Anda di halaman 1dari 17

Semester Awal Tahun Ajaran 2022/2023

Teknologi dan Instalasi Subsea


Teknologi Bawah Air - 6

Oleh:
Taufiqur Rachman

Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik universitas Hasanuddin


5. Sistem Kontrol Produksi Subsea
• Yang dimaksud dengan kontrol di sini adalah mengatur, mengoperasikan, mengukur
dan memonitor.
• Ada beberapa aktifitas di bawah air yang membutuhkan sistem kontrol seperti pada
saat well completion/intervention dan pada saat produksi. Yang akan dibahas di
bawah ini adalah sistem kontrol pada saat produksi.
• Adapun peralatan yang dikontrol tidak berbeda jauh dengan sistem produksi di atas
air. Peralatan ini meliputi SSIV, valve yang ada di tree, choke, kerangan yang ada di
manifold, peralatan proses (kalau ada), dan sebagainya.
• Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis sistem kontrol yang biasa dipakai di
bawah air. Dalam menentukan jenis mana yang cocok, ada beberapa kondisi yang
harus diperhatikan, seperti umur instalasi, jarak, waktu respons, kontrol fluida
(berbasis minyak atau air), dst.
5.1 Jenis-jenis Sistem Kontrol Subsea
• Direct Hydraulic (DH)
DH adalah sistem yang pertama kali diaplikasikan dan paling sederhana. Sistem ini
mirip dengan sistem untuk topside hanya diperpanjang ke subsea lewat umbilical.
Dalam system ini, hydraulic power dikirim secara langsung oleh HPU di topside ke
masing-masing aktuator valve melalui umbilical. Setiap valve mempunyai power
line tersendiri, oleh karena itu ukuran umbilicalnya besar tapi setiap valve jadinya
bisa dioperasikan tersendiri. Sistem ini hanya cocok untuk subsea yang sederhana
karena responsnya lambat. Maka dari itu, sistem ini tidak bisa digunakan untuk
aplikasi deepwater. Karena sederhana dan peralatan penting ada di topside,
sistem ini mempunyai kehandalan yang tinggi namun sistem ini tidak mempunyai
kemampuan untuk memonitor langsung karena tidak adanya sistem kelistrikan.
Status buka/tutup valve bisa dimonitor lewat suplay hidrolik atau dari return line-
nya. Biaya untuk sistem ini memang relatif lebih rendah dari yang lain.
5.1 Jenis-jenis Sistem Kontrol Subsea
• Sequential Piloted Hydraulic (SPH)
Sistem kontrol ini mempunyai konfigurasi
yang hampir sama dengan PH. Bedanya
control line dari topside ke pilot valve
dikurangi karena beberapa pilot valve
mendapat instruksi dari satu control line.
Urutan pengoperasioan dari pilot valve
tersebut dilakukan dengan membedakan
tekanan suplay-nya. Berbeda dengan DH
dan PH, dengan SPH valve jadi tidak bisa
dikontrol tersendiri. Ukuran umbilical juga
tidak terlalu beda signifikan dengan PH
karena yang dikurangi hanya control line.
Kecepatan respons, kehandalan dan
sebagainya hamir sama dengan PH. Gambar 52. Skema kontrol Sequential Piloted Hydraulic
5.1 Jenis-jenis Sistem Kontrol Subsea
• Electro Hydraulic (EH)
Sistem kontrol ini juga hampir sama dengan PH, bedanya EH
memakai listrik untuk kontrolnya. Pilot valve hidrolik digantikan
oleh solenoid valve supaya bisa berkomunikasi secara elektrik.
Solenoid valve dan accumulator biasanya diitegrasikan dalam
control pod. Keuntungan dari EH disbanding PH adalah secara
teoritis jangkauan kontrol jadi tidak terbatas karena respons
listrik jauh lebih cepat dari hidrolik, valve juga jadi lebih cepat
bereaksi dan ukuran umbilical jadi relatif lebih kecil.
Yang paling penting dari EH adalah monitoring jadi bisa
dilakukan karena adanya sambungan listrik. Beberapa sensor
yang diperlukan (tekanan, temperatur, debit, dan sebagainya)
biasanya dipasang di lokasi yang diinginkan. Kekurangannya
adalah biaya keseluruhan sistem ini lebih mahal dan
kehandalannya jadi berkurang. Meskipun demikian, sistem ini
banyak diaplikasikan.
Gambar 53. Skema kontrol Electro Hydraulic
5.1 Jenis-jenis Sistem Kontrol Subsea
• Multiplexed Electrohydraulic (MUX)
