Anda di halaman 1dari 16

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu

kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses
tersebut
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue (TSR),
kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture
content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah
terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat
kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan
limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat,
kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari
peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun
dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999:
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut untuk daftar
lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari Pemerintah Indonesia.

Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya dapat dilaksanakan di
dalam unit kegiatan industri (on-site treatment) maupun oleh pihak ketiga (off-site treatment) di
pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengolahan dilaksanakan secara on-site treatment,
perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

 jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar teknologi
pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi terhadap jenis limbah di
masa mendatang juga perlu dipertimbangkan
 jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat menjustifikasi biaya
yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula berapa jumlah limbah dalam
waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan)
 pengolahan on-site memerlukan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani proses
pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya manusianya
 peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan Pemerintah di
masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat memenuhi standar

Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di
antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TUjuan utama
dari chemical conditioning ialah:
o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o mendestruksi organisme patogen
o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki
nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

o Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada
tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada
dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada
tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan
centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada
tahapan awal ini.
o Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan
memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi.
Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan
bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini
ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,
polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
o De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat
pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa
digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt
press.
o Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting.
Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,
atau injection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan
sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan
menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas
limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu
bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
o Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
o Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
o Precipitation
o Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
o Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
o Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa
lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan


bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing,
in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan
limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif
kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari
sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber,
multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis
insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat
mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

Penanganan Limbah B3

Hazardous Material Container

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang
mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa
kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta
harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk
limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam
harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam
atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki
persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus
dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat
berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per
kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400
kg per kemasan.

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan
dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan
harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus
diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan
penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke
arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi
yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem
penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan
yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan
dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan


pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan
pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal
pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang
harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi
pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang
berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak
berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan
head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk
mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus
selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di
setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.

Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan faktor-faktor lainnya
harus diperhatikan agar secured landfill tidak merusak lingkungan. Pemantauan pasca-operasi
harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air tidak terkontaminasi oleh limbah B3.

Pembuangan Limbah B3 (Disposal)

Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang
tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak
digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur pembuangan).
Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured
landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3) landfill clay liner dan masing-
masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.

Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar,
sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi
(leachate), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem
pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup
terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung
drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus dilapisi
sistem pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui
apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak boleh
dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.

Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan
masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap efek yang mungkin ditimbulkan. Data
menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan pada
tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat sebagai
salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke
sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang
berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama
halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi
serta hidrogeologi wilayah setempat.
Limbah B3 diinjeksikan se dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang
mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti
shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman
sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.

Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah
dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal
tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi,
memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat
aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami
dalam formasi geologi.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur
dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika
Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:

1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal
keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.
2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas,
limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.

METODE PEMBELAJARAN
DISKUSI DAN PRESENTASI
MATERI PLH KELAS X SMA SEMESTER 2

LIMBAH B3 “BAHAN, BERBAHAYA, BERACUN”


Pengertian B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup
dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lain.

Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun
jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa


(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Tujuan pengelolaan limbah B3

Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau


kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya
kembali.

Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik
penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi
semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan
limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada
fungsi semula.

Identifikasi limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

         Limbah B3 dari sumber spesifik;

         Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

         Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

         mudah meledak;

         pengoksidasi;

         sangat mudah sekali menyala;

         sangat mudah menyala;

         mudah menyala;

         amat sangat beracun;

         sangat beracun;

         beracun;

         berbahaya;

         korosif;

         bersifat iritasi;

         berbahayabagi lingkungan;

         karsinogenik;

         teratogenik;

         mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun
1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

         mudah meledak;

         mudah terbakar;

         bersifat reaktif;


         beracun;

         menyebabkan infeksi;

         bersifat korosif.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah


sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia.
Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih
sangat kurang di negara ini.

Pengelolaan dan pengolahan limbah B3

Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan,


pengolahan dan penimbunan.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian


Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus
dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan
pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian


Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5
September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun

Kreatif Mengelola Limbah Rumah Tangga”

Oleh: ANASTASIA WIDIYANTI

Sampah dan limbah selain menebar bau tak sedap juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Tapi, karena sampah dan limbah bersumber dari aktivitas manusia, maka tak seorang pun bisa
menghindar dari sampah dan limbah. Diperkirakan, volume sampah dan limbah yang dihasilkan
setiap orang setiap hari rata-rata mencapai 2 kg. Bahkan, baik volume maupun jenis sampah dan
limbah bisa bertambah karena perilaku hidup masyarakat yang kian konsutif.
Membiarkan sampah dan limbah membusuk, jelas bukan sikap bijak. Sebab selain
mengganggu keindahan dan kesehatan lingkungan, juga menimbulkan berbagai dampak negatif
antara lain: a. Menjadi sarang hama penyakit; b. Dapat mengeluarkan gas methan, salah satu gas
rumah kaca (GRK) penyebab pemanasan global; c. Mengganggu saluran air yang menyebabkan
terjadinya banjir; d. Menimbulkan polusi udara, dan sebagainya.

Lantas, apa yang mesti dilakukan ?

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah dan limbah antara lain:

1. Menerapkan Pola 3-R (Reduce-Reuse-Recycle) yakni:

Mengurangi sampah dengan cara memanfaatkan barang-barang yang ramah lingkungan,


misalnya menggunakan lap atau handuk kecil yang dapat dipakai berulangkali ketimbang
memakai tisu, membawa air minum dalam tempat yang aman daripada membeli air
minum kemasan, bila berbelanja membawa tas atau kantong yang dapat dipakai berkali-
kali dari pada memakai kantong plastik, dan sebagainya.

Memakai kembali dengan cara memanfaatkan sesuatu prduk selama mungkin, misalnya
menggunakan kantong/tas plastik berulang-ulang selama kantong/tas itu belum rusak.

Mendaur ulang dengan menggunakan produk tersebut setelah berubah bentuk.

2. Memilah Sampah untuk memudahkan pengelolaannya. Cara pemilahan sampah rumah tangga
adalah sebagai berikut:

Siapkan tempat sampah terpisah di tempat-tempat strategis di rumah anda, di dapur dan di
ruang keluarga.

Siapkan paling kurang 2(dua) macam tempat sampah, satu untuk sampah organik yang
dapat diolah menjadi kompos dan satu lagi untuk anorganik. Akan lebih baik lagi jika
ditambah satu lagi, yakni untuk sampah anorganik yang tidak dapat diolah kembali alias
residu.
Langsung pilah pada saat membuang sampah.

- Sampah An-Organik: Sampah yang tidak mudah/bisa membusuk/lapuk seperti plastik,


kaleng, aluminium foil, styrofoam, kaca/gelas, koran, dan lain-lain.

- Sampah Organik: Sampah yang mudah membusuk/lapuk seperti daun, kulit kupasan
buah, ampas juice, ampas kopi, sampah dapur, kotoran binatang vegetarian, bunga, sisa
makanan, dan sebagainya

- Residu: Kertas tisu, bekas pokok bayi, pembalut wanita, bola lampu dan sebagainya.

Dalam skala besar, limbah organik dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi kompos.
Sedangkan limbah anorganik dapat didaurulang menjadi berbagai produk jadi atau menjadi
bahan baku dari berbagai produk.

Namun dalam skala rumah tangga, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengelola
sampah dan limbah di lingkungan rumah sendiri secara bijak, antara lain dengan melakukan
pengomposan sampah/limbah organik, memanfaatkan limbah anorganik selama mungkin, atau
menyerahkannya kepada pemulung.

Membuat Kompos

Dewasa ini telah banyak orang memanfaatkan sampah/limbah organik rumah tangga dengan
menjadikannnya kompos. Selain pembuatannya tidak sulit, kompos juga banyak dimanfaatkan
untuk menyuburkan tanah sehingga banyak pihak yang membutuhkannya. Pemulihan kualitas
tanah dengan kompos, jauh lebih baik ketimbang mengggunakan pupuk kimia, karena tidak ada
efeknya yang dapat mencemari lingkungan.

Ada beberapa metoda pembuatan kompos, baik dengan alat dan aktivator maupun tidak. Namun
untuk skala rumah tangga adalah sebagai berikut:

1. Cara Tanam:
Buat lubang galian di tanah sedalam 50-100 cm, atau sesuai kebutuhan. Upayakan agar
jarak dari sumur minimal 10 meter agar tidak mencemari air sumur.

Masukkan sampah organik yang sudah ditiriskan dan dipotong-potong ke dalam lubang.

Tutup dengan lapisan tanah untuk mencegah bau dan membantu proses pengomposan. Bila
perlu tambahkan kotoran binatang (ayam, burung, kambing dan sebagainya).

Lakukan berulang-ulang hingga lubang penuh. Tutup rata dengan tanah, tunggu sekitar 3
bulan, gali kembali dan diangin-anginkan.

Kini kompos siap dipergunakan atau disimpan dan lubang dapat dipergunakan kembali.

2. Dengan Drum/Kontainer

Sediakan wadah, lubangi dasarnya agar rembesan air dapat keluar. Untuk wadah yang
cukup besar tanam sekitar 10 cm dari permukaan tanah, untuk wadah kecil beri alas
untuk menampung rembesan.

Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil-kecil (dicacah), dan taburi dengan
selapis tipis tanah atau serbuk gergaji, tambahkan dengan kotoran binatang (ayam,
burung atau kambing) jika perlu.

Ulang berkali-kali hingga penuh, taburi dengan tanah, tunggu sekitar 2(dua) bulan. Untuk
wadah kecil bisa langsung dipergunakan sebagai media tanam, sedang untuk wadah besar
keluarkan isinya dan diangin-anginkan selama 2(dua) minggu. Setelah itu kompos sudah
bisa dipakai.

3. Masalah Yang Mesti Dihindar

Hal yang harus dihindari dalam pembuatan kompos adalah menyebarnya bau busuk,
banyaknya lalat, tikus, kecoa, semua atau belatung. Ini bisa terjadi karena material
sampah/limbah terlalu basah atau kurang udara.
Untuk mengatasi masalah ini, maka aduklah kompos agar mendapat tambahan udara,
campur dengan serbuk gergaji, guntingan koran atau jerami atau 2-3 genggam bubuk kapur
sebelum menambah tumpukan. Jangan menaruh susu, tulang dan makanan hasil laut.

Mengelola Sampah Anorganik

- Pergunakan produk anorganik selama mungkin, sepanjang masih dapat dipergunakan.


Misalnya, kantoong plastik dipakai berkali-kali sebelum dibuang, gelas bekas air kemasan
sebagai tempat pembibitan, simpan kardus bekas kue untuk dipergunakan kembali pada
kesempatan berikutnya, dan sebagainya.

- Perlakukanlah limbah anorganik rumah tangga dengan baik, sehingga dapat disumbangkan
/dijual kepada pemulung dan dapat memberi manfaat ekonomis.

- Kembangkan kreativitas agar barang-barang bekas/tidak terpakai masih dapat terus


dimanfaatkan.

- Kertas dan amplop dapat dipakai berkali-kali (beri sedikit penjelasan kepada yang mendapat
kertas/amplop bekas agar mereka memakluminya) atau dapat dibuat kertas daur ulang.
(LS2LP)

Mengolah Limbah Rumah Tangga


oleh: Adi2007     Pengarang : Adi

 Summary rating: 2 stars (619 Tinjauan)


 Kunjungan : 59393
 kata:600 
 Comments : 1

More About : limbah rumah tangga


Summarize It

 
<a
href='http://a.tribalfusion.com/h.click/anmQCNRrEvSdraUG3P4b6pnHArYTqM4djAPsjH2mQLoH6mTHQ
9XrQ8YUZb60aqoRFnGTbQSWH3YmFjpRUjpXErs5EYi4TYRoEBIXFU6TWMRoAnZansvwodrH3Tn73Hmm5
PJIpFfEXsfRYVYV0cBwpT743FQSTUZbZbVAYYRTQRS965s8A5MGantrZaYwH20yAelnrqwR9QS8pUxgG/htt
p://ads.planet49.com/www/delivery/ck.php?n=a5fa0d04' target='_blank'><img
src='http://ads.planet49.com/www/delivery/avw.php?
zoneid=1724&amp;n=a5fa0d04&amp;ct0=http://a.tribalfusion.com/h.click/anmQCNRrEvSdraUG3P4b6p
nHArYTqM4djAPsjH2mQLoH6mTHQ9XrQ8YUZb60aqoRFnGTbQSWH3YmFjpRUjpXErs5EYi4TYRoEBIXFU6
TWMRoAnZansvwodrH3Tn73Hmm5PJIpFfEXsfRYVYV0cBwpT743FQSTUZbZbVAYYRTQRS965s8A5MGantr
ZaYwH20yAelnrqwR9QS8pUxgG/' border='0' alt='' /></a>

Dengan kemajuan bioteknologi seperti sekarang ini, kiranya tidak terlalu sulit lagi bagi kita untuk
mengupayakan pengolahan limbah rumah tangga sendiri, dengan lebih baik dan lebih produktif.

