Anda di halaman 1dari 2

BOMBONG Si pekerja keras

Siti Apriani- Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISMUH Makassar


Melaporkan dari Takalar
Muhammad Rian biasanya di panggil Bombong, bocah berusia (12) yang sangat hoby bekerja
dari menjadi kuli bangunan hingga Nelayan kecil. Itulah Bombong karena keadaan ekonomi
yang begitu sulit akhirnya dia memutuskan untuk bekerja keras membantu orang tuanya.
Bombong tinggal di Tamanroya tepatnya didesa Aeng batu-batu kecamatan Galesong-Utara
Kabupaten Takalar. Orang tuanya bernama Bado’ dg. Beta dan ibunya bernama Diana dg.
Jia. Bombong merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dua perempuan dan dua laki-laki.
Kakaknya bernama Rahmi dan kedua adiknya bernama Rania dan Riky.
Bombong sudah lama tidak bersekolah, sejak tahun 2019 Bombong lulus SD dia memutuskan
untuk tidak melanjutkan sekolah lagi karena faktor biayah. Melihat teman sebaya Bombong
melanjutkan sekolah ke jenjang SMP perasaannya sangat sedih bahkan nyaris bombong tidak
ingin keluar rumah karena malu dengan teman-temannya. Bombong mempunyai Cita-cita
sebagai pengusaha dia sangat ingin membuka tempat usaha kecil-kecillan di sekitar
rumahnya.
Sebagai Nelayan kecil ketika memiliki waktu senggang Bombong selalu menyempatkan
untuk pergi melaut bersama ayahnya menangkap ikan dilaut menggunakan Lanra puka
(Jaring ikan tembang) namun hasil tangkapan kadang tidak menentu biasanya Bombong dan
ayahnya pulang dengan tangan kosong.
Ketika pendapatan sebagai nelayan tidak mencukupi, Bombong mencari kerjaan sampingan
sebagai kuli bangunan. Pendapatan yang dihasilkan Bombong sebagai kuli bangunan dihargai
sebesar tigapuluh ribu perhari dan akan diterimah setiap hari Sabtu. Uang hasil kerja
Bombong langsung diserah kan kepada ibunya tanpa memikirkan dirinya sendiri. Setiap hari
Bombong bekerja bersama ayahnya Di Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makkassar.
Keluarga Bombong dililit hutang, setiap minggu penagih hutang selalu datang kerumahnya
untuk menagih baik tagihan Bank, serta tagihan lainnya. Hal inilah yang membuat Bombong
dan Ayahnya harus bekerja keras pagi, siang bahkan sampai malam tiba.
Bombong sangat bersyukur kepada Allah, masih diberikan kesehatan untuk tetap bekerja dan
membantu orangtuanya. Tetapi, ketika Bombong bekerja sebagai kuli bangunan teman-teman
sebaya Bombong mengejek dan mengatai Bombong yang tidak-tidak. Terkadang Bombong
sedih ketika temannya mengatakan hal seperti itu.
Bombong tidak terlalu akrab dengan teman sebayanya, dia lebih suka mengobrol dengan
Bapak-bapak Nelayan dan Kuli bangunan. Bahkan, Bombong sangat terkenal di sini hampir
setengah kampung didesa Aeng batu-batu mengenal Bombong sebagai anak pekerja keras,
rajin, tekun dalam menjalani segala pekerjaan.
Tapi sekarang, Bombong sedih karna akibat pandemi Covid-19 ini Bombong tidak bisa
bekerja dikarenakan pemerintah menerapkan Sosial Distance serta semuanya harus tinggal
dirumah. Padahal pekerjaannya di kota sebagai kuli bangunan masih belum selesai tetapi
sang Boss dengan berat hati harus memberhentikan pekerjaan demi kesalamatan kita
bersama.

Anda mungkin juga menyukai