Sistem ini hampir sama dengan EH, bedanya jumlah control line lebih sedikit dengan
mengambil keuntungan dari teknologi multiplex. Dengan MUX, beberapa sumur bisa
dikontrol melalui satu umbilical sederhana yang dihubungkan dengan sebuah Subsea
Distribution Unit (SDU). Dari SDU ini, sambungan ke masing-masing sumur dan SCM bisa
dilakukan lewat flying lead.
Bedanya lagi dengan EH, komunikasi dari komponen dasar laut dengan panel kontrol yang
ada di topside dilakukan secara digital jadi MUX butuh modem sebagai konsequensinya.
Sistem ini akan memberi respons yang bagus sampai jarak 50 km. Batasannya adalah
kemampuan sistem untuk mensuplay hidrolik untuk jarak yang jauh. Dengan respons yang
cepat dan kapasitas data untuk komunikasi yang besar memungkinkan MUX sangat cocok
untuk digunakan di proyek yang kompleks dengan populasi sumur yang banyak.
Kebutuhan kabel listrik untuk MUX hanya 2 pasang saja, 1 pasang buat power supply dan 1
pasang lagi buat communication line. Tapi biasanya ada 4 pasang yang dipasang untuk
kebutuhan redundansi. Hal ini membuat biaya awal umbilical jadi lebih murah.
5.1 Jenis-jenis Sistem Kontrol Subsea
Cuma sistem ini membutuhkan peralatan elektronik yang banyak baik di subsea maupun di
topside. Peralatan elektronika di subsea dikumpulkan di dalam modul tersendiri yang biasa
disebut SEM (Subsea Electronics Module). Peralatan elektronika untuk topside akan dibahas
bersama TUTU. Meskipun hal ini semua membuat teknologi ini memerlukan biaya yang
tinggi, hampir semua pengembangan subsea/deepwater aat ini memakai teknologi ini.
• All Electric
Meskipun MUX sudah hampir memenuhi semua kebutuhan, baik dari segi respons maupun
komunikasi data, tapi masih ada beberapa hal yang masih dirasa kurang seperti suplay
hydraulic power masih dirasakan terlalu pendek meskipun bisa sampai 50km, isu lingkungan
dengan adanya fluida hidrolik bertekanan dan terutama kehandalannya karena ada dua
sistem.
Secara konfigurasi, all electric hampir sama dengan MUX, bedanya hanya hydraulic power
suplaynya diganti dengan tenaga listrik. Tentu saja semua aktuator valve-nya diganti dengan
motor listrik. Sistem all electric yang mengabaikan semua suplai hidrolik dan
menggantikannya dengan elektrik membuat sistem kontrol menjadi lebih sederhana. Biaya
kapital dan operasional dari sistem ini juga akan lebih murah karenanya.
5.1 Jenis-jenis Sistem Kontrol Subsea
Teknologi ini baru dalam tahap percobaan jadi belum banyak tersedia di industri tapi
Cameron dan FMC sudah mulai menyuplai tree dengan teknologi ini. Sebagai ringkasan dari
uraian di atas, tabel di bawah ini memberikan gambaran singkatnya
Tabel 6. Ringkasan berbagai sistem kontrol subsea
5.2 Subsea Control Module
Subsea control module (SCM) mengatur sejumlah komponen (terutama valve) yang
ada di sumur atau manifold. SCM juga mengumpulkan dan mengirim data dari
semua sensor yang ada di sumur, tree dan manifold dan mengirimnya ke MCS di
topside. Sensor ini terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari yang sederhana
seperti untuk suhu dan tekanan, sampai yang kompleks seperti multiphase flow
metering. Sensor-sensor ini ada yang menggunakan sistem analog tapi ada juga
yang sudah memakai sistem digital tergantung dari kontrol sistem yang digunakan.
Komponen elektronika yang disimpan di dalam SEM (Subsea Electronic Module)
juga dipasang di dalam SCM. Peralatan hidrolik penting lainnya juga seperti
Accumulator, Directional Control Valve (DCV), filter, dsb juga dipasang dalam SCM.
Manifold SCM mengontrol semua komponen (valve) yang ada di manifold. Baik SCM
manifold maupun tree biasanya (ROV) retrievable, jadi bisa diambil sewaktuwaktu
kalau butuh perbaikan.
SCM tree biasanya disambungkan ke SDU (Subsea Distribution Unit) dengan jumper
yang biasa desebut flying leads.
5.2 Subsea Control Module

