Anda di halaman 1dari 9

“Menghargai Hak Karya Cipta TI”

Etika dan moral perlu diterapkan dalam hubungan dengan masalah perangkat lunak, yang pada
dasarnya merupakan hak cipta seseorang. Setiap manusia yang menciptakan sebuah karya tentu
akan merasa senang bila hasil karyanya mendapat penghargaan. Penghargaan tersebut dapat
bermacam-macam bentuknya.

A. HAK CIPTA PERANGKAT LUNAK

Hak cipta (menurut undang-undang hak cipta no.19 tahun 2002 pasal 2) merupakan hak eksklusif
bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak penciptaannya
yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut pengaturan perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta merupakan salah satu jenis
hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan
intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi)
sebgaimana contoh pelanggaran demokrasi , karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli
untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya
sebagai contoh pelanggaran HAM di lingkungan bangsa dan keluarga .

Perangkat lunak adalah sekumpulan perintah yang ditulis berdasarkan bahasa pemrograman yang
dimengerti oleh komputer sehingga mampu menginstruksikan perintah tertentu yang akan
dikerjakan oleh komputer dan tidak dapat dipisahkan karena komputer akan bekerja apabila ada
perangkat lunak yang ditulis oleh seorang pemrogram (programmer). Menciptakan perangkat
lunak bukan meruapakan pekerjaan yang mudah karena banyak sekali aturan-aturan dan
kemampuan intelektual yang dibutuhkan dari seorang analisis sistem (system analyst) dan
pemrogram. Oleh karena itulah, dengan diberlakukannya Undang-Undang Hak Cipta, hasil kerja
seorang analis sistem dan pemrogram dapat dilindung.

B. UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

Undang-undang yang melindungi hak cipta seseorang adalah Undang-Undang no.19 tahun 2002
yang terdiri atas 15 bab dan 78 pasal. Berikut adalah kutipan dari Undang-Undang Hak Cipta:

Pasal 2:

(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu
ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut pengaturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 49:

(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan atau gambar
pertunjukannya.

(2) Produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak
lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan atau menyewakan karya rekaman suara atau
rekaman bunyi.

Pasal 72:

(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) di pidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

(2) Barang siapa dengan sengaja, manyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara palang lama 5 (lima) tahun dan atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(Sumber: Undang-Undang Perlindungan HAKI, Indonesia Legal Center Publishing, 2005)

Berikut adalah aturan pengutipan dan penyalinan yang tidak melanggar undang-undang :

- Pengutipan ciptaan pihak lain sampai sebanyak-banyaknya 10% (sepuluh persen) dari
kesatuan yang bulat tiap ciptaan yang dikutip sebagai bahan untuk menguraiakan masalah
yang dikemukakan.
- Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer atau Komputer Program oleh
pemilik Program Kmputer atau Komputer Program yang dilakukan semata-mata untuk
digunakan sendiri (Undang-Undang No.7 tahun 1987).
C. MENGHARGAI KREASI ORANG LAIN

Kreasi adalah hasil karya. Hasil karya orang lain harus dihargai karena mereka sudah bekerja
keras untuk menciptakan hasil karya tersebut. Contohnya seperti ketika kita berhasil
mengerjakan tugas dengan jerih payah kita sendiri, lalu teman kita seenaknya mencontek dan
menyalin hasil tugas kita. Tentu kita akan kecewa, kan? Kita sudah susah payah
menciptakan suatu karya tapi teman kita seenaknya menyalin hasil karya tersebut. Hal yang
sama juga dirasakan para programmer yang dengan usaha mereka sendiri menciptakan
perangkat lunak untuk kemajuan teknologi dan informasi tapi kemudian pihak yang tidak
bertanggung jawab seenaknya menyalin dan memperbanyak perangkat lunak tersebut untuk
keuntungan mereka sendiri. Tentu ini merupakan tindakan yang jahat dan merugikan.

Kesadaran untuk menghargai kreasi dan hasil cipta orang lain sangat perlu untuk ditanamkan
kepada seluruh lapisan masyarakat, karena dengan menghargai hasil karya orang lain, kita
akan sadar bahwa memalsukannya akan berakibat merendahkan martabatnya sendiri dan
sangat merugikan yang membuatnya. Pada akhirnya, orang akan diarahkan etika untuk
memahami dasar-dasar ajaran moral, sedangkan perilaku individu dipengaruhi oleh ajaran
moral itu sendiri. Dengan begitu, hak cipta orang lain akan selalu dihargai oleh orang yang
beretika dan bermoral tinggi.

