayoritas adalalah suku Bugis, Jawa dan Banjar, dimana
masih tinggi. Hal ini terlihat dari kehidupan mereka dalam memperbaiki
penunjang yang mutlak harus disediakan oleh pemerintah sebagai wadah untuk
Sekolah Menengah Umum (SMU) 3 unit, Madrasah Aliyah 4 unit. Adapun sarana
kesehatan juga merupakan sarana yang wajib disediakan oleh pemerintah untuk
Polindes.
Sarana yang tidak kalah penting adalah sarana transportasi yang merupakan
semakin baiknya sarana dan prasarana transportasi ke suatu daerah maka akan
mempermudah akses bagi orang-orang atau pihak yang ingin melakukan kegiatan
dan merupakan salah satu faktor strategis dalam menciptakan daerah yang
dinamis dan efektif. Transportasi yang dimaksud disini adalah untuk mengangkut
hasil kebun warga dan juga sebagai sarana dalam menunjang kebutuhan
mobil, sepeda motor dan kapal/sampan. Kondisi jalan masih tergolong buruk
karena adanya jalan menuju beberapa desa masih jalan tanah, dan apabila musim
hujan tidak dapat dilalui. Dengan kondisi jalan yang seperti ini maka akan
setelah didata ulang pada tahun 2019 dan diperbaharui menjadi 97 kelompok tani
yang terdapat di 9 desa. Hal ini terjadi karena semua petani di daerah tersebut
kelompok tani yang baru. Desa yang menjadi tempat penelitian yaitu Desa Sungai
Tawar dan Desa Merbau. Desa Sungai Tawar terdiri dari 16 kelompok tani dan
Desa Merbau terdiri dari 12 kelompok tani. Kelompok tani di daerah penelitian ini
sudah beberapa kali menerima bantuan bibit dan pupuk subsidi, dan biasanya
anggota yang menerima bibit dan pupuk subsidi ini adalah petani yang
dianggap baik maka biasanya orang tersebut akan diakui dalam lingkungannya.
Adapun identitas responden dalam penelitian ini yaitu meliputi: nama, umur,
tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan dan hasil produksi per panen.
umur. Umur tentunya akan berdampak pada kemampuan fisik seseorang dalam
menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut karena semakin tinggi umur
seseorang atau petani kemampuan untuk berdagang dan menerima teknologi baru
37
dalam menjalankan kegiatan pemasaran akan menurun. Selain itu umur juga
dalam penentuan pasar yang akan diambil untuk menjual hasil perkebunannya.
Usia produktif di Indonesia adalah orang yang bekerja pada umur 15 sampai
kemampuan fisik yang baik dan produktif dalam mengolah usahanya. Hernanto
Sebaliknya petani yang lebih muda memiliki kemampuan bekerja yang lebih
produktif dan lebih cepat menyerap terhadap penggunaan teknologi baru. Dalam
penelitian ini umur petani bervariasi dari yang paling muda yaitu 23 tahun dan
paling tua berumur 64 tahun. Adapun distribusi frekuensi umur petani di daerah
23-64 tahun (Lampiran 6). Persentase penyebaran umur petani ini diharapkan
umur terbesar berada pada kelompok umur 35-40 tahun dengan persentase 27,0%,
sedangkan kelompok umur terendah berada pada kelompok umur 23-28 yaitu
6,3%. Usia produktif tenaga kerja adalah 15-64 tahun, dengan demikian umur
tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan adalah hal yang paling penting sebagai
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentunya juga akan memiliki
bervariasi dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) tetapi belum ada yang melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang terbanyak yaitu 44 orang dengan persentase 69,8%, dan petani yang
menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA adalah 9 orang dan 10 orang
konsep. Petani beranggapan bahwa pendidikan yang tinggi tidak terlalu penting
dan merasa lebih baik meneruskan pekerjaan orangtua sebagai petani kelapa
keterampilan petani memahami dan kompeten dalam hal ini yaitu sebagai petani
adalah lamanya petani melakukan usahatani kelapa dalam yang dinyatakan dalam
dari hasil usahataninya yaitu kelapa dalam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 7.
daerah penelitian terbilang cukup lama dengan adanya petani responden yang
sudah berpengalaman selama 40-45 tahun. Petani yang termasuk baru dalam
petani kelapa dalam yaitu 21,74 tahun (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa
petani kelapa dalam di daerah penelitian memiliki pengalaman yang cukup lama
kemungkinan yang akan terjadi kedepannya termasuk dalam hal pemasaran hasil
produksinya.
