BANYUWANGI
2020
OLEH :
Kelompok :
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing 1
Kaprodi
1. Pengertian
a.Bakteripiogenikyangdisebabkanolehbakteripembentukpus,terutama
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula
spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah
dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-
venameningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding
membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak(barier
otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri
sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan
kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus (Corwin, 2009).
5. Pathway
Meningitis
Penuruna
kesadaran
Kejang
MK : Resiko Cidera
Spasme otot
bronkus
Penyempitan lumen
trakea, bronkus
7. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan pungsilumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal,
dilakukan CT Scan.
ii.Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa
mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada
(Smeltzer,2012).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis meningitis yaitu :
a. Antibiotik sesuai jenis agenpenyebab
b. Steroid untuk mengatasiinflamasi
c. Antipiretik untuk mengatasidemam
d. Antikonvulsant untuk mencegahkejang
e. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masihbisa
dipertahankan
f. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal
Shunt) Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan
yangdilakukan
untuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh
terlalu banyaknya cairan serbrospinal. Cairan dialirkan dari
ventrikel di otak menuju rongga peritoneum. Prosedur
pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan
anastesi umum selama sekitar 90 menit. Rambut di belakang
telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakang telinga
dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen. Lubang kecil dibuat
pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam
ventrikel otak. Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit melalui
insisi di belakangtelinga,menuju ke rongga peritoneum. Sebuah
katup diletakkan di bawah kulit di belakang telinga yang
menempel pada kedua kateter. Bila terdapat tekanan intrakranial
meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup menuju
rongga peritoneum (Jeferson, 2014).
Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. Alternatif lain
selain pemasangan shunt antara lain:
a. Choroid pleksotomi atau koagulasi pleksusChoroid
b. Membuka stenosisakuaduktus
c. Eksisi tumor
d. Fenestrasi endoskopi
KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Biodata
Nama : An. O
Umur : 3th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Banyuwangi
Pekerjaan :-
Nomor Register : 123456
Tanggal MRS : 3 Mei 2020 (10.00)
Tanggal Pengkajian : 3 Mei 2020 (14.00)
Diagnosa Medis : Meningitis
Biodata Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Umur : 28th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Ibu
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Banyuwangi
b. Anamnesa
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
panas badan tinggi,
kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit saatini
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui jenis kuman
penyebab. Pada pengkajian klien dengan meningitis, biasanya
didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi
dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit
kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis
yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan
dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit.
d. Riwayat penyakitdahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkingkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi
keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi
jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit
dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma
kepala, dan adanya pengaruh immunologis pada
masa sebelumnya.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital
(TTV). Pada klien dengan meningitis biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari normal, yaitu 38-41 oC, dimulai
dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat.
Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan
iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu
tubuh. Penurunan denyut naditerjadi
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.
i. Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis
biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Apabila kliensudah mengalami koma maka
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk memantau
pemberian asuhan keperawatan.
e. Fungsiserebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah
lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah
dan aktivitas motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut
biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
f. Pemeriksaan sarafkranial
1) Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada
kelainanfungsi
penciuman.
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama
pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi
subduralyang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
3) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda
perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan.
Dengan alasan yang tidak diketahui,
klienmeningitismengeuhmengalamifotofobiaatausensitifya
ng
berlebihan terhadap cahaya.
4) Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidakdidapatkan
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya
tidak ada kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal,wajah
simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dantuli
persepsi.
7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelanbaik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideusdan
trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi
leher dan kaku kuduk (regiditas nukal)
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dantidak
Edukasi :
Kolaborasi :
.
NO. TUJUAN KRITERIA HASIL SLKI INTERVENSI SIKI Rasional
DX
2 Setelah dilakukan proses Kriteria hasil Perfusi Serebral (Intervensi manajemen peningkatan 1. Identifikasi penyebab
tindakan selama 1x24 (L.02014) Tekanan Itrakranial = I.06194) TIK untuk mengetahu
terjadi
jam keperawatan 2. Monitor dan gejala pe
diharapkan Resiko KH Nilai Observasi :
secara cepat dapat me
perfusi serebral tidak 1. Tekanan Cukup 1. Identifikasi penyebab / yang lebih parah
efektif dapat diatasi. 3. Monitoring cairan dan
Intra kranial meningkat peningkatan TIK (mis : lesi , untuk mengetahui kes
gangguan mtabolisme, edema cairan dalam tubuh
2. Demam Menurun
serebral ) 4. Posisis semi fowler d
3. Tingkat Cukup TIK
. 5. Hindari pemberian ca
Kesadaran meningkat 2. Monitor tanda dan gejala
hipotonik dapat menc
peningkatan TIK (mis : tekana
TIK yang lebih parah
4. Gelisah mnurun darah meningkat , kesadaran 6. Suhu normal dipertah
menurun, pola nafas ireguler, meningkatkan TIK ya
5. Kecemasan menurun
bradikardia ) 7. Lingkungan yang am
memberi kenyamanan
3. Monitor intake dan output cairan 8. Pemberian sedasi dan
dapat meningkatkan k
KET :
Teraupetik intrakranial
9. Pemberiandiuretik os
1 = menurun
4. Beri posisi semi fowler meningkatkan kapasit
2 = cukup menurun
5. Hindari pemberian cairan IV
3 = sedang hipotonik
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Satya Negara, 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit saraf. Edisi 1. Padang :
Bagian ilmu penyakit saraf Fakultas Kedokteran Universitas Andalan
Nurarif, 2013. Diagnosis Meningitis pada anak. Petun juk teknis manajemen
anak. Jakarta : Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia