Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit :
april 2020
Bagan Alur
Prosedur
PEMERIKSAAN OLEH
DOKTER SpKFR
UNTUK DIAGNOSA, PROGRAM
DAN TARGET REHABILITASI
YA
TIDAK
MENDAPAT PROGRAMKEMBALI KE
(FT/ST/OT/OP/Psi/SW) BAGIAN LAIN /SUBDIV
TERKAIT
TIDAK YA
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian 1. Konsultasi adalah meminta pendapat dan penanganan bidang profesi
spesialis lainnya pada suatu kasus.
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter
Spesialis yang bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis
seorang pasien
Tanggal Terbit :
April 2020
Bagan Alur
Prosedur
Perlu Konsultasi
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian 1. Terapi Wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional berdasarkan
ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang bahasa, wicara, suara,
irama/kelancaran (komunikasi), dan menelan yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan/atau kelompok untuk meningkatkan upaya kesehatan
yang di akibatkan oleh adanya gangguan/kelainan anatomis, fisiologis,
psikologis dan sosiologis.
2. Standar Pelayanan Terapi Wicara adalah pedoman yang diikuti oleh
terapis wicara dalam melakukan pelayanan kesehatan.
3. Terapis Wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Terapi
Wicara sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pelayanan Terapi Wicara di
Rumah Sakit agar tercapainya pelayanan yang profesional.
Kebijakan 1. UU RI 25/2009 tentang Pelayanan publik.
2. UU RI no 36/2009 tentang Kesehatan.
3. UU RI no. 44/2009 tentang RS.
4. PerMenkes RI no. 81 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Terapi
Wicara.
5. KepMenKes RI no. 378/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi
Medik di Rumah Sakit.
Prosedur 1. Terapis wicara melihat daftar pasien rawat inap dalam buku register.
2. Lapor kepada kepala ruangan atau perawat penanggungjawab pasien yang
akan diterapi.
3. Terapis wicara melihat rekam medik pasien yang berisi anamnesis,
pemeriksaan medis dan program rehabilitasi medik.
4. Lakukan 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun) sesuai dengan etika
menghadapi pasien.
5. Pastikan identitas pasien (nama yang terdiri dari dua kata, tanggal lahir).
6. Jelaskan kepada pasien prosedur dan tujuan terapi yang akan dilakukan.
7. Terapis wicara melakukan penilaian dan tindakan terapi wicara.
8. Setelah terapi, Terapis wicara melakukan edukasi dan memberi advis
kepada keluarga/wali dari pasien.
9. Ucapkan salam.
10. Terapis wicara mencatat tindakan terapi wicara yang dilakukan pada
rekam medik dengan jelas.
11. Terapis wicara membubuhkan tanda tangan dan nama jelas di rekam
medik pasien.
12. Terapis wicara menyerahkan rekam medik pasien yang telah
mendapatkan pelayanan kepada petugas loket pendaftaran / penata jasa
ruangan.
13. Apabila terdapat perbedaan pendapat atau masalah, terapis wicara
berkonsultasi dengan dokter rehabilitasi medik yang memberikan
program.
Instalasi Terkait
1. Unit-unit dalam Instalasi rehabilitasi Medik.
2. Instalasi Rawat Inap.
Dokumen Terkait 1. Catatan Rekam medik.
PELAYANAN TERAPI WICARA RAWAT JALAN
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR 2020
OPERASIONAL
2. Pelaksanaan
2.1. Panaskan alat sekitar 5 menit
2.2. Tuang air ke spong elektroda secukupnya
2.3. Jelaskan jika yang dirasakan sedikit sakit tetapi tidak perih. Jika perih
dikhawatirkan luka bakar.
2.4. Pasang elektode sesuai metode.
2.5. Atur waktu 8-12 menit
1. Pastikan bagian atau area tubuh yang akan dilakukan terapi bersih dan kontak
langsung dengan kulit.
