GRAVIMETRI
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Erika Rahmawati / P17335119047
Riska Yulianti / P17335119064
Zahwa Ai Nunisa N / P17335119071
Zidan Akbar Rahmansyah / P17335119072
Tingkat IB
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis gravimetri proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal ke senyawamyrni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom-atom unsur-
unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau enyawa yang dikandung dilakukan
dengan beberapa cara,seperti : metode pengendapan,metode penguapan, metode elektrolisis.
Pada prakteknya yang paling sering metoda pengendapan dan penguapan.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Metode gravimetrik memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor
pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan
Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik.
Umumnya reaksikimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram, namun dalam satuan yang
lebih kecil seperti gramdan mili gram. Timbangan yang dipergunakan memiliki ketelitian yang
tinggi atau kepekaan yang tinggi dan disebut dengan neraca analitik atau analytical balance..
Prinsip analisis gravimetri adalah melarutkan sampel dengan aquades, setelah sampelnya
dilarutkan sampai terbentuk analit, analitnya kemudian di endapkan kemudian dilakukan
penimbangan .Biasanya analit berasal dari garam-garam yang sukar larut yang diendapkan
sehingga sebagian besar garam analitnya terendapkan, itupun tidak semua analit yang
mengendap, masih ada ion-ion lain yang sukar terendapkan.
Langkah pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik
dipisakan dari semua komponen lainnya maupun dari solvennya. Pengendapan merupakan teknik
yang secara luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan-gangguan.
Syarat analisis gravimetri cara pengendapan memberikan hasil yang baik diantaranya :
1. Zat yang akan diendapkan harus dapat diendapkan dengan sempurna dan endapan harus stabil
dan sukar larut.
2. Endapan harus murni dan mudah disaring.
3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu senyawa dengan susunan kimia tertentu sehingga
dapat dihitung secara stoikiometri.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai kuantitas produk dan reaktan pada
suatu reaksi kimia.Perhitungan stoikiometri yang baik itu dikerjakan dengan menjelaskan pada
sebuah kuantitas yang diketahui atau tidak diketahui dalam mol dan kemudian jika perlu
dikonversi menjadi satuan lainnya.
1. Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen
tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil
sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang. Endapan yang
terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring),
kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan
ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan
dan memaksimalkan endapan.
Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan
sampai suhu 800 0C tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya,
pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan Ni dengan DMG, pengendapan Ag dengan
klorida atau logam hidroksida dengan mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan
secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan. Proses pengendapan
terjadi melalui dua proses yaitu proses pertama pembentukan inti, proses kedua inti tersebut
tumbuh menjadi jarah-yang besar dan mengendap dengan baik.
Agar mendapatkan pengendapan yang optimum yang sangat penting harus diperhatikan
yakni kelewatjenuhan nisbi( R) . Kelewatjenuhan (R) ini dirumuskan dengan persamaan sebagai
berikut:
Q−S
R= S
Dimana :
R = kelewatjenuhan nisbi.
Q = kepekatan molar lerutan setelah dicampur, tapi belum timbul endapan.
S = Kelarutan molar endapan.
Jika endapan mempunyai hasil kali kelarutan yang rendah (S juga rendah) dan endapan
itu terbentuk dari larutan yang agak pekat (Q tinggi), maka kelewatjenuhan nisbinya akan tinggi.
Dalam hal seperti ini sejumlah besar inti akan terbentuk, yang mengelompok dengan cepat
menjadi endapan hablur halus atau endapan tidak terbentuk. Sebaliknya jika kelewatjenuhan
nisbinya rendah (Q rendah tapi S tinggi) maka jumlah inti yang terbentuk juga akan rendah.
Kelewatjenuhan yang rendah ini memungkinkan terbentuknya endapan hablur kasar.
Dalam proses pengendapan sering terjadi pengotor endapan yang disebabkan oleh
terbentunya zat lain yang juga membentuk endapan dengan pereaksi yang digunakan,
sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi
dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan. Zat pengotor tersebut dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
Pemisahan Endapan
Pencucian Endapan
Setelah dipisahkan, endapan diubah bentuknya menjadi bentuk yang mudah ditimbang dengan
cara pengeringan atau pemijaran. Pengeringan dilakukan untuk memisahkan air, elektrolit yang
terjerap dan kotoran kotoran yang mudah menguap lainya. Sedangkan pemijaran dilakukan untuk
memperoleh bentuk timbang yang sesuai. Pengeringan adalah proses pemanasan endapan pada
suhu 100- 1500C, dan tujuanya mengubah endapan basah menjadi kering yang dapat
ditimbang. Sedangkan pemijaran adalah proses pemanasan endapan bersama-sama dengan kertas
saring pada mula-mula pada suhu rendah kemudian dipijarkan di dalam tanur pada suhu 600-
11000C.
2. Metode Penguapan
3. Metode elektrolisis
Ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup
besar seperti air limbah. Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat
dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam
sampel hanya berupa unsur pelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti.
Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun
sampel cair prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada
elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar
dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
Hukum Dasar dalam Elektrolisis Hukum dasar yang digunakan dalam metode ini adalah :
Hukum Faraday dan Hukum Ohm. Hukum Faraday I menyatakan hubungan antara
banyaknya zat yang terendap atau terbebas pada elektroda dengan banyaknya listrik yang
diperlukan pada proses tersebut.
Berat Ekivalen elektrokimia adalah bilangan yang menyatakan banyaknya zat yang
terendap atau oleh listrik sebanyak 1 colloumb. Contoh: arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua
keping tembaga (Cu) yang telah ditentukan massa tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam
Kuprisulfat (CuSO4)selama t detik. Kemudian dicuci dan dikeringkan serta ditimbang,
ternyata beratnya lebih berat dari pada sebelum dielektrolisis. Karena adanya logam Cu yang
terendapkan pada elektroda. Dimana banyaknya logam Cu yang terendapkan bertambah
setiap penambahan arus maupun waktu. Adapun listrik yang dibutuhkan adalah : Q = i x t
dengan i = arus, t = waktu dan Q = listrik yang dibutuhkan.
Jika arus diputus, tegangan pada voltmeter tidak berubah, tetapi semakin lama arus
makin lemah dan pada akhirnya nol. Pada saat itu sel E berfungsi sebagai sumber arus dan
tegangannya disebut tegangan Polarisasi. Dilihat dari besarnya tegangan peruraian larutan
asam dan basa dapat disimpulkan bahwa pada proses elektrolisis larutan asam dan basa
relatif sama, yaitu terjadinya proses pembebasan gas. Misalnya tegangan 0,5 Volt digunakan
pada 2 buah elektroda platina halus yang masing-masing dicelupkan dalam larutan H2SO4
1M, maka amperemeter akan menunjukan adanya arus yang mengalir pada larutan.
Jika tegangan diperbesar maka aruspun bertambah. Sehingga pada tegangan tertentu arus akan
naik secara cepat. Pada saat ini timbul gelembung- gelembung pada elektroda.
2.4. Prosedur Kerja
a. Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen
tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu memiliki kelarutan sangat
kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar daripada pori-pori alat penyaring (kertas
saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion
sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkankan pengotor yang terdapat
dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan.
Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130oC atau dipijarkan sampai suhu
800 oC tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya, pengendapan
sebagai garam sulfida, pengendapan nikel dengan dimetilglioksim (DMG), pengendapan
perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan mengatur pH larutan. Penambahan
reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.
aA + rR AaRr(s)
Penambahan reagen R secara berlebih akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk.
b. Metode Penguapan
c. Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut
menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan
arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi
menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat
ditentukan berdasarkan beratnya. Misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu
sampel cair dengan cara mereduksi Cu+2 + 2 e Cu(s)
Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung
kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam
sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang.Apabila kadar analit dalam
sampel hanya berupa unsur perunut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang
teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapar berupa sampel padat
maupun sampel cair.
b. Bahan :
- Hcl Pekat
- H2SO4 2N
- BaCl2
- AgNo3 0,1 N
- Aquadest
Perhitungan sampel
Diketahui :
Berat krus kosong = 17,4149 g
Berat krus + endapan = 17,6814 g
Bobot BaSO4 = (berat krus+endapan – berat krus kosong)
= 17,6814 gram – 17,4149 gram
= 0,2665 gram
Kadar BaCl2:
BM BaCl 2
- Faktor Gravimetri/bobot BaCl2 : = x Bobot BaSO 4
BM BaSO 4
208,232
= x 0,2665 gram
233,39
= 0,2377 gram
Bobot BaCl 2
- Kadar BaCl2 : = x 100 %
volume
0,2377
= x 100 %
10 ml
= 2,377%