Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REGIMEN

TERAPEUTIK INEFEKTIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing : Novi Widyastuti Rahayu, Ns., M.Kep., Sp.Kep J

Disusun oleh :
Kelompok 6
Ajeng Dinda P 2820172994
Arrohman Riananda 2820173001
Aulia Nur Darmawanti 2820173002
Dwi Eka 2820173009
Firnanda Defi A 2820173013
Reza Febri Putri B 2820173033
Setyaningrum Mawarni 2820173035
Siti Mahmudah 2820173036

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Peny
ayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melim
pahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat meny
elesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Regimen Terapeutik
Inefektif . Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa. Ka
mi berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan kami dan pembaca.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada ke
kurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari dosen pembimbing dan pembaca a
gar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan


Pada Klien dengan Regimen Terapeutik Inefektif dapat memberikan manfaat unt
uk kita.

Yogyakarta, 01 April 2019

    
                                                                                              Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi,
pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan
penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga
mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat (Nasir dan Muhith
2011). Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus
meningkat ini disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan suatu perubahan seperti sosial ekonomi dan sosial politik
yang tidak menentu serta kondisi lingkungan sosial yang semakin keras
sehingga mengganggu dalam proses hidup dimasyarakat. (Yosep, 2009).
Menurut Depkes 2007 saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup
dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007,
menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan
kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Populasi
orang dewasa Indonesia kurang lebih 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat
ini mengalami gangguan mental emosional. Prevalensi gangguan jiwa
tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
(24,3%), di ikuti Nagroe Aceh Darussalam (18, 5%), Sumatra Barat (17,7 %),
NTB (10,9%), Sumatra Selatan (9,2%) dan Jawa Tengah (6,8%), (Depkes RI,
2007). Secara merata di Provinsi Sulawesi Utara hampir 1 di antara 10
penduduk (8,97%) menderita gangguan jiwa, dan tertinggi di Kabupaten
Kepulauan Talaud (20%) (DinkesSulut, 2010).
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan regimen
terapeutik inefektif.
b. Tujuan khusus
1. Definisi Regimen terapeutik inefektif
2. Penyebab regimen terapeutik inefektif
3. Tanda dan gejala regimen terapeutik inefektif
4. Rentang respon regimen terapeutik inefektif
5. Pohon masalah regimen terapeutik inefektif
6. Pengkajian pada pasien regimen terapeutik inefektif
7. Diagnosa pada klien regimen terapeutik inefektif
8. Rencana keperawatan pada klien regimen terapeutik inefektif
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Regimen terapeutik adalah pengobatan yang terputus pada saat dirumah
sehingga terapi yang dijalani oleh pasien berhenti yang mengakibatkan
gangguan jiwa yang dialami pasien terjadi kembali (Wardani, 2012).
Terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya
mengbah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi adaptif. Sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan (Eko Prabowo, 2014).
2.2 Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulakn frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar
rumah, semua aspek menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekeraan
diterima.
d. Bioneorologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal, dab ketidakseimbangan
neurotransmitter turut berperan terjadinya kekerasan (Wardani,
2012).
2. Faktor Presipitasi
Karena ketidak kooperatifan pasien dalam melakukan terapi obat seperti
bosan meminum obat dan terjadi depresi dan keputusasaan. Karena
ketidak kooperatifan keluarga dalam melakukan pemberian terapi
dikarenakan malu kan mengucilkan. Keluarga merupakan faktor yang
sangat penting dalam proses kesembuhan pasien gangguan jiwa. Keluarga
merupakan lingkungan terdekat pasien. Dengan keluarga yang bersikap
terapeutik dan mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat
dipertahankan selama mungkin. Sebaiknya, jika keluarga kurang
mendukung angka kesembuhan menjadi lebih cepat. Berdasarkan
penelitian ditemukan bahwa angka kesembuhan pada pasien gangguan
jiwa tanpa terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka kambuh pada
pasien yang mendapat terapi keluarga adalah sebesar 5-10% (Ulpa, 2012).
2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Ulpa (2012), gejala-gejala awal orang yang menderita regimen
terapeutik sangat banyak wujudnya tidak menyangkut kondisi fisik, bisa
berupa :
1. Emosional tidak stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal menurun
3. Halusinasi, agresi, waham, delusi, menarik diri meningkat
4. Perilaku sulit diarahkan
5. Proses berpikir kearah tidak logis
2.4 Rentang Respon

