Anda di halaman 1dari 9

Charismatic and Transformational Leadership

(Kepemimpinan dalam Islam)


Sami Ayu Lestari
158010007
tosinlestari92@gmail.com
ABSTRAKSI

Ada banyak gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam organisasi, seperti
kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan transformasional. Pemimpin karismatik menekankan
tujuan-tujuan idiologis yang menghubungkan misi kelompok kepada nila-nilai, cita-cita, serta
aspitasi-aspirasi yang berakar dalam yang dirasakan bersama oleh para pengikut, selain itu
kepemimpinan karismatik juga didasarkan pada kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh seorang
sebagai pribadi, kepemimpinan transformasional membawa perubahan di dalam diri kita sendiri.
Orang-orang yang terlibat dalam seluruh organisasi untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
KataKunci : organisasi, kepemimpinan karismatik, kepemimpinan transformasional

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan
diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit
dipahami.Fenomena kepemimpinan di Negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana
kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam dunia
bisnis kepemimpinan juga berpengaruh terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan
hidupnya.

Organisasi sekarang harus dilandasi oleh keluwasan, tim kerja yang baik, kepercayaan,
dan penyebaran informasi yang memadai. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan
tujuan organisasi harus mampu menyikapi perkembangan zaman ini. Pemimpin yang tidak
dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan
respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan
akhirnya mengalami keruntuhan.

Di lingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun non formal selalu ada
seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih
tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur
orang lain.
Menurut Arthur G. Jago mendefinisikan bahwa kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai suatu process dan property. Sebagai suatu proses, kepemimpinan adalah
mempengaruhi anggota group tanpa paksaan untuk mengarahkan dan mengkoordinir aktivitas-
aktivitasnya dalam pencapaian tujuan. Sebagai suatu property, kepemimpinan adalah suatu
perangkat seperangkat karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk
mencapai suatu kesuksesan dalam mempengaruhi anggota groupnya.

Ada banyak gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam organisasi, seperti
kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan karismatik
dan Transformasional sering disebutkan secara berdampingan satu dengan yang lainnya ini
karena pada dasarnya keduanya memiliki perspektif yang sama dalam hal seorang pemimpin
harus memberikan “sesuatu” agar anggota bergerak menuju tujuan organisasi.

Pemimpin di Indonesia yang berkarisma salah satunya yakni Soeharto. Karisma


memiliki komponen etika.Pemimpin yang etis menggunakan karisma mereka untuk
menguasai para pengikutnya yang bertujuan untuk melayani sesama. Sedangkan pemimpin
yang tidak etis menggunakan karisma mereka untuk kepuasan diri mereka sendiri.

Banyak tokoh pemimpin transformasional yang lahir di Indonesia. diantaranya, RA


Kartini, dan Soekarno adalah beberapa contoh pemimpin transformasional. Dalam skala yang
lebih kecil, tokoh seperti Dahlan Iskan di PLN, Kita masih percaya bahwa tokoh-tokoh
pemimpin transformasional ini akan dilahirkan oleh zamannya dengan perubahan sebagai
bidangnya Seorang pemimpin transformasional tidak hanya mampu mengubah organisasi,
tetapi juga mampu mengubah para pengikutnya menjadi sejalan dengan jalan pikirannya.
Esensi dari seorang pemimpin transformasional adalah membangun dan mentransformasi
pemikiran setiap orang sehingga organisasi atau suatu bangsa dalam skala yang lebih luas
secara otomatis akan ikut berubah.

2. PEMBAHASAN
2.1 KARISMATIK

Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugrah”.Kekuatan yang tidak bisa
dijelaskan secara logika disebut kekuatan karismatik. Karisma dianggap sebagai kombinasi
dari pesona dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk
membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan bersemangat
(Truskie, 2002).
Pemimpin karismatik menggunakan tujuan-tujuan idiologis yang menghubungkan misi
kelompok kepada nilai-nilai, cita-cita, serta aspirasi-aspirasi yang berakar dalam yang
dirasakan bersama oleh para pengikut.Selain itu kepemimpinan karismatik juga didasarkan
pada kekuatan yang dimiliki oleh seorang pribadi, karena untuk mengidentifikasi daya tarik
pribadi yang melekat pada diri seseorang, harus dengan menggunakan asumsi bahwa
kemampua dan kualitas kepribadian yang dimiliki adalah merupakan anugerah tuhan. Karena
kemampuan yang seperti itu dapat dibedakan dari sekian banyak orang, juga karena
keunggulan kepribadian itu, ia dianggap (bahkan) diyakini memiliki kekuasan supra
natural,manusia serba istimewa atau sekurang-kurangnya istimewa dipandang masyarakat.
Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar
komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya
(Ivancevich, dkk, 2007:209).
Pemimpin karismatik mampu memainkan peran penting dalam menciptakan
perubahan.Individu yang menyandang kualitas-kualitas pahlawan memiliki karisma. Sebagian
yang lain memandang pemimpin karismatik adalah pahlawan.
Tipe kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai Pemimpin disini dipandang
istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam
kepribadian itu pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani,
dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas.
Prilaku dan sikap kepemimpinan karismatik sebagai berikut:
a. menyampaikan sebuah visi yang menarik,
b. menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat menyampaikan visi,
c. mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu,
d. menyampaikan harapan yang tinggi,
e. memperlihatkan akan keyakinan pengikut,
f. pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dengan visi itu,
g. mengelola kesan pengikut akan pemimpin,
h. membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi, dan
i. memberikan kewenangan kepada pengikut
Pemimpin karismatik cenderung muncul di dunia politik, agama, saat perang, atau saat
perusahaan masih dalam tahap awal atau menghadapi krisis yang mengancam kelangsungan
hidupnya. Selain ideologi dan ketidakpastian, faktor situasional lain membatasi munculnya
karisma di suatu level organisasi. Tetapi, visi biasanya berlaku untuk keseluruhan organisasi
atau divisi-divisi utama.
Tidak semua pemimpin yang karismatik selalu bekerja demi kepentingan
organisasinya. Banyak dari pemimpin ini menggunakan kekuasaan mereka untuk membangun
perusahaan sesuai citra mereka sendiri. Hal yang paling buruk, karisma yang egois ini
membuat si pemimpin menempatkan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi diatas tujuan
organisasi.
2.2 Kepemimpinan Transformasional
Menurut Keller (1992) mengemukakan bahwa Kepemimpinan Transformational
adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan
tertinggi dari hirarki maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri.
Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai
kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada
tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih
sebelumnya.Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah
baru (Locke, 1997).
Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan
tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat
tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Sarros dan Butchatsky
(1996), bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang
terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin sehingga para pemimpin kita lebih
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Kepemimpinan transformasional membawa perubahan
di dalam diri kita sendiri serta orang-orang yang terlibat dalam dan atau seluruh organisasi
untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah
situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan
nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan membuat
bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.
Sedangkan menurut Yukl (2005) kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari tingginya
komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga melihat tujuan organisasi yang ingin
dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Devanna dan Tichy (1986) karakteristik dari
pemimpin transformasional dapat dilihat dari cara pemimpin mengidentifikasikan dirinya
sebagai agen perubahan, mendorong keberanian dan pengambilan resiko, percaya pada orang-
orang, sebagai pembelajar seumur hidup, memiliki kemampuan untuk mengatasi
kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian, juga seorang pemimpin yang visioner.
kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah
transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau
mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transformasional
harus mampu mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Paradigma baru dari kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh prinsip untuk
menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergis (Erik Rees dalam Mulsin Wijaya :
2005 )yaitu :
a. Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi
cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi
secara jelas, praktis dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab “Kemana kita akan
melangkah?” menjadi hal pertama yang penting untuk kita implementasikan.
b. Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap
visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin
transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya
dia dapat pula mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada setiap pengikutnya.
Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul -betul menantang serta
memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif baik dalam
hal memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, sehingga
hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka sendiri.
c. Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran”
yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini
akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intektual dari setiap orang yang terlibat di
dalamnya.
d. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu
perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi.
Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu
mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut.
Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus sigap merespon perubahan tanpa
mengorbankan rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.
e. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat
setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin
transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggung jawab.
f. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan
menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
g. Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan
sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula didukung oleh pengembangan
disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta komitmen.

