Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL II

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

OLEH
KELOMPOK 1

1. RAFANURI BAYU RAMDHANI (A1A017105)


2. RABBIUL RAUHUN (A1A017104)
3. RODIAH (A1A017115)
4. SAHWAN LURIADI (A1A017116)
5. SITI ITRIYAH (A1A017120)
6. SITI KARIMA (A1A017121)
7. SONYA FEBYANTI (A1A017123)
8. YULANDARI WAHYUNINGSIH (A1A017142)

KELAS IESP-C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya. Tak lupa pula salawat serta salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad Salallahualaihiwasalam sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
mengenai sistem moneter internasional. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Bapak dosen mata kuliah ekonomi
pertanian Bapak Dr. ikhsan Rois ST.ME dan juga teman kelas sekalian kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya selama pengerjan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk ke depannya kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kualitas dari laporan ini
dapat terus ditingkatkan

Mataram, 08 November 2019

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3. Tujuan..........................................................................................................................2

1.4. Metode.........................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1. Pengertian Sistem Moneter Internasional......................................................................3

2.2. Sejarah Sistem Moneter Internasional..........................................................................4

2.3 Sistem Penetapan Kurs Mata Uang................................................................................8

2.4 Cara Melakukan Transaksi Internasional.....................................................................12

2.5 Kelemahan Sistem Moneter Internasional....................................................................16

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................20

3.1 Simpulan......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat kita berbicara tentang moneter maka masalah utama yang sering kita
bicarakan adalah berkaitan dengan uang. Setiap negara mempunyai mata uang sendiri
dan mata uang itu menunjukkan nilai barangnya. Begitu juga dengan sistem moneter
internasional ini mengacu pada institusi-institusi dimana pembayaran atas transaksi
lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaiman kurs tukar asing
ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar.

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk


semua negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas
negara. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi
perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap
perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan
pengaturan sistem kurs tukar.

Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter
internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang
lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem
moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin
merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Untuk itu penulis akan
membahas terkait dengan “Sistem Moneter Internasional”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem moneter interasional ?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional ?

3. Bagaimana system penetapan kurs mata uang?


4. Bagaimana cara melakukan transaksi pembayaran internasional?

5. Apa kelemahan sistem moneter internasional ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari sistem moneter internasional.

2. Mengetahui sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional.

3. Mengetahui proses penetapan kurs mata uang.

4. Mengetahui cara melakukan transaksi pembayaran internasional.

5. Mengetahui kelemahan sistem moneter internasional.

1.4. Metode

Penyusunan makalah ini menggunakan metode observasi dan


kepustakaan, observasi yang dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca
buku-buku yang berkaitan dengan judul makalah. Dan sumber lainnya melalui
informasi media komunikasi (internet) yang berhubungan dengan tema
makalah.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Moneter Internasional

Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu


negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut
sebagai sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan
seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan
tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992).
Sistem moneter internasional mengacu pada instuisi-instuisi dimana pembayaran atas
transaksi lintas Negara dilaksanakan. Neraca pembayaran merupakan suatu catatan
sistematis mengenai transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dan penduduk
negara lainnya dalam suatu periode tertentu. Sistem keuangan internasional dari
sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan transpormasi dari masa
ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi dan politik
domestik serta internasional pada masing-masing masa.

Para ahli beranggapan bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional


merupakan unsur yang bersifat netral baik ekonomis atau politis, namun anggapan ini
tidak terbukti dalam ekonomi modern. Norma dan konvensi yang mengatur Sistem
Moneter Internasional dengan ini mempunyai efek distributif yang penting bagi
power suatu negara dan kesejahteraan dalam kehidupan negara tersebut.

Suatu Sistem Moneter Internasional yang berjalan dengan baik akan


melancarkan perdagangan dunia, arus investasi asing dan interdepedensi global.
Kemampuan Sistem Moneter Internasional adalah prasyarat bagi sehatnya ekonomi
dunia, sebaliknya runtuhnya Sistem Moneter Internasional barat menjadi penyebab
terpisahnya kesuraman dalam ekonomi internasional. Jika dalam skala domestik atau
nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar daerah dapat disesuaikan
melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam skala
internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak seimbang antar negara
dapat diselesaikan melalui financing, perubahan kebijakan domestik untuk menggeser
pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk melakukan penjatahan
pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata uang berubah sesuai
situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter internasional
adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan
pembayaran internasional.

2.2. Sejarah Sistem Moneter Internasional

1) Zaman Emas (1876-1913)


Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran
yang lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan
nilai tukar mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang
bersangkutan harus menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli
emas. Jika pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan
emas, maka kurs antar dua mata uang bisa ditentukan. Karena nilai emas terhadap
barang lain tidak banyak berubah dalam jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs
mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka panjang.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang
fiat, nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan
pemerintah menjaga integritas mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut
disalahgunakan. Pemerintah tertentu selalu tergoda menerbitkan uang baru, karena
biaya produksi penerbitan tersebut praktis nol. Dengan menggunakan standar emas,
nilai mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah
jumlah uang yang beredar, karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas. Mekanisme
penyesuaian kurs dalam standar emas bisa digambarkan melalui mekanisme price-
specie-flow mechanism (specie merujuk ke mata uang emas).
Sejak tahun 1880 Inggris, Jerman, jepang dan Amerika telah mengadopsi
sistem standar Emas. Dengan berlakunya standar emas maka nilai dari setiap mata
uang dalam satuan mata uang lainnya dapat ditentukan secara mudah sehingga dapat
mengkatalisasi perdagangan internasional. Mulanya US$ 1 dihargai dengan 23,22
grain emas murni yang mana 1 ons emas sama dengan 480 grain emas. Dengan kata
lain harga dari 1 ons emas adalah US $20,67. Sejumlah mata uang yang diperlukan
untuk membeli satu ons emas disebut sebagai nilai pari emas.

2. Periode Perang Dunia 1914-1944


Standar emas klasik berakhir pada masa setelah Perang Dunia I, dimana
negara-negara yang kalah khususnya Jerman, Austria, Hungaria, Polandia, dan Rusia
mengalami hiperinflasi. Contoh: Jerman mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1
triliun kali lipat daripada saat sebelum perang. Fluktuasi nilai mata uang di masa
1920-an membuat banyak negara menerapkan kebijakan depresiasi habis-habisan
agar dapat memperoleh untung di pasar ekspor global.
Banyak negara sepertinya kembali ke standar emas klasik setelah mulai pulih
dari dampak perang. Namun, itu cuma kedok saja agar mereka bisa
mengimplementasikan kebijakan sterilisasi emas. Sterilisasi Emas yaitu kebijakan
untuk menyesuaikan arus masuk dan keluar emas, dengan cara pengurangan jumlah
uang dalam negeri dan peningkatan kredit dalam negeri. ‘Usaha’ untuk kembali ke
standar emas klasik hancur total dengan terjadinya Great Depression (1929) dan
kekacauan itu mengakibatkan ditarik keluarnya emas besar-besaran dari ‘tangan’
bank-bank di negara- negara besar.
Emas hanya diperdagangkan dengan bank sentral, bukan pribadi. Kurs mata
uang ditetapkan berdasarkan emas. Sesudah tahun 1934 dan sesudah perang dunia
kedua, konvertibilitas mata uang yang bisa ditukarkan (konvertibel) dengan mata
uang lainnya.

3. Sistem Bretton Woods


Pada tahun 1945, perjanjian ditandatangani dan melahirkan IMF dan
IBRD/World Bank. IMF membuat, mewujudkan, dan menegakkan serangkaian
aturan eksplisit yang mengatur kebijakan moneter internasional. IBRD/World Bank
bertanggung jawab atas pendanaan proyek-proyek pengembangan dan/atau
pembangunan di masing-masing negara pemohon kredit/modal.
Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini,
semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan emas, tetapi tidak
diharuskan memenuhi konvertibilitas mata uang mereka dalam emas. Negara anggota
diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dari nilai par, dan
bersedia melakukan intervensi untuk menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara
anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya. Tekanan spekulasi
menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan dunia
sempat tutup selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut
dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh
kekuatan pasar.
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional,
yang dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara.
Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter.
Dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk
mengawasi sistem tersebut.

4. Post Bretton Woods (1973) - sekarang


Setelah kurs dibiarkan mengambang, fluktuasi kurs mata uang dunia menjadi
semakin tinggi dan semakin sulit diprediksi. Kejadian penting pertama setelah
Bretton Woods berakhir adalah embargo minyak negara OPEC yang cukup sukses
(Oktober 1973). Pada tahun 1974 harga minyak cenderung melakukan kebijakan
sangat tajam. Kurs dollar dan juga kurs mata uang lainnya, di masa mendatang akan
berfluktuasi sama seperti sekitar dua puluh tahun terakhir ini. Selama tidak ada
patokan yang pasti, kurs mata uang di masa mendatang akan mengalami fluktuasi
yang tidak bisa diprediksi.
Beberapa ekonom mulai menganjurkan kembali ke sistem kurs tetap. Tetapi
sampai saat ini belum ada model yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini, yang
bisa menjamin stabilitas kurs. Sistem yang ideal akan mencakup dua hal :
1. Sistem harus kredibel (bisa dipercaya)
2. Sistem harus mempunyai mekanisme stabilitas harga yang otomatis (built in).
Sistem yang ideal diharapkan bisa memunculkan mata uang dengan karakteristik :
Nilai yang stabil. Nilai yang stabil merupakan karakteristik yang diinginkan karena
bisa membuat transaksi bisnis menjadi lebih mudah diperhitungkan. Bisa
dipertukarkan dengan mudah. Lalu lintas modal yang lancar merupakan karakteristik
yang diinginkan. Kebijakan Moneter yang independent. Kebijakan Moneter
ditentukan oleh setiap negara untuk mencapai tujuan ekonomi yang ditetapkan atau
diprioritaskan negara tersebut.
Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara
kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis,
dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan pernawaran. Sering juga
penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta
asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara
mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik.
Untuk mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila
surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar
untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau
dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di mana bank Sentral sama sekali tidak
campur tangan di dalam pasar valuta asing.

Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan
Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Kurs tetap berlaku di antara
mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain.
Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang
menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.

Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya


dengan dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang
mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting dalam lalu
lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan campur tangan
dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana Moneter
Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang
Dolar.

2.3 Sistem Penetapan Kurs Mata Uang

Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing

Pada system moneter internasional, mekanisme penentuan kurs dapat


diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:

a. System Free Float, Floating Exchange Rate, Kurs Mengambang Bebas.

Floating exchange rate adalah system penetapan kurs melalui mekanisme


kekeuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valuta asing. System kurs
mengambang memiliki dua karakteristik yang berbeda yaitu:

 System Kurs Mengambang Bebas Secara Murni,

System kurs mengambang bebas secara murni, biasa disebut clean float atau
freely. Dalam system ini, kurs ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran
mata uang yang ada di pasar valuta asing, tanpa campur tangan pemerintahan.
Berdasarkan system ini, kurs akan bergerak naik turun, atau mengambang secara
bebas sesuai dengan kondisi atau kekuatan pasar.

Kurs akan berubah sesuai dengan perubahan factor-faktor yang


mempengaruhinya. Beberapa factor yang mempengaruhi fluktuasinya kurs seperti
tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, atau tingkat bunga akan digunakan oleh pasar
untuk mengevaluasi kurs mata uang suatu Negara tersebut.

Jika factor-faktor yang berpengaruh kurs berubah, dan estimasi pasar terhadap
factor-faktor tersebut juga berubah, maka kurs juga akan berubah. Kurs berubah
sesuai dengan berita-berita relevan yang dikeluarkan oleh institusi resmi Negara.

 Sistem Kurs Mengambang Terkendali,


System kurs mengambang terkendali, biasa disebut dirty float atau managed float
system, yaitu penentuan kurs di pasar valuta asing dengan intervensi atau campur
tangan pemerintah. Pemerintah mempengaruhi kekuatan pasar dengan berbagai
kebijakan di bidang moneter, fiscal, dan perdagangan luar negeri.

Beberpa bank sentral turut campur tangan dengan intervensi lansung maupun
tidak untuk mempengaruhi kekuatan pasar, sehingga kurs berada pada kisaran yang
positif terhadap perekonomian Negara. Keikutsertaan bank sentral sama seperti
pelaku pasar lainnya. Artinya bank sentral tidak mengindentifikasi dirinya sebagai
bank sentral. Pada system ini tidak ada patokan atau batasan berapa kurs yang harus
berlaku. Intervesi bank sentral dilakukan hanya sementara saja.

