Anda di halaman 1dari 19

LARUTAN BUFFER

1.         Pengertian Larutan Buffer


Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nillai pH tertentu, yang berasal dari:
a.    Campuran asam lemah  dengan garam dari asam lemah tersebut
     Contoh :
-       CH3COOH dengan CH3COONa
-       H3PO4 dengan NaH2PO4
b.    Campuran basa lemah  dengan garam dari basa lemah tersebut
     Contoh : NH4OH dengan NH4Cl
2.         Sifat Larutan Buffer
a.    pH larutan tidak berubah jika diencerkan
b.    pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
3.         Fungsi Larutan Buffer
Sistem penyangga digunakan dalam berbagai bidang seperti industri farmasi, kimia analiik,
Bakteriologi, Fotografi, industri Kulit, dan Zat Warna, yang menggunakan rentang pH yang
cukup sempit untuk mendapatkan kerja yang optimum. Dalam tubuh manusia manusia, sistem
penyangga berfungsi untuk mempertahankan harga pH, seperti asam karbonat dengan ion
karbonat. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam
tubuh manusia seperti pada cairan tubuh.  Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun
cairan ekstrasel.  Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan
HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut,
dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.  Selain itu penerapan larutan
penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.
4.         Perhitungan Larutan Buffer
a.         Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengangaramnya (larutannya akan
selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus :
[H+] = Ka. Ca/Cg
pH = pKa + log Ca/Cg
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
b.        Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengangaramnya (larutannya akan
selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus :
[OH-] = Kb . Cb/Cg
pOH = pKb + log Cg/Cb
dimana:
Cb = konsentrasi base lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

5.         Larutan penyangga yang bersifat asam


Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7. Larutan penyangga yang
bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan garammya – acapkali garam natrium.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini, jika
larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan
memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi
yang sama.
Anda dapat mengubah pH larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih
asam yang berbeda dan salah satu garamnya.
6.         Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan penyangga yang bersifat basa biasanya terbuat
dari basa lemah dan garamnya.
Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan amonium klorida. Jika
keduanya dalam keadaan perbandingan molar yang sebanding, larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu
bukanlah suatu masalah selama konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.

Larutan penyangga
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Untuk kegunaan lain dari Buffer, lihat  Buffer (disambiguasi).

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Asam dan Basa

Konstanta disosiasi asam


Ekstraksi asam-basa
Reaksi asam-basa
Konstanta disosiasi
Fungsi keasaman
Larutan penyangga
pH
Afinitas proton
Swaionisasi air

Tipe Asam

Brønsted–Lowry · Lewis · Mineral
Organik

Tipe Basa

Brønsted–Lowry · Lewis · Organik

l • b • s

Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan


nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan
penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.

Daftar isi
  [sembunyikan] 

1 == == Komponen Larutan

Penyangga

2 Cara kerja larutan penyangga

o 2.1 Larutan penyangga

asam

o 2.2 Larutan penyangga

basa

3 Perhitungan pH Larutan

Penyangga

o 3.1 Larutan penyangga

asam

o 3.2 Larutan penyangga

basa
4 Fungsi Larutan Penyangga

[sunting]== == Komponen Larutan Penyangga

Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:

 Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam.

 Basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

 Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari
asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam
jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah
yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium, barium, kalsium,
dan lain-lain.

 Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari
basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
====

[sunting]Cara kerja larutan penyangga

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga
dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak
mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:

[sunting]Larutan penyangga asam


Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO-
yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

 Pada penambahan asam


Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan
bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

 Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+
membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+
dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH),
bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO-
dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)


[sunting]Larutan penyangga basa
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang
mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

 Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu
penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang
ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

 Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion
OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk
komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)


[sunting]Perhitungan pH Larutan Penyangga
[sunting]Larutan penyangga asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus
berikut:

[H+] = Ka x a/valxg
atau
pH = p Ka - log a/g

dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah

a = jumlah mol asam lemah

g = jumlah mol basa konjugasi


[sunting]Larutan penyangga basa
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan
rumus berikut:

