0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan2 halaman
Bombong adalah anak berusia 12 tahun yang terpaksa berhenti sekolah dan bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya. Dia bekerja sebagai nelayan kecil dan kuli bangunan untuk membantu orang tuanya yang dililit hutang. Pandemi Covid-19 menyebabkan Bombong kehilangan pekerjaannya sebagai kuli bangunan.
Bombong adalah anak berusia 12 tahun yang terpaksa berhenti sekolah dan bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya. Dia bekerja sebagai nelayan kecil dan kuli bangunan untuk membantu orang tuanya yang dililit hutang. Pandemi Covid-19 menyebabkan Bombong kehilangan pekerjaannya sebagai kuli bangunan.
Bombong adalah anak berusia 12 tahun yang terpaksa berhenti sekolah dan bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya. Dia bekerja sebagai nelayan kecil dan kuli bangunan untuk membantu orang tuanya yang dililit hutang. Pandemi Covid-19 menyebabkan Bombong kehilangan pekerjaannya sebagai kuli bangunan.
Siti Apriani- Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISMUH Makassar
Melaporkan dari Takalar Muhammad Rian biasanya di panggil Bombong, bocah berusia (12) yang sangat hoby bekerja dari menjadi kuli bangunan hingga Nelayan kecil. Itulah Bombong karena keadaan ekonomi yang begitu sulit akhirnya dia memutuskan untuk bekerja keras membantu orang tuanya. Bombong tinggal di Tamanroya tepatnya didesa Aeng batu-batu kecamatan Galesong-Utara Kabupaten Takalar. Orang tuanya bernama Bado’ dg. Beta dan ibunya bernama Diana dg. Jia. Bombong merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dua perempuan dan dua laki-laki. Kakaknya bernama Rahmi dan kedua adiknya bernama Rania dan Riky. Bombong sudah lama tidak bersekolah, sejak tahun 2019 Bombong lulus SD dia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah lagi karena faktor biayah. Melihat teman sebaya Bombong melanjutkan sekolah ke jenjang SMP perasaannya sangat sedih bahkan nyaris bombong tidak ingin keluar rumah karena malu dengan teman-temannya. Bombong mempunyai Cita-cita sebagai pengusaha dia sangat ingin membuka tempat usaha kecil-kecillan di sekitar rumahnya. Sebagai Nelayan kecil ketika memiliki waktu senggang Bombong selalu menyempatkan untuk pergi melaut bersama ayahnya menangkap ikan dilaut menggunakan Lanra puka (Jaring ikan tembang) namun hasil tangkapan kadang tidak menentu biasanya Bombong dan ayahnya pulang dengan tangan kosong. Ketika pendapatan sebagai nelayan tidak mencukupi, Bombong mencari kerjaan sampingan sebagai kuli bangunan. Pendapatan yang dihasilkan Bombong sebagai kuli bangunan dihargai sebesar tigapuluh ribu perhari dan akan diterimah setiap hari Sabtu. Uang hasil kerja Bombong langsung diserah kan kepada ibunya tanpa memikirkan dirinya sendiri. Setiap hari Bombong bekerja bersama ayahnya Di Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makkassar. Keluarga Bombong dililit hutang, setiap minggu penagih hutang selalu datang kerumahnya untuk menagih baik tagihan Bank, serta tagihan lainnya. Hal inilah yang membuat Bombong dan Ayahnya harus bekerja keras pagi, siang bahkan sampai malam tiba. Bombong sangat bersyukur kepada Allah, masih diberikan kesehatan untuk tetap bekerja dan membantu orangtuanya. Tetapi, ketika Bombong bekerja sebagai kuli bangunan teman-teman sebaya Bombong mengejek dan mengatai Bombong yang tidak-tidak. Terkadang Bombong sedih ketika temannya mengatakan hal seperti itu. Bombong tidak terlalu akrab dengan teman sebayanya, dia lebih suka mengobrol dengan Bapak-bapak Nelayan dan Kuli bangunan. Bahkan, Bombong sangat terkenal di sini hampir setengah kampung didesa Aeng batu-batu mengenal Bombong sebagai anak pekerja keras, rajin, tekun dalam menjalani segala pekerjaan. Tapi sekarang, Bombong sedih karna akibat pandemi Covid-19 ini Bombong tidak bisa bekerja dikarenakan pemerintah menerapkan Sosial Distance serta semuanya harus tinggal dirumah. Padahal pekerjaannya di kota sebagai kuli bangunan masih belum selesai tetapi sang Boss dengan berat hati harus memberhentikan pekerjaan demi kesalamatan kita bersama.