Mungkin kalau Anda bekerja di bidang perikanan, pertanian, peternakan, atau perkebunan, Anda tidak
asing lagi dengan sebuah teknologi pengolahan limbah yang memanfaatkan jasa mikroorganisma-
mikroorganisma pengurai, khususnya yang berhubungan dengan amoniak, nitrit, H2S, dan sejenisnya.

Contoh paling sederhana dan jelas mengenai mekanisme penguraian ini adalah sebuah ekosistem di
akuarium yang lengkap. Dalam pelajaran biologi untuk sekolah menengah saat ini telah dijelaskan sekilas
mengenai hal ini, namun demikian barangkali ada yang kurang memperhatikan topik tersebut.

Secara umum dan singkat, mata rantai di dalam akuarium dapat digambarkan seperti ini: ikan-ikan (atau
individu-individu lain sejenisnya) memproduksi sisa metabolisme mereka yang berupa kotoran, dan sisa
pakan, atau selaput lendir yang terkelupas, yang akan diuraikan oleh mikroorganisma pengurai yang
bertugas menanganinya menjadi amoniak (NH3). Oleh bakteri-bakteri amoniak tersebut akan diuraikan
menjadi nitrit (NO2), yang pada gilirannya akan diuraikan oleh bakteri lain menjadi nitrat (NO3). Sampai
di sini nitrat tersebut sudah dapat dimanfaatkan oleh organisma yang berupa tanaman, termasuk jenis-
jenis lumut (algae), selain jenis-jenis tanaman yang lebih besar. Dengan cara inilah keseimbangan
ekosistem di dalam akuarium itu dapat bertahan, kestabilan kualitas air terjaga, dan kehidupan individu-
individu yang ada di dalamnya dapat berlangsung dengan baik.

Dalam contoh tersebut bisa kita lihat dengan jelas besarnya peranan mikroorganisma (yang tidak dapat
kita lihat dengan mata telanjang itu) dalam memelihara keseimbangan ekosistem. Hal tersebut
sebenarnya juga berlaku bagi keseimbangan ekosistem di lingkungan lain, seperti misalnya pekarangan
kita, atau septik tank.

Seringkali kita kurang memperhatikan apa saja yang telah kita masukkan atau kita tebarkan ke dalam
tempat-tempat penting yang sering dianggap kotor tersebut. Kita lupa bahwa tempat 'kotor' tersebut
justru yang menjaga agar lingkungan kita menjadi 'bersih'.
Seringkali tanpa kita sadari kita telah memiliki kebiasaan yang justru dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan tersebut, misalnya saja: memasukkan sabun cuci (deterjen) atau karbol wangi ke lubang WC,
membuang sisa sabun, bensin, atau apa pun yang bersifat racun dan bisa membunuh semua
mikrorganisma (termasuk yang menguntungkan) ke tanah pekarangan kita, dsb. Semua tindakan
tersebut, khususnya kalau terjadi secara rutin, akan mengganggu keseimbangan lingkungan, dan pada
gilirannya akan menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan yang seriu pada lingkungan hidup kita.

Bagaimana mengatasinya?
Syukurlah, saat ini telah beredar beberapa produk dalam negeri (dan tentu ada pula yang impor), yang
memang bertujuan untuk mengatasi masalah ini. Produk-produk tersebut biasanya dijual dalam bentuk
serbuk (hanpir seperti pupuk kandang), ada pula yang dikemas dalam sebuah kotak. Terdapat pula
beberapa produk untuk akuarium dalam bentuk cair. Pemakaiannya cukup irit, dan harganya pun tidak
meguras kantong, hanya seharga Anda membeli pupuk untuk tanaman. Salah satu contoh (yang pernah
saya gunakan) adalah sebuah produk bernama 'Star Bio Plus', seratus persen hasil produksi anak bangsa.
Dengan demikian septik tank Anda akan lebih terjaga, pekarangan Anda tetap subur (atau bahkan
'menjadi' subur), dan siapa tahu Anda bisa berjualan kompos?

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/1642371-mengolah-limbah-rumah-tangga/#ixzz25YY1x7Em

Anda mungkin juga menyukai