Kelebihan dari system kurs mengambang bebas adalah kurs akan berubah dengan
cepat sesuai dengan perubahan kondisi ekonomi. Sehingga kurs dapat mencerminkan
nilai yang wajar atau sesungguhnya dari perekonomian suatu Negara.

Kelemahan dari system ini adalah kurs akan selalu berubah secara bebas sesuai
dengan kekuatan pasar yang pada akhirnya dapat menyulitkan pemerintah maupun
pelaku ekonomi yang lain dalam menentukan, atau merencanakan atau menghitung
suatu usaha. Perubahan kurs yang terlalu cepat ini dapat meningkatkan ketidakpastian
dalam dunia usaha.

b. Sistem Kurs Tetap, Fixed Rate, Fixed Exchange Rate.

Pada system ini, pemerintah melalui otoritas moneter atau Bank Sentral
secara resmi menetapkan nilai kurs yang berlaku untuk negaranya. Bank Sentral
secara aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga kurs yang
telah ditetapkannya. Pemerintah menjaga nilai mata uang pada tingkat yang telah
ditetapkan dengan membeli dan menjual valuta asing dalam jumlah yang tidak
terbatas.

Pada kondisi tertentu pemerintah dapat mengambil keputusan untuk


melakukann devaluasi atau revalusi mata uangnya. Langkah ini merupakan
alternative terakhir yang akan diambil, yaitu pada saat transaksi berjalan
mengalami deficit atau surplus terus-menerus.

Kelemahan system kurs ini adalah nilai kurs tidak selalu dapat
mencerminkan nilai yang sesungguhnya dari mata uang tersebut. Pemerintah
melalui otoritas moneter akan selalu menjaga stabilitas kurs pada tingkat yang
diinginkan. Kondisi ini menyebabkan nilai mata uang tidak mencerminkan
kondisi perubahan ekonomi yang sesungguhnya. Pendek kata apapun perubahan
ekonomi Negara, tidak dengan segera tercermin dari nilai tukar mata uangnya.

Ketika para pelaku pasar menilai mata uang sudah terlalu tinggi atau
rendah, maka mata uang tersebut akan mengalami tekanan jual atau beli yang
sangat besar. Pemerintah akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan nilai
tukar mata uangnya. Hal ini akan menyebabkan biaya tinggi dan menguras
cadangan devisa.

c. Sistem Kurs Tertambat, Pegged Exchange Rate Sistem.

System kurs ini ditetapkan dengan cara mengkaitkan nilai tukar mata uang
suatu Negara dengan mata uang Negara lain atau sejumlah mata uang tertentu.
Nilai tukar mata uang bergerak mengikuti perubahan nilai mata uang Negara yang
ditambatnya.

Sekitar 50 negara di dunia menganut system kurs tertambat ini. Contohnya


mata uang Real yang digunakan oleh Republik Yaman ditambatkan pada Dollar
Amerika. Sehingga perubahan mata uang real di Yaman akan tergantung pada
perubahan nilai Dollar Amerika.

Sekitar 14 Negara Afrika bekas jajahan Perancis menggunakan system ini


dengan mengakitkan nilai tukarnya kepada mata uang Perancis. Artinya, jika mata
uang Perancis terapresiasi, maka mata uang Negara Afrika tersebut juga
terapresiasi.Enam Negara yang memisahkan diri dari Uni Soviet menambatkan
mata uangnya pada Ruble Rusia, Enam Negara lainnya menambatkan mata
uangnya pada mitra dagang utama.

Beberapa Negara lain mengaitkan nilai tukar mata uangnya dengan GBP,
USD, dan SDR atau Special Drawing Right yang dikeluarkan oleh IMF. SDR
merupakan uang kertas emas yang dikeluarkan IMF pada tahun 1969 sebagai
reserve currency dan likuiditas internasional. Beberapa Negara Eropa yang
tergabung dengan EEC sejak tahun 1972 menggunakan pegged system ini yang
disebut Snake System. Kemudian system snake diubah menjadi European
Monetary System, EMS. Pada snake system dan EMS setiap mata uang anggota
EEC dikaitkan nilainya dengan Europen Currenc Unit, atau ECU dan dapat
berfluktuasi pada kisaran 2,25 persen di atas atau di bawah kurs tengah.

2.4 Cara Melakukan Transaksi Internasional

Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat


perdagangan dan peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:

A. Cash
Pembayaran ini dilakukan dengan menggunakan check atau bank draft, pada
saat barang dikirm oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini biasanya tidak disukai
oleh pembeli (importer) karena :

- harus tersedianya uang kas yang cukup besar,

- kehilangan penggunaan modal kerja karena barang diterima kemudian,

- harus berdasarkan kepercayaan dan kejujuran eksportir.

Tetapi cara ini akan sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan
belum kenal baik dengan importir.
B. Open Account
Cara ini merupakan kebalikan daripada cash. Sebab dengan cara open account
barang telah dikirimkan kepada importir tanpa disertai surat perintah membayar serta
dokumen-dokumen. Pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau terserah
kebijaksanaan importir. Dalam hal ini, resiko sebagian besar ditanggung eksportir.
Cara ini akan baik digunakan apabila :

                  – Pembeli sudah dikenal dengan baik.

                  – Keadaan ekonomi dan politik yang stabil.

                  – Dekat dengan pasar.

C. Commercial Bills of Exchange


Cara ini yang paling umum dipakai yang biasa disebut drafts atau trade bills.
Trade bills adalah surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu dimasa datang. Surat
perintah semacam ini sering disebut wesel. Apabila si pembeli menyetujui maka dia
membubuhkan tanda tangan pada drafts tersebut, sehingga drafts tersebut dapat
diperjualbelikan. Jenis-jenis pada drafts yaitu :
1. Clean drafts yakni draft yang tidak disertai jaminan dokumen barang,
2. Documentary draft yaitu draft yang disertai jaminan dokumen pengiriman
serta asuransi barang.
Kapan waktu pembayaran itu dilakukan disebut tenor atau usance. Dalam hubungan
dengan tenor/usance, maka draft dapat dibagi dalam :
1. Sight draft, yaitu draft yang dibayar sesaat setelah diperlihatkan pada pembeli.
kemungkinan pembayarannya sebelum barangnya tiba di tempat pembeli
sebab draft dikirim melalui kapal laut.
2. Arrival draft, yaitu draft yang dibayar sesaat setelah barangnya tiba.
3. Date draft, yaitu draft yang pembayarannya dilakukan pada tanggal tertentu
atau beberapa hari setelah tanggal tersebut.
D. Letter of Credit
Yang dimaksud dengan letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan
oleh Bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana Bank tersebut yang
menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan
demikian letter of credit merupakan suatu alat pengganti kredit Bank dan dapat
menjamin pembayarannya bagi eksportir.
Pihak-pihak didalam Letter of Credit adalah :

1. Opener (importir) adalah pembeli yang membuka L/C.

2. Issuer adalah Bank yang mengeluarkan L/C tersebut.

3. Beneficiary atau acreditee adalah penjual (eksportir).

Dalam kenyataannya sering terdapat satu pihak lagi didalam transaksi dengan L/C
ini, yaitu Confirming Bank (bank di negara eksportir) yang atas permintaan eksportir,
menjamin pembayaran L/C yang dikeluarkan oleh Issuer.
Langkah-langkah pembayaran dengan L/C sebagai berikut :
Keterangan:

1. Perjanjian tentang cara pembayaran dengan L/C oleh importir dan eksportir.

2. Importir membuka L/C bank di negaranya dengan mengisi permohonan L/C.

3. Issuing bank menandatangani L/C tersebut sebagai jaminan pembayaran


kepada eksportir. Demikian pula sebaliknya, importir akan menjamin pula
semua pembayaran yang dilakukan oleh bank.

4. Dengan diterbitkan L/C tersebut berarti kredit telah tersedia bagi importir
untuk menginpor barang dari eksportir.

5. Advice terhadap L/C dilakukan oleh confirming bank atas perintah issuing


bank guna memperkuat jaminan pembayaran L/C kepada eksportir.

6. Wesel dan dokumen pengiriman barang diperiksa oleh confirming


bank sebagai tanda persetujuan pengiriman barang.

7. Wesel dan dokumen tersebut oleh confirming dikirimkan kepada issuing bank.

8. Setelah wesel tersebut ditandatangani oleh issuing bank maka barang dapat


dikeluarkan dari pelabuhan dan dikirimkan kepada importir setelah
menandatangani trust receipt.