[OH-] = Kb x b/valxg
atau
pH = p Kb - log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah

g = jumlah mol asam konjugasi


[sunting]Fungsi Larutan Penyangga

Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan,
fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep
larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam
cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya
seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem
penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu
penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat
tetes mata. Pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak
menimbulkan efek samping.

pH
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Asam dan Basa
Konstanta disosiasi asam
Ekstraksi asam-basa
Reaksi asam-basa
Konstanta disosiasi
Fungsi keasaman
Larutan penyangga
pH
Afinitas proton
Swaionisasi air

Tipe Asam

Brønsted–Lowry · Lewis · Mineral
Organik

Tipe Basa

Brønsted–Lowry · Lewis · Organik

l • b • s

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang


dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan
standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. [1]

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada


tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan
mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp[2] (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa
Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat)[3], dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens
Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah
tetapan yang berarti "logaritma negatif"[4].

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang
daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan
bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau
industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan),
dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam
frekuensi yang lebih rendah.

Daftar isi
  [sembunyikan] 

1 Defini

si

2 Lihat

pula

3 Refer

ensi

[sunting]Definisi

[sunting]pH

pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air.[5] pH


merupakan kuantitas tak berdimensi.

dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur


secara eksperimental menggunakan elektrode ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen
ion. pH umumnya diukur menggunakan elektrode gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara
elektrode yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektrode referensi. Perbedaan potensial
pada elektrode gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:

dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektrode standar, R tetapan gas, T temperatur dalam


kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang ditransfer. Potensial
elektrode E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion hidrogen.

Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali
dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat
dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektrode dikalibrasi dengan larutan yang
aktivitasnya diketahui.

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO 31-8 sebagai


berikut: [6] Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani

elektrode referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt

dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada penggantian
larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya (standar) diketahui pH(S).
pH larutan X oleh karenanya

Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada


perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial
dengan elektrode yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH
meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama
dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh
rekomendasi IUPAC.[7] Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan
penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih
larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst
ideal pada elektrode sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan
di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.

Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat asam,
[8]
 memerlukan prosedure khusus. Kalibrasi elektrode pada kasus ini dapat digunakan
menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya dihitung menggunakan
parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas. [9]

pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur
dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman
yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman
Hammett, H0.

Umumnya indikator asam-basa sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang


berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah

Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter


yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.
[sunting]p[H]

Menurut definisi asli Sørensen [2], p[H] didefinisikan sebagai minus logaritma konsentrasi ion
hidrogen. Definisi ini telah lama ditinggalkan dan diganti dengan definisi pH. Adalah mungkin
untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen secara langsung apabila elektrode yang
digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah satu caranya adalah
dengan mentitrasi larutan asam kuat yang konsentrasinya diketahui dengan larutan alkali
kuat yang konsentrasinya juga diketahui pada keberadaan konsentrasi elektrolit latar yang
relatif tinggi. Oleh karena konsentrasi asam dan alkali diketahui, adalah mudah untuk
menghitung ion hidrogen sehingga potensial yang terukur dapat dikorelasikan dengan
kosentrasi ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan menggunakan plot Gran. [10] Kalibrasi ini akan
menghasilkan nilai potensial elektrode standar, E0, dan faktor gradien, f, sehingga
persamaan Nerstnya berbentuk

Persamaan ini dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion hidrogen dari
pengukuran eksperimental E. Faktor gradien biasanya lebih kecil sedikit dari satu. Untuk
faktor gradien kurang dari 0,95, ini mengindikasikan bahwa elektrode tidak berfungsi
dengan baik. Keberadaan elektrolit latar menjamin bahwa koefisien aktivitas ion
hidrogen secara efektif konstan selama titrasi. Oleh karena ia konstan, maka nilainya
dapat ditentukan sebagai satu dengan menentukan keadaan standarnya sebagai
larutan yang mengandung elektrolit latar. Dengan menggunakan prosedur ini, aktivitas
ion akan sama dengan nilai konsentrasi.