2. Oleskan pad electrode dengan gel yang menempel pada electroda.
3. Pasang pad electroda sesuai dengan kondisi pasien.
· Pemasangan pad electroda pada atau sekitar nyeri
· Paint Point (Atas bawah dari lokasi nyeri)
· Cross (Menyilang pada area nyeri)
· Bracket (Tepat pada lokasi nyeri )
1. Mengakhiri Terapi
1. Beritahu kepada pasien bahwa terapi sudah selesai jika suara timer alat berbunyi
(berhenti otomatis)
2. Angkat pad electroda dari pasien .
3. Bersihkan gel pada kulit dengan tisu .
4. Tanyakan kepada pasien dan periksa kemungkinan efek samping.
5. Catat tindakan dalam buku register Fisioterapi.
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik
frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang
gelombang 12,25 cm.
1.1 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk mencegah
terjadinya luka bakar
1.2 Putar waktu sesuai kebutuhan antara 10-15 menit
1.3 Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.
1.4 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan
1x sehari selama 10x
1.5 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2 x
sehari selama 10x
1.6 Gangguan sistem peredaran darah. Intensitas, pengulangan dan seri sama
dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15 menit
1.7 Pastikan mesin dalam keadaan tuning
1.8 Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai ukuran emitter.
1.9 Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau lecet.
1.10 Lakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri pusing
1. Mengakhiri Terapi
2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin tetap hidup
dengan dosis 0 (stand – by stand).
2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam keadaan darurat
2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang timbul.
2.4 Kembalikan peralatan seperti kondensor ke tempat semula
SPO
ULTRASOUND THERAPY
ULTRASOUND THERAPY
2. Pelaksanaan
1.1 Posisikan pasien senyaman mungkin
1.2 Area dibersihkan dengan sabun atau alcohol
1.3 Rambut atau bulu yang terlalu lebat dicukur.
1.4 Nyalakan Alat
1.5 Terapis memperhatikan frekuensi, jenis arus dan intensitas agar sasaran
tepat dengan Intensitas :
· Rendah : 0,3 w/cm2
· Sedang : 0,3 - 1,2 w/cm2
· Tinggi : 1,2 - 3 w/cm2
· Continued : Paling tinggi 3 w/cm
· Intermittern : Paling tinggi 5 w/cm2
· Lamanya terapi, tergantung luas area yang diterapi dan jenis tranduser yang
dipakai. Sebagai pedoman, area seluas 1cm2 waktu 1 menit
1.6 Pilih Tranduser yang digunakan. Untuk area yang lebih kecil, gunakan tranduser
yang meiliki ERA lebih kecil. Untuk area tubuh yang lebih luas digunakan tranduser
dengan ERA yang lebih besar.
1.7 Tuangkan gel secukupnya di area tranduser.
1.8 Lakukan pengontrolan terhadap rasa nyeri dan panas.
3. Mengakhiri Terapi
3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0.
3.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin sendiri atau langsung bangun setelah
terapi selesai.
3.3 Beri tissue bila terapi selesai agar pasien dapat membersihkan
3.4 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang mungkin timbul.
3.5 Kembalikan peralatan serta perlengkapannya ke posisi semula.
SPO
INFRA RED
No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700 – 4 juta A.
Tujuan Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
modalitas sinar infra merah.
Prosedur 1. Persiapan
1.1 Jelaskan maksud, tujuan terapi
1.2 Pilih alat IRR seperti jenis lampu, besarnya watt.
1.3 Pemanasan alat 5 menit.
1.4 Test sensasi panas, dingin Untuk mencegah luka bakar daerah yang akan
dilakukan penyinaran.
2. Pelaksanaan
2.1 Gunakan reflektor parabola untuk penyinaran lokal.
2.2 Penyinaran general (misalnya punggung) menggunakan lampu yang dipasang
pada reflektor semi sirkuler.
2.3 Pasien diposisikan seenak mungkin.
2.4 Posisi bisa duduk, terlentang atau tengkurap.
2.5 Bersihkan dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk Agar penetrasi lebih
dalam daerah yang akan disinar
2.6 Lampu dipasang tegak lurus.
2.7 Dosis
· Pada penggunaan lampu non-luminius jarak lampu antara 45-60 cm, waktu
10-30 menit.
· Lampu luminius 35-45 cm, waktu 10-30 menit.
1. Mengakhiri Terapi
1.1 Matikan mesin, pastikan tombol dalam keadaan nol.
1.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri.
1.3 Memperhatikan pasien dan kemungkinan efek samping.
1.4 Kembalikan peralatan ketempat semula.
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Traksi lumbal adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan
suatu tehnik penarikan collumna vertebralis untuk daerah lumbal.
