Anda di halaman 1dari 7

Nama : Heri Helfira

Nim : 180701108

ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA

A. Arsitektur Tradisional Sunda


a. Asal-usul Arsitektur Tradisional Sunda
Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari pulau jawa bagian barat,
dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat,
Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda
tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai
wilayah utamanya. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan
budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, riang dan
bersahaja.
Secara umum konsep dasar rancangan arsitektur tradisional sunda adalah menyatu
dengan alam. Alam merupakan suatu potensi atau kekuatan yang harus dihormati dan
dimanfaatkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan rasa hormat tersebut
dicerminkan dalam sebutan bumi bagi alam yang menunjukkan bahwa alam adalah
tempat tinggal bagi masyarakat sunda.

b. Kebiasaan dan kebudayaan masyarakat sunda


Masyarakat sunda turut serta untuk menjaga keutuhan dan kelestarian adat dan seni
budaya berdasarkan filosofi silih asah ,silih asih, dan silih asuh yang merupakan jati diri
budaya sunda. Ketiga filosofi tersebut bermakna menumbuhkan sikap dan sifat saling
mengasuh, saling mengasihi dan saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman
dengan sesama masyarakat.
Masyarakat sunda umumnya beragama Islam dan hanya sebagian kecil yang tidak
beragama islam yaitu orang-orang baduy yang tinggal di Banten. Praktek-praktek
sinkretisme dan mistik masih dilakukan yang pada dasarnya berfungsi untuk menjaga
keseimbangan alam. Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara adat dan
keseimbangan sosial di pertahankan dengan kegiatan gotong royong.
B. Bentuk dan Pola Spasial Kampung
Di alam, kampung merupakan bagian di dalamnya, rumah adalah sub bagian dari
kampung dan keluarga menjadi komponen terkecil dari rumah yang terbentuk berdasarkan
individu-individu. Sedangkan batas, secara tidak langsung menjadi tameng bagi aktivitas
penghuni di dalamnya. Batas merupakan salah satu bagian penting dari pola kampung yang
berfungsi sebagai tanda pembatas wilayah permukiman. Di samping itu, batas juga memiliki
makna kesadaran untuk menghormati hak-hak tetangga di sekitarnya, artinya mereka akan
merasa aman dan tenang apabila berada dalam lingkungan komunitasnya.
Bagi Masyarakat Sunda, kesatuan kecil permukiman terdiri dari satu atau beberapa
rumah yang tidak berjauhan jaraknya. Dalam Masyarakat Sunda, terbentuknya kampung
melalui empat proses. Pertama; diawali dengan terbentuknya umbulan, yaitu permukiman
yang terdiri atas 1-3 rumah. Kedua; dari umbulan berkembang menjadi babakan, yaitu
kesatuan permukiman yang terdiri dari 4-10 rumah. Ketiga; berkembang lagi menjadi lembur,
yaitu kesatuan permukiman yang memiliki antara 10-20 rumah. Keempat; terbentuklah
kampung, yaitu kesatuan permukiman yang memiliki lebih dari 20 rumah beserta
lingkungannya.

Berdasarkan sudut pengelompokan bangunannya, seperti: rumah tinggal, lumbung


padi, tempat menumbuk padi, kandang ternak, bale desa, musholla, bale adat dan lain-lain,
Garna dalam Ekadjati (1995:127) mengelompokkan kampung-kampung di Jawa Barat ke
dalam 3 (tiga) macam pola, yakni:
 Pola linier, yaitu kampung yang perumahan penduduknya (kampong-kampungnya)
berkelompok memanjang mengikuti alur jalan kampung atau jalan raya, aliran sungai,
jalur lembah atau garis pantai;
 Pola radial, yaitu kampung yang perumahan kampung-kampungnya berkelompok pada
persimpangan jalan, biasanya perempatan jalan (simpang empat);
 Pola di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka, yaitu kampung yang permukiman
penduduk dan bangunan perlengkapan kampungnya (bale kampung, mesjid, sekolah)
berkelompok di sekeliling alun-alun atau lapangan terbuka. Pola kampung ini dipandang
sebagai imitasi dan miniatur dari pola kota kabupaten atau kota kecamatan.
Berikut filosofi rumah bagi masyarakat sunda :

 Rumah adat sunda berbentuk rumah panggung dengan filosofi manusia tidaklah hidup di
alam langit atau alam kahyangan, dunia atas. Dan juga tidak hidup di dunia bawah. Maka
dari itu manusia harus hidup dipertengahannya dan tinggal di tengah-tengah. Konsep
tersebut dituangkan dalam bentuk rumah panggung sebagai realisasi dari konsep
pemikiran tersebut secara nyata.

 Bentuk rumah panggung bagi masyarakat Sunda memiliki makna yang mendalam
tentang pola keseimbangan hidup dimana harus selarasnya antara hubungan vertikal
(interaksi diri dengan Tuhan) dengan hubungan horizontal (interaksi diri dengan
lingkungan alam semesta) manifestasi ini nampak dari bangunan rumah yang tidak
langsung menyentuh tanah.

 Rumah dalam bahasa sunda adalah Bumi (bahasa halus), dan bumi adalah dunia. Ini
mencerminkan bahwa rumah bukan hanya tempat untuk tinggal dan berteduh, tapi lebih
dari itu.