Perbedaan antara p[H] dengan pH biasanya cukup kecil. Dinyatakan bahwa [11] pH = p[H]
+ 0,04. Pada prakteknya terminologi p[H] dan pH sering dicampuradukkan dan
menyebabkan kerancuan.

[sunting]pOH

pOH kadang-kadang digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion hidroksida OH −.


pOH tidaklah diukur secara independen, namun diturunkan dari pH. Konsentrasi ion
hidroksida dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen berdasarkan
persamaan

[OH−] = KW /[H+]

dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:

pOH = pKW − pH.


Sehingga, pada suhu kamar pOH ≈ 14 − pH. Namun hubungan ini tidaklah
selalu berlaku pada keadaan khusus lainnya.

[sunting]Lihat pula

 Teori reaksi asam-basa

 Asam

 Basa

 Alkali

 pH tanah

 Titrasi
[sunting]Referensi

 D. K. Nordstrom, C. N. Alpers, C. J. Ptacek, D. W. Blowes (2000).


Negative pH and Extremely Acidic Mine Waters from Iron Mountain,
California. Environmental Science & Technology 34 (2), 254-258.
(Available online: DOI | Abstrak | Teks penuh (HTML) | Teks penuh (PDF))

1. ^ "The Measurement of pH - Definition, Standards and Procedures –


Report of the Working Party on pH, IUPAC Provisional

Recommendation"]. 25 November 2001. A proposal to revise the current

IUPAC 1985 and ISO 31-8 definition of pH.

2. ^ a b Carlsberg Group Company History


Page, http://www.carlsberggroup.com/Company/Research/Pages/pHValu

e.aspx

3. ^ University of Waterloo - The pH


Scale, http://www.science.uwaterloo.ca/~cchieh/cact/c123/ph.html

4. ^ Nørby, Jens. 2000. The origin and the meaning of the little p in


pH. Trends in The Biochemical Sciences 25:36-37

5. ^ "pH". IUPAC Goldbook.
6. ^ Quantities and units – Part 8: Physical chemistry and molecular physics,
Annex C (normative): pH. International Organization for Standardization,

1992.

7. ^ Definitions of pH scales, standard reference values, measurement of


pH, and related terminology. Pure Appl. Chem. (1985), 57, pp 531–542.
8. ^ Nordstrom, DK et al. (2000) Negative pH and extremely acidic mine
waters from Iron Mountain California. Environ Sci Technol,34, 254-258.

9. ^ Zemaitis, J.F. (25 November 1986). Handbook of Aqueous Electrolyte


Thermodynamics: Theory & Application. Wiley. ISBN 978-0-8169-0350-

4. Chapter 4

10. ^ Rossotti, F.J.C. (1965). "Potentiometric titrations using Gran plots: A


textbook omission". J. Chem. Ed. 42: 375–378.

11. ^ Mendham, J.; Denney, R. C.; Barnes, J. D.; Thomas, M.J.K.; Denney,
R. C.; Thomas, M. J. K. (2000), Vogel's Quantitative Chemical

Analysis (edisi ke-6th), New York: Prentice Hall, ISBN 0-582-22628-

7 Section 13.23, "Determination of pH"

1. Day, R.A. and A.L. Underwood, 1989, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5, Aloysius H.P., penerjemah.
Jakarta, Erlangga, Terjemahan dari : Quantitatif Analysis.
2. Petrucci, R.H., 1987, Kimia Dasar – Prinsip dan Terpan Modern, Jilid 1, Edisi 4, Suminar Achmadi,
penerjemah. Jakarta, Erlangga, Terjemahan dari General Chemistry, Princlipes and Moder
Application.
3. Purba, M, 2007, Kimia SMA X I, Jilid 2, Jakarta : Erlangga.