Tujuan Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan modalitas traksi lumbal
Prosedur 1. Persiapan
1.1 Ukur tensi, nadi, berat badan untuk melihat kondisi pasien
1.2 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di bawah kepala
dan tungkai tersangga diatas stool, posisi hip flexi 30-450
1.3 Pasang lumbal belt dengan tepat, tidak tertekan dan tidak terlalu longgar di atas
SIAS.
2. Pelaksanaan
2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang.
2.2 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah enak
2.3 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi Untuk keadaan darurat
2.4 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya traksi untuk
melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi perlu dihentikan
TRAKSI LUMBAL
1. Dosis
1.1 Beban tarikan : Mulai dari ½ berat badan
1.2 Waktu : 15 – 30 Menit
1.3 Pengulangan : Akut 1 kali dalam sehari
1.4 Membaik 1 kali dalam 1-2 hari
2. Mengakhiri Terapi
2.1 Setelah selesai penarikan, traksi dilepas
2.2 Pasien disarankan istirahat selama 1-2 menit di bed traksi agar tidak pusing
TRAKSI CERVICAL
1. Pelaksanaan
2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang.
2.2 Tidak boleh menoleh kekiri atau kekanan
2.3 Tidak boleh bicara
2.4 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah enak
2.5 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi untuk keadaan darurat
2.6 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya traksi untuk
melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi perlu dihentikan
2. Dosis
3.1 Beban tarikan : 1/7 – 1/5 berat badan
3.2 Waktu : 10 – 15 menit
3.3 Pengulangan : Akut : 1 kali dalam sehari
3.4 Membaik : 1 kali dalam 1 – 2 hari
3.5 Seri : 1 seri : 10 kali
3. Mengakhiri Terapi
4.1 Setelah selesai penarikan,traksi dilepas
4.2 Agar tidak pusing, pasien disarankan istirahat selama 1 –2 menit di bed traksi.
4.3 Kembalikan peralatan ketempat semula.
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
Tujuan Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
modalitas farafin bath / wax bath.
Prosedur Persiapan
1.1 Siapkan parafin padat tujuh bagian atau empat karton Paraffin
1.2 Parafin minyak satu bagian atau sepuluh ons baby oil
1.3 Campurkan kedua bahan tersebut sehingga lebur menjadi satu cairan dengan
temperatur tidak lebih dari 1100 – 1300 F atau ( 510 - 540 C) dalam satu tempat
yang kemudian dipanaskan diatas air yang mendidih (double boiler).
1.4 Siapkan handuk tebal, kertas Parafin dan termometer lilin (candy thermometer)
untuk membungkus parafin dan mengukur suhu.
2. Pelaksanaan
2.1 Periksa jari-jari tangan dan pergelangan tangan yang akan diobati untuk
mengetahui sensibilas kulit dar ruang gerak sendi, meliputi :
2.2 Lepaskan perhiasan yang melekat aggota yang diobati, supaya tidak
konsentrasi panas
PARAFFIN BATH
1. Mengakhiri Terapi
3.1 Bersihkan area yang diobati
3.2 Perhatikan warna kulit
3.3 Kembalikan alat ketempat semula
Pengertian Prosedur mengenai proses terapi menggunakan alat Low level laser ( light
amplification by stimulated emission of radiation ) mulai dari persiapan alat,
pengoperasian alat kepada pasien hingga selesai penggunaannya. LASER
merupakan sinar yang dihasilkan atom-atom dari suatu elemen yang tereksitasi
oleh suatu radiasi elektro magnetik, sehingga menghasilkan sinar yang berbeda
dari sinar biasa yaitu coherence, monochromaticity dan collimated. Tujuan
terapi adalah penyembuhan jaringan dan control nyeri. Efek terapi laser pada
jaringan adalah akselerasi sintesiskolagen, meningkatkan vaskularisasi,
mengurangi nyeri dan efek anti inflamasi, fasilitasi penyembuhan jaringan,
mengurangi jaringan parut, konsolidasi dan penyembuhan fraktur.