Gambar 54. Contoh berbagai bentuk SCM dan lokasinya di tree


5.3 SUTU dan SDU
Subsea Umbilical Termination Unit (SUTU), ada
juga yang menyebutnya SUTA (Subsea Umbilical
Termination Assembly) adalah modul untuk
menyambung umbilical dari MCS ke SDU (Subsea
Distribution Unit) atau ke flying leads untuk sumur.
Tergantung kedalaman laut, SUTU bisa mempunyai
jenis interface koneksi untuk ROV atau untuk diver.
Di lapangan yang lebih kompleks, main umbilical
dari MCS biasanya dikirim dulu ke SDU sebelum
didistribusikan ke masing-masing drill centre atau
cluster lewat in-field umbilical (static umbilical)
yang diujungnya masing-masing dipasang SUTU.
Dari SUTU terakhir inilah distribusi untuk hidrolik,
listrik, injeksi kimia, dan sebagainya biasa
dilakukan lewat flying lead.

Gambar 55. SUTU/SUTA


5.4 Umbilical
Umbilical digunakan untuk menyuplai tenaga listrik dan hidrolik ke katup subsea,
menerima signal dari sensor dan mengirim chemical buat penanganan sumur dan
fasilitas lainnya.
Secara kontruksi, umbilical terdiri dari hydraulic line yang bisa terbuat dari thermoplastic
dan steel tube, electrical line buat power dan signal (bisa twisted pair, quad atau triad),
fiber optic buat data, filler, sheating dan armor. Thermoplastic harganya relatif lebih
murah, banyak pilihan, sangat fleksibel jadi memudahkan penanganya dan butuh
carrousel yang lebih kecil, sangat kuat, mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan dan sudah
menjadi stardar industri. Kekurangannya adalah methanol dalam plastik bisa permeasi,
terbatasnya kompatibilitas terhadap bahan kimia tertentu membuat pemilihan injeksi
kimia jadi lebih sempit, stabilitas jangka panjang dan bisa collaps oleh tekanan eksternal.
Steel meskipun lebih kaku jadi membutuhkan carrousel yang lebih besar pada saat
instalasi tapi mempunyai reliabilitas yang lebih tinggi, juga steel mempunyai
kompatibilitas terhadap hampir semua bahan kimia, tidak ada isu permeasi, tahan
terhadap tekanan eksternal dan stabil dalam jangka panjang. Kekurangannya adalah lebih
mahal dan tidak terlalu kuat buat tekanan tinggi.
5.4 Umbilical
Steel meskipun lebih kaku jadi membutuhkan carrousel yang lebih besar pada saat
instalasi tapi mempunyai reliabilitas yang lebih tinggi, juga steel mempunyai
kompatibilitas terhadap hampir semua bahan kimia, tidak ada isu permeasi, tahan
terhadap tekanan eksternal dan stabil dalam jangka panjang. Kekurangannya adalah lebih
mahal dan tidak terlalu kuat buat tekanan tinggi.

Gambar 56. Umbilical


5.5 Flying Leads
Kalau dianalogikan dengan sistem produksi, flying lead adalah semacam flowline yang
mengdistribusikan sistem kontrol dari komponen yang lebih besar (bisa SUTU/SUTA atau
SDU) ke masing-masing tree.
Dalam pemasangannya, sambungan hidrolik dan sambungan elektriknya bisa dalam satu
umbilical kecil atau secara terpisah.

Gambar 57. Flying lead hidrolik dan listrik, berikut skema pemasangannya pada SCM
5.6 TUTU dan Peralatan di Sekitarnya
Topside Umbilical Termination Unit ini berlokasi di atas FPSO, fixed platform atau di darat
tergantung jenis tieback-nya. TUTU adalah sistem terminasi dari kontrol umbilical ke HPU
(Hydraulic Power Unit), EPU (Electrical Power Unit) dan MCS (Master Control Station) dan
TUTU-lah tempat dimana spec break antara umbilical design code dan code untuk fasilitas
topside berada.
HPU adalah sumber energi utama untuk penggerak valve di fasilitas subsea karena sampai
saat ini energi hidrolik masih dianggap lebih baik daripada energi listrik sehubungan dengan
sederhananya rancangan penggerak valve pada tree dan manifold dan bisa disimpan dengan
lebih efisien daripada listrik. Umumnya ada dua jenis sumber HPU ini: LP dengan tekanan
sekitar 200 bar dan HP dengan tekanan lebih dari 450 bar. HP diperlukan untuk mensuplai
tenaga ke SSIV. EPU adalah sumber energi buat sensor, komunikasi data dan buat peralatan
elektroniklainnya. Kebanyakan dari EPU ini menggunakan sistem AC, hanya beberapa saja
yang menggunakan sistem DC.
MCS adalah komputer untuk berinteraksi antara operator kontrol sistem dengan peralatan
fasilitas subsea. Hardware-nya berbasis personal computer atau PLC, tergantung dari
preferensi pengguna. Instruksi, monitor data, dan sebagainya dilakukan lewat MCS ini.
5.6 TUTU dan Peralatan di Sekitarnya

Gambar 58. Skema TUTU dan komponen subsea kontrol yang lainnya
5.7 Sistem Subsea yang Lainnya
Disamping jaringan untuk proses produksi dan sistem kontrol, biasanya ada lagi
jaringan sistem tambahan yaitu injeksi bahan kimia (chemical injection). Injeksi kimia
dimaksudkanuntuk flow assurance (mengontrol hydrat, wax, emulsi, sacle inhibitor
dan kadang-kadang air panas) juga untuk integrity (anti korosi).
Meskipun sistem kontrol sudah sepenuhnya ’all electric’, sistem ini tidak (belum) bisa
tergantikan, jadi masih ada suplay ’hidrolik’ ke dasar laut.
Untuk distribusinya ada dua metode: surface distribution dan subsea distribution.
Surface distribution membutuhkan lebih banyak saluran di umbilicalnya jadi biaya
initial umbilicalnya tinggi. Tapi biaya ini dikompensasi oleh rendahnya biaya kontol
modul di subsea karena tidak membutuhkan flow control di subsea. Reliabilitasnya
lebih tinggi dari subsea distribution dan sudah menjadi standar industri.

Anda mungkin juga menyukai