Luas lahan perkebunan kelapa dalam adalah luas lahan yang dikelola oleh
petani dan dimiliki oleh petani dalam satuan hektar (ha). Desa Sungai Tawar dan
Mendahara. Luas lahan yang dimiliki oleh petani responden berbeda-beda dengan
berdasarkan luas lahan kelapa dalam di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel
8 yang menjelaskan bahwa luas lahan kelapa dalam yang diusahakan petani
berbeda-beda. Luas lahan dengan jumlah terbanyak yaitu 1-2 ha yaitu sebesar
69,8%. Luas lahan terluas yang dimiliki petani responden yaitu 15 ha.
diusahakan petani cukup bervariasi. Luas lahan terbanyak yang dimiliki petani
responden yaitu antara 1-2 ha dengan persentase sebanyak 69,8% dan luas lahan
yang dimiliki petani responden terluas yaitu 15 ha. Rata-rata luas lahan petani
42
responden di daerah penelitian yaitu 2,82 ha. Dilihat dari rata-rata luas lahan yang
dimiliki petani menggambarkan bahwa luas lahan petani tidak terlalu besar, tetapi
dengan menjual dua jenis produk kelapa dalam yaitu kelapa bulat dan kopra
mentah. Pemilihan produk yang dipasarkan oleh petani yaitu secara bebas dan
kopra mentah dengan persentase 88,9%. Alasan petani lebih banyak menjual
dalam bentuk kopra mentah yaitu karena beberapa hal seperti harga jual yang
lebih tinggi, keuntungan yang diperoleh lebih banyak, sistem pemasaran yang
mudah. Petani yang menjual dalam bentuk kelapa bulat yaitu hanya 11,1%. Hal
ini disebabkan karena sulitnya mencari tenaga kerja dan infrastruktur yang kurang
mendukung seperti jalan rusak, yang menimbulkan permintaan kelapa bulat dari
lebih tinggi. Beberapa petani tetap menjual kelapa bulat walaupun dengan harga
kelapa bulat dan kopra mentah tersebut dijual. Peneliti mengikuti informasi dari
Desa),1 orang pedagang kelapa bulat (Pedagang Luar Kota), dan 3 orang
dalam tingkat pendidikan, dimana dari 11 orang pedagang hanya 2 orang yang
tahun (SMP), bahkan masih ada 2 orang yang menempuh pendidikan 6 tahun
penelitian cukup lamayaitu dari 10 tahun hingga 30,2 tahun. Hal ini menunjukkan
dalam.
dalam dapat dipanen setelah berumur 6-7 tahun dan dipanen 3-4 kali per tahun.
Jumlah petani responden adalah sebanyak 63 orang. Petani kelapa dalam di daerah
penelitian menjual kelapa dalam dengan dua bentuk yaitu kelapa bulat dan kopra
mentah. Berikut adalah rata-rata luas lahan, produksi, dan harga jual petani
Tabel 11. Rata-rata Luas Lahan, Produksi dan Harga Jual Petani Responden
di Kecamatan Mendahara Tahun 2019
Rata-rata
Produk yang Jumlah
Saluran
Dipasarkan Petani Luas Lahan Produksi (per Harga Jual
(Ha) Panen) (Rupiah)
Kelapa Bulat Saluran I 7 2 5.285,71 butir 700/butir
Kopra Saluran I 45 2,24 2.555,55 kg 2.219/kg
Mentah
Saluran II 11 5,73 6.454,54 kg 2.450/kg
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019
terbesar terdapat pada saluran II yaitu 5,73 ha. Produksi rata-rata yang dihasilkan
petani yang menjual kelapa bulat yaitu 5.285,71 butir/panen dan produksi rata-rata
yang dihasilkan petani yang menjual kopra mentah pada saluran I dan II yaitu
45
berbeda jauh dengan harga kopra mentah. Harga kelapa bulat yang diterima petani
yaitu Rp 700 per butir sedangkan harga kopra mentah pada saluran I dan II
orang, yang terbagi menjadi dua menurut produk yang dipasarkan yaitu
kelapa bulat dan kopra mentah. Adapun petani yang menjual kelapa bulat
orang.
petani yang menjual kopra mentah dengan pabrik. Agen pabrik memiliki
yaitu 1 orang.