Johari, J. M. C. dkk. 2004. Kimia SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Esis.
Purba, Michael. 2004. KIMIA untuk SMA Kelas XI 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama.

Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga
ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.
Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah
dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut
sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-
komponen pembentuknya (Wiro Alexander ,2011).
       Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang
dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan,
atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu
buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya
dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer
(Underwood, 2002 ).
Sifat dari larutan buffer yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan dan tidak berubah pula
jika ditambahkan kedalamnya sedikit asam atau basa (Padmono, 2007).
Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase
gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana
tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer yang
umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang digunakan untuk
membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada asam asetat sampai pH
yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu
unit pH disekitar nilai pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer.
Sebagai contoh, nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling
efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Golib, 2007).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi
pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang
akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan
adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak
terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor (Riyadi, 2008).

C. ALAT DAN BAHAN


1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
         Buret
         Gelas kimia
         Statif dan klem
         Corong
         Gelas ukur
         pH meter
         Botol semprot
2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
         Buffer asetat 0,01 10 ml
         Buffer asetat 0,015 10 ml
         Buffer asetat 0,1 10 ml
         Indikator fenolftalein
         NaOH 0,1 M
         Aquades
         Tissu  
D. HASIL PENGAMATAN

E. HASIL PENGAMATAN
   Tabel hasil pengamatan

Volume Buffer Asetat Volume NaOH (tetes) pH


0,01 (ml)
10 6,18
10 1 6,20
10 2 6,25
10 3 6,32
10 4 6,38
10 5 6,50
10 6 6,63
10 7 6,82
10 8 7,24
10 9 8,21
10 10 10,72

Volume Buffer Asetat Volume NaOH (tetes) pH


0,1 (ml)
10 8,25
10 1 9,17

Volume Buffer Asetat Volume NaOH (tetes) pH


0,015 (ml)
10 7,93
10 1 8,37
10 2 8,87

Volume Buffer Fosfat Volume NaOH (tetes) pH


10 2,6
10 1 5,2
10 2 6,2
10 3 6,9
10 4 7,6
10 5 11,1

Perhitungan
   

  Kapasitas Buffer Asetat


Mol Natrium Asetat    :  0,93 L x 0,1 M         = 0,193
Mol Asam Asetat        :  0,07 L x 0,1 M         = 0,007
  α          = mol garammol garam finolasam
= 0,1930,2
= 0,965
  β          = 2,3 x c x α (1-α)
= 2,3 x 0,2 x 0,965 (1-0,965)
= 0,46 x 0,033775
= 0,0150

     kapasitas buffer asetat A1 = 0,0150


kapasitas buffer asetat A2
o     

=  Mol Natrium Asetat  =      1,96 L x 0,1 M     =  0,196 mol


                Mol Asam Asetat     =       0,04 L x 0,1 M    =  0,004 α=mol garammolgaram+mol asam= 0,1960,2

= 0,98
β   = 2,3 x ( x2 x (1-2))
    = 2,3 x 0,2 x 0,98 (1- 0,98)
    = 0,46 x 0,0196
     = 0,009
     = 0,10
  Kapasitas buffer asetat A2
Kapasitas Buffer Asetat A3
Mol Buffer Asetat       =   1,35 L x 0,1 M       = 0,135
Mol Asam Asetat        =   0,65 L x 0,1 M       = 0,065

∂mol garammol garam+mol asam=0,1350,2=0,675

β  = 2,3 x C x α (1- α)


                = 2,3 x 0,2 x 0,675 (1 - 0,675)
                = 0,46 x 0,2 x 0,675
                = 0,10
  kapasitas Buffer Asetat A3 = 0,1

