Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN II

KIMIA TEMBAGA

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum percobaan ini adalah untuk mempelajari


beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga, pembuatan tembaga (I)
oksida, reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan
asam, pembuatan tembaga (II) klorida, penguraian termal tembaga (II)
halida dan pembuatan tembaga (I) yodida.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan
liat. Ia melebur pada suhu 1038°C. karena potensial electrode standarnya
positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia taak larut dalam asam klorida
dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
Asam nitrat yang sedang pekat (8 M) dengan mudah melarutkan tembaga.
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan
dari tembaga (I) oksida Cu2O yang merah dan mengandung ion tembaga (I),
Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak
larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka
mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan
dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air
(Vogel, 1979).
Dalam industri kerajinan perak, tembaga adalah salah satu logam yang
dicampurkan dengan perak untuk menghasilkan logam campuran yang lebih
keras dan lebih kuat dari perak murninya. Hasil dari industri kerajinan perak
ini berupa perhiasan, asesoris, dan tentu saja limbah cair yang banyak
mengandung logam tembaga. Tembaga termasuk logam berat yang bersifat
racun. Agar limbah cair ini tidak berbahaya jika dibuang ke perairan, maka
limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Limbah ini jika langsung
dibuang ke saluran peresapan, riol, tanah atau ke lingkungan sekitar akan
berpotensi mencemari air dan sungai. Adapun limbah Cu 2+ muncul dari
pencelupan dengan menggunakan HCl yang bersifat asam dan berfungsi
untuk melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada perak setelah
proses penempaan agar didapatkan perak dengan warna yang cemerlang.
CuCl2 yang terlarut pada proses ini akhirnya lolos ke perairan dan
menimbulkan pencemaran (Andaka, 2008).
Pada pengolahan air limbah yang mengandung ion logam seperti Cu 2+
perlu dilakukan suatu reaksi pengendapan (presipitasi) dengan suatu raegen
kimia dengan didasarkan atas apakah suatu kation Cu2+ yang bereaksi
dengan beberapa reagensia yang ada akan membentuk endapan atau tidak.
Endapannya mungkin berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari
larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Beberapa faktor
yang mendukung terhadap penurunan kadar tembaga (Cu2+) limbah cair
industri perak antara lain semakin waktu kontak yang lama antara limbah
cair dan reagen maka ion-ion tembaga (Cu 2+) akan semakin banyak yang
mengendap); pH yang asam/rendah proses pembentukan koloid tidak dapat
berlangsung dengan baik dan menimbulkan gangguan pada proses
pengolahan; dan tempat pengendapan yang mempunyai dasar berbentuk
segitiga dapat mempercepat proses terjadinya pengendapan (Andaka, 2008).
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam
golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai
sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan
oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama.
Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai
kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi
tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3.
Tembaga merupakan salah satu logam yang terdapat cukup banyak dalam
keadaan bebas. Metalurgi dan kegunaan tembaga. Melalui ekstraksi tembaga
dari bijihnya (biasanya sebagai sulfida) lebih rumit. Kekompleksan ini
meningkat sebab adanya besi sulfida pada bijih tembaga. Prosedur yang
biasa digunakan mengakibatkan besi diproduksi bersama-sama dengan
tembaga. Untuk menghindari hal ini, besi harus dipisahkan sebelum reduksi
akhir logam tembaga dilakukan. Lima langkah yang dilakukan adalah
pemekatan, pemanggangan, peleburan, pengubahan dan pengilangan
(Syukri, 1999).
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan
paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan
standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin
terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu
jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan
berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta
dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menajdi sempurna.
Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit
larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi
mantap (Petrucci, 1987).
Tembaga dalam jumlah yang kecil esensial bagi kehidupan, tetapi akan
bersifat racun dalam jumlah yang besar, terutama bagi bakteri, alga, dan
fungi. Di antara banyak senyawa tembaga yang digunakan sebagai pestisida
adalah asetat basa, karbonat, klorida, hidroksida, dan sulfat. Secara komersil
senyawa tembaga yang terpenting adalah CuSO4.5H2O. Selain dalam bidang
pertanian, CuSO4 juga digunakan untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan
garam tembaga yang lain, perminyakan, keret, dan industri baja. Potensial
pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena
elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas
penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali.
Jika kita membuat Cu+ cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada
pada jumlah banyak. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di lain
pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau
ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap.
Cu+(aq) mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar
(baku) (Petrucci, 1987).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi dan rak tabung reaksi,
penjepit tabung reaksi, pembakar bunsen, gelas ukur, neraca analitik, pipet
tetes, kaca arloji, sudip dan gelas beker.

B. Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan adalah tembaga, HNO3 1 M, NaOH 1


M, CuSO4, NH4OH 1 M, HCl pekat, kalium tartrat (garam Rochelle),
glukosa, akuades, KI, dan Na2S2O3.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Eksperimen Pendahuluan
1. Memanaskan sekeping logam tembaga pada nyala pembakar dengan
menggunakan penjepit.
2. Memasukkan sekeping logam tembaga ke dalam 2 mL asam nitrat
encer kemudian memanaskannya. Memeriksa gas yang terbentuk.
3. Menambahkan larutan natrium hidroksida encer setetes demi setetes
pada 2 mL tembaga sulfat sampai natrium hidroksida berlebih.
4. Menambahkan larutan amoniak setetes demi setetes pada 2 mL
tembaga sulfat sampai amoniak berlebih.
5. Menambahkan larutan asam klorida pekat setetes demi setetes pada 2
mL tembaga sulfat sampai tidak terjadi lagi perubahan selanjutnya.

B. Tembaga (I) dan Tembaga (II)

a. Pembuatan Tembaga (II) oksida


1. Memasukan 5 mL tembaga sulfat ke dalam tabung reaksi.
2. Mencampurkan 5 mL larutan NaOH dan 1 gram kalium tartrat
(garam Rochelle) ke dalam tabung reaksi lain dan menambahkannya
pada larutan tembaga sulfat sampai endapan yang terbentuk tepat
melarut.
3. Menambahkan 1 gram glukosa pada campuran di atas.
4. Memanaskan campuran hingga terjadi endapan merah jingga dan
membiarkannya terbentuk endapan.
5. Mendekantasi larutan.

b. Pembuatan Tembaga (I) yodida


1. Menambahkan 3 mL kalium yodida ke dalam 3 mL tembaga (II)
sulfat dalam suatu tabung reaksi.
2. Mencatat apa yang terjadi dan membiarkan isi tabung reaksi
mengendap.
3. Menambahkan natrium thiosulfate ke dalam tabung reaksi sampai
larutan menjadi jernih dan memperhatikan padatan yang terbentuk.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Reaksi Pendahuluan
No. Percobaan Pengamatan

1. Logam tembaga
 sebelum dipanaskan Berwarna agak kecoklatan
 setelah dipanaskan Berubah warna menjadi hijau
Asam nitrat + tembaga sulfat
2.  sebelum dipanaskan
Tidak terbentuk gelembung

 setelah dipanaskan gas/penguapan


Terbentuk gelembung gas/penguapan

tembaga sulfat + NaOH


3.
 sebelum direaksikan
Berwarna biru
 sesudah direaksikan
Hijau lumut

tembaga sulfat + amoniak


4.
 sebelum direaksikan
Berwarna biru
 sesudah direaksikan
Warna biru menjadi lebih pudar

tembaga sulfat + HCl


5.
 sebelum direaksikan
Berwarna biru
 sesudah direaksikan Warna biru menjadi lebih pudar

2. Tembaga (I) dan Tembaga (II)


2.1 Pembuatan Tembaga (II) oksida
No. Percobaan Pengamatan
1. 5 mL CuSO4 Biru Muda
5 mL NaOH + 1 gr kalium tartrat Bening – Kalium tartrat
(putih)
5 mL CuSO4 + 5 mL NaOH Biru tua ada gas
+ 1 gr kalium tartrat
+ 1 gr glukosa Biru tua + ada gas yang lepas saat
ditambahkan glukosa
+dipanaskan Ada gas yang dilepaskan endapan
merah kecoklatan

2.2 Pembuatan Tembaga (I) Yodida


No. Percobaan Pengamatan
1. 3 mL KI (bening) + 3 mL CuSO4 Awal warna hijau terang menjadi
warna keruh
Setelah didiamkan Endapan berwarna cokelat
Ditambahkan natrium thiosulfat Endapan abu-abu dan cairan kuning
kecoklatan