Tujuan 1. Mengatur dan mengetahui tahapan–tahapan tindakan low level laser
2. Memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.
Kebijakan 1. Keputusan Menteri Kesehatan No: 378/MenKes/SK/IV/2008 Tentang
Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No:778/MenKes/SK/VIII/2008 Tentang
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
Prosedur I. Pelaksanaan
1. Persiapan pasien / sebelum mulai tindakan low level laser.
a. Menjelaskan tujuan dan manfaat low level laser kepada pasien /
keluarga
b. Posisikan pasien dalam posisi nyaman, rileks dan stabil.
c. Saat dilakukan terapi, terapis dan pasien menggunakan kaca mata
untuk melindungi retina dari efek sinar laser
d. Pastikan area yang akan di terapi terbebas dari pakaian atau benda
menempel seperti minyak atau sejenis minyak.
2. Tentukan dosis yang akan digunakan sesuai dengan indikasi terapi.
Kondisi akut : 0,05-0,5 J/cm2, Kondisi kronik : 0,5-3 J/cm2.
3. Tehnik terapi dapat menggunakan tehnik pointing, scanning, atau
gridding.
4. Lama terapi tergantung pada dosis yang kita aplikasikan kepada pasien.
5. Setelah penggunaan low level laser, matikan mesin dan kemudian
dirapikan.
II. Hal yang perlu diperhatikan
1. Terapis harus selalu mengontrol/mengawasi pasien selama proses terapi
berlangsung.
2. Indikasi
a. Cidera ligament atau tendon
b. Mengurangi edema.
c. Cidera jaringan lunak.
d. Artritis.
e. Perawatan ulkus dan luka bakar.
f. Mencegah jaringan parut.
3. KontraIndikasi
a. Kondisi keganasan (kanker)
b. Kehamilan.
Unit Terkait 1. Poliklinik
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi Laboratorium
SPOSTANDAR
STANDARDOKUMENTASI
DIAGNOSA
FISIOTERAPI
FISIOTERAPI
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Proses yang mencakup pemeriksaan pada diri individu atau
kelompok, mengidentifikasi problem yang nyata dan yang
berpotensi terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Standar pengkajian Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan
SPO
unit fisioterapi.
Prosedur 1. Identifikasi Umum.
Kriteria : STANDAR PENGKAJIAN
SPO
STANDAR PENGKAJIAN
FISIOTERAPI
No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 4
1. Range Of Motion
7.1 Luas gerak sendi
7.2 Nyeri jaringan lunak sekitar
7.3 Panjang dan fleksibilitas otot
2. Penampilan otot ( termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan)
8.1 Force, velocity, torque, work, power
8.2 Gradasi manual muscle test.
8.3 Elektromiografi : Amplitudo, durasi, waveform dan frekuensi
3. Ventilasi, respirasi (pertukaran gas) dan sirkulasi
9.1 Frekuensi denyut jantung, frekwensi pernafasan, tekanan darah
9.2 Gas darah arteri
9.3 Palpasi denyut perifer
4. Sikap
10.1 Sikap statikgerak (lokomasi) dan keseimbangan
11.1 Karateristik langkah
11.2 Fungsional lokomasi
11.3 Karateristik keseimbangan
6. Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tinggal
12.1 Aktifitas hidup harian
12.2 Kapasitas fungsional
12.3 Transfer
12.4 Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja
(pekerjaan/sekolah/bermain )
12.5 Aktifitas instrumentasi kehidupan harian
10.2 Sikap dinamik
5. Langkah,
STANDAR PENGKAJIAN
FISIOTERAPI
12.1 Kapasitas fungsional
12.2 Transfer
12.3 Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja (pekerjaan/sekolah/bermain )
12.4 Aktifitas instrumentasi kehidupan harian
12.5 Kapasitas fungsional
12.6 Kemampuan adaptasi
1. Pemeriksaan penunjang seperti radiologi, laboratorium dan lain
sebagainya
2. Analisa data dan interpretasi data.
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pengertian Adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh adanya robek pada anterior cruciatum
ligament sendi lutut.Fisioterapi pada ACL adalah program latihan yang
diberikan untuk pasien sesudah operasi baik saat imobilisasi ataupun sesudah imobilisasi.