E. PEMBAHASAN
Larutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinyayang dapat
mempertahankan pH di sekitar daerah kapasitas buffer. Adapun kapasitas buffer adalah
kemampuan mempertahankan pH. Larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh
reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya.  Reaksi  ini  disebut  sebagai  reaksi  asam-basa  konjugasi  yang  mengandung
komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion
H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah
pH-nya secara signifikan.
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu asam/basa lemah yang dapat
mempertahankan pH pada penambahan sedikit asam atau basa, Suatu larutan yang bertahan
terhadap perubahan pH, bila suatu asam atau basa ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit
disebut larutan buffer (dapar). Suatu larutan yang mengandung satu pasang asam-basa konjugasi
merupakan suatu contoh buffer. Asamnya bereaksi dengan tiap ion hidroksida yang ditambahkan
kepada larutan, dan basa konjugatnya bergabung dengan ion hidrogen.
Pada percobaan kali ini kita menggunakan Buffer Asetat dan NaOH sebagai nitrat dan kita
menggunakan pH meter untuk mengukur pH buffer fosfat setelah ditambahkan larutan NaOH
sedikit demi sedikit. Pada perlakuan pertama kita menggunakan buffer asetat kapasitas 0,01 10
ml dengan NaOH sebagai nitrat,pada percobaan ini kita menggunakan cara titrasi dengan
menitrasi larutan buffer asetat yang bersifat asam menggunakan larutan NaOH yang bersifat
basa, volume buffer asetat 10 ml dengan pH awalnya 6,18, ditambahkan 1 tetes larutan NaOH
mempunyai pH 6,20, pada tetesan kedua larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,25, pada tetesan
ke ketiga larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,32, pada tetesan tetesan keempat larutan NaOH
kita mendapatkan pH 6,38, pada tetesan ke lima larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,50, pada
tetesan yang ke enam larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,63, pada tetesan yang ketujuh
larutan NaOH kita mendapatkan pH 6,83, pada tetesan yang ke delapan larutan NaOH kita
mendapatkan pH 7,24, pada tetesan yang kesembilan larutan NaOH kita mendapatkan pH 8,21
dan pada tetesan larutan NaOH yang terakhir yaitu tetesan ke sepuluh kita mendapatkan pH
10,72. Menurut teori fungsi buffer adalah untuk mempertahankan pH larutan saat ditambahkan
asam/basa dalam jumlah yang relative sedikit, dan pada percobaan ini kita mendapatkan hasil
yang sama dengan teori yaitu pada larutan buffer 0,01 10 ml kita mendapatkan hasil yaitu
penambahan larutan NaOH sedikit demi sedikit pH larutan buffer tersebut hanya bertambah
sedikit demi sedikit hingga terjadi perubahan warna yang tadinya larutan buffer berwarna bening
menjadi berwana ungu, warna ungu ini menunjukkan bahwa larutan tersebut sudah bersifat basa
karena larutannnya memiliki lebih banyak NaOH yang bersifat basa daripada larutan buffer
asetat yang memiliki sifat asam .
Pada perlakuan yang kedua dimana dimana larutan buffer asetat dengan kapasitas 0,1
sebanyak 10 ml dimana pH awalnya 8,25 setelah ditambahkan larutan NaOH sebanyak 1 tetes
ternyata sudah mengalami perubahan warna menjadi warna ungu dengan pH 9,17.
Pada perlakuan yang terakhir kita menggunakan buffer asetat berkapasitas 0,015 dengan pH
awalnya 7,93, setelah ditambahkan satu tetes larutan NaOH pHnya menjadi 8,37 dan pada
tetesan larutan NaOH yang kedua pHnya berubah menjadi 8,87 dan ternyata pada tetesan yang
kedua ini sudah mengalami perubahan warna menjadi warna ungu, warna ungu ini menunjukkan
bahwa didalam larutan tersebut bersifat basa kerena didalam larutan tersebut lebih banyak
mengandung NaOH yang bersifat basa.
F. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu, pembuatan larutan
buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan larutan asam
konjugasinya dan mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan basa konjugasinya.
Perubahan pH pada larutan penyangga terjadi dengan perubahan kecil yang signifikan karena
sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat ditambahkan sedikit asam atau basa. Penentuan
kapasitas buffer dilakukan untuk menunjukkan kekuatan larutan dalam mempertahankan pH.