B. Pembahasan

Pada praktikum kimia tembaga ini, hanya dilakukan tiga percobaan


yaitu eksperimen pendahuluan, pembuatan tembaga (I) oksida dan
pembuatan tembaga (I) yodida. Eksperimen pendahuluan dilakukan dengan
cara memanaskan sekeping logam pada nyala api. Pada saat dilakukan
pemanasan, api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna pada
logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan
bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.
2 Cu + O2  2CuO
Pada eksperimen pendahuluan di mana logam tembaga dimasukkan ke
dalam 2 mL asam nitrat encer menyebabkan terbentuknya uap berwarna
cokelat. Uap ini terbentuk sebagai akibat tembaga yang direaksikan dengan
asam nitrat encer. Asam nitrat merupakan oksidator pada reaksi ini dengan
mengoksidasi logam tembaga sehingga tembaga mengalami kenaikan
bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut:
3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3– + 2NO + 4 H2O
Pada eksperimen pendahuluan di mana larutan tembaga (II) sulfat
ditambahkan natrium hidroksida encer, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda berubah menjadi biru muda keruh dan terdapat partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena pada reaksi ini terbentuk tembaga (II)
hidroksida yang sifatnya tak larut dalam reagensia berlebihan. Patikel-
partikel koloid itulah tembaga (II) hidroksida yang menyebabkan larutan
berwarna keruh. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cu2+ + 2OH–  Cu(OH)2
Pada eksperimen pendahuluan di mana larutan tembaga (II) sulfat
ditambahkan amoniak sebanyak 3 tetes, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda berubah menjadi biru tua. Hal ini disebabkan karena
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II) yang larut dalam reagensia
berlebihan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
2Cu2+ + SO42– + 2NH3 + 2H2O  Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3  2[Cu(NH3)4]2+ + SO42– + 2OH–
Warna biru tua yang terbentuk tersebut adalah warna dari ion kompleks
tetraaminokuprat (II) yang merupakan warna komplemen dari frekuensi
energi yang diserap oleh ion tersebut dalam pembentukannya. Warna yang
diserap ion tersebut adalah kuning.
Pada eksperimen pendahuluan di mana larutan tembaga (II) sulfat
ditambahkan HCl pekat sebanyak 10 tetes, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda tetap berwarna biru muda namun juga terbentuk gas. Hal
ini disebabkan karena pada reaksi ini terbentuk ion CuCl2– dan gas hidrogen
yang dibebaskan. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
2CuSO4 + 4HCl  2CuCl2– + 2H2 + 2SO42–
Pada percobaan pembuatan tembaga (I) oksida sebenarnya adalah uji
glukosa dengan menggunakan uji Fehling (Benedict). Larutan Fehling
terdiri dari 2 macam larutan yang harus disimpan secara terpisah, Fehling A
dan Fehling B. Jika kedua larutan digunakan, barulah dicampur saat itu.
Fehling A adalah larutan tembaga(II) sulfat yang berwarna biru, CuSO4(aq).
Fehling B, yaitu larutan natrium hidroksida, NaOH(aq) dan kalium natrium
tartrat. Pada saat larutan Fehling akan digunakan, kedua larutan dicampur
dengan perbandingan volume yang sama dan dipanaskan, baru bahan yang
akan diuji dimasukkan. Ketika CuSO4(aq) direaksikan dengan NaOH(aq),
terbentuk endapan Cu(OH)2(s) yang berwarna biru. Endapan ini tidak efektif
sebagai pereaksi Fehling.
Untuk menghindari adanya endapan Cu(OH)2 maka diperlukan kalium
natrium tartrat sebagai ligan bidentat bagi ion Cu 2+. Ketika Fehling A dan
Fehling B dicampurkan, tembaga(II) tetap sebagai larutan, karena
membentuk ion kompleks bistartrato kuprat(II), Cu{(COO)2(CHO)2}4-.
Setelah zat yang diuji dicampurkan dan ternyata positif, maka terbentuklah
endapan merah bata dari tembaga(I) oksida, Cu2O. oleh sebab itu, saat
campuran Fehling A dan Fehling B ditambahkan dengan 1 gram glukosa
terdapat endapan merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada
penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 tabung reaksi
dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Endapan jingga yang dihasilkan
merupakan tembaga (I) oksida yang terbentuk. Reaksinya yaitu :
CuSO4 + 2NaOH + kalium tartrat  Cu{(COO)2(CHO)2}4-+ Na2SO4
2Cu(OH)2 + C6H12O6 Cu2O + 2H2O
Pada percobaan pembuatan tembaga (I) yodida di mana larutan tembaga
(II) sulfat ditambahkan kalium yodida, warna tembaga(II) sulfat yang
awalnya biru muda berubah hijau kemudian cokelat keruh dan terdapat
endapan setelah didiamkan. Hal ini disebabkan karena pada reaksi ini
terbentuk ion-ion tri-iodida yang menyebabkan larutan berwarna keruh dan
endapan tembaga (I) yodida tidak terlalu terlihat.
2Cu2+ + 5I–  2CuI + I3–
Dengan menambahkan natrium tiosulfat ke dalam larutan, ion tri-iodida
direduksi menjadi tak berwarna dan membuat endapan tembaga (I) yodida
menjadi telihat sehingga larutan berubah menjadi kuning kecoklatan dengan
endapan berwarna abu-abu. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
I3– + 2S2O32–  3I– + S4O62–
Reduksi ion tri-iodida dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationat.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai


berikut:
1. Pemanasan sekeping logam tembaga pada nyala api menunjukkan bahwa
tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.
2. Logam tembaga dimasukkan ke dalam asam nitrat encer menyebabkan
logam tersebut teroksidasi.
3. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan natrium hidroksida encer
membentuk tembaga (II) hidroksida.
4. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan amoniak membentuk ion
kompleks tetraaminokuprat (II).
5. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan HCl pekat membentuk ion CuCl 2–
dan gas hidrogen yang dibebaskan.
6. Pembuatan tembaga (I) oksida adalah uji glukosa dengan menggunakan uji
Fehling (Benedict) yang menghasilkan endapan merah kecoklatan.
7. Larutan tembaga (II) sulfat ditambahkan kalium yodida terbentuk ion-ion
tri-iodida dan endapan tembaga (I) yodida.

DAFTAR PUSTAKA

Andaka, G. 2008. Penurunan Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri


Kerajinan Perak dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida.
Jurnal Teknologi 1 (2), 127 – 134. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung.

Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN II
KIMIA TEMBAGA

NAMA : ANNISA
NIM : J1B112002
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : MARGARETH EMA KALE PAREHA

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2013

Anda mungkin juga menyukai