Tujuan Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan kasus post op. ACL
Kebijakan Fisioterapi pada Post Op. ACL sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
b. Tindakan Fisioterapi
1. Fase I Minggu ke-1 dan 2
Pada fase awal ini yang menjadi perhatian adalah untuk mengontrol bengkak dan
untuk memelihara ekstensi ROM, mencapai\memelihara ROM fleksi knee pada sudut 90
dan memfasilitasi kontrol otot Quadriceps untuk mengurangi terjadinya atropi. Latihan
yang diberikan adalah :
1.1. Latihan Quadriceps setting dengan pengulangan 10x
1.2. Latihan Quadriceps setting dengan straight leg raise pengulangan 10x
1.3. Wall slides, 10x pengulangan (latihan aktif fleksi knee dengan bantuan gravitasi)
1.1. “JaneFondas” latihan gerak ekstensi-fleksi, abduksi-adduksi hip; 20x
pengulangan pada setiap bidang geraknya.
1.3. “Gait Checks”,
fisioterapis mengobservasi kemampuan pasien dalam melakukan backwards ambulasi u
ntuk mendukung tercapainya ROM ekstensi penuh dengan memakai brace.
1.7. Setelah melakukan seluruh latihan tersebut berikan terapis,
kompressi dan elevasi untuk mengontrol nyeri\oedema.
1.8. Jangan meletakkan bantal untuk mengganjal knee
1. Fase II Minggu ke-3 dan 4
Memelihara ROM dan mulai untuk fokus pada
latihan strengthening closed chain dengan pemberian perhatian pada nyeri,
oedema atau menurunnya ROM. Lanjutkan penggunaan brace sesudah operasi
.Sebaiknya sudah berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal. ROM
knee ekstensi penuh, fleksi 120. Tidak ada peningkatan nyeri, oedema,
atau gejala lain selama melakukan latihan. Latihan yang diberikan adalah:
2.1 Lanjutkan latihan SLR, 10x pengulangan
2.2 Mini-squats (sudut 0-30) dimulai dari 10x pengulangan.
Gerakan ini dilakukan sampai knee berada jauh dari ujung ibu jari kaki (knee over tip
of toes), selama latihan tidak boleh ada rasa nyeri.
2.3 Mini-squats dengan satu tungkai (weight shifts)
2.4 Steps Up (latihan naik tangga) (concentric), dimulai dari 10x
pengulangan dengan tinggi undakan 3”,
peningkatan tinggi undakan sesuai dengan toleransi.
2.5 Latihan eccentric (latihan turun tangga), 10x pengulangan sesuai dengan indikasi.
2.6 Latihan proprioseptif, latihan open chain. Selanjutnya latihan meningkat ke single leg
stands.
2.7 Mulai latihan dengan sepeda, stairmaster, treadmill.
2.8 Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase III
adalah : Berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal, ROM ekstensi knee
mencapai sudut 0, fleksi mencapai sudut 120 Latihan naik-turun tangga mencapai 3x
pengulangan selama 3 menit setiap pengulangan (eccentric),
latihan stairmaster mencapai 10 menit, latihan sepeda 15 menit atau lebih, latihan
treadmill 15 menit atau lebih, tidak ada peningkatan nyeri, oedema atau gejala lain
selama melakukan latihan.
SPO FISIOTERAPI PADA
OSTEOARTHRITIS TIBIOFEMORAL JOINT
TanggalTerbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Osteroarthrosis tibiofemoral joint.
Tujuan Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan kasus Osteroarthrosis tibiofemoral joint.
Kebijakan fisioterapi pada osteoarthritis tibiofemoral joint sesuai dengan pedoman pelayanan
unit fisioterapi.
Prosedur a. Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan sapa nama pasien
2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien
3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
· Nyeri jenis ngilu/pegal pada Tibio femoral joint
· Morning sickness dan start pain
· Gerak terbatas dan krepitasi
1.2 Tes cepat : Nyeri dan terbatas pada fleksi, ekstensi tibio femoral joint
1.3 Tes gerak aktif : Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada tibio femoral joint
1.4 Tes gerak pasif
· Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada gerak tibio femoral joint
· Fleksi, ekstensi, tibio femoral joint, firm end feel
FISIOTERAPI PADA
OSTEOARTHRITIS TIBIOFEMORAL JOINT
No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2
1.1 Tes gerak isometric : Tidak ditemukan gangguan khas
1.2 Tes khusus
· JPM test fleksi, ekstensi tibio femoral joint, firm end feel.