46
bulat dari pedagang luar kota dan menjual kelapa di pasar angso duo
barang dan jasa yang meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik
kegunaan tempat dan waktu, yang meliputi fungsi penyimpanan dan fungsi
pengumpul desa, pedagang luar kota, dan pedagang pengecer. Pada saat panen,
Setelah itu kelapa di tumpukkan di lahan dan pedagang pengumpul akan datang
47
menghitung kelapa yang akan diterima kemudian akan di angkut langsung oleh
pedagang luar kota dengan menggunakan mobil truk. Beberapa petani lain ada
biasanya dilakukan pada sore atau malam hari, dan langsung dibawa ke Kota
Jambi. Kelapa bulat dijual dengan hitungan butir, dan jumlah petani yang menjual
pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa penyimpanan dan
48
pertukaran berupa pembelian yaitu dengan membeli kelapa bulat yang tersedia
dari petani dan fungsi pertukaran berupa penjualan yaitu dengan menjual kelapa
bulat yang sudah terkumpul ke pedagang luar kota. Fungsi fisik yang dilakukan
sebelah rumah pedagang pengumpul desa sebelum dijemput atau dibeli oleh
pedagang luar kota. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar yaitu pembagian
pemasaran lainnya yang telah membeli atau menjual kelapa bulat. Penanggungan
resiko yang dihadapi oleh pedagang pengumpul desa yaitu fluktuasi harga.
penjualan, fungsi fisik berupa pengangkutan, dan fungsi fasilitas berupa informasi
dengan membeli kelapa bulat yang tersedia dari pedagang pengumpul desa dan
pedagang pengecer yang menjadi langganan yang berada di Kota Jambi. Fungsi
fisik yang dilakukan berupa pengangkutan yaitu menjemput kelapa bulat dari
kendaraan roda 4 yaitu mobil truk dengan muatan 7.000 – 8.000 butir atau pick up
dengan muatan 2.000 – 4.000 butir. Fungsi fasilitas berupa informasi pasar yaitu
lembaga pemasaran lainnya yang telah membeli atau menjual kelapa bulat.
Penanggungan resiko yang dihadapi oleh pedagang luar kota yaitu resiko
trasportasi.
49
dengan membeli kelapa bulat dari pedagang luar kota dan fungsi pertukaran
berupa penjualan yaitu dengan menjual kelapa bulat ke konsumen di pasar Angso
Duo dan pasar Talang Banjar. Fungsi fisik yang dilakukan berupa penyimpanan
yaitu di gudang penyimpanan atau tempat penjualan kelapa bulat yang berada di
pasar Angso Duo dan pasar Talang Banjar sambil melakukan proses penjualan.
harga.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mulai dari
Konsumen Pedagang
Pengecer
desa, pedagang luar kota, pedagang pengecer dan konsumen. Petani kelapa bulat
sebanyak 7 orang atau 11,1% dari total responden yang menjual ke pedagang
kota yang datang dari Kota Jambi. Kemudian pedagang luar kota membagikan ke
Selain kelapa bulat, petani juga menjual dalam bentuk kopra mentah dengan
alasan harga lebih tinggi. Awalnya petani menjual kelapa dengan bentuk kopra
kering tetapi pada tahun 1998 petani mulai menjual kopra mentah. Hal ini
Fatty Acid) tinggi, serta kotoran-kotoran lain selama proses pembuatan dan
kopra. Dengan adanya hal tersebut pihak pabrik mengadakan kesepakatan dengan
petani akan menerima dalam bentuk kopra mentah. Hal ini lebih menguntungkan
Jumlah petani yang menjual kopra mentah yaitu 45 orang pada saluran I
atau 71,4% dan 11 orang pada saluran II atau 17,5% dari jumlah sampel.
Pemasaran kopra mentah melibatkan petani, agen pabrik dan pabrik. Proses
pengolahan kelapa menjadi kopra mentah dikerjakan di lahan. Dari kelapa bulat,
dilakukan pembelahan menjadi dua bagian untuk membuang air kelapa, kemudian
51
karung atau setara dengan 2.100 – 3.500 kg dengan harga hitungan per karung
kwitansi ke agen pabrik dan ditukar sesuai harga yang disepakati. Adapun biaya
yang dikelurkan petani untuk pengangkutan kopra mentah ke pabrik akan diganti
perantara agen pabrik. Petani yang menjual langsung ke pabrik rata-rata adalah
petani yang memiliki luas lahan yang lebih besar dari petani yang menjual melalui
agen pabrik. Sama halnya dengan petani yang melalui agen pabrik, petani yang
alat transportasi.