Dibawah ini merupakan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menghargai hasil karya

perangkat lunak yang telah dikembangkan sebagai warga negara yang baik:

1) Selalu menggunakan perangkat lunak yang asli, resmi, dan berlisensi dari perusahaan yang
mengeluarkan perangkat lunak tersebut.

2) Menghindari penggunaan perangkat lunak bajakan yang tidak bisa


dipertanggungjawabkan kualitas dan keasliaannya.

3) Tidak turut serta dalam tindakan membajak, menyalin, mengkopi, maupun menggandakan
perangkat lunak atau program computer tanpa seizin dari perusahaan yang menerbitkan
perangkat tersebut.

4) Menghindari penyalahgunaan perangkat lunak dalam bentuk apapun yang bersifat negatif
dan merugikan orang lain.

5) Tidak melakukan tindakan pengubahan, pengurangan, maupun penambahan hasil ciptaan


suatu perangkat lunak.
D. CONTOH PELANGGARAN HAK CIPTA TERKAIT TEKNOLOGI, INFORMASI
DAN KOMUNIKASI

Pelanggaran terkait TIK umumnya terjadi pada piranti lunak (software) komputer. Berbagai
pelanggaran Hak Cipta tersebut antara lain sebagai berikut:

- Membeli software program hasil bajakan.

- Melakukan instalasi software komputer ke dalam hard disk dengan program hasil bajakan.

- Penggunaan satu lisensi software pada beberapa komputer tetapi kenyataannya dipakai
untuk banyak komputer.

- Melakukan modifikasi program software tanpa izin.

- Melakukan penggandaan tanpa izin untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat ekonomi.

E. CONTOH KASUS PELANGGARAN DALAM BIDANG IT

- Seseorang dengan tanpa izin membuat situs penyayi-penyayi terkenal yang berisikan lagu-
lagu dan liriknya, foto dan cover album dari penyayi-penyayi tersebut.

- Seseorang tanpa izin membuat situs di internet yang berisikan lagu-lagu milik penyanyi lain
yang lagunya belum dipasarkan.

- Seseorang dengan tanpa izin membuat sebuah situs yang dapat mengakses secara langsung
isi berita dalam situs internet milik orang lain atau perusahaan lain.

- Memperbanyak dan atau menjual tanpa seizin pemegang hak cipta. Pelanggaran ini sering
kita dengar sebagai pembajakan software dan merupakan pelanggaran paling populer di
banyak negara, tentu saja termasuk Indonesia. Namun di beberapa negara ada juga hukum
yang melegalkan penjualan untuk kepentingan pendidikan (khususnya bagi software non-
edukasi) atau software yang telah dimodifikasi bagi penderita tuna netra.

- Memperbanyak dan memberikannya kepada orang lain. Pelanggaran ini menyalahi banyak
undang-undang dari hak cipta. Tetapi dalam keadaan khusus bisa jadi tindakan ini tidak
termasuk pelanggaran. Misalnya di Israel dan beberapa negara lainnya, memperbanyak suatu
karya (termasuk software) tidak melanggar hukum sepanjang dilaksanakan tanpa niat
mencari untung.
- Membuat copy sebagai backup data. Pada beberapa negara seperti Jerman, Spanyol, Brazil
dan Filipina, tindakan ini menjadi hak utama bagi pembeli software. Namun dapat juga
menjadi pelanggaran tergantung pada hukum dan keputusan-keputusan hakim terkait kasus
yang pernah terjadi di negara yang bersangkutan, yang akhir-akhir ini mengalami banyak
perubahan di banyak negara.

Di bawah ini adalah beberapa contoh kasus pelanggaran hak cipta terkait TI yang pernah
terjadi:

1) Kasus 1

Ikuti Jejak Samsung, HTC Tak Ingin Berdamai dengan Apple

Perebutan paten tidak saja mengaitkan Apple dengan Samsung dalam berbagai tuntutan
hukum. HTC, sebagai salah satu produsen perangkat Android juga telah cukup lama
berseteru dengan Apple untuk masalah hak paten. Tercatat sejak tahun 2010, perusahaan
yang bermarkas di Taiwan tersebut telah memiliki sejumlah perselisihan hak paten dengan
Apple. Kini dengan ramainya pembicaraan kemenangan Apple atas Samsung, laporan terbaru
dari The China Post menyebutkan bahwa HTC hingga saat ini juga masih memiliki kasus
paten dengan Apple. Kasus tersebut masih menggantung karena HTC tidak ingin berdamai
dengan Apple.

