Dengan semakin tingginya kebutuhan energi pada saat ini maka industri pengeboran lepas pantai
dituntut untuk bisa mengeksplorasi lautan atau daerah yang belum bisa dijamah sebelumya. Saat ini disain
yang paling mutakhir adalah untuk kedalaman laut sampai 12.000 ft (3.567 meter). Dikarenakan jarak atau
kedalaman laut yang sangat dalam ini maka bidang pengontrolan sumur pun harus mampu mengikuti
perkembangan tersebut.
Blow Out Preventer (BOP) merupakan secondary well control. Maksudnya adalah bahwa BOP hanya
berada di urutan kedua dalam proses pengendalian sumur. Primary well control menggunakan lumpur, karena
lumpur akan menjembatani antara kita yang berada di permukaan dan sumur. Seandainya lumpur sudah tidak
mampu lagi mengendalikan sumur maka BOP akan berfungsi untuk mengisolasi sumur untuk sementara
waktu. Waktu adalah sangat penting pada saat sumur mengalami situasi well control. Sesuai dengan API STD
53 menyatakan bahwa sistem kontrol BOP harus mampu menutup annular dalam waktu minimal 30 detik
untuk BOP dengan ID lebih kecil dari 18‐3/4” dan 45 detik untuk BOP dengan ID lebih besar dari 18‐3/4”.
Sistem kontrol BOP adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan pengontrolan BOP yang
terpasang di dasar laut atau di permukaan. Pada saat ini ada beberapa jenis sistem kontrol pada BOP, yaitu :
1. Sistem Konvensional: Sistem yang bekerja dengan mengirimkan sinyal hidrolik ke BOP untuk
melakukan pengontrolan atau mengaktifkan komponen yang ada pada BOP. Sinyal hidrolik akan
mengaktifkan (bisa membuka atau menutup) katup SPM (SPM Valves) kemudian fluida kontrol akan
menggerakkan komponen BOP.
Gambar 1 : Sistem Konvensional (sumber NL Shaffer)
Cara kerja sistem konvensional :
Pada saat tombol ditekan di salah satu panel, maka sinyal listrik akan dikirimkan ke HPU. Sinyal
listrik tadi akan mengaktifkan solenoid untuk memberikan angin yang akan menggerakkan valve
tertentu (sesuai dengan fungsi yang ditekan) untuk memberikan fluida bertekanan ke pod hose
reel.
Dari pod hose reel sinyal hidrolik tadi akan diteruskan ke BOP dan sinyal hidrolik akan
menggerakkan SPM untuk melewatkan fluida bertekanan menuju fungsi yang di inginkan.
Fluida bertekanan akan mengisi “chamber” atau menggerakkan piston untuk melakukan fungsi.
Fluid yang ada di sisi lain dari piston akan dibuang ke laut.
Sinyal hidrolik akan diteruskan ke permukaan untuk mengetahui berapa tekanan yang ada pada
fungsi yang diaktifkan tadi, ini dinamakan readback. Readback adalah indikator utama yang kita
lihat sebagai bukti bahwa fungsi sudah terjadi dengan sempurna.
Biasanya setiap fungsi akan dicatat waktunya. Waktu fungsi akan dihitung dimulai pada saat
penekanan tombol di panel sampai dengan tekanan readback kembali normal.
Jumlah dan tekanan fluida di dalam accumulator akan berkurang setiap kali fungsi dijalankan.
Disinilah fungsi triplex pump dan air pump yang akan memompa fluida kembali ke accumulator
yang ada di permukaan dan di BOP.
Komponen utama pada sistem konvensional :
a. Panel Driller : Berada di rig floor dan dekat dengan driller sebagai orang yang akan
mengoperasikan panel ini pada saat emergency. Panel ini dan panel yang berada di toolpusher
terhubung dengan kabel ke HPU.
b. Panel Toolpusher: Berada di ruangan toolpusher, seandainya panel driller tidak bisa akses
dikarenakan kebakaran atau adanya situasi darurat lainnya maka panel ini yang akan dipakai.
c. Emergency Power Pack: Berfungsi untuk menyediakan tenaga listrik pada saat sistem
pembangkitan tenaga utama di rig tidak berfungsi.
d. Hydraulic Power Unit: Menyediakan sumber tenaga hidrolik. Dalam unit ini ada 2 buah pompa
triplex yang digerakkan oleh motor listrik, dan biasanya ada satu atau 2 buah pompa hidrolik
yang digerakkan oleh tenaga angin. Fluida hidrolik akan dipompakan dan disimpan didalam
sejumlah accumulator yang jumlahnya sudah dihitung dengan cermat karena harus sesuai
dengan regulasi yang ada. Regulasi ini berkaitan dengan jumlah minimum fluida yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan 3 buah ram dan satu buah annular. Accumulator ini
sebelumnya sudah di precharge dengan gas nitrogen.
e. Jumper Hose: Hose (selang) tekanan tinggi yang menyalurkan fluida berterkanan ke pod reels.
f. Pod Hose Reels dan Panel: hose ini merupakan suatu bundel yang terdiri dari hose kecil yang
membawa sinyal hidrolik dari permukaan ke dasar laut dan sebaliknya. Ditengah bundelah hose
tadi ada satu hose utama sebagai sumber tenaga hidrolik untuk BOP.
Gambar 2 : Foto potongan pod hose dari Eaton (sumber: Eaton)
g. Pod Hose Reel Tensioner dan Tugger: sistem konvensional menggunakan tensioner pada saat
menurunkan (running in) dan mengangkat BOP (pulling out). Kabel tensioner akan tergulung di
tugger. Alasan lain dari adanya kabel tensioner ini adalah dalam sistem konvensional control
pod yang berada di subsea bisa diangkat ke permukaan dengan meninggalkan komponen
lainnya. Setelah dilakukan perbaikan maka control pod tadi bisa dipasang lagi. Jadi ini bisa
menghemat waktu dibandingkan dengan seandainya kita harus mengangkat keseluruhan BOP.
h. Blue dan Yellow Control Pod: Fluida hidrolik yang ada akan dialirkan sesuai dengan sinyal yang
diterima dari permukaan sesuai dengan fungsi yang telah dipilih.
2. Sistem Mux: Sistem yang menggunakan sinyal optik yang terkirim melalui kabel optik (mux cable) ke
BOP. Sinyal optik dirubah menjadi sinya hidrolik dan sinyal ini akan mengaktifkan SPM valves.
Gambar 2 : Sistem Mux (sumber: Oil and Gas Journal)
Komponen‐komponen tambahan yang ada pada sistem Mux adalah :
a) Blue dan Yellow Mux Reel, Hotline: Kabel mux akan digulung disini. Masing‐masing akan
mempunyai reel terpisah antara Blue, Yellow, dan Hotline. Ketiga reel ini digerakkan oleh tenaga
angin melalui sebuah pneumatic motor. Ketiga reel ini hanya digunakan pada saat proses running
dan pulling BOP.
Gambar 3 : Blue Mux Reel – Tampak Samping dan Depan(sumber: KG1 Rig)
b) Blue dan Yellow Mux Cable: Kabel mux ini adalah suatu bundel yang terdiri dari beberapa kabel
listrik dan kabel fiber optic. Terdapat delapan buah kabel optic dalam satu bundel, 4 akan
digunakan dan 4 lagi merupakan kabel cadangan.
Gambar 4 : Penampang Mux Cable
c) Hotline Hose: merupakan hose atau selang yang menghubungkan HPU dengan BOP yang berada di
subsea. Hotline lebih mempunyai fungsi utama pada saat proses running BOP dan pulling BOP, ini
dikarenakan Conduit Line belum terpasang di permukaan. Conduit Line ini terpasang diluar Riser.
Conduit ini merupakan jalur utama sumber fluida kontrol pada saat sistem Subsea BOP sudah
terpasang di wellhead atau pada saat mode drilling. Ukuran hotline hose adalah 1” dan tekanan
kerjanya adalah 5000 Psi.
d) Central Control Console (CCC) : merupakan otak dari keseluruhan sistem. Disini bisa merekam
semua fungsi yang diaktifkan dan semua parameter tekanan yang ada pada seluruh sistem BOP.
e) UPS: merupakan sumber tenaga cadangan bagi sistem kelistrikan pada kontrol BOP. Pada rig
dengan jenis Drillship tidak ada sistem emergency untuk HPU‐nya. Ini dikarenakan secara
operasional jika rig sudah kehilangan sumber tenaga untuk mempertahankan posisinya maka BOP
harus dilepaskan dari wellhead (Unlatch). Fenomena rig yang gagal mempertahankan posisinya
disebut Drift Off.
f) Sistem Emergency: yang ada pada BOP umumnya:
EDS (Emergency Disconnect System): Ketika tombol EDS diaktifkan/ditekan dari salah satu
panel kontrol BOP maka BOP akan melakukan sekumpulan perintah yang sudah di program
melalui software yang terinstall di CCC. Tujuannya adalah untuk melakukan disconnect
antara Lower BOP dan LMRP. Ada beberapa macam EDS, yang umum dikenal adalah : EDS‐
Shearless, EDS‐Pipe Shear, dan EDS‐Casing Shear. Ketiga jenis EDS ini biasanya terpasang
pada BOP buatan NOV Shaffer.
Deadman System: Jika terjadi kehilangan komunikasi secara elektrikal dan hidrolik maka
secara otomatis BOP akan melakukan beberapa urutan perintah. Perintah yang dilakukan
akan berbeda‐beda dari suatu sistem ke sistem lain, contohnya: ada yang langsung
melakukan proses pemotongan pipa, ada juga yang memotong casing dan pipa. Untuk
deadman system ini disediakan accumulator tersendiri dengan jumlah besar sebagai tempat
penyimpanan fluida hidrolik.
Auto‐Shear: Semacam sistem yang mempunyai sebuah “Lever” yang akan mengaktifkan
pemotongan pipa jika struktur dasar LMRP bergerak dibandingkan terhadap Lower BOP.
ROV Hot Stab: BOP mempunyai beberapa fungsi yang bisa diaktifkan melalu ROV yang di
terjunkan dari permukaan. ROV mempunyai tangan‐tangan robot yang pada ujungnya
terpasang Hot Stab, ROV akan memompakan fluid untuk mengaktifkan fungsi yang di
inginkan. ROV Intervention ini digunakan kalau BOP sudah tidak bisa lagi dikendalikan dari
permukaan. Tidak semua fungsi yang ada di BOP mempunyai ROV Hot Stab, hanya fungsi
tertentu seperti : Shear rams close, casing shear close, BOP unlatch, LMRP unlatch, dll.
Sinyal dari Bus 1 dan 2 akan terus bergerak ke Blue Mux Reel dan Blue Pod
Sinyal dari Bus 3 dan 4 akan bergerak ke Yellow Mux Reel dan Yellow Pod.
CCSV pada Blue Pod dan Yellow Pod akan aktif dan mengirimkan pilot signal ke SPM, harap di ingat
bahwa hanya satu pod yang mempunyai fluida hidrolik untuk melakukan fungsi. CCSV adalah
semacam valve yang akan mengkonversi sinyal elektrik menjadi sinyal hidrolik. Hanya satu pod
yang aktif pada satu waktu.
Kemudian SPM pada pod yang aktif akan mengirimkan fluida ke fungsi yang di inginkan.
Gambar 6 : Diagram Aliran Fluida Pada Subsea BOP Modern
3. Sistem Akustik: Sistem yang menggunakan sistem akustik untuk melakukan proses pengontrolan pada
BOP yang berada di dasar laut. Sistem ini sudah dikembangkan oleh perusahaan Cameron. Sistem ini
masih sangat jarang digunakan. Keuntungan dari sistem akustik adalah: membutuhkan deck space yang
lebih sedikit, dan mempunyai lebih sedikit point of failure dengan tidak adanya hotline dan kontrol
Sinyal dari Bus 1 dan 2 akan terus bergerak ke Blue Mux Reel dan Blue Pod
Sinyal dari Bus 3 dan 4 akan bergerak ke Yellow Mux Reel dan Yellow Pod.
