Presentasi Kasus Pud
Presentasi Kasus Pud
PEMBIMBING :
Kolonel Ckm dr.Tri Joko W, SpOG
PENYUSUN :
Hasyati Dwi Kinasih 1410221013
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UPN ‘VETERAN’
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Perdarahan Uterus Disfungsional
Disusun oleh :
Hasyati Dwi Kinasih 1410221013
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat
mengikuti ujian kepaniteraan klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk II
RST dr.Soedjono Magelang.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
referat ini telah berhasil diselesaikan Presentasi Kasus yang berjudul “Perdarahan Uterus
Disfungsional" dibuat sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk II RST dr.Soedjono Magelang.
Tanpa dukungan pihak-pihak yang telah memberikan pertolongan, demikianlah presentasi
kasus ini tersusun dan terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis menggunakan kesempatan ini untuk
mengucapkan terimahasih kepada :
1. Kolonel Ckm dr.Tri Joko W, SpOG selaku pembimbing yang sabar dalam membimbing
dan memberikan pengarahan. Beliau juga telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk memberikan bimbingan, masukan, serta koreksi demi kesempurnaan referat ini
2. Ucapan terimakasih kepada seluruh keluarga FK UPN 2010 terkhusus untuk sahabat-
sahabat tercinta dan semua pihak terkait yang telah membantu proses pembuatan
presentasi kasus ini terimakasih untuk semangat dan kebersamaan selama ini.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan. Penulis berharap referat ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi semua pihak yang membutuhkan.
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus disfungsional merupakan
keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat
pertolongan pertama lainnya. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai berat dan
hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya.
Gangguan haid dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh
wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik. Haid yang tidak teratur pada masa 3-5 tahun
setelah menarche dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang
lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), haid yang tidak teratur bukan
merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal.
Perdarahan abnormal dari uterus tanpa disertai kelainan organik, hematologik, melainkan hanya
merupakan gangguan fungsional disebut sebagai perdarahan uterus disfungsional. Perdarahan
uterus disfungsional (PUD) adalah diagnosis pengecualian ketika tidak ada kelainan patologi
pada panggul atau menyebabkan medis lain. Berdasarkan gejala klinis perdarahan uterus
disfungsional dibedakan dalam bentuk akut dan kronis.Sedangkan secara kausal perdarahan
uterus disfungsional mempunyai dasar ovulatorik (10%) dan anovulatorik (70%).
Penderita perdarahan uterus disfungsional akut biasanya datang dengan perdarahan
banyak, sehingga cepat ditangani karena merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan
perawatan di rumah sakit. Sedangkan perdarahan uterus disfungsional kronis dengan perdarahan
sedikit-sedikit dan berlangsung lama bukan merupakan keadaan gawat darurat. Meskipun tidak
darurat tetapi perdarahan uterus disfungsional kronis justru memerlukan perhatian yang sungguh-
sungguh sehubungan dengan dampak jangka panjang yang ditimbulkannya seperti anemia
sekunder, yang dapat menganggu fungsi reproduksi.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. E
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Asrama Yon Armed 11/ Kostrad
Status : Menikah
Nama Suami : Tn. S
Pekerjaan : Tentara
Masuk RS : 22 Juni 2015
No. RM : 04-39-63
II. ANAMNESIS
Ny. E (42 tahun)
P2A0
HPHT : 26 April 2015
BB : 39 kg
TB : 143 cm
Keluhan Utama :
Menstruasi tidak berhenti sejak bulan April
Riwayat Haid : Menarche usia 12 tahun, haid teratur dengan siklus 28 hari, lama haid 7-8
hari, riwayat nyeri haid disangkal.
Riwayat Obstetri :
1. 2002; laki-laki; aterm; partus spontan; dibantu bidan; BBL 2600 gram
2. 2006; laki-laki; aterm; partus spontan; dibantu bidan; BBL 3100 gram
Riwayat Kontrasepsi :
IUD sejak tahun 2007-2014, lalu diganti dengan KB suntik tiap 3 bulan yang sudah tidak
digunakan sejak awal tahun 2015.
Riwayat Perkawinan : Menikah 1 kali dan menikah saat usia 23 tahun, usia pernikahan
±14 tahun.