C. Bentuk Rumah Tradisional Sunda


Pada rumah adat suku Sunda, ada tiga pembagian ruang yang biasanya jadi pakem
saat membangun sebuah rumah, yaitu:

 Bagian Hareup (Bagian Depan Rumah)


Bagian hareup berfungsi sebagai lokasi menjamu tamu lelaki dan juga sebagai tempat
mereka tidur. Ini sebagai bentuk penghormatan kepada tamu dan juga mencegah tamu
masuk ke daerah lain rumah di mana ada wanita di rumah tersebut Bagian teras
depan yang disebut emper ini tidak pernah diberi perabot semacam tempat duduk,
atau meja dan kursi. Jadi, para tetamu dan lelaki yang menjamu mereka semua
duduk di lantai atau tikar yang digelar

 Bagian Tengah Rumah ( Tengah Imah )


Bagian ini dibatasi dengan dinding, untuk memisahkan dari bagian depan rumah. Ada
beberapa bilik atau pangkeng yang menjadi ruang penghuni rumah beristirahat atau
tidur. Namun pangkeng tak absolut ada, karena tergantung pada keinginan dan
kemampuan si pemilik rumah. Demikian juga sebuah bagian di tengah rumah yang
fungsinya semacam ruang keluarga atau ruang para anggota keluarga berkumpul.

 Bagian Belakang Rumah ( Tukang )


Bagian ini berfungsi sebagai dapur dan goah tempat memasak hidangan para
penghuni rumah. Bagian rumah ini melarang lelaki untuk memasuki area ini, karena
merupakan area rumah yang dikhususkan untuk wanita dan bila wanita bertamu juga
akan dijamu pada bagian belakang rumah.

Berikut beberapa struktur bagian rumah tradisional sunda :

 Terbuat dari material yang ringan, yaitu terdiri dari kayu dan bamboo yang tahan
terhadap gempa

 Pembagian struktur dan konstruksi rumah Masyarakat Sunda didasarkan pada bentuk
panggung dan membaginya ke dalam dua jenis: handap dan luhur. Handap merupakan
struktur yang terletak di bawah lantai rumah terdiri dari lelemahan/lemah (tanah
dasar), dan umpak/tatapakan (pondasi). Luhur merupakan struktur yang terletak di
atas lantai rumah seperti pangadeg/adeg (dinding), lalangit/palapon (langit-langit),
dan rarangka (kuda-kuda) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
konstruksi, karena fungsinya saling mendukung sebagai kekuatan bangunan.
 Menggunakan pondasi umpak. Terdapat tiga jenis umpak yaitu buleud, lisung dan
balok. Buleud adalah umpak dengan bentuk bulat, lisung berbentuk trapesium
sedangkan balok menyerupai kubus.

 Kuda-kuda terdiri dari dua komponen, yaitu: nu mikul dan nu dipikul. Nu mikul
merupakan kerangka kuda-kuda utama, sedangkan nu dipikul sebagai kerangka
pendukung. Seluruh struktur suhunan menggunakan kudakuda dari kayu dan bambu
dengan bentuk kuda-kuda segi tiga.
D. Upacara Yang berlaku dalam masyarakat sunda
 Upacara adat seren taun, yaitu upacara khas tradisional sunda yang mempunyai
kebiasaan mengangkut padi dari sawah ke leuit ( lumbung padi ) dengan menggunakan
pikulan khusus (rengkong) yang diiringi tabuhan musik tradisional.
 Upacara Tingkeban, yaitu upacara untuk seorang ibu yang sudah mengandung selama 7
bulan. Kebiasaan ini bertujuan sebagai bentuk permohonan keselamatan bagi sang bayi
dan ibu yang melahirkan.

E. Kajian terhadap langgam dan simbol

Bentuk rumah tradisional masyarakat Sunda adalah panggung, yaitu rumah


berkolong dengan menggunakan pondasi umpak. Bentuk panggung merupakan bentuk yang
paling penting bagi masyarakat Sunda, dengan suhunan panjang dan jure. Bentuk panggung
yang mendominasi sistem bangunan di Tatar Sunda mempunyai fungsi teknik dan simbolik.
Secara teknik rumah panggung memiliki tiga fungsi, yaitu: tidak mengganggu bidang resapan
air, kolong sebagai media pengkondisian ruang dengan mengalirnya udara secara silang baik
untuk kehangatan dan kesejukan, serta kolong juga dipakai untuk menyimpan persediaan
kayu bakar dan lainnya.

Sedangkan secara simbolik didasarkan pada kepercayaan Orang Sunda, bahwa dunia
terbagi tiga: buana larang, buana panca tengah, dan buana nyuncung. Buana panca tengah
merupakan pusat alam semesta dan manusia menempatkan diri sebagai pusat alam semesta,
karena itulah tempat tinggal manusia harus terletak di tengah-tengah, tidak ke buana larang
(dunia bawah/bumi) dan buana nyuncung (dunia atas/langit). Dengan demikian, rumah
tersebut harus memakai tiang yang berfungsi sebagai pemisah rumah secara keseluruhan
dengan dunia bawah dan atas. Tiang rumah juga tidak boleh terletak langsung di atas tanah,
oleh karena itu harus di beri alas yang berfungsi memisahkannya dari tanah yaitu berupa batu
yang disebut umpak.
Daftar Pustaka

 https://dearchitectblog.wordpress.com/2016/12/21/arsitektur-sunda/
 https://media.neliti.com/media/publications/165952-ID-konsep-arsitektur-tradisional-
sunda-masa.pdf
 http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/197605132
006041-NURYANTO/ars.sunda-vernakular-nur.pdf
 https://dearchitectblog.wordpress.com/2016/12/21/arsitektur-sunda/
 http://jurnalpermukiman.pu.go.id/index.php/JP/article/download/224/pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda#:~:text=Suku%20Sunda%20(Urang%20Su
nda%2C%20aksara,barat%20Jawa%20Tengah%20(Banyumasan).
 https://brainly.co.id/tugas/2521506

Anda mungkin juga menyukai