CCSV pada Blue Pod dan Yellow Pod akan aktif dan mengirimkan pilot signal ke SPM, harap di ingat
bahwa hanya satu pod yang mempunyai fluida hidrolik untuk melakukan fungsi. CCSV adalah
semacam valve yang akan mengkonversi sinyal elektrik menjadi sinyal hidrolik. Hanya satu pod
yang aktif pada satu waktu.
Kemudian SPM pada pod yang aktif akan mengirimkan fluida ke fungsi yang di inginkan.
Gambar 6 : Diagram Aliran Fluida Pada Subsea BOP Modern
3. Sistem Akustik: Sistem yang menggunakan sistem akustik untuk melakukan proses pengontrolan pada
BOP yang berada di dasar laut. Sistem ini sudah dikembangkan oleh perusahaan Cameron. Sistem ini
masih sangat jarang digunakan. Keuntungan dari sistem akustik adalah: membutuhkan deck space yang
lebih sedikit, dan mempunyai lebih sedikit point of failure dengan tidak adanya hotline dan kontrol
hose. Perlu di ingat bahwa pen
nanganan ho
otline, kontrrol hose, dan mux cablee membutuhkan tingkat
kehati‐haatian yang tinggi.
mbar 7 : Layyout NASBOP (sumber: N
Gam Nautronix)
Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Mux:
Konvensional Mux
Respon waktunya lama, karena sinyal yang dikirimkan Respon waktunya sangat cepat. Sinyal optik yang dikirim
adalah sinyal hidrolik melalui selang berukuran 3/16". bergerak sangat cepat.
Dibatasi oleh kedalaman laut yang bisa ditangani, ini
dipengaruhi oleh tekanan hydrostatic yang ada. Bisa Mampu bekerja sampai kedalaman 12000 ft.
sampai kedalaman 5000 ft.
Membutuhkan sistem filtrasi yang baik dikarenakan
Standar filtrasi fluida kontrol nya tidak setinggi sistem
komponen‐komponen kontrolnya mempunyai toleransi
Mux.
yang sangat kecil.
Fluida kontrolnya bisa berasal dari campuran "potable Fluida kontrolnya harus menggunakan "distilled water"
water" dan soluble fluid. dan soluble fluid.
Jumlah fungsi yang tersedia terbatas, ini dibatasi oleh
Bisa menampung lebih banyak fungsi.
jumlah selang di dalam bundel hose.
Sistem kontrolnya adalah Open Loop, jadi fluida yang Sistem kontrolnya bisa menggunakan Open Loop atau
tidak terpakai akan dibuang di Subsea. Untuk BOP yang Close Loop, jika dipakai dengan sistem Close Loop maka
dipasang di Surface bisa memakai Close Loop, dimana harus menggunakan sistem tambahan yang disebut Fluid
fluida kontrol akan kembali ke tangki di HPU. Recovery System.
Tekanan yang digunakan adalah sistem 3000 Psi. Menggunakan sistem 5000 Psi.
Control pod nya bisa diangkat ke permukaan dengan
Podnya bisa diangkat ke permukaan tapi harus dengan
meninggalkan BOP dan LMRP. Jadi BOP masih bisa tetap
LMRP dan semua riser harus diangkat juga.
bekerja dari pod yang masih berfungsi.
Tidak ada sistem untuk mencatat/merekam keadaan dan
Mempunyai sistem Function Logger.
parameter BOP. Sistem ini disebut juga Function Logger.
Daftar Pustaka :
www.ogj.com
www.nautronix.com
www. eaton.com
Personal Moduspec assignments.
NOV Shaffer manual books.
Materi ini dibuat untuk pembelajaran bersama di group Offshore‐Skills.Com.
Untuk saran, pertanyaan, dan diskusi bisa dilakukan di group FB
atau email ke arman_adi@yahoo.com