52
petani yang menjual kopra mentah yaitu fungsi pertukaran berupa penjualan,
kopra mentah ke agen pabrik dengan menjual hasil panen. Fungsi fisik berupa
pengangkutan yang dilakukan petani yaitu dilakukan oleh petani yang menjual
langsung ke pabrik dan petani yang melalui agen. Perbedaannya adalah biaya
pengangkutan kopra mentah pada petani yang melalui agen, akan diganti oleh
agen itu sendiri. Petani yang menjual kopra mentah melalui agen akan mengantar
kwitansi dan menukarkannya ke agen sesuai harga yang disepakati. Fungsi fisik
dalam karung dengan isi 70 kg kemudian diikat menggunakan tali rafiah. Fungsi
perkembangan harga yang diperoleh dari sesama petani yang telah menjual kopra
mentah. Fungsi fasilitas berupa penanggungan resiko yaitu harga jual kopra
pertukaran berupa pembelian yaitu membeli kopra mentah dari petani dan fungsi
pertukaran berupa penjualan yaitu menjual kopra mentah ke pabrik melalui petani
perkembangan harga yang diperoleh dari sesama agen yang telah menjual kopra
Pengumpulan data diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mulai dari
Petani
(1)
(2)
Agen Pabrik
Pabrik
= Saluran Pemasaran II
a. Saluran Pemasaran I
Saluran pemasaran I terdiri dari petani, agen pabrik dan pabrik. Petani yang
dengan luas lahan yang lebih kecil dari petani pada saluran II serta yang
membutuhkan uang dengan cepat dan jumlah yang besar. Setelah kelapa
61,83%.
agen masing-masing
b. Saluran Pemasaran II
menjual kopra mentah ke pabrik. Petani yang terlibat dalam saluran ini lebih
persentase 38,17%. Petani yang terdapat pada saluran ini merupakan petani
adalah tunai. Berbeda dengan kopra mentah, sistem pembayaran pada produk ini
ada dua bentuk yaitu menggunakan kwitansi pada petani yang melalui agen pabrik
dan tunai pada petani yang langsung menjual ke pabrik. Untuk mengetahui harga
56
kelapa bulat dan kopra mentah pada masing-masing lembaga dapat dilihat pada
Tabel 14 berikut.
Tabel 14. Rata-rata Harga Jual Kelapa Bulat dan Kopra Mentah di
Kecamatan Mendahara Tahun 2019
Tabel 14 menjelaskan bahwa harga jual petani kelapa bulat yaitu Rp 700 per
desa mejual ke pedagang luar kota dengan harga rata-rata Rp 1.300 per butir yang
kemudian akan dijual kembali oleh ke pedagang luar kota ke pedagang pengecer
dengan harga rata-rata Rp 2.300 per butir. Pedagang pengecer kemudian akan
menjual ke konsumen dengan harga rata-rata Rp 4.300 per butir. Harga jual rata-
rata kopra mentah yang diperoleh petani yaitu Rp 2.450 per kg dimana petani
langsung menjual ke pabrik tanpa perantara, sedangkan petani yang menjual kopra
lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan karena
yang dilakukan, semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran (Soetriono dan Anik Suwandri, 2016). Biaya yang dikeluarkan pada
pemasaran kelapa bulat yaitu biaya pengumpulan, biaya pengangkutan, dan biaya
pengangkutan. Adapun biaya pemasaran kelapa bulat dan kopra mentah setiap
Tabel 15. Biaya Pemasaran Kelapa Bulat dan Kopra Mentah setiap Saluran
Pemasaran di Kecamatan Mendahara Tahun 2019
Kelapa Bulat
Komponen Biaya Pemasaran
Saluran Lembaga
Biaya (Rp/Butir)
I Pedagang Tenaga Kerja 100
Pengumpul Desa Penyimpanan 65
Jumlah 165
Pedagang Luar Kota Tenaga Kerja 100
Pengangkutan 150
Retribusi 20
Jumlah 270
Pedagang Pengecer Tenaga Kerja 100
Penyimpanan 80
Retribusi 15
Jumlah 195
Total 630
Kopra Mentah
Komponen Biaya Pemasaran
Saluran Lembaga
Biaya (Rp/kg)
I Agen Pabrik Pengangkutan 86
Jumlah 86
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019
kelapa bulat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran kopra
mentah. Pada saluran I kelapa bulat total biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu
sebesar Rp 630 per butir, dimana lembaga dengan biaya paling besar yaitu
pedagang luar kota sebesar Rp 270 per butir. Biaya yang dikeluarkan oleh
58
lembaga lain yaitu pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer yaitu
masing-masing sebesar Rp 165 per butir dan Rp 195 per butir. Pada pemasaran
produk kopra mentah, biaya pemasaran yang dikeluarkan yaitu untuk biaya
untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan
kelapa bulat dan 2 saluran pada kopra mentah. Besarnya marjin pemasaran pada
pemasaran dimulai dari tingkatan pedagang. Oleh karena itu biaya pemasaran
tingkat petani tidak dimuat pada tabel marjin pemasaran untuk menghindari
diketahui. Hasil perhitungan marjin pemasaran pada setiap lembaga dapat dilihat
satu saluran. Saluran ini merupakan saluran pemasaran yang cukup panjang yang
dimana terdiri dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang luar kota,
pengumpul desa dengan harga Rp 700/butir dan akan dijual ke pedagang luar kota
pedagang luar kota akan menjual ke beberapa pedagang pengecer dengan harga
kelapa bulat sebesar Rp 3.600/butir. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman
(2014) yang menyatakan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat akan
Saluran
Lembaga Pemasaran I II
Nilai (Rp/kg) Nilai (Rp/kg)
Petani
Harga Jual 2.219 2.450
Agen Pabrik
Biaya Pemasaran 86 -
Harga Beli 2.219 -
Harga Jual 2.500 -
Keuntungan 195 -
Marjin 281
Pabrik
Harga Beli 2.500 2.450
Total Biaya (Rp/kg) 86 0
Total Keuntungan (Rp/kg) 195 0
Total Marjin Pemasaran (Rp/kg) 281 0
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019
pemasaran I terdiri dari petani, agen pabrik dan pabrik yang menjadi konsumen
akhir. Harga beli agen pabrik ke petani yaitu Rp 2.219/kg dan dijual ke pabrik
dengan harga Rp 2.500/kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan agen pabrik yaitu
dimana petani menjual kopra mentah langsung ke pabrik. Harga jual dari petani ke
pabrik yaitu Rp 2.450/kg. Harga kopra mentah yang diterima petani dari pabrik
berbeda dengan harga yang diterima agen pabrik. Hal ini dikarenakan adanya
(2014) yang menyatakan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat akan
Farmer’s Share merupakan persentase harga yang diterima oleh petani dari
Perhitungan yang dilakukan yaitu harga jual ditingkat petani dibagi dengan harga
beli konsumen akhir. Bagian yang diterima petani tersebut dinyatakan dalam
ditingkat petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen sehingga akan
menurunkan nilai farmer’s share. Hasil perhitungan farmer’s share setiap saluran
Tanjung Jabung Timur berdasarkan harga yang ada pada tingkat petani dan harga
Penerimaan petani (farmer’s share) yang diterima oleh petani pada saluran
pemasaran yang terbentuk di lokasi penelitian hanya ada satu saluran untuk kelapa
bulat dan dua saluran untuk kopra mentah. Penerimaan petani kopra mentah pada
saluran I dan saluran II masing-masing sebesar 100% dan 89%. Hal ini
rantai pemasaran yang tidak banyak melibatkan lembaga pemasaran dan pada
100% untuk petani karena petani langsung menjual ke pabrik yang merupakan
konsumen akhir. Pada saluran pemasaran kelapa bulat, untuk mencapai konsumen
akhir harus melewati lembaga pemasaran yang cukup panjang yaitu dari petani ke
pedagang pengumpul desa, pedagang luar kota, pedagang pengecer hingga sampai
kelapa dalam sangat rendah dengan persentase 16%. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Erzal (2015) mengenai besaran farmer’s share, semakin
pendek saluran pemasaran maka nilai farmer’s share akan semakin tinggi karena
setiap saluran (Ali et al, 2017). Biaya yang dikeluarkan oleh anggota saluran
saluran pemasaran kelapa bulat dan kopra mentah dapat dilihat pada Tabel 19
berikut.
