BERSAMA
TANI
BANGKIT
EDISI XI, JAN 2018
KOLOM
Ummi Dokter:
memberikan asa bahwa ada masa depan yang
lebih baik buat anak anak pengungsi. Berharap
Pengungsi
ada sekolah permanen untuk anak-anak sela-
ma berada di pengungsian.
Rohingya,
Tim 9 dari IHA yang menangani layanan
kesehatan untuk anak-anak, dr. Hj. Aslinar, SpA,
60 Persen
M. Biomed mengatakan kepada Nazhori Author
dari Matahati bahwa selama bertugas di sana
Anak-anak
tim kesehatan banyak berdiskusi dengan WHO.
Menurut perempuan asal Bireuen, Aceh, kelahiran
D
05 September 1977, wabah Difteria menyerang
i Camp pengungsian sudah ada para pengungsi, terutama anak-anak.
perkembangan yang dialami Ummi Dokter sapaan karibnya bercerita
warga Muslim Rohingya. Diban tentang aktivitasnya bersama IHA dari tanggal,
dingkan kondisi saat pertama kali 9 - 24 Januari 2018, di Cox’s Bazar Bangladesh,
Muhammadiyah Aid menerjun berikut ini petikan wawancaranya.
kan tim nya ke lokasi, para pengungsi kini
mulai tertata rapih. Mereka sudah berani be- Sejauh mana wabah penyakit Difteri yang
raktivitas, beribadah bersama di masjid darurat, dianggap rentan terhadap anak-anak di
sementara anak-anak bermain bola. Camp pengungsian?
Di pengungsian itu, dokter spesialis anak Anak-anak dibawah usia 5 tahun dan
dari Muhammadiyah Aid menuturkan, war- orangtua diatas 60 tahun merupakan kelom-
ga pengungsi muslim Rohingya memiliki pok rentan untuk tertular penyakit Difteri. Dif
anak yang banyak. Mereka menikah di usia teri bisa ditularkan oleh percikan dahak, bersin,
muda. Setiap harinya di IHA Medical Center, batuk dan muntahan. Perilaku sehari-hari yang
anak-anak ramai berkumpul belajar bersama, kurang bersih seperti meludah sembarangan
berhitung, mengaji dan menyanyikan bebera- dan kondisi pengungsi yang sangat padat
pa lagu. memudahkan sekali anak-anak tertular Difteri.
Selesai belajar mereka mendapatkan Setiap hari saat menuju dan pulang dari
buah-buahan dan biskuit. Keceriaan mereka IHA Medical Center, kami melewati Camp pe-