           

DAFTAR PUSTAKA
Gholib,I.G. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar: Yogyakarta.

Clark,J. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca Exact Bandung: Bandung.


Padmono, 2007, Buffer dan Kapasitasnya, Dari http://www.padmono.blogspot.com. Diakses tanggal 10
April 2012.
Underwood, 2002 , Kimia Farmasi, Dari http://www.wahyuriadi.blogspot.com/. Diakses tanggal 9 April
2012.
Wiro Alexander, 2011, Buffer dan Kapsitas Buffer,
Dari http://wiropharmacy.blogspot.com/2011/03/kuliah-buffer-dan-kapasitas-buffer.html, Diakse
s tanggal 9 April 2012.

Buffer adalah larutan yang memilki sifat dapat mempertahankan atau relatif tidak
mengubah pH dengan adanya penambahan sedikit asam dan sedikit basa atau adanya
pengenceran. Buffer disebut juga larutan penyangga atau dapar. Larutan  penyangga terdiri atas
asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya.
Mekanisme kerja larutan buffer adalah menetralkan asam maupun basa dari luar. Masing-
masing komponen dalam larutan buffer mampu menetralkan asam maupun basa darii luar.
Komponen asam lemah dan basa konjugasi dalam larutan buffer asam membentuk sistem
kesetimbangan .
Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat
dengan cara mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konjugasinya
secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan mencampurkan
sejumlah larutan basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih. Setelah reaksi selesai, campuran
dari larutan basa konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan
buffer asam.
Larutan buffer sederhana dapat dibuat dengan menambahkan asam asetat (CH3COOH)
dan natrium asetat (CH3COONa) dalam jumlah yang sama ke dalam air. Konsentrasi
kesetimbangan baik asam maupun basa konjugat (dari CH3COONa) diasumsikan sama dengan
konsentrasi awalnya. Ini karena (1) CH3COOH adalah asam lemah dari hidrolisis ion CH3COO-
sangat kecil dan (2) keberadaan ion CH3COO- menekan ionisasi CH3COOH dan keberadaan
CH3COOH menekan hidrolisis ion CH3COO-.
            Larutan yang mengandung kedua zat ini mampu menetralkan asam atau basa yang
ditambahkan.Natrium asetat, suatu elektrolit kuat, terionisasi sempurna dalam air.  Dalam buffer
asam misalnya molekul HA dan ion A- ada bersama. Bila asam ditambahkan, maka sebagian
besar kelebihan proses diambil oleh basa. Bila basa ditambahkan, maka sebagian besar ion
hidroksida bereaksi dengan asam yang tak teroksidasi.
Pada percobaan yang kami lakukan, NaOH yang ada di dalam buret dimasukkan ke
dalam 10 ml larutan asam fospat. Tiap penambahan 0,1 ml NaOH diamati perubahan pHnya
dengan menggunakan pH Meter, namun terlebih dahulu diukur pH awalnya. Pada percobaan, pH
awal dari asam fosfat adalah 2,63. Kemudian berdasarkan table pengamatan, pada penambahan 1
tetes (0,1 ml) larutan natrium hidroksida pHnya menjadi 2,82 , penambahan 10 tetes(1 ml)
pHnya 3,75. Kemudian pada penambahan 30 tetes (3 ml) pH  berubah menjadi 7,09. Pada
penambahan 42 tetes(4 ml) perubahan pH menjadi 10,21.Hal tersebut juga dapat diamati melalui
grafik.
Dari percobaan yang dilakukan, perubahan pH yang terjadi secara umum mengalami perubahan
yang meningkat, dimana perubahan pH ini akhirnya menjadi stabil dan konstan seperti yang ditunjukkan
pada kurva. Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH
stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali.
Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan
tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH air mata agar tidak menimbulkan iritasi
yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah
agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah.

Anda mungkin juga menyukai