Tabel 19. Data Rasio Keuntungan Setiap Lembaga Pemasaran Kelapa Bulat
dan Kopra Mentah di Kecamatan Mendahara Tahun 2019
Produk Rasio
Keuntungan
yang Saluran Lembaga Biaya Keuntungan
Pemasaran
dipasarkan dan Biaya
Kelapa Bulat I PPD Rp 435/butir Rp 165/butir 2,6
PLK Rp 730/butir Rp 270/butir 2,7
PP Rp 1.805/butir Rp 195/butir 9,3
Kopra I Agen Rp 195/kg Rp 86/kg 2,3
Mentah Pabrik
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2019
mencapai 9,3. Hal ini berarti bahwa besar keuntungan yang didapat tiap satu
satuan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar 9,3 rupiah.
Sedangkan pada lembaga lainnya yaitu pedagang pengumpul desa, pedagang luar
kota, dan agen pabrik memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang jauh
64
berbeda dengan pedagang pengecer. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rasio
Tabel 20. Data Rasio Keuntungan Setiap Saluran Pemasaran Kelapa Bulat
dan Kopra Mentah di Kecamatan Mendahara Tahun 2019
Mendahara yaitu berbeda antara kelapa bulat dan kopra mentah. Rasio keuntungan
terhadap biaya pada kelapa bulat yaitu 4,7 yang berarti besar keuntungan yang
didapat tiap satu satuan biaya yang dikeluarkan pada saluran pemasaran kelapa
bulat sebesar 4,7 rupiah. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran
I kopra mentah yaitu 2,3 yang artinya besar keuntungan yang didapat tiap satu
satuan biaya yang dikeluarkan pada saluran pemasaran I sebesar 2,3 rupiah. Selain
itu terdapat satu saluran kopra mentah yaitu saluran II yang tidak dimuat pada
terdefenisi seperti pada hasil penelitian Safira (2018). Saluran pemasaran kelapa
memiliki nilai diatas satu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran
terjadi di Kecamatan Mendahara yaitu terdapat satu saluran kelapa bulat dan dua
menguntungkan antara kelapa bulat dan kopra mentah dengan penyetaraan harga
kelapa. Harga 1 kg kopra mentah yaitu Rp 2.335 sedangkan harga kelapa per butir
yaitu Rp 700. Apabila kelapa bulat dikonversikan menjadi kopra mentah, maka
harga yang diterima yaitu Rp 2.100. Dari hal ini dapat dilihat bahwa produk yang
menguntungkan adalah kopra mentah, dimana harga kopra mentah lebih tinggi
ini terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan terdapat dua produk
kelapa dalam yang dipasarkan petani yaitu kelapa bulat dan kopra mentah. Kelapa
bulat terdiri dari satu saluran pemasaran yaitu petani-pedagang pengumpul desa-
terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu petani-agen pabrik-pabrik dan petani-
pabrik. Pilihan produk yang akan dipasarkan dan saluran pemasaran ditambah
66
dengan perhitungan biaya dan perbedaan harga akan meyakinkan petani untuk
pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya antar produk
yang dipasarkan. Hasil perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio
keuntungan terhadap biaya antar produk yang dipasarkan akan meyakinkan petani
untuk memilih salah satu produk yang lebih menguntungkan. Petani seharusnya
memilih marjin pemasaran yang lebih rendah, farmer’s share yang tinggi dan nilai
rasio keuntungan terhadap biaya yang lebih tinggi. Pemasaran kopra mentah
memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari kelapa bulat dengan selisih harga
Rp 235/kg.
dan biaya dalam pemasaran kelapa sehingga bagi pedagang yang sudah
cukup panjang mulai dari petani – pedagang pengumpul desa – pedagang luar
kelapa bulat mengakibatkan rendahnya harga yang diterima petani. Upaya yang
pasar lelang kelapa bulat akan menjadi fasilitator dan intermediasi antar petani
dan pembeli baik pedagang pengumpul desa, pedagang luar kota, pedagang
67
pengecer, dan konsumen akhir dengan jaringan pemasaran yang lebih pendek dan
kepada para petani dalam kegiatan usahatani kelapa dalam sampai pemasarannya
Lapangan (PPL).