Pemeriksaan Dalam:
Vaginal Toucher (VT)
Dinding vagina normal, inflamasi (-), massa (-)
Porsio tebal lunak
Nyeri goyang porsio (-)
Pembukaan (-)
Kavum Douglasi dalam batas normal, massa (-), darah (-)
Lendir (+) sarung tangan terdapat darah(+)
Inspekulo:
Vagina dan portio tidak ada kelainan, laserasi maupun peradangan
Darah dari uterus yang keluar melalui portio (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah (22 Juni 2015):
22/6/2015 pkl 22.58
WBC 7.600 /uL
RBC 4,60 juta/uL
HB 13,0 g/dL
HT 36,3%
PLT 292.000 /uL
MCV 83,2 fL
MCH 28,3 pg
MCHC 33,9 g/dL
USG Abdomen
Kesan: Penebalan dinding endometrium tanpa disertai perlukaan yang menyebabkan reaksi
radang.
VI. DIAGNOSIS
P2A0 dengan Perdarahan Uterus Disfungsional
VII. RENCANA TINDAKAN
IVFD RL /12 jam
Cytotex 2 tab pervagina
Persiapan kuretase 23/6/2015
IX. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
22 Juni Pasien KU/Kes : sedang/CM , P2A0 dengan Cytotex 2tab/vagina
2015 merasa TD : 130/90 mmhg Curettage 23/6/2015
PUD
lemas, Respirasi : 20 x/menit
darah Nadi : 88 x/menit
menstruasi Suhu 36.8 oC
masih Status Generalis: DBN
mengalir Status Ginekologi
meskipun Perdarahan (+)
tidak
banyak
23 Juni KU/Kes : sedang/CM , P2A0 dengan Antibiotik : Doxycyclin
2015 TD : 120/80 mmhg 2x100 mg
PUD, Post
N : 84 x/menit Asam tranexamat 3x250 mg
RR : 18 x/menit curettage hari Sangobion 2x1 tab
T: 36.4 oC Observasi TTV
pertama
Status Generalis: DBN Bila keadaan baik, pasien
Status Ginekologi boleh pulang
Perdarahan (+) tetapi
berkurang
Curettage: didapatkan
jaringan ± 10cc,
perdarahan ±20 cc
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
Quo ad sanationam : Ad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan Uterus Disfungsional
II.1. Definisi
Perdarahan uterus abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya,
yang terjadi didalam atau diluar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional mekanisme kerja
poros hipotalamus – hipofisis – ovarium - endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi.
II.2. Etiologi
a. Perdarahan Ovulatoar
b. Perdarahan Anovulatoar
Dengan terjadinya penurunan kadar estrogen dapat timbul perdarahan yang
kadang bersifat siklik, kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada
sangkut pautnya dengan jumlah folikel. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen
sebelum mengalami atresia dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru.
Endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi perubahan menjadi
hiperplasia kistik.
Etiologi
1. Sentral : psikogenik, neurogenik, hipofisis
2. Perifer : ovarial
3. Konstitusional : kelainan gizi, metabolik, penyakit endokrin
Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-kelainan ovulasi, siklus
haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya. Berdasarkan kelainan tersebut
makaperdarahan uterus disfungsional dapat dibagi seperti tabel 1.
Perdarahan uterus disfungsional biasanya berhubungan dengan satu dari tiga keadaan
ketidak seimbangan hormonal, berupa: estrogen breakthrough bleeding, estrogen withdrawal
bleeding dan progesterone breakthrough bleeding. Pada perdarahan uterus disfungsional
ovulatorik perdarahan abnormal terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah
ketidakseimbangan hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang,
insufisiensi atau persistensi korpus luteum. Perdarahan uterus disfungsional pada wanita dengan
siklus ovulatorik muncul sebagai perdarahan reguler dan siklik.Sedang pada perdarahan uterus
disfungsional anovulatorik perdarahan abnormal terjadi pada siklus anovulatorik dimana
dasarnya adalah defisiensi progesterone dan kelebihan progesterone akibat tidak terbentuknya
korpus luteum aktif, karena tidak terjadinya ovulasi. Dengan demikian khasiat estrogen terhadap
endometrium tak ber lawan. Hampir 80% siklus mens anovulatorik pada tahun pertama menars
dan akan menjadi ovulatorik mendekati 18-20 bulan setelah menars.