· Patello femoral test, Ballotement test, Fluktuation test
1.3 Pemeriksaanlain : X ray : penyempitan sela sendi;
penebalan tulang subchondrale; osteophyte.
3. Rencanatindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi,diagnosis, target,tujuan, rencana intervensi dan ha
sil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan intervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi
4.1 US : Continous dosis 1-1,5 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 2 -2,5 watt/cm
untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
4.2 Joint mobilization : Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam
MLPP, Translasi pada pembatasan fleksi, ekstensi tibio femoral joint, Active
mobilization
6. Kontraindikasi:
6.1 Fraktur
6.2 Dislocation
6.3 Neoplasma
7. Dosis:
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Adalah jenis tindakan operasi yang dilakukan pada subcapital caput femur
karena fraktur atau adanya degenerasi caput femur karena suatu penyakit keadaan
acetabulum relativ normal dengan pemasangan bipolar prosthesis
Tujuan Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan kasus post AMP
Kebijakan Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus post
AMP
b. Kontra Indikasi
1. Hari ke-1 sampai ke-5 tidak boleh dilakukan fleksi hip lebih 45 dan adduksi
2. Tidak dianjurkan pasien duduk di kursi yang rendah atau terlalu lembek
3. Kaki tidak boleh disilangkan (adduksi).
c. Tindakan Fisioterapi
1. Imobilisasi
Sesudah operasi pasien tidur posisi telentang dengan posisi tungkai yang di
operasi posisi lurus dan rotasi netral
2. Fase proteksi maksimal
2. Fase proteksi sedang
2.1 Pada pemasangan prostese cemented latihan weight bearing
dapat dilakukan lebih awal
2.2 Pada trochanteric osteotomy latihan weight bearing
dapat dilakukan pada minggu ke 8 sampai minggu ke 12
2.3 Latihanaktif ROM secarabertahap, fleksi hip tidak boleh lebih 90˚
2.4 Untuk meningkatkan control neuromuscular hip
diberikan latihan penguatan dengan gerak aktif dan SLR
2.5 Latihan closed-chain sambil berdiri di parallel bar atau walker
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Osteoarthrosis Hip joint
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Proses fisioterapi yang diterapkan pada Flat Foot
Tujuan Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan kasus Flat Foot
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
· Tidak ada arcus plantar
· Inbalance
1.2 Inspeksi :Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
1.3 Tes cepat
· Gait analisis tampak kaki menyudut ke lateral
· Plantar fleksi lebih lemah
1.4 Tes gerak aktif : Dalam batas normal
1.5 Tes gerak pasif
· Gerak ROM pronasi kaki lebih besar dari normal,
gerak pronasi terbatas, elastic end feel
· Gerak lain normal
4. Intervensi
4.1 Strengthening exersice pada fleksor jari kaki
4.2 Ballance exc
4.3 Walking exc dengan menggunakan ujung kaki
4.4 Penggunaan medial arc support
7. Kontra indikasi :
7.1 Fraktur
7.2 Poliomielitis
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian
3. Novel coronavirus 2019 teridentifikasi di Wuhan sebagai wabah
infeksi saluran napas dengan varian virus corona baru yang
kemudian disebut Covid-19. Gejala dan tanda bervariasi mulai dari
ringan sampai berat, sampai menyebabkam gagal napas dan
kematian.
Tujuan Sebagai pedoman tindakan Fisioterapi pada pasien covid-19 di rumah sakit
- Bila pasien punya refleks batuk yang adekuat stimulasi reseptor batuk
mekanik akan membantu timbulnya refleks batuk
- Pasien yang tidak sadar atau dalam sedasi, berikan bantuan batuk
dengan kompresi pada toraks atau abdomen saat ekspirasi.
Tanggal Terbit :
April 2020
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Bagi staff rehabilitasi medik pada pelayanan rawat jalan, maka APD
yang digunakan setelah cuci tangan
adalah:
f. Apron/Gaun
i. Masker bedah
g. Sarung tangan/handscoon (dilepaskan segera setelah selesai
tindakan)
h. Sepatu tertutup/Shoes cover
Setelah selesai tugas lakukan pelepasan APD dan cuci tangan sesuai
tatacara dan
urutan yang benar.