Dalam al-Qur’an, semangat perubahan dan revolusi termasuk transformasi sehingga


dapat kita temukan pijakan epistemologisnya dari beberapa ayat tentang para nabi dan rasul.
Dalam al-Qur’an ayat 218, Surah al-Baqoroh disebutkan pentingnya berhijrah (transformasi),
yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah
maha pengampun lagi maha penyayang.”
Sebut saja beberapa gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan Nabi Adam
yaitu manusia pertama dan paling menentang kebodohan dengan banyak mempelajari nama-
nama makhluk dan menentang kezaliman seperti yang dilakukan anaknya sendiri. Nabi Nuh
yang memimpin, membimbing dan memperlakukan secara adil kaum miskin pada waktu di
pinggirkan oleh kelompok orang kaya pada waktu itu.Nabi Syu’aib yang menentang
ketidakadilan ekonomi bagi kaum Madyan.Nabi Musa yang membebaskan kaum budak Bani
Israil dari cengkraman Fir’aun.Nabi Muhammad SAW yang melengkapi syariat dan ajaran
agama Islam.Beliau dapat berkomunikasi dengan para sahabat-sahabat terbaiknya bahkan para
musuh-musuhnya. Karena beliau jugalah ummat Islam berkembang, hijrah dari zaman
kejahiliahan dengan segala perbuatan buruk kaum kafir Quraisy menjadi orang yang paling
cepat melakukan perubahan dan perbaikan di segala lini, sehingga tak berlebihan dan bahkan
sangat patut menyandang gelar ummat terbaik.
2.3 Kepemimpinan Karismatik dan Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan karismatik dan transformasional hendaknya tidak dipandang sebagai
pendekatan yang saling bertentangan. Kedua jenis kepemimpinan ini saling melengkapi, tetapi
tidak berarti keduanya sama penting. Kepemimpinan transformasional lebih unggul daripada
kepemimpinankarismatik dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang
melampaui apa yang bisa dicapai kalau hanya pendekatan karismatik yang diterapkan.
Kepemimpinan karismatik, merupakan kepemimpinan yang mengembangkan kombinasi
hubungan antara bawahan dengan satu atau lebih bawahannya berdasarkan atribut-atribut
pimpinan yang disenangi bawahan. Kepemimpinan karismatik, dapat menjalankan misi dan visi
mereka melalui perilaku kepemimpinannya dan dalam situasi sosial apapun. Kepemimpinan
karismatik dibutuhkan pada situasi dan kondisi persaingan yang tidak pasti dikategorikan sebagai
sangat berisiko, dalam arti bahwa setiap keputusan yang diambil dapat berdampak buruk dan
berisiko bagi perusahaan atau organisasinya. Kondisi yang berisiko tersebut akan menimbulkan
kecemasan baik dari pihak pimpinan, terlebih para bawahan, sehingga dalam kondisi demikian
diperlukan kepemimpinan yang karismatik.
Secara sederhana dapat dipahami bahwa kepemimpinan Transformasional adalah
kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih besar dan belum
pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada para
anggota agar mereka bergerak secara sungguh-sungguh menuju tujuan bersama tersebut dengan
mengesampingkan kepentingan personalnya.
Kepemimpinan transformasional, merupakan kepemimpinan yang mencoba meningkatkan
kebutuhan dari tingkatan rendah sampai ke tingkatan yang lebih tinggi dan ke tingkatan yang lebih
mapan. Dengan demikian, apabila dilihat dari prosesnya, melalui kepemimpinan tersebut akan
diperoleh bawahan yang memiliki kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri, mengambil
tanggung jawab bagi tindakanya sendiri, dan memperoleh imbalan melalui kemandirian yang
kuat. Ciri lain dari hasil kepemimpinan transformasional adalah bawahan memiliki kepercayaan,
kebanggaan, loyalitas, dan rasa hormat kepada pimpinan, dan bawahan dapat berbuat melibihi apa
yang ditargetkan atau diharapkan. Oleh karena itu, kepemimpinan pada hakekatnya merupakan
kepemimpinan yang memotivasi bawahan untuk berbuat (kinerja) lebih baik dari apa yang
biasanya dilakukan oleh bawahan.
Terdapat beberapa perdebatan mengenai kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan
transformasional. Menurut Bernard Bass (1994), menganggap karisma merupakan bagian dari
kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transformasional lebih luas daripada karisma, dan
karisma itu sendiri tidak memadai untuk menjelaskan proses transformasional. Pemimpin yang
karismatik menginginkan pengikutnya untuk mengikuti pandangannya dan tidak perlu
memikirkan hal yang lain; pemimpin transformasional tidak hanya memberikan visi, akan tetapi
mendorong pengikutnya untuk mengimplementasikan visi tersebut.
3. KESIMPULAN
Pemimpin karismatik menekankan tujuan-tujuan idiologis yang menghubungkan misi
kelompok kepada nilai-nilai, cita-cita, serta aspirsi-aspirasi yang berakar dalam yang dirasakan
bersama oleh para pengikut.Selain itu kepemimpinan kharismatik juga didasarkan pada kekuataan
luar biasa yang dimiliki oleh seorang sebagai pribadi. Pengertian sangat teologis, karena untuk
mengidentifikasi daya tarik pribadi yang melekat pada diri seseorang , harus dengan
menggunakan asumsi bahwa kemantapan dan kualitas kepribadian yang dimiliki adalah
merupakan anugerah Tuhan. Karena posisinya yang demikianitulah maka ia dapat dibedakan dari
orang kebanyakan, juga karena keunggulan kepribadian itu, ia dianggap (bahkan) diyakini
memiliki kekuasan supra natural, manusia serba istimewa atau sekurang-kurangnya istimewa
dipandang masyarakat.
Seorang pemimpin dikatakan bergaya kepemimpinan transformasional apabila dapat
mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur,
memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan
membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan
pribadinya. Kepemimpinan transformasional lebih unggul daripada kepemimpinan karismatik dan
menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa yang bisa dicapai
kalau hanya pendekatan karismatik yang diterapkan. Pemimpin yang karismatik menginginkan
pengikutnya untuk mengikuti pandangannya dan tidak perlu memikirkan hal yang lain; pemimpin
transformasional tidak hanya memberikan visi, akan tetapi mendorong pengikutnya untuk
mengimplementasikan visi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
B Bass, B.M. and Avolio, B.J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through
Transformational Leadership, Sage, Thousand Oaks.
Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and
Row, New York.
Burns, J.M., Leadership, Harper & Row, New York, 1978.
Didik Muksin Wijaya, M.Pd., M.M., 2005, Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam
Meningkatkan Outcomes Peserta. http://www.google.com
Dydiet Hardjto, 1997,Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganiasian, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hater, J.J. and Bass, B., 1988, Supervisors' evaluations and and subordinates' perceptions of
transformational and transactional leadership, Journal of Applied Psychology, 73, p. 695-
702.
Hersey Paul & Kenneth H. Blanchard., 1990, Manajemen Perilaku Organisasi Pendayagunaan
Sumber Daya Manusia, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ivancevich, John M, 2007, Human Resource Management, New York: Mc Graw-Hill, Tenth
Edition.
J. Winardi, 2006, Teori Organisasi Dan Pengorganisasian, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Locke, E, A, 1997, Esensi Kepemimpinan, Jakarta : Spektrum.
Rivai, Veithzal, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Stogdill M Ralph,1974, Handbook of Leadership: A Sursvey of Theory and Research, New York.
The FreePress.
Tichy, N.M. and Devanna, M.A., 1986, The Transformational Leader , JohWiley, New York.
Wijaya, Muksin, 2005, Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam Meningkatkan
Outcomes Peserta Didik,Jurnal Pendidikan Penabur - No.05, hal 118-127.
Yammarino, F.J. and Bass, B.M.,1990, Longterm forecasting of transformational leadership and
its effects among naval officers:some preliminary findings, in K.E.Clark and M.B. Clark
(eds.),Measures of

Anda mungkin juga menyukai