Menurut pimpinan HTC di Taiwan, Cher Wang, HTC tidak lagi melakukan perbincangan
dengan Apple. Tentu saja perbincangan yang dimaksud adalah perundingan untuk mencari
jalan damai terkait perebutan hak paten. Sebaliknya, HTC kukuh untuk menyelesaikan kasus
tersebut melalui jalur hukum saja. Wang juga menambahkan bahwa kekalahan Samsung
bukan merupakan akhir dari produsen perangkat Android mengingat setiap perusahaan
memiliki inovasi yang bagus.

Pekan lalu Samsung diputus besalah atas penggunaan enam paten milik Apple yang meliputi
paten untuk desain dan utility di iPhone dan iPad. Perlu diketahui bahwa dua dari paten
tersebut juga dipakai Apple sebagai dakwaan terhadap HTC dan telah dimasukkan ke Komisi
Perdagangan Internasional Amerika (ITC) dengan permintaan blokir terhadap produk HTC
yang memakai dua paten itu. Pertemuan perdana Apple dan HTC untuk membahas kasus ini
akan digelar di ITC pada 7 November mendatang. Gugatan ini menjadi kasus kedua
pelanggaran paten yang dialamatkan Apple terhadap HTC.
2) Kasus 2

Gugatan Baru Motorola Mungkinkan Apple Diblokir di Amerika

Seperti dilaporkan Bloomberg pada Sabtu lalu (18 Aug), Motorola telah memasukkan sebuah
gugatan hukum baru atas pelanggaran hak paten oleh Apple Inc. Motorola yang kini telah
menjadi milik Google mengatakan bahwa sejumlah paten miliknya ditemukan ada di
beberapa produk buatan Apple, termasuk voice assistant Siri yang rilis bersama iPhone 4S.
Gugatan Motorola tersebut disampaikan melalui Komisi Perdagangan Internasional Amerika
(ITC) dan menyebutkan adanya 7 pelanggaran paten milik Motorola Mobility. Beberapa dari
paten tersebut diantaranya adalah location reminders, email notification dan phone/video
players. Pihak Motorola meminta pemblokiran iPhone, iPad dan komputer Mac sehingga
tidak bisa diperjual belikan di dalam negeri Amerika. Hal itu bisa saja terjadi mengingat
produk-produk yang disebutkan itu dibuat di Asia oleh manufaktur yang ditunjuk Apple.

“Kami ingin meluruskan dan menyelesaikan masalah ini tapi ketidak-bersedian Apple untuk
melakukan lisensi membuat kami memilih jalan untuk melindungi diri kami dan inovasi yang
dibuat para engineer Motorola,” jelas Motorola Mobility dalam sebuah pernyataan email.
Kasus antara Apple dan Motorola bukan sekali ini mencuat. Tercatat sejak tahn 2010 kedua
raksasa teknologi tersebut telah terkait cekcok masalah hak paten. Apple mengatakan bahwa
Motorola membuat permintaan yang tidak rasional serta menyebut ponsel buatan Motorola
dan produsen lain yang menjalankan Android OS memakai fitur-fitur yang telah dipatenkan
diiPhone.

Kini dengan gugatan baru dari Motorola, bisa Anda bayangkan jika ITC menemukan bukti-
bukti yang memberatkan Apple dan kemudian memblokir produk-produk Apple…. Tidakkah
akan menjadi berita besar jika Apple diblokir di negaranya sendiri?
3) Kasus 3

Pembajakan CD Software

Jakarta – Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bersama BSA
(Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan Penindakan Pelanggaran Hak
Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu Mall Ambasador dan Ratu Plasa pada hari
Kamis (5/4). Penindakan di Mall Ambasador dan Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR.
Johno Supriyanto, M.Hum dan Salmon Pardede, SH., M.Si dan 11 orang PPNS HKI.

Penindakan ini dilakukan dikarenakan adanya laporan dari BSA (Business Software
Association) pada tanggal 10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual yang mengetahui adanya CD Software Bajakan yang dijual bebas di Mall
Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini berhasil di sita CD Software
sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda.

CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall Ambasador dan Ratu Plasa
seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli software ini bisa mencapai Rp.1.000.000
per softwarenya. Selain itu, Penggrebekan ini akan terus dilaksanakan secara rutin tetapi
pelaksanaan untuk penindakan dibuat secara acak/random untuk wilayah di seluruh
Indonesia. Salmon Pardede, SH.,M.Si selaku Kepala Sub Direktorat Pengaduan, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa “Dalam penindakan ini para pelaku
pembajakan CD Software ini dikenakan pasal 72 ayat 2 yang berbunyi barang siapa dengan
sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau brang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan tidak menutup kemungkinan dikenakan pasal
72 ayat 9 apabila dalam pemeriksaan tersangka diketahui bahwa tersangka juga sebagai
pabrikan”.

Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall untuk memberikan
arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual produk-produk software bajakan karena
produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada negara dibidang pajak disamping itu
untuk menghindari kecaman dari United States Trade Representative (USTR) agar Indonesia
tidak dicap sebagai negara pembajak.
F. BENTUK-BENTUK PELANGGARAN TERHADAP PROGRAM KOMPUTER
OPEN SOURCE

Untuk pelanggaran Hak Cipta dibidang komputer selain karena dilakukan perbanyakan dan
pendisribusian tanpa izin dari pemegang Hak Cipta ada juga sebab lain yaitu apabila antara
dua buah program komputer memiliki Source Code yang sama. Maka dimungkinkan telah
terjadi peniruan terhadap salah satu program komputer, namun seberapa besarkah kesamaan
dari Source Code tersebut sehingga dikatakan melanggar Hak Cipta? Konsep UUHC kita
tidak memberikan perlindungan memberikan perlindungan yang bersifat kuantitatif, yaitu
yang mengatur seberapa besar kemiripan antara kedua program komputer.

Dalam lisensi ini biasanya mencakup ketentuan:

a) Software tersebut boleh diinstal hanya pada satu mesin.

b) Dilarang memperbanyak software tersebut untuk keperluan apapun (biasanya pengguna


diberi kesempatan membuat satu buah backup copy).

c) Dilarang meminjamkan software tersebut kepada orang lain untuk kepentingan apapun.

Berdasarkan batasan di atas maka tindakan menginstal program komputer ke dalam lebih dari
satu mesin atau diluar ketentuan yang dikeluarkan oleh satu lisensi, pinjam meminjam
program komputer dan menginstalnya, mengkopi atau memperbanyak program komputer
tersebut, dapat dikategorikan sebagai tindakan pembajakan. Untuk pelanggaran Hak Cipta
program komputer di Indonesia, paling banyak dilakukan pada Microsoft Software yaitu
dengan dilakukan perbanyakan program komputer tanpa seijin perusahaan Microsoft.

Menurut Microsoft ada lima macam bentuk pembajakan software, diantaranya:

1) Pemuatan ke Harddisk: Biasanya dilakukan seseorang saat membeli personal komputer


generik di toko komputer, yang oleh penjual langsung di install satu sistem operasi yang
hampir seratus persen adalah Windows.

2) Softlifting: Jika sebuah lisensi dipakai melebihi kapasitas penggunaannya seperti ada lima
lisensi tetapi dipakai di sepuluh mesin komputer.

3) Pemalsuan: Penjualan CDROM ilegal

4) Penyewaan Software.

5) Downloading Ilegal: Mendownload sebuah program komputer dari internet. Hukum


copyright atau Hak Cipta yang melindungi ekspresi fisik dari suatu ide misal tulisan, musik,
siaran, software dan lain-lain tumbuh ketika proses penyalinan dapat dibatasi tetapi untuk
saat ini sulit untuk mencegah dilakukan penyalinan tersebut sehingga usaha untuk
menerapkan monopoli pada usaha kreatif menjadi tidak beralasan.
Pada era tahun 1980 sampai dengan 1986 ketika perusahaan software sangat kuatir dengan
masalah penyalinan ini, mereka memanfaatkan teknik proteksi disk yang membuat orang
sulit menyalin disk atau program. Tetapi hal ini menyebabkan pengguna mengalami kesulitan
untuk menggunakannya, maka setelah perusahaan perangkat lunak menyadari bahwa mereka
tetap memperoleh keuntungan yang besar dari hal lain seperti servis dan pembelian perangkat
lunak asli yang tetap tinggi maka mereka meniadakan proteksi penyalinan ini. Batasan-
batasan yang diberikan oleh UUHC terhadap penggunaan program komputer menyebabkan
banyak perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar Hak Cipta.

Anda mungkin juga menyukai