II.3. Klasifikasi
Perdarahan uterus disfungsional dikatakan akut jika jumlah perdarahan pada satu saat lebih
dari 80 ml,terjadi satu kali atau berulang dan memerlukan tindakan penghentian perdarahan
segera. Sedangkan perdarahan uterus disfungsional kronis jika perdarahan pada satu saat kurang
dari 30 ml terjadi terus menerus atau tidak tidak hilang dalam 2 siklus berurutan atau dalam 3
siklus tak berurutan, hari perdarahan setiap siklusnya lebih dari 8 hari, tidak memerlukan
tindakan penghentian perdarahan segera, dan dapat terjadi sebagai kelanjutan perdarahan uterus
disfungsional akut. Sementara berdasarkan jumlah kehilangan darah yang dihitung dari kadar
Hb, perdarahan uterus disfungsional digolongkan menjadi PUD ringan (hb ≥8 gr/dL), PUD
sedang (hb 4-8 gr/dL), dan PUD berat (hb <4 gr/dL).
Berdasarkan usia, perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi menjadi PUD pada
perimenrache, PUD pada usia reproduktif, dan PUD pada perimenopause. Sedangkan
berdasarkan etiologinya, perdarahan uterus disfungsional dibagi menjadi PUD ovulatorik dan
anovulatorik.
II.4. Patofisiologi
ANOVULASI
Progesteron (-)
Estrogen ↑
Hyperplasia endometrium
PERDARAHAN
II.5. Diagnosis
Anamnesa
Anamnesa yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan :
a. Bagaimana mulanya perdarahan
b. Apakah didahului siklus yang pendek-pendek atau oligomenorea / amenorea
c. Sifat perdarahan
d. Lama perdarahan
Pada siklus ovulatorik, perdarahan dapat dibedakan menjadi:
Perdarahan pada pertengahan siklus : sedikit dan singkat.
Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium : banyak, memanjang.
Perdarahan bercak, pra haid dan pasca haid
Pada siklus anovulatorik, gejala klinis siklus menstruasi yang tidak teratur, amenorea,flek
atau menometrorrhagia, sakit kepala dan mudah lelah. Perdarahan uterus disfungsional
pada keadaan folikel persisten sering dijumpai pada masa perimenopause. Mula-mula
haid biasa kemudian perdarahan bercak selanjutnya diikuti perdarahan yang banyak terus-
menerus dan disertai gumpalan.
d. Ultrasonografi
Transvaginal sonografi (TVS) untuk menilai ketebalan endometrium dan
mendeteksi polip dan myomata dengan sensitivitas 80 % dan spesifisitas 69 %.
Meskipun ada bukti bahwa ketebalan endometrium mungkin menjadi indikasi
patologi pada wanita pascamenopause, seperti untuk wanita di tahun-tahun
reproduksinya. Meta-analisis dari 35 penelitian menunjukkan bahwa pada menopause
wanita, ketebalan endometrium 5 mm pada USG dan memiliki sensitivitas 92 persen
untuk mendeteksi penyakit endometrium serta 96 persen untuk mendeteksi cancer.
Hal ini tidak membantu ketika ketebalan antara 5 dan 12 mm.
II.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional secara umum perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut:
a. Umur, status pernikahan, fertilitas.
Hal ini dihubungkan dengan perbedaan penanganan pada tingkatan perimenars,
reproduksi dan perimenopause. Penanganan juga seringkali berbeda antara penderita
yang telah dan belum menikah atau yang tidak dan yang ingin anak.
b. Berat, jenis dan lama perdarahan.
Keadaan ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan tindakan mendesak atau
tidak.
c. Kelainan dasar dan prognosisnya
Pengobatan kausal dan tindakan yang lebih radikal sejak awal telah dipikirkan
jika dasar kelainan dan prognosis telah diketahui sejak dini.
1. PUD Ovulatoar :
- Perdarahan tengah siklus
Esterogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 10 – 15 siklus
- Perdarahan bercak pra haid
Progesteron 5 – 10 mg hari ke 17 – 26 siklus
a. Non-steroid anti-inflammatory
b. Agen antifibrinolytic
c. Danazol
d. Progestin
g. GnRH agonis
2. Manajemen Bedah
a. Dilatasi dan kuret
b. Penghancuran endometrium
c. Histerektomi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan, Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 2011 : 161-
173.