Adaptif Regimen Terapeutik Maladaptif

- Bersosialisasi - Kurangnya
dukungan
dengan baik - Mengamuk
keluarga
- Pikiran logis - Lingkungan tidak - Pasif
menerima - Agresif
- Perilaku baik
- Dikucilkan - Marah
masyarakat
- Obat yang tidak
teratur

Jika klien gagal dalam melakukan terapi misalkan kien belum bisa di
trima oleh keluarga dan lingkungannya maka kemungkinan besar klien akan
kambuh dan bisa melakukan hal-hal seperti :
a. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan
atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang
menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan
diri atau respon melawan dan menentang.
b. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
c. Mengamuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
d. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari
suatu tuntutan nyata. (Wahyudi, 2010).

2.5 Pohon Masalah

Resiko perilaku Kekerasan

Isolasi
sosial

Harga Diri Rendah

Penatalaksanaan regimen tidak efektif

Gangguan Konsep Diri

Koping Keluarga tidak efektif Koping individu


Inefektif

Dalam merawat klien


2.6 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengupulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien.

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan


spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berpa faktor presdisporsisi, faktor presitikasi, penilian terhadap stresor,
simber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (stuat dan
sundeen, 2013), cara ini yang akan dipakai pada uraian berikut. Cara
pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu fisik, emosional,
intlektual, sosial dan spiritual.

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan


formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan
dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

1. Identitas klien
2. Keluhan utamaatau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/ biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medic
Data yang didapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu :
1. Data obyektif ditemukan secara nyata`
2. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien
dan keluarga. Data ini didapatakan melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga.
Data yang langsung didapat oleh perawat disebut data primer dan
data yang diambil dari pengkajian atau catatan tim kesehatan
laindisebut data sekunder.
Perawat dapat menyimpulakan kebutuhan atau masalah klien dari
kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah
sebgai berikut:
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan:
a. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya
memerlukan pemeliharan kesehatan dan memerlukan follow up
secara periode karena tidakadamasalah serta klien telah
mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
b. Klien memrlukan peningkatan kesehatan berupa upaya
prevensi dan promosi sebagai peogram antisipasi terhadap
masalah.
2. Ada masalah dengan kemungkinan :
a. Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
b. Actual terjadi masalah disertai data pendukung.

Dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan format


pengkajian, perawat langsung merumuskan masalah keperawatan
pada setiap kelompok data yang terkumpul. Untuk merumuskan
masalah hendaknya mengacu pada rumusan pada table. Mungkin
masalah yang dirumuskan lebih spesifik dari rumusan yang dibuat
serumpun dengan salah satu rumusan yang terdapat pada table

Umumnya sebuah masalah klien saling berhubungan dan dapat


digambarkan sebagai pohon masalah (FASID,1983 dan INF,1996). Agar
penentuanpohon masalah dapat dipahami dengan jelas penting untuk
diperlihakan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah yaitu:
penyebab (kausa), masalah utama (core problem) dan effect (akibat).

Masalah utama adalah prioritas msalah klien dari beberapa masalah


yang dimiliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan
alasan masuk dan keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari bebrapa
masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini
dapat pula disebabkan oleh satu masalah yang lain, demikin seterusnya.

Akibat adalah salah satu dari beberapa msalah klien yang


merupakan efek/akibat dari masalah utama.efek ini dapat pula
menyebabkan efek yang lain demikian seterusnya.

2.7 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan regimen teraputik inefektif
2.8 Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan
1. Tujuan umum : Pasien mau mengkonsumsi obat dengan rutin
Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
Setelah ... X pertemuan, pasien dapat menunjukkan rasa
kepercayanya kepada perawat, ada kontak mata, mau diajak berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
1) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan.
7) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar.
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab ketidakmauan dalam meminum obat
Kriteria hasil :
Setelah ... X pertemuan, Pasien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang di
minum, perlunya minum obat yang teratur, mengetahui 5 benar dalam
minum obat, mengetahui efek samping obat, mengetahui akibat bila
putusmengkonsumsiobat.
Intervensi:
a. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
b. Berikan Lingkungan yang tepat untuk pasien
c. Ajarkan dan beri penjelasan tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat.
d. Anjurkan pasien konsultasi segerajika dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai