Model Pengambilan Keputusan Etis PDF
Model Pengambilan Keputusan Etis PDF
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Otonomi menuntut bahwa kita sendiri menentukan siapakah kita ini dan bersedia
untuk bertanggung jawab atas pilihan itu.
Seseorang klien untuk dapat otnomi harus mampu bertindak mandiri, percaya
diri,mempunyai kebebasan untuk memilih tindakan dan mampu membuat
keputusan.
2
b. Sikap Terhadap Kematian
Zaman dahulu
Zaman sekarang
o Kematian otak
Tidak sanggup menerima rangsangan dari luar dan tidak ada reaksi atau
rangsangan,tidak ada reaksi spontan/pernafasan,tidak ada reflex,dan
dibuktikan oleh EEG.
3
o Kematian neocortex
c. Kemajuan Bioteknologi
Hampir tak satupun aspek kehidupan kita yang tidak tersentuh oleh teknologi.
Teknologi tidak saja mempunyai akibat baik tapi ada juga akibat buruk
Tidak bias disangkal teknologi telah banyak membawa manfaat bagi umat
manusia
Revolusi teknologis memungkinkan lebih banyak kesempatan dan kemampuan
untuk mencampuri dalam kehidupan,pada tahap mikro maupun makro.
Sebagai contoh:
o Pembuahan invitro dan jantung buatan
4
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan Etis
5
Factor adat-istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh
terhadap pembutan keputusan etis. Contoh dari permasalahan praktik adat-istiadat bisa
diperhatikan pada contoh berikut:
“ Dalam budaya Jawa dan daerah lain dikenal suatu falsafah tradisional “Mangan ora
mangan anggere ngumpul” (makan tidak makan asalkan bersama). Falsafah ini sampai
saat ini masih mempengaruhi system kekerabatan orang Jawa. Sebagai contoh bila ada
anggota keluarga yang sakit dan dirawat dirumah sakit maka biasanya ada salah satu
keluarga yang menungguinya. Ini berbeda dengan sistem kekerabatan orang Barat
dimana bila ada anggota keluarga yang sakit maka sepenuhnya diserahkan pada
perawat dalam keperawatan sehari-hari. Setiap rumah sakit di Indonesia mempunyai
aturan menuggu dan persyaratan pasien yang boleh di tunggu. Namun hal ini sering
tidak dihiraukan oleh keluarga pasien, misalkan dengan alasan rumah jauh, pasien tidak
tenang bila tidak ditunggu keluarga, dll. Ini sering menimbulkan masalah etis bagi
perawat antara membolehkan dan tidak membolehkan. “
Faktor Social
Berbagai factor social berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Factor ini
meliputi antara lain meliputi perilaku social dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan (Ellis, Hartley, 1980). Perkembangan social
dan budaya juga berpengaruh terhadap system kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan
yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan
komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap keperawatan.
Sebagai contoh dalam kasus dibawah ini:
“ Seorang pasien yang menderita penyakit kronis dan dirawat di rumah sakit sudah
beberapa bulan dalam keadaan lemah. Oleh karenanya, pasien atau keluarganya
mungkin memilih untuk membawa pasien pulang agar dapat dipersiapkan meninggal
dunia dengan tenang. Selain dengan pertimbangan factor biaya, adat, hal ini juga
karena adanya anggapan/nilai di masyarakat bahwa “orang yang etikanya tidak baik
selama hidup, maka akan sulit meninggal dunia”. Pasien kemudian dibawa pulang,
6
dengan APS (Atas Permintaan Sendiri). Beberapa hari kemudian pasien tersebut
meninggal dunia.”
Hal tersebut dapat terjadi karena mahalnya biaya pengobatan di rumah sakit,
sedangkan sebagian penduduk tidak mempunyai asuransi kesehatan. Ajaran agama juga
menyebutkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah kehidupan sementara, sehingga hidup
di dunia bukan merupakan tujuan akhir manusia. Ini cukup berbeda dengan nilai yang
diyakini oleh sebagian masyarakat tidak beragama, yang menganggap hidup di dunia
merupakan segala-galanya dan menganggap kehidupan setelah mati merupakan ajaran
tradisional atau khayalan manusia saja.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
kesehatan sedang mejadi topic yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi
suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
untuk perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan. Misalnya di Amerika Serikat masalah abortus merupakan topic dan
pembicaraan dan diskusi nasional. Selain masalah pengaturan abortus, berbagai aktivitas
lain juga menjadi masalah hukum di Amerika Serikat, misalnya pengaturan pengangkatan
dan penjualan bayi, fertilisasi infitro, ibu pengganti, hak pilih mati, dan hak untuk
menolak perawatan (Catalano, 1991). Undang-undang perlu disusun untuk mengatur
berbagai permasalahan yang menyangkut hak-hak manusia. Walaupun demikian, masih
ada saja pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja melanggar demi keuntungan materi.
7
Faktor Dana / Keuangan
Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan. Perawat perlu mempertimbangkan posisi
pekerjaannya. Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktik sendiri,
tetapi bekerja di rumah sakit, dokter praktik swasta, atau institusi kesehatan yang lain.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus disesuaikan
dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan
pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya,
ia dapat mendapat sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
8
c. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis
Teori dasar/prinsip-prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan
etis praktek professional(fry,1991 dalam creasia 1991)
Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan apabila terjadi konflik antara
prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
o Sering juga disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna
dari suatu tindakan ditintukan oleh hasilakhir yang terjadi.
o Contoh penerapan teleology : bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan
meninggal dari pada nantinya menjadi beban di masyarakat.
9
Deontology (formalism)
o Menurut kant : benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan,melainkan oleh nilai moralnya.
o Keadilan (justice)
10
o Otonomi
o Kejujuran(veracity)
o Ketaatan(fidelity)
11
Model Pembuatan Keputusan Etis Keperawatan (Jameton dalam fry,1991)
Tahap 1 : Identifikasi Masalah
12
Tahap 5 : Pembuat Keputusan Harus Membuat Keputusan
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pemegang peraan penting dalam pengambilankeputusan dari kasus Euthasia adalah
KELUARGA
2. Tenaga medis hanya sebagai FASILITATOR
3. Keputusan harus berdasarkan HUKUM yang berlaku
5.2 Saran
Dari penjabaran di atas, penulis menyarankan :
1. Tenaga kesehatan dan dokter diharapkan lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan
medis, karena setiap tindakan memiliki nilai etik dan hukum tersendiri.
2. Sebelum melakukan prosedur, tenaga kesehatan maupun dokter lebih komunikatif
lagi terhadap klien ataupun keluarga klien, supaya informasi yang mereka dapat jelas
dan tidak terjadi ladi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi keluarga, diharapkan memikirkan terlebih dahulu keputusan yang akan diambil
terkait theraphy dan perawatan klien, jangan mudah memutuskan sesuatu yang belum
dimengerti apa efek akedepannya.
15