Pendahuluan
Usaha yang digencarkan sekarang ini adalah gerakan open source, sebagai solusi
penggunaan software computer, tanpa mengeluarkan biaya besar (free), dan tanpa
melanggar hak cipta. Adanya gerakan free software bersifat open source yang dipelopori
oleh Richard Stallman melalui yayasan free softwarenya, sangat mendukung usaha
penegakan undang-undang hak cipta. Karena sifat dari software yang dihasilkan oleh
gerakan tersebut, adalah free (gratis), membebaskan kode sumber (open source), bebas
memodifikasi, dan bebas mendistribusikan modifikasi tersebut. Usaha ini sangat cocok,
mengingat daya beli masyarakat memang belum memungkinkan untuk membayar
software komputer komersil, yang rata-rata masih belum terjangkau. Menghindari
kegiatan pembajakan, mengembangkan kreativitas, dan kemandirian bangsa.
Rue (1990), seperti dikutip oleh Leinss (s.a:1), menyebutkan bahwa sejarah
pembajakan software bermula ketika Dan Sokol, anggota klub computer Homebrew
Amerika serikat, memindahkan skrip program BASIC dari punched card ke computer,
dan menjadi software bajakan pertama di dunia. Dan Sokol menuliskan sendiri skrip
program BASIC tanpa membelinya, dari pihak produsen, yaitu MITS (Micro
Instrumentation Telemetry System), perusahaan yang awalnya memproduksi computer
Altair 8800 dan dipasarkan pada tahun 1975. Pembajakan berikutnya akhir tahun 1982,
ketika software game ‘commodore soccer” dicrack oleh seorang Jerman dengan kode
“1103”. Hasil crack tersebut didistribusikan secara terbatas, di kalangan penggemar
game. Sarana pembajakan software yang cukup popular, adalah jaringan IRC (Internet
Relay Chat), jaringan untuk komunikasi interaktif dengan chat, jaringan USENET, dan
FTP. Jaringan-jaringan tersebut memungkinkan distribusi software illegal, ke seluruh
penjuru dunia.
Kemudian dalam Bab II LINGKUP HAK CIPTA Bagian Pertama Fungsi dan
Sifat Hak Cipta Pasal 2 ayat (2) diterangkan bahwa Pencipta dan/atau Pemegang Hak
Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer memiliki hak untuk memberikan
izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Selanjutnya dalam Bab II Pasal 12 ayat (1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan
yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang
Jenis-jenis pembajakan
Berdasarkan identifikasi oleh Business Software Alliance (2005) terdapat lima jenis
kegiatan yang dikategorikan pembajakan software :
Situs-situs underground
Internet sering dikatakan sebagai benua baru, sekaligus menjadi media yang
menyediakan beragam kebutuhan. Terdapat istilah yang popular, yaitu underground,
untuk menyebut dunia software illegal. Di samping itu juga ada istilah warez, yang juga
memiliki pengertian yang sama. Dan khusus untuk keperluan bajak-membajak software
terdapat organisasi, persatuan hobbyist dan penggemar pembajakan. Mereka
menyediakan resourcesnya, untuk keperluan share melalui internet. Mereka berinteraksi
dengan sesama anggota geng, dan konco-konconya di berbagai penjuru dunia. Dalam hal
ini, teknologi terbukti menjadi pisau bermata dua. Di tangan orang yang bijak, teknologi
sangat membantu mempermudah kehidupan manusia. Sedangkan di tangan orang yang
jahat, teknologi berpotensi membuat kehancuran, bukan hanya kehancuran fisik semata,
tetapi juga kehancuran mental, seperti yang bisa disaksikan melalui jaringan internet.
Kemudian data yang lebih heboh, angka pembajakan melampaui 60% di lebih
dari 40 negara, dan melampaui 75% di 24 negara. Negara dengan angka pembajakan
tertinggi adalah Vietnam 92%, Ukraina 91%, Cina 90%, Zimbabwe 90% dan Indonesia
87%. Sedangkan negara dengan angka pembajakan terendah adalah Amerika serikat
21%, Selandia Baru 23%, Austria 25%, Swedia 26%, dan Inggris 27%. Pertumbuhan
pasar komputer di Asia pasifik, Amerika latin, Eropa timur, Timur tengah dan Afrika
sekarang ini tercatat sepertiga dari total pengiriman paket PC, tetapi hanya merupakan
peringkat ke sepuluh dalam pengeluaran biaya untuk pembelian software. Indonesia
ternyata memperoleh perhatian cukup besar dari lembaga tersebut, terbukti dari
pernyataan berikut dalam situsnya (bsa.org) : “Indonesia, with 87% piracy rate in 2004 –
a 1% decrease from 88% in 2003, is still among the world’s top five pirating countries
below Vietnam, Ukraine, China and Zimbabwe, while remains as number three of the top
pirating countries in Asia. The retail revenue losses in 2004 amounted to US$183
million”. Indonesia dengan penurunan angka pembajakan sebesar 1% dari 88% tahun
2003 menjadi 87% pada tahun 2004, masih tetap menduduki lima besar negara
pembajak, di bawah Vietnam, Ukraina, Cina, dan Zimbabwe. Juga merupakan
Kesimpulan
Daftar pustaka
Business Software Alliance. 2005. Software Piracy Study Finds that Asia Pacific Region
Accounted for Almost US$8 Billion in Losses Last Year.
http://www.bsa.org/indonesia/press/newsreleases/Global-Study-Indonesia-18-05-
2005.cfm, akses 16 okt 06 pk 1:28 pm
Leinss, Adam. The Effects of Software Piracy on Consumers and Software Developers.
www.leinss.com/files/piracy.pdf , akses 19 oktober 2006 pk 9:18 am
Reitz, Joan M. ODLIS —Online Dictionary for Library and Information Science.
http://lu.com/Reitz/Reitz_h.cfm. akses 19 oktober 2006 pk 12:39 pm