9. Pada waktu yang telah ditentukan terjadilah transaksi pembayaran antara


eksportir dengan confirming bank melalaui negosiasi atas dokumen ekspor,
Importir dengan issuing bank melalui debet A/C rekeningnya di bank yang
bersangkutan, dan confirming bank dengan issuing
bank melalui reimbursement atas L/C tersebut.

E. Private Compensation
Adalah suatu metode pembayaran internasional yang dilakukan antara
pembeli dan penjual dengan jalan melakukan kompensasi penuh atau sebagian utang
piutang baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga mengurangi atau
meniadakan transfer valas ke luar negeri. Dengan demikian utang piutang tersebut
dapat diselesaikan pembayarannya tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.
Hanya saja kesulitannya dalam mendapatkan orang-orang yang persis mempunyai
utang piutang dalam jumlah sama.

2.5 Kelemahan Sistem Moneter Internasional

Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada


akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga
menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan
inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan
lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter
internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai
mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan
yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya
yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan hancurnya
komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam sistem moneter
internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang yang baru atau
kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang
seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan
kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971
masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau
terhadap salah satu mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang
dikaitkan dengan emas.

Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh
ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki
tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin
menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun
1946 dan 1971. Pada awal pendiriannya IMF memberi negara-negara sebuah filosofi
manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali
(fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada
para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat
memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS.
Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang
kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di
Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas
pemimpin sepertinya.

Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak
diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF
memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971
IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas)
sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah
1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar tetap
beralih ke nilai tukar mengambang.

IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional


menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang
(bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa diperankan dengan baik
oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari negara-negara transisi muncul, IMF
tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk stabilitas moneter untuk
menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang
ditawarkan serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa
tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat
pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua
pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang dingin
sejauh ini lebih memburuk dibanding perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia
(I dan II) yang amat menghancurkan.
Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada.
Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti
bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-negara
telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas atau perak)
atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir sejak sistem
moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem
moneternya sendiri, fenomena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam kerjasama
antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para ekonom
mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter internasional didukung
oleh fakta bahwa keseimbangan neraca pembayaran (suatu negara) saling
berhubungan satu sama lain. Apabila satu negara memiliki neraca perdagangan yang
surplus maka negara-negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu
negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh
terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar mata uang. Di
dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada n-1 nilai tukar yang
independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak
nilai tukar tetap di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas (degree of freedom),
yang membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan
(redundancy problem) masalah kelebihan . Aturan dimana tambahan derajat
kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas (gold
standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.

Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang
tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan
yang luar biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu
buruk. Ada hubungan yang penting dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan
konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh
mata uang negara AS. Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya
seringkali memenuhi banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah
judul yang kita coba berangkat dari sini.
1. Negara yang Mengalami Kepailitan

Pada tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman
kepada negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak
akan mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ” (utang
pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara
berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun
tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981,
sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab
bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada
tahun 1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 –
1980 dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong
meningkatnya inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia.
Sementara itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga
menggoncang perekonomian dan kemampuan untuk membayar utang.

Tahun 1979 – 1980 harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga
tersebut diikuti dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga
pinjaman baru maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga
variabel. Negara berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5 milliar/tahun
untuk setiap kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini mengakibatkan
naiknya nilai mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya meminjam uang
dalam bentuk AS$ sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$ menambah beban.
Beban tersebut menjadi lebih berat karena pembayaran komoditi ekspor diterima
dalam berbagai mata uang lain yang digunakan untuk membayar utang dalam AS $.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi, praktisi,


regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan
dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak
ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran
timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran
internasional.

1. Sistem Standar Emas 1870 – 1914 Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah
Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas.

2. Zaman Bretton Woods, 1944 – 1973

Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu


International Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal
dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

Sistem Penetapan Kurs Mata Uang bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok
yaitu Free Float (Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang
dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang dikelola
(Managed Float) Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena
ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona Target Tertentu Melalui perjanjian
ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama
dalam wilayah kurs tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1997. Ekonomi Internasional Edisi 3. BPFE. Yogyakarta


https://ardra.biz/tag/jenis-sistem-penetapan-kurs/
http://onlyineconomic.blogspot.com/2010/10/sejarah-sistem-moneter-
internasional.html
http://roni336.blogspot.com/2010/08/kelemahan-sistem-moneter-internasional.html

Anda mungkin juga menyukai